Anda di halaman 1dari 4

RIVIEW JURNAL TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN TAMBANG

NAMA : ASTI SHAFIRA ANIEZ POLANUNU

NPM : 07382011006

KELAS / SEMESTER :A/1

MATA KULIAH :
Judul : TEKTONOTIK DAN PENGARUHNYA TERHADAP GEMPA DI SUMATERA
BAGIAN SELATAN.

Tahun :

Penulis : 1. Bella Maulidina

2. Fathur Rahman

3. Irma Fitriana Ulfah

Publikasi : Program Studi Ilmu Pemeritahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

REVIEWR : Asti Shafira Aniez Polanunu

Latar Belakang

Tata kelola pertambangan minyak bumi membutuhkan beberapa actor kepentingan yang
dapat menunjang pola hubungan jaringan untuk keberlangsungan koordinasi potensi
sumber daya alam. Begitu juga kegiatan tata kelola pertambangan minyak yang berada di
Desa Wonocolo, Kabupaten Bojonegoro terdapat relasi antar actor. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui ttta kelola dri pertambangan minyak bumi yang berada di Desa
Wonocolo. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori Governance Rhodes.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode
pengumpulan data wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Tujuan

Tujuan penelitian ini membahas tentang tata kelola pertambangan minyak bumi
masyarakat Desa Wonocolo dalam perspektif Governance. Penelitian ini untuk
mengetahui peran actor yang berperan dalam tata kelola minyak bumi dalam
ketergantungannya satu sama lain. Kegiatan pertambangan minyak bumi ini diharapkan
untuk dapat memberikan peningkatan signitifkan dalam aspek ekonomi, bertambahnya
lapangan pekerjaan dan peningkatan dalam program pengembangan masyarakat.

Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif-deskriptif. Lokasi
penelitian ini dilakukan di Desa Wonocolo, Kabupaten Bojonegoro. Untuk mendapatkan
narasumber yang tepat dan sesuai tujuan, teknik penentuan informan pada penelitian ini
menggunakan sistem purposive sample. Pengambilan data yang dilakukan dengan
menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Hasil dan Pembahasan

1. Pengorganisasian Diri.

Wewenang dari pembagian tugas dan peran setiap pemangku kepentingan tersebut diatur
kedalam Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro Nomor 6 Tahun 2012 tentang
Transparansi Tata Kelola pendapatan, lingkungan, dan Tanggung jawab Sosial Perusahan
Pada Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi. terdapat pada BAB I pasal 1 tentang
ketentuan umum yang berkaitan dengan adanya kewajiban dari peran pemangku
kepentingan di kegiatan usaha minyak dan gas bumi. Dari peraturan daerah tersebut,
kemudian menjadi acuan untuk penulis mengelompokkan tugas dan peran actor yang juga
berdasarkan dengan hasil wawancara. Pemetaan actor pemangku kepentingan
pengelolaan pertambangan minyak bumi Desa Wonocolo yang diatur kedalam Peraturan
Daerah Kabupaten Bojonegoro Nomor 6 Tahun 2012, yang berisi mengenai beberapa
peran actor didalam kegiatan pertambangan minyak bumi di Desa Wonocolo. Peraturan
Daerah tersebut digunakan untuk menerbitkan para aktor-aktor agar sesuai dengan
Peraturan Daerah yang sudah ada. Hal tersebut dikarenakan untuk meminimalisir adanya
aktor peran ganda yang kemudian mengakibatkan ketimpangan dan ketidakadilan
terhadap aktor yang lainnya.

