Anda di halaman 1dari 15

KLASIFIKASI, KONSEP DAN TERMINOLOGI BIAYA

D
I
S
U
S
U
N
OLEH

KELOMPOK: 1

NAMA NIM
NURHALIMAH 1740200314
SULHA AINUN SIREGAR 1740200100
MUHAMMAD HAPIZ SIREGAR 1740200178

DOSEN PENGAMPU:
BUDI GAUTAMA SIREGAR, S.Pd., MM
(AKUNTANSI 01/SEMESTER 7)

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI PADANGSIDIMPUAN
T.A 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt dengan taufik dan
hidayahnya, sehingga makalah kami dengan judul “ selesai sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Shalawat dan salam tak lupa juga kami
curahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, seluruh
keluarganya, para sahabat-sahabatnya dan pengikut beliau hingga akhir
zaman, yag dengan berkat mereka kita semua bisa terbebas dari jurang
kebodohan sehingga kita bisa hidup di era globalisasi yang penuh dengan
cahaya ilmu seperti sekrang ini.
Pada kesempatan ini tak lupa kami ucapkan terimakasih yang sebesar-
besarna kepada bapak BUDI GAUTAMA SIREGAR, S.Pd,.MM selaku
dosen mata kuliah AKUNTANSI MANAJEMEN yang telah
membimbing kami dalam proses pembelajaran. Dan tak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada rekan-rekan dari kelompok 1 yang telah bersama-sama
ikut membantu menyelsaikan makalah ini.
Akhirnya, semoga Allah Swt memberikan curahan ilmunya kepada
kita semua dan semoga kita diberi taufik dan hidayahnya untuk
mengamalkan apaa yaang diperintahkan dan menjauhi segala apa yang
dilarangnya, mudah-mudahan tulisan sederhana ini bisa memberi manfaat
kepada kita semua.

2
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Dalam akuntansi di Indonesia terdapat istilah-istilah biaya dan harga
perolehan yang identik dengan cost dalam literatur berbahasa inggris. Harga
perolehan biasanya digunakan untuk pengorbanan manfaat ekonomis yang
dilakukan untuk mendapatkan suatu aktiva. Istilah biaya umumnya digunakan
untuk pengorbanan manfaat ekonomis untuk memperoleh jasa yang tidak
dikapitalisasi nilainya. Beban merupakan biaya yang tidak dapat memberikan
manfaat di msa yang akan datang, atau identik dengan biaya atau harga
perolehan yang sudah habis masa manfaatnya.
Dalam akuntansi dikenal konsep biaya yang berbeda untuk tujuan
yang berbeda. Untuk berbagai keperluan, biaya dapat dikelompokkan
menurut berbagai karakteristik. Untuk penyajian laporan keuangan bagi
kepentingan pihak eksternal biaya dibagi menurut fungsi-fungsi organisasi.
Sehingga terdapat kelompok beban pokok penjualan, biaya penjualan, beban
administrasi dan umum serta beban non-operasi.
2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan biaya?
b. Bagaimanakah proses pembebanan biaya?
c. Bagaimanakah contoh analisis perilaku biaya?
d. Apa yang dimaksud dengan klasifiaksi biaya?
3. Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui pengertian dari biaya.
b. untuk mengetahui bagaimanakah proses pembebanan biaya.
c. untuk memahami contoh dari analisis perilaku biaya.
d. Untuk mengetahui pengelompokan dari klasifikasi biaya.

3
B . Pembahasan
1. Defenisi Biaya
Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk
mendapatkan barang atau jasa yang di harapkan memberi manfaat saat ini
atau di masa yang akan datang bagi sebuah organisasi. Ekiivalen kas artinya
ialah sumber non kas yang dapat di ukur dengan barang atau jasa yang
diinginkan. Dalam usaha menghasilkan manfaat saat ini dan di masa yang
akan datang, manjer harus melakukan berbagai usaha untuk meminimumkan
biaya yag dibutuhkan dalam mencapi manfaat tersebut. Mengurangi biaya
yang diperlukan untuk mencapi tujuan berarti perusahaan menjadi lebih
efisien.
Akan tetapi, biaya tidak hanya harus ditekan, tetapi harus dikelola secara
strategis. Biaya dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat di masa yang akan
datang. Adapun manfaat bagi perusahaan yang berorientasi laba/profit
oriented ialah pendapatan. Jika biaya telah dihabiskan dalam proses
menghasilkan pendapatan, maka biaya tersebut dinyatakan
kadaluarsa(expire). Biaya yang sudah kadaluarsa disebut beban(expense).
Dalam setiap periode, beban akan dikurangkan dari pendapatan dalam
laporan laba rugi, untuk menentukan laba periode tersebut. Sedangkan biaya
yang belum kadaluarsa disebut sebagi cost, yang akan dilaporkan dalam
laporan neraca.1
Biaya menurut para akuntan dapat didefinisikan sebagai suatu nilai tukar,
prasyarat, guna memperoleh manfaat. Biaya adalah harga perolehan yang
dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau
revenue yang akan dipakai sebagai pengurang penghasilan. Biaya merupakan
pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah

