TONSILITIS
Pembimbing:
Dr. Arroyan Wardhana Sp. THT-KL
disusun Oleh:
1102012305
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas karunia-Nya
karena saya dapat menyusun laporan kasus Tonsilitis ini sesuai tugas yang diberikan.
Laporan kasus ini saya susun sebagai prasyarat ujian kepaniteraan klinik THT RSUD
Kabupaten Bekasi. Tujuan dari penyusunan laporan kasus ini adalah untuk
mempermudah proses belajar kami dalam memahami definisi, gejala, komplikasi
serta terapi dari tonsilitis.
Saya menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu saya mohon dengan sangat kritik dan saran yang membangun dari
pembaca, agar proses pembelajaran bagi kami selama kepaniteraan THT dapat
dimengerti dengan baik serta berguna untuk kami dimasa depan kelak.
Akhir kata, kami menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dokter spesialis THT RSUD Kabupaten Bekasi yang telah membimbing
dengan segala kekurangan yang kami punyai serta teman-teman koass yang telah
membantu memberi masukan dalam penulisan referat ini. Semoga Tuhan yang Maha
Pengasih dan Penyayang melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin
2
BAB 1
LAPORAN KASUS
I. STATUS PASIEN
IdentitasPasien
Nama : Nn. S
Usia : 20 Tahun 4Bulan
Alamat : Cibuntu, Wanasari. Cibitung
JenisKelamin : Perempuan
Status Marital : Belummenikah
Pekerjaan : BelumBekerja
TanggalPemriksaan : 02 Juni 2020
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autonamnesis dengan pasien pada tanggal 02 Juni
2020
Keluhan Utama:
Pasien datang dengan keluhan nyeri menelan sejak 5 hari yang lalu
Keluhan Tambahan:
Demam, batuk dan pilek sejak 3 hari yang lalu.
RiwayatPenyakitSekarang
Pasien datang bersama dengan ibu pasien ke poli THT RSUD Kabupaten
Bekasi dengan keluhan utama nyeri pada saat menelan sejak 5 hari yang lalu. Pasien
mengatakan keluhan selalu timbul setelah pasien memakan gorengan dan minuman
dingin. Nyeri menelan yang dirasakan timbul sepanjang hari. Pasien juga mengeluh ada
demam, batuk dan pilek sejak 3 hari yang lalu. Tetapi setelah minum obat penurun
panas, demam dirasakan berkurang. Terkadang pasien juga merasa telinga kiri agak
budeg, atau terasa tertutup. Selain itu, pasien juga mengeluh suaranya hilang timbul dan
3
sering tersedak saat makan makanan padat. Keluhan dirasakan hilang timbul dalam
beberapa tahun terakhir. Dalam setahun pasien mengalami keluhan yang sama kurang
lebih 5 kali, kekambuhan terakhir sekitar 4 bulan yang lalu.
Riwayat Pengobatan
Pasien sebelumnya pernah berobat keklinik dan RS tipe C, diberi rujukan untuk
segera dilakukan tindakan di RSUD Kabupaten Bekasi .
