Perkutut juga diyakini sebagai bilangan ke-lima dari kelengkapan seorang Priya sejati
yang sempurna dalam tradisi Jawa yang berlatar kebudayaan keraton yaitu ; Wisma
(rumah), Garwa (Istri), Curiga (Keris), Turangga (Kuda) dan Kukila (Perkutut).
Perkutut merupakan alat pencipta kepuasan atau kenikmatan pribadi. Suara
anggungannya dan keindahan fisiknya dapat memberikan suasana tenang, teduh,
santai bahagia dan seolah-olah manusia dapat berhubungan dengan alam semesta
secara langsung.
Sebagaimana yang telah dikemukakan pada awal tulisan ini, perkutut memiliki
keistimewaan luar biasa karena dianggap memiliki kekuatan gaib yang dapat
mempengaruhi pemiliknya berdasarkan ” Katuranggan ” yang dipercaya memiliki
titisan darah gaib, juga berdasarkan ” Ciri mathi ” adalah ramalan dalam hubungan
bentuk atau sifat tertentu seekor perkutut, sehingga dipercaya memiliki pengaruh baik
(membawa keberuntungan/rezeki, ketenteraman rumah tangga, pangkat, dlsb.) atau
buruk (membawa sial atau mala petaka) bagi pemilik atau si pemelihara tersebut.
Untuk mengetahui baik tidaknya seekor perkutut, dapat ditilik berdasarkan
katuranggan dan ciri mathi berupa ciri fisik seperti bentuk tubuh, bulu, paruh, kaki
dan juga sifat, perilaku serta pada saat berbunyi/manggung yang dapat dijelaskan
sebagai berikut/seperti di bawah ini.
Perkutut Lurah:
Dilihat dari corak warna perkutut, sepintas dapat dilihat persamaan tersamar
dengan ular, dimana keduanya mempunyai lurik yang hampir sama. Perkutut
mempunyai bulu dada yang warnanya lebih terang, bahkan keputih-putihan,
begitu juga dengan ular. Perkutut Lurah ini tinggal dihutan makannya disuapi atau
dibawakan makanan oleh perkutut yang lain yang menjadi anak buahnya.
Biasanya perkutut ini dipelihara oleh atasan atau pemimpin yang mempunyai
kedudukan, karena perkutut ini mempunyai yoni kewibawaan yang luar biasa dan
mendatangkan rezeki yang berlimpah.
Perkutut Putih:
Perkutut ini merupakan primadona yang banyak dikejar-kejar orang, sebab selain
sangat langka, perkutut putih ini diyakini bisa mendatangkan kekayaan bagi si
pemilik atau si pemeliharanya. Warna bulunya seluruhnya putih, matanya merah,
paruh kelabu kemerahan, kaki merah bergaris-garis hitam dan kuku berwarna
putih. Perkutut ini biasanya dahulu hanya dimiliki oleh para Raja atau pemimpin.
Perkutut ini juga diyakini dari hasil perkawinan In breed yaitu antar saudara
sekandung yang berlangsung beberapa generasi sekitar 5 sampai 10 tahun
lamanya. Jadi perkutut putih belum tentu anak-anaknya adalah putih, tetapi
perkutut biasa yang membawa darah putih pada suatu ketika akan mempunyai
keturunan berbulu putih. Konon karena langkanya biasanya sebelum dimiliki
seseorang, perkutut putih datang lewat mimpi dengan rupa orang yang sudah tua,
berambut serta berjenggot putih.
Di samping itu masih ada beberapa jenis perkutut Katuranggan antara lain ;
Perkutut berekor 15 lembar ( Pendawa Mijil ),
Perkutut berwarna tepung tumpeng atau disebut juga Perkutut Daring
Kebak/Tembus,
Perkutut Udan Emas,
Perkutut bermata merah dan kuning ( Mercu Jiwa ),
Perkutut Rondo Semoyo, dll.
Yang kesemuanya mempunyai yoni sendiri-sendiri antara lain untuk nolak santet dan
ketenteraman keluarga ( Tepung Tumpeng ), untuk kewibawaan ( Pendawa Mijil dan
Mercu Jiwa yang kewibawaannya besar ), kelancaran berdagang ( Rondo Semoyo ).