1
Arfan Ikhsan, Akuntansi Manajemen Perusahaan Jasa (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hlm.
153.

4
terjadi, sedang terjadi, atau yang kemungkinan akan terjadi untuk
mendapatkan tujuan yang tertentu.2
Masalah paling mendasar tentang biaya ini ialah dasar untuk
mengukurnya, yaitu berapa nilai rupiah yang akan dipakai untuk suatu
pengorbanan sumber daya. Sumber daya tersebut berupa, piutang, persediaan
barang, tanah, waktu, tenaga, keuasaan dan lainnya. Secara akuntansi, semua
aktiva adalah sumber daya. Masalah paling mendasar tentang biaya ini adalah
dasar untuk mengukurnya, yaitu berapa nilai rupiah yang akan dipakai untuk
suatu pengorbanan sumber daya.
Dasar pengukuran yang digunakan para ahli sampai saat ini adalah unit
moneter atau nilai uang dari sumber daya yang dikorbankan. Nilai uang yang
dikorbankan bisa merupakan harga yang disepakati antara antara pembeli
dengan penjual(biaya aktual) dan nilai laba yang terlewatkan atau rugi yang
terlewatkan karena kehilangan suatu kesempatan (biaya
kesempatan=opportunity cost). Secara umum biaya kesempatan dapat dikatan
sebagai laba yang hilang karena melakukan salah satu tindakan sebagaimana
bertolak belakang dengan yang lainnya.3
2. Klasifikasi Biaya
Alat yang kedua adalah kemampuan untuk mengklasifikasikan biaya.
Karena aktivitas yang penting dari manajemen adalah pengendalian jumlah
dan banyaknya biaya individual dari aktivitas suatu perusahaan, teknik
pengelompokan menjadi berharga. Biaya perlu di klasifikasikan dengan
maksud untuk membantu hubungan di antara data biaya sebagai bahan
masukan dalam perencanaan dan pengendalian.
Klasifikasi biaya merupakan proses pengelompkan biaya berdasarkan
tujuan dari informasi biaya yang di sajikan. Untuk memudahkan dalam
melakukan pencatatan biaya dan menyusun laporan keuangan, serta
memberikan gambaran informasi yang akurat kepada pihak manajemen, maka

2
Putri Andriani A. Sultan, “Pengaruh Biaya Promosi, Biaya Distribusi, Dan Biaya
pengembangan Terhadap Volume Penjualan Pada PT. Ultrajaya Milk Industri” (Skripsi, STIE
Mahardhika Surabaya, 2016), hlm. 5.
3
Edi Herman, Akuntansi Manajemen Suatu Orientasi Praktis (Jakarta: Mitra Wacana Media,
2013), hlm. 29-31.