PEMERIKSAAN FISIK
KeadaanUmum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanandarah :120/80 mmHg
Nadi : 80 x / menit
Respirasi : 20 x / menit
Suhu : 36.70C
Kepala : Normocephal, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil bulat, isokor,
RCL/RCTL (+/+), konjungtivitis (-)
Leher : Trakea ditengah, tidak teraba massa, tidak teraba pembesaran KGB
4
(-)
Thorax
Pulmo : Tidak dilakukan pemeriksaan
Jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
Neurologis : Tidak dilakukan pemeriksaan
Fluktuasi - -
CanalisAkustikusEksternu KelainanKongenita - -
s l - -
Kulit - -
Sekret - -
Serumen - -
- -
5
Edema
JaringanGranulasi - -
Hifa - -
Massa - -
Kolestetoma
Warna Transparan Transparan
Intak Utuh Utuh
Cahaya Terlihatcon Terlihatcon
Membran Timpani
e of e of
lightarah lightarah
jam 5.00 jam 7.00
Tes Pendengaran :
Pemeriksaan Auris
Dextra Sinistra
TesBisik - -
TesRinne Rinne (+) Rinne (+)
TesSchwabach Normal Normal
Tes Webber Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi
Kesan : Tes Pendengaran normal
B. Hidung
Nasal
Bagian Kelainan
Dextra Sinistra
Bentuk
Keadaan
DBN
Luar
Ukuran
Rhinoskop Mukosa Hiperemis (-) Hiperemis (-)
i Anterior Sekret Tidak Ada Tidak Ada
Krusta Tidak ada Tidak ada
Concha Hiperemis(-), Hiperemis(+),
Inferior hipertrofi (-) hipertrofi (+)
Septum Tidak ada septum Tidak ada septum
deviasi deviasi
6
Polip/Tumor Tidak ditemukan Tidak ditemukan
massa massa
Pasase Udara
Rhinoskop Mukosa
i Posterior Koana
Sekret
Torus
DBN DBN
tubarius
Fossa
Rossenmuller
Adenoid
7
Palatum Mole Normal, tidak ada kelainan
Gigi Geligi
D. Maxillofacial
Bagian Keterangan
Maxillofacial
Bentuk
Simetris, massa (-)
Parese N. Cranialis
E. Leher
Bagian Keterangan
Leher Bentuk normal, trakea berada
Bentuk di tengah
Massa Massa (-), pembesaran KGB
(-)
IV. RESUME
Anamnesis :
Pasien perempuan usia 20 tahun datang dengan keluhan nyeri menelan sejak 5
hari sebelum masuk Rumah Sakit, didapatkan tonsil hiperemis, dan membesar.
Keluhan pasien dirasakan hilang timbul dalam beberapa tahun terakhir dan sudah
mengeluhkan gejala yang sama sekitar 4 – 5 kali dalam setahun. Terdapat
keluhan batuk (+), pilek (+), demam hilang timbul (+). Tenggorokan terasa
kering (+), Nafas tidak segar (+)
Pemeriksaanfisik
KeadaanUmum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 120/80 mmHg, Nadi : 80 x / menit, Respirasi: 20 x / menit, Suhu : 36.70C
9
Status Lokalis
Hidung :
Chonca Nasalis Inferior sinistra : Hiperemis (+) Hipertrofi(+)
Tonsil :Hiperemis +/+, T2-T2
V. DIAGNOSIS KERJA
Tonsilitis Kronik ec viral
VIII. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
- Cefixime 2 x 100 mg/ hari
- Ibuprofen 2x 400mg /hari
- Betadine gargle
Non Medikamentosa
o Usulan rencana pembedahan
Dilakukan tonsilektomi
o Edukasi
o Kurangi konsumsi makanan yang mengandung MSG dan minuman yang
dingin
o Makanmakananbergizisepertibuah-buahan
o Memperbaiki hygine mulut
o Istirahat secukupnya
10
o Menhgindari makanan atau minuman yang dapat memicu timbulnya
keluhan nyeri menelan
IX. PROGNOSIS
Quo Ad Vitam : Dubia ad bonam
Quo Ad Functionam : Dubia ad bonam
Quo Ad Sanationam : Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tonsil adalah massa yang terdiri atas jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan
ikat dengan kriptus didalamnya. Tonsil merupakan bagian dari Cincin Waldeyer. Cincin
Waldeyer tersusun atas tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding faring atau Gerlach’s
11
tonsil), tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil faucial), dan tonsil lingual (tonsil
pangkal lidah). Tonsil (faucial atau palatina) berjumlah sepasang dan berbentuk oval,
terletak di dinding lateral orofaring, di fossa tonsilaris, di antara plika palatoglossus dan
plika palatofaringeus. Struktur histologi tonsil berhubungan erat dengan fungsinya sebagai
organ imunologis. 1
Tonsilitis adalah peradangan dari tonsil palatina yang merupakan merupakan masalah
umum yang terjadi pada anak maupun dewasa. Peradangan pada tonsil dapat disebabkan
oleh bakteri atau virus, termasuk strain bakteri streptokokus, adenovirus, virus influenza,
virus Epstein-Barr, enterovirus, dan virus herpes simplex. Salah satu penyebab tersering
pada tonsilitis adalah bakteri grup A Streptococus beta hemolitik (GABHS), 30% dari
tonsilitis anak dan 10% kasus dewasa dan juga merupakan penyebab radang tenggorokan.