Jadi dapat dibayangkan jika kita mempunyai seekor perkutut berwarna Tepung
Tumpeng, matanya merah atau kuning dan ekornya berjumlah 15 lembar, maka jelas
Jenis Perkutut
Perkutut (Geopelia striata) banyak hidup di hutan-hutan dataran rendah. Sebagai
burung yang masuk dalam suku Columbidae, perkutut mempunyai banyak kerabat
dekat seperti peragam dan punai yang tersebar luas di seluruh dunia. Namun, khusus
jenis perkutut penyebarannya hanya terbatas dari Semenanjung Malaya sampai
Australia.
Di Indonesia jenis perkutut cukup banyak. Penghobi membedakan perkutut yang ada
sesuai dengan daerah asalnya, misalnya perkutut Sumatera, perkutut Jawa, perkutut
Bali, dan perkutut Nusa Tenggara. Khusus untuk di Jawa, masih dibedakan lagi sesuai
dengan asal daerah yang selama ini dikenal sebagai daerah penghasil perkutut
berkualitas, misalnya perkutut Pajajaran, perkutut Mataram, perkutut Majapahit,
perkutut Tuban, dan perkutut Madura.
Di Jawa dulunya perkutut banyak dijumpai di daerah bersemak terbuka yang kering
atau di pinggiran hutan yang berdekatan dengan pemukiman penduduk. Bahkan, dulu
perkutut juga sering dijumpai mencari makan di ladang atau persawahan.
Umumnya perkutut hidup dan mencari makan secara berpasangan atau dalam
kelompok kecil. Burung-burung ini biasanya makan di atas permukaan tanah. Tidak
jarang ditemukan perkutut yang sedang minum secara bersamaan pada sumber air.
Karena tidak mudah terganggu dengan kehadiran manusia dan bisa didekati dalam
jarak beberapa meter, perkutut dikenal sebagai burung yang agak jinak. Bila merasa
terancam, burung ini akan terbang cepat dan berhenti dalam jarak yang pendek atau
bertengger di atas pohon yang tidak jauh dari tempat asalnya.
Di alam bebas perkembang biakan perkutut tidak sebaik di breeding farm. Di alam
bebas perkutut hanya bertelur dua sampai tiga kali setahun yang terjadi pada bulan
Januari-September. Musim berbiak ditandai dengan pembuatan sarang oleh sepasang
perkutut yang sedang berahi. Bentuk sarang agak datar dan tipis. Bagian bawah
sarang dibuat dari kumpulan ranting yang agak kasar, sedangkan bagian atasnya
dilapisi daun rerumputan kering atau serabut yang lebih halus. sarang umumnya
diletakkan pada pohon atau semak yang tidak terlalu tinggi dari permukaan tanah.
Beberapa hari setelah sarang jadi, perkutut betina akan bertelur sebanyak dua butir.
Telur ini berwarna putih dengan bentuk oval. Ukuran telur kurang lebih 22 X 17mm.
Telur akan dierami secara bergantian oleh kedua induk selama kurang lebih dua
minggu, setelah itu telur menetas. Anak perkutut yang baru menetas tampak berwarna
merah, tidak mempunyai bulu, dan matanya masih tertutup. Pada saat seperti ini
anakan masih memerlukan kehangatan dari tubuh induknya. Oleh karena itu, induk
akan mengeraminya sampai tumbuhnya bulu (sekitar umur dua minggu).
Anakan perkutut yang baru menetas oleh induknya diberi makan berupa susu yang
dihasilkan oleh tembolok induknya. Proses penyusuan ini berjalan sesuai dengan
naluri alamiah burung. Anak yang belum bisa melihat tersebut menyentuh-
nyentuhkan paruhnya ke arah mulut induknya. Setelah mengena, anakan tersebut akan
memasukkan kepalanya di tenggorokan induknya. Proses inilah yang dinamakan
Perkutut tangkapan hutan yang telah lama dipelihara orang lazim disebut perkutut
lokal. Perkutut tersebut biasanya sudah pandai manggung, tetapi sayang sulit diternak.