5
komponen biaya di kelompokkan dalam beberapa akun. Klasifikasi biaya
yang cukup tua dibuat oleh Profesor Matz dan Usry dengan tujuan yang
beraneka ragam. Mereka mengelompokkan biaya yang banyai tersebut
menjadi 7 bagian untuk 5 tujuan. Tujuan tersebut sebagai berikut:
a. Perencanaan laba melalui alat anggaran.
b. Mengontrol biaya via akuntansi pertanggungjawaban.
c. Mengukur laba periodik atau tahunan, termasuk kosting persediaan.
d. Membantu dalam penetapan harga dan kebijakan harga.
e. Menyajikan data biaya yang relevan untuk proses analisis dalam
pengambilan keputusan.
Dan klasifikasi yang tujuh tersebut ialah berikut:
1. Berdasarkan sifat dari biaya tersebut (klasifikasi natural).
2. Berdasarkan periode akuntansi didalam mana biaya dibebankan.
3. Perubahan berdasarkan tendensinya untuk berubah sesuai dengan
perubahan volume atau aktivitas.
4. Berdasarkan hubungannya dengan produk,
5. Berdasarkan hubungannya dengan departemen produksi.
6. Untuk perencanaan dan pengendalian.
7. Untuk tujuan analisis.
Adapun penjelasan dari klasifikasi diatas ialah, klasifikasi natural
merupakan pengelompokan dimana sebagian besar masyarakat sudah
mengetahuinya. Dengn nama biaya saja, semua orang mengetahui untuk apa
biaya dibayarkan. Dengan nama biaya bahan orang mengetahui bahwa biaya
itu dikeluarkan karena terpakainya bahan,upah karena balas jasa yang
diberikan tenaga kerja, biaya listrik karena terpakainya Kwh listrik, biaya
bunga karena adanya kredit yang dipakai perusahaan dan sebagainya.
Pengelompokan selanjutnya dilakukan menjadi biaya produksi, biaya
pemasaran, biaya administrasi dan biaya rupa-rupa.
Klasifikasi menurut periode akuntansi yaitu prinsip akuntansi going
concern menjadi dasar bagi akuntan untuk menilai aktiva berdasarkan cost
dimana manfaat ekonomisnya relatif bertahun-tahun. Karena pelaporan sering
disiapkan secara berkala (bulanan, semesteran, tahunan), maka sebagian besar

6
cost tersebut telah habis masa manfaatnya. Oleh karenanya pengorbanan atas
sumber daya dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu, pengeluaran
modal dan pengeluaran pendapatan.
Pengeluaran modal ialah biaya dimana masa manfaatnya lebih dari satu
periode akuntansi, sementara bagian dai pengeluaran modal yang harus
dipertemukan dengan pendapatan selama periode akuntansi bersangkutan
disebut dengan pengeluaran pendapatan (beban=expense). Klasifikasi ini
sering digunakan untuk tujuan pelaporan ke pihak luar.
Berdasarkan tendensinya berubah sesuai dengan volume atau aktivitas.
Banyak biaya dimana totalnya berubah sesuai dengan variasi volme produksi
atau penjualan atau intensitas aktivitas yang dilakukan dan banyak juga yang
tetap meskipun terjadi volume berfluktuasi. Namun ada biaya yang berubah
jumlahnya tetapi tidak secara proporsional sesuai dengan variablitas volume
atau level aktivitas (biaya semivariabel). Oleh karenanya, ada tiga jenis biaya
dibawah klasifikasi ini, yaitu biaya variabel, biaya semi variabel dan biaya
tetap.
Bersadarkan hubungannya dengan produk. Beberapa biaya mempunyai
hubungan langsung dengan produk atau jasa yang dihasilkan dan sebagian
tidak. Oleh kerenanya, ada nama biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak
langsung (indirect cost). Bahan baku adalah salah satu biaya langsung dari
produk yang dihasilkan, sehingga ada yang menamakannya biaya primer
(prime cost), sementara upah dan overhead disebut biaya perubah
(conversion cost).
Berdasarkan hubungannya dengan departemen produksi. Bagian pabrik
yang langsug mengkonversi bahan menjadi barang jadi disebut departemen
produksi (producting departement). Bagian yang mensuplai bantuan atau
servis untuk kelancaran produksi disebut dengan departemen pembantu.
Disamping itu, ada biaya yang disebut comment cost atau general cost
dimana manfaat dari biaya itu dinikmati oleh seluruh bagian atau departemen
yang ada.
Klasifikasi untuk perencanaan dan pengendalian, untuk tujuan
perencanaan seperti anggaran, ada biaya yang disebut dengan biaya standar.

