Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

PERCOBAAN IV
HEMOLISIS

OLEH :

NAMA : SUSLIWATI
NIM : F1D1 16 065
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN PEMBIMBING : HASNIAR

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Darah memiliki sifat yang berbeda dengan jaringan lain didalam tubuh,

sehingga mengakibatkan darah dapat bergerak dari satu tempat ketempat lain dan

dapat menyebar keseluruh tubuh. Darah dibentuk dari dua komponen yaitu

komponen seluler dan komponen non seluler. Komponen seluler yang membentuk

sekitar 45% yang terdiri dari tiga jenis sel yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit.

Komponen non seluler berupa cairan yang disebut plasma membentuk sekitar

55% bagian darah. Darah merupakan cairan tubuh yang berwarna merah dan

terdapat di dalam sistem peredaran darah tertutup dan sangat penting untuk

kelangsungan hidup manusia. Darah memiliki parameter karakteristik berupa

ukuran dan bentuk dari sel darah meliputi sel darah merah, sel darah putih dan

trombosit. Ukuran dan bentuk sel darah dapat dipengaruhi oleh volume terhadap

pengangkutan oksigen

Darah dalam sirkulasi berfungsi sebagai respirasi melalui eritrosit darah

yang mengangkut oksigen dari paru-paru menuju jaringan diseluruh tubuh, dan

mengangkut berbagai nutrisi, sebagai sistem ekskresi, penyeimbang asam basa

tubuh, penyeimbang air tubuh, pengatur suhu dalam tubuh, pertahanan terhadap

infeksi, tranport hormon dan pengatur metabolisme, serta pembekuan. Darah juga

memiliki fungsi membawa karbon dioksida dan zat sisa metabolise atau zat yang

berbahaya lainnya untuk di buang mempertahan kan lingkungan asam basa,

mempertahan kan homeostatis serta sebagai pertahanan tubuh dengan cara


menghancurkan mikro orgsnisme (antigen) melalui fagositosis dan aktiivitas

antibodi.

Hemolisis adalah kerusakan dari membran sel darah merah menyebabkan

pembebasan hemoglobin dan komponen internal lainya kedalam cairan sekitarnya.

Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan

larutan hipotonis atau hipertonis ke dalam darah, penurunan tekanan permukaan

membran eritrosit, zat atau unsur kimia tertentu, pemanasan atau pendinginan,

serta rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah. Berdasarkan tersebut, maka

perlu dilakukan praktikum hemolisis.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana cara

mendemonstrasikan peristiwa hemolisis dan krenasi ?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini yaitu untuk mengetahui cara

mendemonstrasikan peristiwa hemolisis dan krenasi.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang ingin diperoleh pada praktikum ini yaitu dapat mengetahui

cara mendemonstrasikan peristiwa hemolisis dan krenasi.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Darah

Darah adalah kendaraan untuk transport masal jarak jauh dalam tubuh

untuk berbagai bahan antara sel dan lingkungan eksternal antara sel-sel itu sendiri.

Darah terdiri dari cairan kompleks plasma tempat elemen selular diantaranya

eritrosit, leukosit, dan trombosit. Erotrosit memiliki fungsi utama yang

mengandung hemoglobin merupakan komponen hematologi utama dari transport

oksigen. Komponen seluler yang membentuk sekitar 45% yang terdiri dari tiga

jenis sel yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Komponen non seluler berupa

cairan yang disebut plasma membentuk sekitar 55% bagian darah. Darah dalam

sirkulasi berfungsi sebagai respirasi melalui eritrosit darah yang mengankut

oksigen dari paru-paru menuju jaringan diseluruh tubuh, dan mengangkut

berbagai nutrisi, sebagai sistem ekskresi, penyeimbang asam basa tubuh,

penyeimbang air tubuh, pengatur suhu dalam tubuh, pertahanan terhadap infeksi,

tranport hormon dan pengatur metabolisme, serta pembekuan darah (koagolasi)

(Sutikno dan Fitryadi., 2016).