Kendalanya perkutut lokal sangat lamban atau tidak mudah berkembang biak. Upaya
menyilangkan induk jantan perkutut lokal dengan induk betina perkutut Bangkok juga
lambat atau tidak selancar perkutut Bangkok murni. Akhirnya banyak yang memilih
indukan jantan maupun betina perkutut Bangkok murni karena lebih efektif .
Perkutut-perkutut lokal tersebut sebenarnya dalam hal suara tidak terlalu berbeda jauh
walaupun masing-masing mempunyai ciri khas. Perkutut dari satu daerah mempunyai
perbedaan dengan perkutut dari daerah lain, tetapi perbedaannya tidak begitu
mencolok. Bahkan, dalam hal ukuran atau berat badan hampir tidak berbeda. Perkutut
tergolong dalam kelompok burung kecil (betina 19-21 cm dan jantan 20-24 cm)
dengan berat antara 60-70 gram.
Warna tubuh didominasi dengan warna cokelat dengan ekor agak panjang. Warna
pada bagian kepala abu-abu dengan bagian belakang kecokelatan. Leher dan bagian
sisinya bergaris halus. Bagian punggung berwarna cokelat dengan tepi-tepi bulu
berwarna hitam. Bulu sisi terluar pada ekor berwarna agak kehitaman dan pada bagian
ujungnya putih.
Iris (selaput pelangi mata) abu-abu agak kebiruan, paruh abu-abu, dan kaki merah
jambu. Warna lain yang menjadi ciri khas perkutut adalah bulu pada punggung sayap,
sisi leher, dada, dan bagian sisi badan berwarna cokelat agak keabu-abuan.
Jenis perkutut lokal semakin hari semakin kurang diminati oleh penggemar perkutut
terhadap suara yang semakin meningkat. Sekarang ini penggemar perkutut menuntut
suara yang lebih bagus. Artinya, penggemar perkutut sekarang bukan hanya
berpatokan pada munculnya suara depan, tengah, dan belakang saja, melainkan lebih
berkembang lagi pada tarikan suara depan yang panjang, tekanan suara, bersihnya
suara, dan sebagainya. Tambahan tuntutan tersebut jelas tidak bisa di peroleh dari
burung tangkapan alam atau lokal, sebab umumnya suara burung lokal ringan dan
datar. Oleh karena itu, tanpa disadari orang harus beralih pada perkutut hasil silangan.
Hanya dengan cara silangan penggemar bisa memperoleh suara perkutut sesuai
dengan yang diharapkan.
Dengan cara silangan inilah akhirnya penggemar perkutut di tanah air minded dengan
perkutut keturunan asal Bangkok (silsilah keturunan). Perkutut asal Bangkok tersebut
umunya mempunyai kualitas suara yang bisa diandalkan, baik pada irama dan tekanan
suara (depan, tengah, dan belakang) maupun powernya. Hal itu tidak lepas dari
kepiawaian dari penangkar di sana yang memang diakui cukup ahli dalam soal silang-
menyilang perkutut.
Membeli perkutut memang tidak seperti membeli jenis burung lainnya. Dalam
Para pembeli perkutut, baik untuk didengar suaranya maupun untuk lomba, pasti
memilih perkutut jantan. Perkutut jantan mempunyai suara nyaring, tekanan bas pada
suaranya besar, dan power-nya besar sehingga kalau berbunyi akan terdengar lantang
dan stabil. Bagi penggemar perkutut yang masih baru dan awam tentang perkutut,
agak sulit untuk membedakan antara perkutut jantan dan betina. Apalagi kalau
membelinya masih dalam tahap bakalan.
Untuk membedakan perkutut jantan dan betina, bisa dilakukan dengan melihat supit
(tulang di bawah dubur). Kalau supit tersebut rapat atau hampir bersentuhan, bisa
dipastikan jantan. Sebaliknya kalau jarak tulang supit tersebut lebar (sekitar 1 cm atau
seukuran jari tangan), berarti betina. Cara ini baru bisa digunakan setelah piyik
menginjak umur empat bulan. Sebelum umur empat bulan supit pada piyik jantan
relatif renggang sehingga penggemar perkutut yang awam akan kesulitan menentukan
bakalan jantan dengan cara ini.