7
Dengan adanya biaya standar, evaluasi operasi yang sedang berjalan dapat
dilakukaan sehingga dapat diketahui tingkat prestasi seseorang, kelompok,
departemen atau perusahaan secara keseluruhan.
Klasifikasi untuk tujuan analisis, banyak masalah dihadapi selam operasi
dan keputusan harus dibuat untuk mengatasinya. Manajer sering bingung
dalam memutuskan dari sekian banyak opsi yang tersedia. Untuk itu akuntan
harus siap untuk membantu menganalisis masing-masing alternatif.
Menghadapi banyak opsi yang di ajukan kepada manajer, akuntan harus
mengetahui apakah suatu biaya adalah relevant atau tidak untuk dimasukkan
kedalam model analisis. Sehingga timbullah istilah relevant cost dan
irrelevant cost.
Yaitu biaya langsung dan tidak langsung, biaya langsung ialah biaya
yang dapat ditelusuri secara langsung ke objeknya. Karekteristik dari biaya
langsug ini ialah tanpa ada biaya ini maka tidak akan ada produk atau jasa
yang akan dihasilkan. Sedangkan biaya tidak langsng ialah biaya yang tidak
dapat ditelusuri secara langsung ke objeknya. Biaya tidak langsung disebut
juga umum, biaya ini timbul sebagai akibat pemakaian bersama suatu
fasilitas, jasa oleh obejek biaya tertentu.
Biaya tidak langsung sering kali menimbulkan kontroversi dalam
menentukan cost per unit dari produk atau jasa tertentu. Untuk pelaporan ke
pihak luar, biaya tidak langsung cenderung dialokasikan ke produk atau jasa
berdasarkan metode tertentu. Sementara itu untuk pengambilan keputusan dan
penilaian prestasi divisi seringkali menimbulkan kontroversi karena penilaian
prestasi manajer dapat dipengaruhi oleh metode yang digunakan. Oleh karena
itu, perlakuan biaya tidak langsung ke produk tergantung kepada kebujakan
manajemen.4
4. Analisis Perilaku Biaya
Perilaku biaya adalah istilah umum untuk menggambarkan apakah biaya
berubag seiring dengan perubahan output. Kemungkinan yang paling

4
Edi Herman, Akuntansi Manajemen Suatu Orientasi Praktis (Jakarta: Mitra Wacana Media,
2013), hlm. 35-38.

8
sederhana mengenai reaksi biaya terhadap perubahan output adalah biaya
tetap, biaya variabel, dan biaya campuran.5
Analisis perilaku biaya mampu memberikan masukan bagi manajemen
dalam proses estimasi biaya produksi. Analisis perilaku biaya dapatdigunakan
sebagai salah satu perangkat bgai mnajemen untuk memprediksi biaya yang
akan dikeluarkan di masa yang akan datang, menentukan besaran skema
biaya beserta pendapatan, serta melaukan analisis sensitivitas. Agar tercipta
analisis perilaku biaya yang andal, terlebih dahulu setiap biaya harus
diidentifikasi, dipilih, dan dikelompokkan kedalam unsur biaya tetap dan
biaya variabel.
Pengidentifikasian, pemisahan dan pengelompokan biaya kedalam unsur
tetap dan unsur variabel tersebut menjadi sebuah titik kritis dalam analisis
perilaku biaya. Jika ketiga kegiatan itu dilakukan dengan tidak benar,
informasi yang dihasilkan menjadi tidak akurat. Apabila informasi yang
digunakan manajemen tidak akurat, keputusan yang dihasilkan menjadi
kurang tepat atau atau bahkan menyimpang. Ketika kondisi demikian terjadi,
dapat dikatakan bahwa manajemen telah gagal dalam tugasnya unuk
mengelola perusahaan.6
Dalam rangka peramalan, biaya-biaya dapat dikelompokkan menurut
perilakunya atu kecenderungan perubahan jumlahnya jika volume
aktivitasnya berubah. Menurut perilakunya biaya dapat dikelompokkan
sebagai biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semi variabel.
Biaya tetap yaitu biaya yang konstanta secara total sekalipun terjadi
perubahan tingkat aktivitas dalam suatu kisaran relevan tertentu. Bila suatu
biaya tetap dinyatakan dalam dasar per unit maka biaya tersebut akan berubah
secara terbaik dengan tingkat aktivitas. Artinya, bila volume aktivitas
aktivitas meningkat maka biaya tetap per unit akan menjadi semakin kecil.