Penyebaran tersebut bisa melalui udara (air borne droplets), tangan dan ciuman. Tonsilitis
dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak – anak. Dalam beberapa kasus
ditemukan 3 macam tonsillitis, yaitu tonsillitis akut, tonsillitis membranosa, dan tonsillitis
kronis.2
2.1 ANATOMI
2.1.1 Anatomi Tonsil
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan
ikat dengan kriptus didalamnya. Terdapat tiga macam tonsil yaitu tonsila faringeal
(adenoid), tonsil palatina dan tonsila lingual yang ketiga-tiganya membentuk lingkaran
yang disebut cincin Waldeyer. Kumpulan jaringan ini melindungi anak terhadap infeksi
melalui udara dan makanan. Jaringan limfe pada cincin Waldeyer menjadi hipertrofi
fisiologis pada masa kanak-kanak, adenoid pada umur 3 tahun dan tonsil pada usia 5 tahun,
dan kemudian menjadi atrofi pada masa pubertas. Tonsil palatina yang biasanya disebut
tonsil saja terletak didalam fossa tonsil. Pada kutub atas tonsil sering kali ditemukan celah
intratonsil yang merupakan sisa kantong pharynx yang kedua. Kutub bawah tonsil biasanya
melekat pada dasar lidah.1
12
Gambar Cincin Waldeyer
13
Tonsil faringeal dalam kapsulnya terletak pada mukosa dinding lateral rongga
mulut. Di depan tonsil, arkus faring anterior disusun oleh otot palatoglosus, dan
dibelakang dari arkus faring posterior disusun oleh otot palatofaringeus. Kapsul ini
tidak melekat erat pada otot pharynx, sehingga mudah dilakukan diseksi pada
tonsilektomi.
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotica. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen
sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkum valata.4
Tonsilla palatina adalah dua massa jaringan limfoid berbentuk ovoid yang
terletak pada dinding lateral orofaring dalam fossa tonsillaris. Tiap tonsilla ditutupi
membran mukosa dan permukaan medialnya yang bebas menonjol kedalam faring. 1,4
Adapun struktur yang terdapat disekitar tonsilla palatina adalah:
1.Anterior : arcus palatoglossus
2.Posterior : arcus palatopharyngeus
3.Superior : palatum mole
4.Inferior : 1/3 posterior lidah
5.Medial : ruang orofaring
6.Lateral : kapsul dipisahkan oleh m. konstrictor faryngis superior oleh jaringan areolar
longgar. A. karotis interna terletak 2,5 cm dibelakang dan lateral tonsil.
2.2.1 Definisi
2.2.2 Epidemiologi
Tonsilitis akut dapat terjadi pada usia berapapun tetapi paling sering pada
anak usia di bawah 9 tahun. Pada bayi di bawah usia 3 tahun dengan tonsilitis akut,
15% dari kasus yang ditemukan disebabkan oleh bakteri streptokokus, sisanya itu
biasanya virus. Pada anak-anak yang lebih tua, sampai dengan 50% dari kasus
disebabkan streptococus pyogenes. Tonsilitis akut juga dapat terjadi pada laki-laki
dan perempuan dengan jumlah insiden yang sama rata. 4,5
Gambar tonsilitis parenkimatous. Kedua tonsil menyentuh satu sama lain menyebabkan masalah
pada pernafasan dan bicara
2.2.4 Patofisiologi
Patogenesis infeksi dan inflamasi pada tonsil dan adenoid dipengaruhi oleh
lokasi tonsil yang letaknya di orofaring, nasofaring dan dasar lidah membentuk suatu
cincin pertahanan imunitas (Waldeyer’s ring). Organ ini akan memproses antigen
virus, bakteri dan mikroorganisme lain, sehingga mudah terkena infeksi dan pada
akhirnya dapat menjadi fokus infeksi. Infeksi virus yang diikuti infeksi bakteri
sekunder mungkin merupakan salah satu mekanisme dari infeksi akut menjadi
infeksi kronis, tetapi hal ini juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan (lingkungan
padat seperti militer, sekolah, dan keluarga), pejamu, alergi dan penggunaan
antibiotik yang luas serta status gizi.