Setelah bakalan berumur empat bulan, apalagi kalau sudah di atas enam bulan, secara
alami supit jantan akan menyempit sehinga mudah membedakannya dengan yang
betina. Selain itu perkutut jantan yang sudah menjelang dewasa juga bisa diketahui
dari bentuk bola mata, bentuk kepala, bentuk fisik dan suara. Bola mata perkutut
jantan tampak lebih menonjol denga sorot mata yang tajam, sedangkan yang betina
tampak sayu dengan sorot mata lemah. Kepala perkutut jantan berukuran lebih besar
dan agak bulat, sedangkan yang betina lebih kecil dan agak lonjong. Ukuran fisik
tubuh juga demikian, yang jantan biasanya lebih besar dibandingkan dengan yang
betina. suara juga demikian, suara perkutut jantan lebih keras dibandingkan yang
betina.
Walaupun kita telah mengetahui bahwa perkutut tersebut jantan, tetapi tidak ada
salahnya kalau kita melihat lagi kesempurnaan supitnya. Supit perkutut dikatakan
sempurna kalau panjangnya sama dan letaknya sejajar. Perlu diketahui bahwa tidak
jarang ditemukan perkutut jantan yang mempunyai supit panjang sebelah (salah satu
lebih pendek dan letaknya kurang sejajar). Perkutut dengan ciri demikian walaupun
suaranya bagus umunya kurang disukai penggemar karena dianggap cacat dalam
katuranggan, ada cacat dalam tubuhnya.
Bakalan perkutut yang baru berumur beberapa hari (masih di bawah umur satu bulan)
sulit diketahui baik atau tidak. Oleh karena itu, penggemar perkutut jarang yang
membeli perkutut pada umur ini. Membeli perkutut yang berumur di bawah satu
bulan mempunyai resiko gambling cukup tinggi kecuali kalau sudah diketahui
pasangan induk di kandang tersebut telah dikenal sering melahirkan juara. Tidak
jarang anakan yang baru menetas langsung dibeli jika dari kandang tersebut sering
Penggemar perkutut banyak yang memesan anakan perkutut pada peternak yang telah
punya nama karena ada jaminan kualitas. Bahkan, untuk menjamin nama baik bird
farm-nya ada peternak yang bersedia menukar kalau burung yang kita beli ternyata
kualitasnya jelek. Salah satu cara yang aman dalam membeli anakan perkutut yang
baru lahir dan belum berbunyi adalah membeli dari peternakan yang sudah dikenal
sering melahirkan perkutut juara. Kalau kita membeli piyik dari peternakan yang
sering melahirkan juara, kita bisa mengetahui silsilah (garis keturunan) induknya.
Kalau induknya bagus dan sering melahirkan anakan juara, bisa dipastikan anakan
selanjutnya mempunyai kualitas yang tidak jauh berbeda dengan kakak-kakaknya.
Namun untuk membeli burung yang demikian selain harganya cukup tinggi, kita
harus antre.
Bila mau lebih yakin lagi kita bisa membeli bakalan yang berumur antara 1-1,5 bulan.
Pada umur tersebut bunyi burung masih dalam bentuk suara angin. Bagi penggemar
yang paham, dari suara tersebut sudah bisa diperkirakan suara dewasanya. Jika yang
keluar bunyi pess-pess-pes, bisa dipastikan burung tersebut nantinya bersuara engkel
atau jalan tiga. Kalau pess-pess-pess-pess, diperkirakan tumpang sari atau dobel.
Kalau suara piyik tersebut terdengar pess-pess-pess…pess..pess, diperkirakan burung
tersebut nantinya bersuara dobel, tumpang sari, atau engkel. Oleh karena itu perlu
kejelian dalam mendengarkan panjang pendeknya suara angin sehingga dapat
diketahui pess mana yang menjadi suara tengah dan yang mana suara belakang. Kalau
masih ragu dengan kemampuan memilih, sebaiknya ditunggu sampai burung berumur
1,5-2 bulan. Pada umur ini suara angin yang dimiliki piyik akan berganti dengan suara
perkutut yang lebih jelas walaupun masih belum menunjukkan suara asli perkutut
dewasa.