5
Lili M. Sadeli dan Bedjo Siswanto, Akuntansi Manajemen Sistem, Proses, dan Perencanaan
Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 44.
6
Didi Kurniawan, “Analisis Perilaku Biaya: Suatau Studi Komparasi Konsep Teoretis Dan
Praktik Pda Biaya Produksi ( Manufacturing Cost),” dalam Jurnal Substansi, Volume 1, No. 1,
2017, hlm. 2.

9
Sebaliknya bila tingkat aktivitas menurun maka biaya tetap per unit objek
biaya akan mengalami kenaikan.
Misalnya biaya gaji manajer pabrik dibayarkan sebesar Rp 10.000.000,-
setiap bulan. Jumlah biaya ini secara periodik tidak akan berubah sekalipun
terjadi perubahan volume produksi di pabrik. Jika pada periode berjalan
dihasilkan 10 unit produk di pabrik, maka pada tiap produk akan dibebani
biaya gaji manajer sebesar Rp. 10.000.000,-/10 unit atau Rp. 1.000.000,- per
unit.
Jika volume produksi diturunkan menjadi lima unit saja pada periode
yang sama maka pada tiap unit produk dibebani biaya gaji manajer pabrik
yang lebih besar menjadi Rp. 10.000.000,- per lima unit, atau Rp. 2.000.000,-
per unit. Total biaya bulanan tidak berubah, tetapi jumlah yang dibebankan
pada tiap unit akan naik jika volume produk turun,, sebaliknya akan
mengalami kenaikan jika terjadi penurunan volume produksi. Karena
jumlahnya yang tidak berubah secara total, maka dalam analisis perilakunya
biaya ini dikelompokkan sebagai biaya tetap.
Biaya variabel, yaitu biaya yan jumlahnya berubah secara proporsional
dengan perubahan tingkat aktivitas. Biaya ini disebut variabel karena
jumlahnya akan berubah secara proporsional jika terjadi perubahan volume
aktivitas. Misalnya harga bahan baku Rp. 1.000,- per unit. Untuk
menghasilkan satu unit produk dibutuhkan satu unit bahan baku, dengan total
biaya 1 unit x Rp. 1.000,- = Rp. 1.000,-. Jika volume produksi diturunkan
menjadi empat unit maka diperluakn bahan baku empat unit. Biaya bahan
baku akan ikut turun menjadi 4 unit x Rp. 1.000,- = Rp. 4.000,-.
Biaya semi variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah teatpi
tidak secara proporsional sesuai dengan perubahan volume
produksi/penjualan atau level aktivitas. Seringkali ketika dibayarkan, biaya
ini mengandung dua komponen yaitu variabel dan tetap. Lain halnya dengan
biaya variabel yang berubah secara proporsional, biaya semi variabel juga

10
berubah tetapi tidak berbanding lurus dengan perubahan volume produksi
aatu penjualan selama periode akuntansi tertentu.7
5. Contoh Analisis Perilaku Biaya
a. Contoh biaya tetap
Persamaan dari biaya tetap ialah sebagai berikut:
Total biaya tetap dalam klasifikasi = α

Apabila perusahaan Matano Products membayar tenaga kerja penjualan


dari rumah ke rumah sebesar 35% komisi langsung, maka total komisinya
adalah adalah 35% dari penjualan rupiah. Jika sebuah toko Sprot menjual
bola karambol dengan harga Rp 2.000,00 setiap dus, maka total biaya
untuk bola karambol dengan harga Rp. 2.000,00 kali total bilangan dus-
dus yang dibeli. Itulah yang dinamakan biaya variabel.
Biaya tersebut seragam per unit tetapi jumlahnya berfluktuasi.
Berbanding langsung dengan total aktivitas atau volume yang
bersangkutan. Biaya hampir seluruh barang dagangan, bahan baku, suku
cadang, peralatan kantor, komisi, dan berbagai jenis upah adalah biaya
variabel. Jadi secara ringkas biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya
berubah-ubah bergantung pada fluktuasi produksi /pembelian.
b. Contoh Biaya Variabel
Adapun persamaan untuk biaya variabel ialah sebagai berikut:
Total biaya variabel= b (x) x atau bx

Jika diketahui bahwa suatu pabrik telah memproduksi 5.000 unit


produk akhir (x) biaya per unit Rp. 500,00(b). Berapakah total biaya
bahan?
Jawab:
Total Biaya Bahan = 5.000 x Rp. 500,00
= 2.500.000,00

7
Samryn, Akuntansi Manajemen: Informasi Biaya Untuk Mengendalikan Aktivitas Operasi
dan Informasi (Jakarta: Kencana Prenadamedia, 2012), hlm. 36.