Saat bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut, tonsil
berperan sebagai filter. Bakteri atau virus menginfeksi lapisan epitel tonsil. Kripte
tonsil berfungsi untuk meningkatkan luas permukaan dan secara efektif menjebak
material asing, baik yang tertelan maupun yang terhirup. Proses peradangan dan
infeksi pada tonsil memicu pengeluaran leukosit polimorfonuklear yang akan
membentuk detritus yang merupakan leukosit, bakteri yang mati, dan epitel yang
terlepas. Dari gambaran klinis, detritus akan mengisi kripte tonsil dan nampak
sebagai bercak kekuningan. Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk antibodi
terhadap infeksi yang akan datang, akan tetapi kadang-kadang tonsil sudah kelelahan
menahan infeksi atau virus yang berulang. Pada kasus infeksi yang berulang, lapisan
epitel mukosa dan jaringan limfoid tonsil menjadi terkikis. Proses penyembuhan
jaringan limfoid diganti dengan jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga
ruang antara kelompok kripte melebar yang akan diisi oleh detritus. Proses ini
meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlekatan dengan jaringan
sekitar fossa tonsilaris. Saat pemeriksaan ditemukan tonsil membesar dengan
permukaan tidak rata, kripte membesar dan terisi detritus.2,6 ,8
2.2.6 Diagnosis
Penetapan diagnosis klinik tonsilitis dalam praktik sangat beragam. Diagnosis
tonsilitis dapat ditegakkan berdasarkan temuan klinik atau laboratorium atau tes
tertentu. Pemeriksaan klinis tonsil dilakukan dengan bantuan spatula lidah dengan
menilai warna, besar, pelebaran muara kripte, ada tidaknya detritus, nyeri tekan, dan
hiperemis pada arkus anterior. Besar tonsil dinyatakan dalam T0, T1, T2, T3, dan T4.
T0 apabila tonsil berada di dalam fossa tonsil atau telah diangkat. T1 apabila besar
tonsil 1/4 jarak arkus anterior dan uvula, dimana tonsil tersembunyi di dalam pilar
tonsilar. T2 apabila besar tonsil 2/4 jarak arkus anterior dan uvula, dimana tonsil
membesar ke arah pilar tonsilar. T3 apabila besar tonsil 3/4 jarak arkus anterior dan
uvula, atau terlihat mencapai luar pilar tonsilar. T4 apabila besar tonsil mencapai
arkus anterior atau lebih, dimana tonsil mencapai garis tengah.
Gambar ukutan tonsil dari T0 hingga T4
2.2.8 Tatalaksana
Tata laksana tonsilitis dapat berupa tata laksana non-operatif (medikamentosa dan
non-medikamentosa) dan operatif. Tata laksana umum tonsilitis menganjurkan setiap
pasien untuk istirahat dan minum yang cukup. Tata laksana medikamentosa meliputi
pemberian analgetik dan antibiotik. Tata laksana operatif berupa tonsilektomi dan
atau adenoidektomi.8
1. Penatalaksanaan tonsillitis akut :
a) Analgetika
b) Antibiotik
2. Tonsilitis Kronik
Terapi tonsilitis kronik terdiri atas terapi konservatif dan terapi operatif. Terapi
konservatif dilakukan dengan pemberian obat-obatan simptomatik dan obat kumur
yang mengandung desinfektan. Terapi operatif melibatkan tindakan tonsilektomi
dengan atau tanpa adenoidektomi.8
a) Tonsilektomi
Tonsilektomi didefinisikan sebagai suatu tindakan bedah yang mengangkat
keseluruhan jaringan tonsil palatina, termasuk kapsulnya dengan melakukan diseksi
ruang peritonsiler di antara kapsula tonsil dan dinding muskuler tonsil. Tindakan ini
dapat dilakukan dengan atau tanpa adenoidektomi. Adenoidektomi juga dilakukan
bersama tonsilektomi terutama apabila terdapat gangguan bernafas saat tidur.