Bakalan dewasa banyak dijual dipeternakan , show room, atau pasar burung. Di
tempat ini diperdagangkan bakalan dewasa dengan berbagai macam harga, jenis dan
kualitas. Untuk membeli bakalan dewasa, sebaiknya kita bertanya pada diri sendiri
terlebih dahulu, apakah perkutut tersebut kita pelihara hanya didengar kungnya saja
atau untuk diturunkan di arena konkurs perkutut. Kalau cuma mau dipelihara hanya
untuk petetan saja kita bisa mampir diperdagang yang jual perkutut pada tingkat harga
antara Rp. 25.000,00 – Rp. 50.000,00 per ekor. Perkutut yang murah tersebut
umumnya ditempatkan secara bergerombol dalam kotak besar ( ranji ). Perkutut yang
berada dikelas bawah tersebut kebanyakan hasil tangkapan dari alam, produk
peternakan lokal, atau silangan burung lokal dengan burung sortiran Bangkok.
Membedakan antara burung tangkapan dari alam ( hasil jaringan ) dan hasil
penangkaran cukup mudah. Hasil tangkapandari alam biasanya kakinya tidak
bercincin, sedangkan hasil penangkaran umunya bercincin. Karena harganya murah,
biasanya penjual tidak mau menjamin perkutut tersebut bersuara bagus. Perlu
diketahui, sebelum dimasukkan ranji, pedagang telah menyeleksi burung-burung
tersebut. Burung yang bersuaranya agak bagus biasanya langsung disangkarkan
tersendiri, dan dijual dengan harga lebih tinggi. tidak jarang burung hasil seleksi
tersebut kemudian dipasangi cincin untuk meyakinkan pada calon pembeli bahwa
burung tersebut hasil penangkaran. Untuk itu, sebelum membeli burung perkutut
Ciri burung lokal lain bila diperhatikan lebih teliti akan semakin tampak. Misalnya
bulu mata agak kasar dan pada bola matanya terlihat seperti ada ring berwarna putih
yang bisa membesar dan mengecil. Mata perkutut lokal agak besar sedangkan
perkutut Bangkok tampak lebih sipit. perkutut lokal biasanya berbadan kurus
sedangkan perkutut bangkok atau hasil silangan biasanya lebih gemuk. Khusus
perkutut lokal asal Nusa Tenggara justru paling mudah dikenali. pelupuk matanya
memiliki ring berwarna kuning, bulu tubuh tampak hijau agak gelap dan kakinya
terlihat lebih hitam.
Hampir semua peternak Lokal maupun Import memberikan cincin pada kaki perkutut
hasil tangkarannya. Hal itu untuk memberikan tanda asal peternakan mana, kelahiran
keberapa, dan keturunan siapa burung tersebut. Dengan demikian, kalau sewaktu-
waktu mau merunut induknya, bisa mengetahuinya dari cincin tersebut. Bagi peternak
lokal, pemberian cincin tidak lepas dari himbauan P3SI ( Persatuan Penggemar
Perkutut Seluruh Indonesia ) agar ternak lokal memberikan cincin pada perkutut hasil
tangkarannya agar bisa diketahui bahwa perkutut tersebut hasil tangkaran, bukan hasil
tangkapan dari alam. Untuk peternakan besar, biasanya silsilah sangat diperhatikan.
Setiap anakan yang dijual biasanya disertai dengan Sertifikat.
Cincin tidak menjamin kalau burung tersebut hasil tangkaran peternak. Sekarang ini
banyak pedagang atau bahkan peternak yang mencoba memalsu cincin burung hasil
tangkarannya dengan cincin yang berkode peternakan terkenal yang sering
melahirkan burung juara. Mengetahui begitu berartinya sebuah cincin yang melingkar
dikaki perkutut, sampai-sampai muncul istilah cincin palsu atau jual beli cincin.