11
c. Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Pada contoh berikut akan diilustrasikan bagaimana kedua biaya
tetap dan biaya variabel dapat dibentuk dalam persamaan.

Estimasi tingkat produk Total biaya tetap Total biaya variabel


2.000 unit Rp. 100.000,00 Rp. 120.000,00
4.000 unit Rp. 100.000,00 Rp. 240.000,000
6.000 unit Rp. 100.000,00 Rp. 360.000,00

Bentuk data ini akan dikembangkan dalam persamaan umum untuk tital biaya
aktivitas pabrik pada setiap tingkat produksi. Kita tahu bahwa total biaya pabrik
dapat disajikan sebagai berikut:
Total biaya pabrik = Total biaya tetap + Total biaya variabel

Apabila digunakan simbol sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, maka akan
terdapat persamaan sebagai berikut:
Total biaya pabrik = α + bx

Diketahui bahwa biaya tetap adalah Rp. 100.000,00 untuk setiap tingkat produksi.
Total biaya variabel adalah sama dengan biaya variabel per unit produksi (b) dikalika
ndengan jumlah unit produksi (x). Yaitu Rp. 120.000,00 untuk 2.000 unit, atau Rp.
240.000,000 untuk 4.000 unit, atau Rp. 360.000,00 untuk 6.000 unit karena itu:
Total biaya pabrik = Rp 100.000,00 + 60x

Persamaan itu dapat dipakai untuk estimasi total biaya dari suatu pabrik pada setiap
tingkat produksi. Misalnya, jika manajemen mengiginkan untuk mengoperasikan
pabrik pada suatu tingkat produksi sebesar 7.000 unit. Berapakah total biaya yang
diperoleh?
Jawab :
Total biaya pabrik = α + bx
= Rp 100.000,00 + Rp 60 x
= Rp 100.000,00 + (Rp 60 x 7.000,00)
= Rp 100.000,00 + (Rp 420.000,00)

12
= Rp 520.000,00

D. Kesimpulan
Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk
mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau
masa yang akan datang bagi organisasi. Ekuivalen kas artinya ialah sumber
non kas yang dapat di tukar dengan barang atau jasa yang diinginkan. Dalam
usaha menghasilkan manfaat saat ini dan di masa yang akan datang, manajer
harus melakukan berbagai usaha untuk meminimumkan biaya yang
dibutuhkan dalam mencapai manfaat tersebut.
Biaya tetap dan biaya variabel diartikan dalam hubungannya dengan
bagaimana biaya total berubah karena tercapainya fluktuasi kuantitas aktivitas

13
tertentu. Dasar aktivitas ada bermacammacam, dapat berupa jumlah pesanan
yang di proses, jumlah pelanggan yang di tangih di departemen penagihan,
jumlah penonton bioskop, jumlah tempat duduk di pesawat terbang, jumlah
rupiah penjualan di supermarket atau berbagai indeks volume lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arfan Ikhsan, Akuntansi Manajemen Perusahaan Jasa Yogyakarta:


Graha Ilmu, 2009.
Didi Kurniawan, “Analisis Perilaku Biaya: Suatau Studi Komparasi
Konsep Teoretis Dan Praktik Pda Biaya Produksi ( Manufacturing Cost),”
dalam Jurnal Substansi, Volume 1, No. 1, 2017.
Edi Herman, Akuntansi Manajemen Suatu Orientasi Praktis Jakarta:
Mitra Wacana Media, 2013.

14
Lili M. Sadeli dan Bedjo Siswanto, Akuntansi Manajemen Sistem,
Proses, dan Perencanaan Sosial Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Putri Andriani A. Sultan, “Pengaruh Biaya Promosi, Biaya Distribusi,
Dan Biaya pengembangan Terhadap Volume Penjualan Pada PT. Ultrajaya
Milk Industri” Skripsi, STIE Mahardhika Surabaya, 2016.
Samryn, Akuntansi Manajemen: Informasi Biaya Untuk
Mengendalikan Aktivitas Operasi dan Informasi (Jakarta: Kencana
Prenadamedia, 2012.

15

Anda mungkin juga menyukai