Anda di halaman 1dari 3

Perbedaan Jenis-jenis Model SDLC (Waterfall, V-Model, Prototyping, Spiral, dan

RAD) Dalam Proses Pengembangan Perangkat Lunak

SDLC (Systems development life cycle) adalah siklus yang digunakan dalam pembuatan
atau pengembangan sistem informasi yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah secara efektif.
SDLC digunakan untuk membangun suatu sistem informasi agar dapat berjalan sesuai dengan apa
yang diharapkan. Selain itu SDLC juga merupakan pola yang diambil untuk mengembangkan
sistem perangkat lunak, yang terdiri dari tahap-tahap: rencana(planning),analisis (analysis), desain
(design), implementasi (implementation), uji coba (testing) dan pengelolaan (maintenance).
Terdapat 3 jenis metode siklus hidup sistem yang paling banyak digunakan, yakni: siklus hidup
sistem tradisional (traditional system life cycle), siklus hidup menggunakan prototyping (life cycle
using prototyping), dan siklus hidup sistem orientasi objek (object-oriented system life cycle).
SDLC memiliki berbagai jenis dan memiliki pengertian yang berbeda.
Waterfall merupakan metode pengembangan perangkat lunak tradisional yang sistematis.
Metode ini memiliki lima tahapan proses, di antaranya Communication, Planning, Modeling,
Construction, dan Deployment. Communication merupakan fase di mana pelanggan atau pemilik
proyek menyampaikan kebutuhan dan permasalahannya kepada pengembang. Lalu, bersama-sama
mengumpulkan data-data yang diperlukan dan merumuskan fitur-fitur perangkat lunak.
Selanjutnya, menginjak pada proses perancangan. Dimulai dengan merumuskan estimasi kerja,
kebutuhan sumber daya, serta perencanaan alur kerja. Berlanjut dengan tahap perancangan struktur
data, arsitektur, tampilan, dan algoritma perangkat lunak. Rancangan kemudian coba diaplikasikan
pada perangkat keras komputer dalam bentuk bahasa pemograman. Construction juga mencakup
tahapan uji coba pengoperasian perangkat lunak untuk mengetahui kelemahannya. Setelah berhasil
dibuat, perangkat lunak disebarluaskan untuk diimplementasikan pada perangkat pengguna secara
umum. Temuan-temuan dari pengguna, akan menjadi bahan bagi pengembang untuk
mengevaluasi dan memperbaiki perangkat lunak lebih jauh lagi.
Vmodel Model merupakan perluasan dari model waterfall. Disebut sebagai perluasan
karena tahap-tahapnya mirip dengan yang terdapat dalam model waterfall. Jika dalam model
waterfall proses dijalankan secara linear, maka dalam model V proses dilakukan bercabang. Dalam
model V ini digambarkan hubungan antara tahap pengembangan software dengan tahap
pengujiannya. Metode ini juga memiliki 5 proses. Yang pertama yaitu Requirement Analysis &
Acceptance Testing adalah tahap requirement analysis sama seperti yang terdapat dalam model
waterfall. Keluaran dari tahap ini adalah dokumentasi kebutuhan pengguna. Selanjutnya System
Design & System Testing, dalam tahap ini analis sistem mulai merancang sistem dengan mengacu
pada dokumentasi kebutuhan pengguna yang sudah dibuat pada tahap sebelumnya. Keluaran dari
tahap ini adalah spesifikasi software yang meliputi organisasi sistem secara umum, struktur data,
dan yang lain. Selanjutnya yaitu Architecture Design & Integration Testing atau Sering juga
disebut High Level Design. Dasar dari pemilihan arsitektur yang akan digunakan berdasar kepada
beberapa hal seperti: pemakaian kembali tiap modul, ketergantungan tabel dalam basis data,
hubungan antar interface, detail teknologi yang dipakai. Selanjutnya Module Design & Unit
Testing atau sering juga disebut sebagai low level design. Perancangan dipecah menjadi modul-
modul yang lebih kecil. Setiap modul tersebut diberi penjelasan yang cukup untuk memudahkan
programmer melakukan coding. Tahap ini menghasilkan spesifikasi program seperti: fungsi dan
logika tiap modul, pesan kesalahan, proses input-output untuk tiap modul, dan lain-lain. Dan yang
terakhir yaitu Coding. Dalam tahap ini dilakukan pemrograman terhadap setiap modul yang sudah
dibentuk.