Munculnya kasus pemalsuan cincin tersebut tidak lepas dari keinginan peternak atau
pedagang yang ingin meniru kesuksesan peternak lain. Misalakan saja perkutut milik
si A di arena konkurs selalu menyabet juara akan lumrah bila para penggemar
perkutut akan berbondong-bondong ke peternakan A utnuk memesan saudara atau
turunan perkutut yang juara tadi. Karena banyaknya pesanan, biasanya harga saudara
atau turunan perkutut juara tadi akan melambung tinggi. Tingginya harga perkutut
tersebut tidak jarang digunakan aji mumpung oleh peternak itu. Misalnya ia membeli
burung milik peternak lain yang kualitasnya lebih rendah dan harganya lebih miring,
kemudian peternak tersebut memasang ring atas nama peternakannya agar burung
tersebut tampak sebagai hasil tangkaran peternakannya. burung ini kemudian dijual
dengan harga yang tinggi setaraf dengan keturunan perkutut juara tadi. penggemar
perkutut sendiri sulit membedakan apakh burung tersebut asli anakan dari indukan
yang melahirkan anakan juara atau anakan perkutut lain karena cincin yang terpasang
tersebut asli dari peternakan bersangkutan. Oleh karena itu membeli anakan perkutut
juara, dipeternakan besar perlu hati-hati dan perlu meminta jaminan keaslian dari
peternaknya.
Untuk mengetahui apakah cincin yang melingkar dikaki perkutut asli atau tidak, tidak
terlalu sulit. Kalau asli, cincin tersebut sulit dilepas karena agak ngepress dengan
kaki. kalau burung sudah berusia 1 bulan, cincin asli susah dilepas. kalau dipaksa
dilepas atau dipasang akan membuat burung yang bersangkutan cedera. Oleh karena
Ukuran cincin yang bisa dibongkar pasang pada kaki perkutut biasanya berdiameter
agak besar, dikenal dengan ukuran 44. Cincin tersebut bisa dikeluar masukkan pada
pergelangan kaki perkutut walaupun burung sudah dewasa. cincin asli diameternya
lebih kecil, dikenal dengan ukuran 41.
Praktek pelepasan perkutut sortiran dipasaran ini bukan cuma dilakukan oleh peternak
lokal saja, melainkan juga peternak-peternak top di Bangkok. Kemana perkutut-
perkutut sortiran dilempar ? ternyata peternakan terkenal di Bangkok banyak
melempar sortirannya ke Indonesia. Hal itu dikarenakan pasar perkutut paling besar
adalah Indonesia. Walaupun perkutut Cut Ring merupakan burung sortiran, bukan
berarti bahwa semua burung yang di sortir jelek sebab kemungkinan untuk ” meledak
” di konkurs masih ada, apalagi kalau sortiran tersebut dari peternakan terkenal.
Seperti diketahui, penyortiran perkutut tersebut dilakukan oleh peternak setelah
burung tersebut melewati masa ngurak ( brodol dulu ) yang pertama atau usia burung
antara 4 – 5 bulan. Mengapa demikian ? Sebelum ngurak burung sulit diramalkan
suaranya. Bisa saja pada saat piyik suaranya menandakan baik, tetapi setelah ngurak
malah jeblok. Begitu juga sebaliknya. Tidak sedikit bakalan pada saat piyik suaranya
kurang baik ternyata setelah melewati masa ngurak justru lebih baik. Oleh karena itu,
selepas masa ngurak baru bisa diketahui apakah suara perkutut baik atau tidak.
Burung yang tidak baik inilah yang kemudian di Cut Ring. namun, bukan berarti yang
Cut ring pasti jelek. Tidak jarang para penggemar yang paham pada perkutut justru
lebih suka membeli perkutut Cut Ring dari peternakan terkenal. Dengan bekal
pengetahuan dan keahlian merawat, penggemar tersebut bisa memilih bakalan yang
nantinya bisa meledak di arena konkurs setelah dirawatnya.
Bagi penangkar, jika hasil tangkarannya menjadi juara dan banyak pemesan yang
datang bisa dipastikan akan menaikkan harga burungnya menjadi puluhan kali lipat
dari harga sebelumnya. Dengan dasar itulah bisa disimpulkan bahwa belum tentu
perkutut yang di Cut Ring adalah perkutut kelas rendah. Apalagi kalau perkutut
tersebut di jual di peternakan atau show room bergengsi dengan harga ratusan ribu
sampai jutaan rupiah, bisa dipastikan perkutut tersebut berkualitas baik.