Tindakan tonsilektomi merupakan prosedur bedah tersering pada anak- anak di USA.
Insiden tonsilektomi meningkat pada usia 4 tahun dan pada usia 16-17 tahun, baik
pada anak laki-laki maupun perempuan. Insiden tonsilektomi dan
tonsiloadenoidektomi juga meningkat di Minnesota dari tahun 1970 hingga 2005
dimana terdapat pergeseran indikasi dari infeksi ke obstruksi jalan napas atas.
1. Abses peritonsil
Infeksi dapat meluas menuju kapsul tonsil dan mengenai jaringan sekitarnya. Abses
biasanya terdapat pada daerah antara kapsul tonsil dan otot-otot yang mengelilingi
faringeal
bed. Hal ini paling sering terjadi pada penderita dengan serangan berulang. Gejala
penderita adalah malaise yang bermakna, odinofagi yang berat, dan trismus.
Diagnosa dikonfirmasi dengan melakukan aspirasi abses.
2. Abses parafaring
Gejala utama adalah trismus, indurasi atau pembengkakan di sekitar angulus
mandibula, demam tinggi, dan pembengkakan dinding lateral faring sehingga
menonjol ke arah medial. Abses dapat dievakuasi melalui insisi servikal.
3. Abses intratonsilar
Merupakan akumulasi pus yang berada dalam substansi tonsil. Biasanya diikuti
dengan penutupan kripta pada Tonsilitis Folikular akut. Dijumpai nyeri lokal dan
disfagia yang bermakna. Tonsil terlihat membesar dan merah. Penatalaksanaan yaitu
dengan pemberian
antibiotika dan drainase abses jika diperlukan, selanjutnya dilakukan tonsilektomi
4. Tonsilitis kronis dengan serangan akut
Biasanya terjadi karena tatalaksana tonsilitis akut yang tidak adekuat. Infeksi kronis
dapat
terjadi pada folikel limfoid tonsil dalam bentuk mikroabses
5. Otitis Media Akut
Serangan berulang otitis media akut berkaitan erat dengan serangan berulang dari
tonsilitis
akibat infeksi yang menjalar melalui tuba eustachius
6. Tonsilolith (kalkulus tonsil)
Tonsilolith dapat ditemukan pada Tonsilitis Kronis bila kripta diblokade oleh sisa-
sisa dari debris. Garam inorganik kalsium dan magnesium kemudian tersimpan yang
memicu terbentuknya batu. Batu tersebut dapat membesar secara bertahap dan
kemudian dapat terjadi ulserasi dari tonsil. Tonsilolith lebih sering terjadi pada
dewasa dan menambah rasa tidak nyaman lokal atau foreign body sensation. Hal ini
didiagnosa dengan mudah dengan
melakukan palpasi atau ditemukannya permukaan yang tidak rata pada perabaan
7. Kista tonsilar
Disebabkan oleh blokade kripta tonsil dan terlihat sebagai pembesaran kekuningan di
atas
tonsil. Sangat sering terjadi tanpa disertai gejala. Dapat dengan mudah didrainasi
8. Fokal infeksi dari demam rematik dan glomerulonefritis.
Anti-streptokokal antibodi meningkat pada 43% penderita Glomerulonefritis dan
33% diantaranya mendapatkan kuman Streptokokus beta hemolitikus pada swab
tonsil yang merupakan kuman terbanyak pada tonsil dan faring. Hasil ini
megindikasikan kemungkinan infeksi tonsil menjadi patogenesa terjadinya penyakit
Glomerulonefritis7,8
2.2.9 Prognosis
Tonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari dengan beristirahat dan
pengobatan suportif. Menangani gejala-gejala yang timbul dapat membuat penderita
tonsilitis lebih nyaman. Bila antibiotik diberikan untuk mengatasi infeksi, antibiotika
tersebut harus dikonsumsi sesuai arahan demi penatalaksanaan yang lengkap, bahkan
bila penderita telah mengalami perbaikan dalam waktu yang singkat
BAB III
KESIMPULAN