Metode prototype digunakan apabila pemilik proyek tahu benar apa yang diinginkannya,
tetapi tidak mengetahui bagaimana cara mengaplikasikannya. Kuncinya terletak pada komunikasi
yang baik antara pelanggan dan pengembang. Pelanggan harus menyampaikan kebutuhannya
secara jelas. Sementara pengembang juga diharapkan mampu menerjemahkan informasi tersebut
agar dapat menghasilkan perangkat lunak yang sesuai. Jika tidak, prototype ini tidak akan menjadi
metode yang efektif. Pengembang memperoleh tantangan besar dari pelanggan. Sebaliknya,
pelanggan dapat terpuaskan jika pengembang berhasil memenuhi kebutuhannya. Kerja sama kedua
pihak akan saling menguntungkan.

Metode spiral menggabungkan dua metode pengembangan yang telah dibahas sebelumnya,
yaitu prototype dan waterfall. Pengembang melaksanakan prototyping dengan cara sistematis
khas metode waterfall. Pelaksanaan metode spiral dilakukan dalam lima langkah. Pertama adalah
komunikasi, yaitu pemilik proyek menyampaikan kebutuhannya kepada pengembang perangkat
runak. Dilanjutkan dengan perencanaan mendetail tentang proyek yang digarap. Langkah
perencanaan diikuti dengan analisis untuk mengidentifikasi berbagai kemungkinan yang bisa
terjadi selama pengembangan. Kemudian, pengembangan perangkat lunak mulai dijalankan dan
setelah jadi akan mendapatkan evaluasi dari pelanggan. Kelima langkah tersebut dilakukan secara
berulang-ulang pada setiap tahapan pengembangan.

RAD (Rapid Application Development). Metode ini menggunakan pendekatan iteratif dan
incremental dan lebih menekankan tenggat waktu dan efisiensi biaya sesuai dengan
kebutuhan. Proses pengembangan dengan Metode RAD dianggap lebih singkat. Pasalnya, semua
pihak, baik pelanggan maupun pengembang, terus terlibat secara aktif dalam setiap proses hingga
hasil dapat tercapai. Di samping itu, tahapan kerja pada metode ini juga lebih sedikit. Alur kerja
hanya dibagi menjadi tiga tahap yang semuanya padat. Identifikasi tujuan yang langsung diiringi
dengan komunikasi dan perancangan, di mana seluruh pihak terlibat aktif dalam setiap
perumusannya. Proses ini menjadi tahap awal dari Metode RAD. Tahap kedua masih melibatkan
semua pihak, yaitu proses mendesain sistem atau perangkat lunak sesuai kebutuhan. Pelanggan
atau pengguna ikut terjun dalam menguji coba perangkat lunak. Perbaikan pun langsung
diterapkan jika pengguna menemukan kesalahan. Ketika pengguna terpuaskan dengan desain
perangkat lunak, setelah melalui berbagai perbaikan, barulah proses kerja menginjak pada tahap
terakhir, yaitu implementasi. Desain perangkat lunak mulai diterjemahkan dalam bahasa mesin
dan bisa digunakan.

Dalam menerapkan sistem SDLC harus mempersiapkan segala kemungkinan yang terjadi,
suatu sistem yang baru memerlukan kerjasama antara sistem dengan sumber daya manusia yang
akan mengelola sistem tersebut. sehingga bila terjadi suatu kekurangan pada suatu sistem yang
baru maka akan cepat di perbaiki.

Daftar Pustaka

Binus University, Faculty of Economics & Communication. Tidak ada tahun. Memahami System
Development Life Cycle. https://accounting.binus.ac.id/2020/05/19/memahami-system-
development-life-cycle/. 5 Oktober 2020

Putra. 2020. 6+ Metode Pengembangan Perangkat Lunak (Waterfall, Rad, Agile, Prototype dll).
https://salamadian.com/metode-pengembangan-perangkat-lunak/. 5 Oktober 2020
Bahuwirya. 2017. Penjelasan Waterfall, V – Model dll.
http://bahuwirya.blogger.mercubuana.ac.id/2017/09/15/penjelasan-waterfall-v-model-dll/. 5
Oktober 2020

Anda mungkin juga menyukai