Katuranggan Perkutut
Selama ini dalam dunia perkutut ada istilah katuranggan yang merupakan
penggabungan dari dua istilah Jawa katur dan angga. Katur dalam bahasa Jawa berarti
pemberitahuan dan angga berarti tubuh. Jadi, katuranggan berarti pemberitahuan atau
pengetahuan tentang bentuk tubuh. Dalam membeli perkutut para penggemar perkutut
tidak bisa lepas dari katuranggan. Terlebih lagi kalau perkutut yang bakal dibeli
tersebut harganya sampai jutaan rupiah, pasti calon pembeli sangat memperhatikan
katuranggan. Dari katuranggan bisa diramalkan suara dan titik klimaks suara perkutut.
Oleh karena itu, biasanya calon pembeli minta izin pada penjual agar diperbolehkan
memegang burung yang akan dibeli. Izin memegang ini maksudnya untuk mengetahui
apakah katuranggan burung tersebut sempurna atau tidak.
Selama ini patokan yang dijadikan katuranggan ada beberapa hal, misalnya bentuk
kepala, paruh, badan, dan ekor. Patokan tersebut adalah sebagai berikut :
Perkutut yang bentuk kepalanya bulat lonjong seperti buah jambe diperkirakan
mampu mengeluarkan suara yang bagus dan maksimal. Burung yang mempunyai
bentuk kepala demikian diperkirakan kemerduan suaranya dapat bertahan sampai
tua. Oleh karena itu, kepala demikian termasuk kategori terbaik.
Perkutut yang bentuk kepalanya mbeton nongko (seperti biji nangka) diperkirakan
mempunyai kemerduan suara yang cukup bagus dan bisa bertahan sampai tua.
Namun, kemerduan suara tersebut jarang yang mencapai maksimal.
Perkutut yang bentuk kepalanya bulat seperti mata uang diperkirakan mempunyai
kemerduan suara yang cukup bagus dan akan terus meningkat sampai burung
tersebut berumur 24 tahun. Selebihnya suaranya akan menurun.
Perkutut yang bentuk paruhnya ngepel (seperti buah burahol), bentuk badan
ngontong (seperti kuncup bunga pisang), dan dipadu dengan ekor yang
meruncing, bisa diperkirakan mempunyai suara tengah yang cukup jelas dan
bersih. Burung dengan ciri-ciri seperti ini termasuk burung yang paling baik.
Walaupun sudah ada petunjuk atau ramalan dari katuranggan, tetapi akan lebih baik
lagi kalau kita tetap memperhitungkan kesempurnaan dari bentuk fisik lainnya,
misalnya badan sehat dan tidak ada yang cacat di antara bagian tubuhnya. Bentuk
dada dipilih yang bidang. Dada yang bidang menunjukkan kalau tubuh burung
tersebut baik dan mempunyai kantung suara yang baik juga sehingga suara yang
dikeluarkannya kebanyakan juga baik
Persyaratan anggota badan lain yang menjadikan burung tergolong kategori baik
adalah leher yang panjang dengan bagian tenggorokan agak besar, mata cerah
pandangan tajam, serta kaki ramping dengan sisik teratur dan mengkilat.
Konkurs Perkutut
Pelaksanaan konkurs perkutut meliputi tata cara penyelenggaraan, tata cara penjurian,
dan sistem penilaian suara perkutut. Keseluruhannya dihimpun dalam satu ketetapan,
yaitu Tata cara konkurs dan penjurian P3SI. Jenjang konkurs menurut pedoman P3SI
dibedakan 4 tingkat, yaitu lokal, regional, besar dan nasional.
Berdasarkan usia dan prestasi perkutut yang disertakan, konkurs perkutut dibedakan
atas 3 kelas, yaitu konkurs piyik, yunior, dan senior. Konkurs piyik pada umumnya
digelar pada hari Sabtu sore, menjelang lomba konkurs senior atau yunior yang
berlangsung pada esok pagi harinya. Dengan demikian, konkurs piyik telah
berkembang menjadi konkurs sore. Kelemahan konkurs sore untuk piyik adalah
banyak piyik yang terkena stress karena kondisi fisik yang belum sekuat perkutut
dewasa. selama ini, belum ada aturan baku untuk konkurs piyik. Bunyi piyik tak
mungkin gacor seperti perkutut dewasa yang mampu berbunyi sampai 5-6 kali
berturut-turut. Paling banter kemampuan piyik hanya berbunyi 2-3 kali saja.
