Anda di halaman 1dari 2

PROFIL KIMIA FARMA

Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan oleh
Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini pada awalnya adalah NV
Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas eks
perusahaan Belanda di masa awal kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia
melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi)
Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum PNF diubah
menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma
(Persero). Mencatatkan saham perdana untuk publik (IPO) pada tanggal 4 Juli 2001 dengan kode
emiten KAEF dan komposisi saham 90,025% milik pemerintah dan 9,975% milik publik. Melalui
proses inbreng yang dilaksanakan Pemerintah Republik Indonesia pada 28 Februari 2020,
kepemilikan saham 4.999.999.999 saham seri B dialihkan kepada PT Biofarma

Saat ini 95% Bahan Baku Obat (BBO) di Indonesia masih diperoleh melalui impor. Menanggapi masalah
tersebut, melalui Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2016 dan Permenkes no 17 tahun 2017 membuat
program Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alkes. Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Letjen TNI (Purn) Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp. Rad. (K) RI meninjau pabrik bahan baku obat Kimia
Farma Sungwun Pharmacopia

Pada tanggal 10 September 2020, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Letjen TNI (Purn) Dr. dr.
Terawan Agus Putranto, Sp. Rad. (K) RI meninjau pabrik BBO, PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia
(KFSP) yang berlokasi di Cikarang Selatan, Bekasi, Jawa Barat KFSP merupakan anak perusahan dari
PT Kimia Farma Tbk yang bergerak dalam bidang pengembangan dan produksi BBO di Indonesia.

Saat ini KFSP telah berhasil memproduksi sebanyak 8 molekul BBO dimana 5 molekul BBO
(Atorvastatin, Simvastatin, Clopidogrel, Efavirenz dan Entecavir) telah mendapatkan sertifikat Cara
Pembuatan Obat yang Baik dari BPOM (Sertifikat CPOB) sehingga siap digunakan oleh industri farmasi
obat jadi di dalam negeri.

Pada acara kunjungan tersebut, Presiden Direktur KFSP, Pamian Siregar menyampaikan beberapa
progress yang sudah dilakukan oleh KFSP guna menurunkan impor BBO di Indonesia diantaranya
adalah pengembangan fasilitas pabrik dan produk, termasuk di dalamnya empat molekul obat seperti
Simvastatin, Atorvastatin, Clopidogrel, dan Entecavir yang siap digunakan oleh industri farmasi di
Indonesia pada program e-katalog. Selain itu, dalam rangka memenuhi kebutuhan mayoritas penduduk
Indonesia yang beragama Islam, Saat ini KFSP juga sedang dalam proses pengajuan sertifikat halal. Hal
ini yang akan menjadikan KFSP sebagai pembeda dari pemasok bahan baku obat lainnya terutama yang
berasal dari Cina dan India. Pengembangan produk BBO lain pun terus dilakukan oleh KFSP sehingga
diharapkan akan mampu berkontribusi pada penurunan impor BBO hingga 25%, dimana hal tersebut
akan berdampak langsung pada percepatan program pemerintah dalam mewujudkan kemandirian
farmasi nasional.
Sumber : https://www.kimiafarma.co.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=783:kunjungan-menteri-kesehatan-ke-kimia-
farma&catid=16&lang=id&Itemid=180

Anda mungkin juga menyukai