2. Jaringan Interorganisasional

Dalam kegiatan pertambangan minyak bumi di Desa Wonocolo, area tersebut terdapat
jaringan-jaringan kelompok kepentingan dan saling bekerjasama dalam lingkungan untuk
membentuk pola interaksi pengelolaan hasil tambang minyak Desa Wonocolo yang akan
dipasarkan ke publik sesuai target interorganisasionalnya yang menyediakan jaringan
pengaman untuk mendorong investasi jangka panjang dan pengambilan resiko. Interaksi
dari jaringan ini meliibatkan aktor-aktor yang terkait dalam perannya secara optimal.
Peranan perusahaan yang berada pada lokasi tambang minyak di Desa Wonocolo ini
sebagai upaya penunjang hasil tambang yang dimana mereka diperbolehkan menambang
atas izin PT. Pertamina untuk meningkatkan hasil tambang yang akan di distribusikan ke
phak pertamina. Hal ini sesuai dengan Intruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Peningkatan Produksi Minyak Bumi Nasional.

3. Pertukaran Sumber Daya

Pertukaran sumber daya dalam tata kelola pertambangan minyak sejauh ini sudah
terlaksana. Khususnya yang pertama adalah pihak penambang dengan PT. Pertamina
selaku yang berperan langsung terhadap kegiatan pertambangan minyak di Desa
Wonocolo. Dari kedua pemangku kepentingan ini saling terjalin satu sama lain. Peranan
dari penambang sebagai sumber daya manusia yang bekerja menambang untuk
menghasilkan minyak perharinya, akan disetorkan ke pihak PT. Pertamina dan
mendapatkan upah ongkos angkat angkut sesuai dengan harga upah nasional. Kemudian
terkait dengan potensi pekerja tambang, sumber daya manusia penambang sangat minim
akan pengetahuan dalam melakukan pertambangan dn skill yang kurang berkomponten.
Dari adanya sumber daya manusia yang kurang PT. Pertamina melakukan pembinaan
terhadap penambang untuk menunjang kinerjanya. Pertukaran sumber daya berikutnya
ada pada PT. Pertamina dan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Hasil produksi yang
disetorkan ke PT. Pertamina dijual pada pihak luar yang disebut lifting.yang dimana
sebelum proses lifting ada tahap produksi. Produksi adalah minyak yang dihasilkan dari
sumur atau hasil tambang minyak yang dilakukan oleh penambang. Kemudian proses
selanjutnya adalah lifting yaitu minyak yang terjual.

4. Aturan Main

Aturan pemerintah bersifat legal formal dimana terdapat peraturan yang tertulis untuk
memberikan keserasian terhadap semua pemangku kepentingan didalamnya. Aturan
tersebut wajib dilaksanakan dan bersifat memaksa. Aturan dibuat sebagaimana sesuai
dengan perimbangan dari undang-undang. Adanya aturan formal diharapkan
terimplementasi dengan baik dalam tata kelola pertambangan minyak bumi dan usaha
ekstraktif.

5. Otonomi Fungsi Aktor

Otonomi dari fungsi aktor PT. Pertamina terkait kegiatan tambang minyak bumi Desa
Wonocolo adalah berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro yang dimana
pemerintah ini memberikan wilayah pertambangan Dessa Wonocolo untuk diawasi oleh
PT. Pertamina dalam proses pengelolaannya. PT. Pertamina selaku pihak perusahan
yang sebagaimana seharusnya memperhatikan aspek CSR, tetapi pada kenyataan di
lapangan justru tidak teralu memperdulikan hal itu. Khususnya pada aspek lingkungan
lingkungan dan seputar kegiatan pertambangan minyak di Desa Wonocolo dalam hal
safety procedure.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tata kelola pertambangan
minyak bumi masyarakat di Desa Wonocolo dalam perspektif indicator pengorganisasian
diri, jaringan interoganisasional, pertukaran sumber daya, aturan main dan otonomi fungsi
aktor dapat dikatakan belum terlaksana dengan efektif. Hal tersebut dikarenakan masih
terrdapat kepentingan-kepentingan sendiri oleh semua aktor untuk mendapatkan
keuntungan secara pribadi.

Referensi

http://jpg.ub.ac.id/index.php/jpg/article/view/27

Anda mungkin juga menyukai