Setelah mendapat bendera tanda bunyi, juri terus memantau perkembangan suara
perkutut. Kalau layak ditingkatkan, juri akan memberitahukan pada penancap bendera
untuk memberikan bendera koncer satu warna yang berukuran lebih besar
dibandingkan bendera tanda bunyi. Bendera koncer satu warna (hijau) ini sebagai
pertanda bahwa burung tersebut sudah mendapat nilai 42.
Burung yang gacor (bunyi terus) dan bunyinya makin lama semakin bagus, nilainya
dapat ditambah, tetapi harus menunggu burung itu berbunyi sampai empat kali
berturut-turut. Apabila telah layak nilainya dinaikkan, bendera koncer satu warna
dicabut, diganti bendera koncer dua warna (hijau di bagian bawah dan kuning di
atasnya). Bendera ini berarti nilainya naik menjadi 42,5. Untuk menambah bendera
dua warna menjadi tiga warna (merah, kuning, hijau) yang berarti jumlah nilainya 43,
tidak bisa diputuskan oleh seorang juri penilai saja.
Bendera koncer bisa ditambahkan menjadi empat warna, asalkan kualitas burung
masih layak untuk diberi nilai lebih tinggi. Bendera koncer empat warna (putih,
merah, kuning, dan hijau) dilengkapi dengan gombyok kecil pada bagian atasnya.
Bendera ini menandakan total nilai yang diraih 43,5.
Pemberian bendera empat warna berikut gombyok kecil melalui prosedur sebagai
berikut :
Burung telah delapan kali manggung berturut-turut tanpa salah dan memenuhi
syarat keindahan.
Diusulkan oleh juri atau koordinator kepada koordinator lain atau ketua (dewan)
juri.
Penilaiannya disetujui oleh dua orang koordinator atau seorang koordinator dan
ketua juri.
Bendera lima warna merupakan bendera empat warna (putih, merah, kuning, dan
hijau) dengan gombyok besar. Burung yang mendapat bendera ini berarti memperoleh
nilai 44. Burung dengan kualitas yang pas-pasan sulit memperoleh bendera lima
warna. Untuk mendapatkan bendera ini, burung harus memenuhi syarat yaitu ; gacor
Bendera koncer lima warna dengan gombyok besar dua warna di bagian atas hanya
bisa diraih oleh burung yang sudah lolos dengan meraih bendera lima warna dengan
gombyok besar satu warna. Bendera koncer lima waran dengan gombyok besar dua
warna diberikan bila jumlah nilai yang diperoleh 44,5. Bendera ini hanya akan diraih
oleh beberapa ekor burung saja, terutama di babak ketiga atau di babak keempat saja.
Bendera lima warna plus ini bisa diraih bila; burung berbunyi sepuluh kali berturut-
turut tanpa salah dan diusulkan oleh koordinator juri serta ketua dewan juri
menyertakan tanda tangannya sebagai pengesahan.
Bendera yang paling istimewa adalah bendera koncer lima warna dengan gombyok
besar dua warna dan satu bola ping pong di atasnya. Burung yang mendapat bendera
ini benar-benar istimewa karena mempunyai nilai bulat 45. Pemberian total nilai 45
ini sangat jarang terjadi sebab bendera istimewa ini hanya diberikan untuk burung
yang sudah lolos meraih nilai 44,5. Nilai tertinggi ini masih layak naik setengah poin
lagi sehingga menjadi 45. Masing-masing unsur penilaian, yaitu suara depan, tengah,
ujung, kualitas suara, dan iramanya, memperoleh nilai 9 (nilai maksimal). Apabila
dalam perhitungan terakhir terjadi nilai draw (sama), misalnya sama-sama bernilai 44,
tugas para perumus yang berhak menentukan juaranya. Berdasarkan peraturan P3SI,
pemenangnya adalah burung yang memiliki backing nilai tambah dibandingkan
lawannya. Misalnya, burung A pernah menyabet nilai 44,5 di babak kedua, sedangkan
di babak lainnya kurang dari angka tersebut. Adapun burung B tidak pernah menyabet
nilai setinggi itu selama 4 babak lomba. Walaupun total nilai empat babak dibagi rata
jumlahnya sama (44), burung A ditetapkan sebagai juaranya.