B. Sel Darah Merah (Eritrosit)

Sel darah merah atau eritrosit mempunyai membran sel yang bersifat semi

permiabel terhadap lingkungan sekelilingnya yang berada diluar eritrosit dan

mempunyai batas-batas fisiologi terhadap tekanan dari luar eritrosit. Tekanan

membran eritrosit dikenal dengan tonisitas yang berhubungan dengan tekanan

osmosis membran itu sendiri. Kekuatan maksimum membran eritrosit menahan


tekanan dari luar sampai terjadinya hemolisis dikenal dengan kerapuhan atau

fragilitas. Eritrosit yang berada pada medium hipotonis (karena penambahan

larutan NaCl hipotonis) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang

bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung dan akan

mengalami hemolisis. Hemolisis maksimum eritrosit terjadi pada konsentrasi

NaCl yang sama dan hasilnya menunjukkan bahwa eritrosit merespon dengan

solusi hipotonik sebelum dilakukan transportasi (Siswanto, 2014).

Eritrosit mempunyai membran sel yang bersifat permeabel selektif

terhadap lingkungan sekelilingnya (misalnya cairan) yang berada diluar eritrosit,

dan mempunyai batas-batas fisiologis terhadap tekanan osmosis dari luar eritrosit.

Tonisitas eritrosit babi sangat penting diketahui karena erat kaitannya dengan

terapi infus pada hewan sakit atau kekurangan cairan. Tonisitas dari eritrosit,

dapat diketahui untuk menguji fragilitas atau uji hemolisis. Fragilitas eritrosit

merupakan reaksi membran eritrosit untuk melawan tekanan osmosis media di

sekelilingnya, untuk mengetahui berapa besar fragilitas atau kerapuhan dinding

eritrosit dapat diketahui dengan menaruh eritrosit dalam berbagai larutan

(biasanya NaCl) dengan tekanan osmosis yang beragam. Konsentrasi larutan

dengan tekanan osmosis tertentu akan menyebabkan lisis eritrosit, inilah yang

menunjukkan fragilitas eritrosit tersebut (Damanik, dkk., 2014).

C. Hemolisis

Hemolisis adalah kerusakan dari membran sel darah merah menyebabkan

pembebasan hemoglobin dan komponen internal lainya kedalam cairan sekitarnya.

Hemolisis dideteksi secara visual dengan menampilkan warna merah dalam


serum. Hemolisis adalah kejadian umum dilihat dalam sampel serum dan dapat

mengganggu uji parameter laboratorium. Hemolisis dapat terjadi dari dua sumber

in-vivohemolisis oleh karena kondisi patologis seperti anemia hemolitik autoimun

atau reaksi transfusi dan in-vitrohemolisis oleh karena koleksi spesimen yang

tidak tepat pengolahan spesimen atau transportasi spesimen (Saputro, 2015).

D. Faktor Yang Mempengaruhi Hemolisis

Faktor yang mempengaruhi hemolisis yaitu paparan sinar UV. Paparan

sinar UV terhadap eritrosit menyebabkan terjadinya hemolisis pada sel tersebut.

Hemolisis inilah yang mengindikasikan rusaknya membran sel. Salah satu faktor

perusak membran sel adalah radikal hidroksil. Radikal hidroksil yang terbentuk

akibat adanya pajanan sinar UV menyebabkan membran sel pecah dan terjadi

hemolisis. Ketahanan membran sel yang dipajanan sinar UV dapat didekati

dengan mengetahui persentase hemolisis (kadar haemoglobin (Hb) yang keluar).

Kadar hemoglobin dapat diketahui dengan mengukur serapan absorbansi.

Semakin besar hemolisis yang terjadi pada eritrosit, maka serapan absorbansinya

juga semakin besar (Komari, dkk., 2009).

E. Krenasi

Krenasi adalah proses pengkerutan sel darah akibat adanya larutan

hipotonis dan hipertonis. Faktor penyebab krenasi yaitu adanya peristiwa osmosis

yang menyebabkan adanya pergerakan air dalam sel sehingga ukuran sel menjadi

berkurang atau mengecil. Proses yang sama juga terjadi pada tumbuhan yaitu

plasmolisis dimana sel tumbuhan juga mengecil karena dimasukkan dalam larutan
hipertonik. Krenasi ini dapat dikembalikkan dengan cara menambahkan cairan

isotonis ke dalam medium luar eritrosit (Watson, 2002).

B. Pembahasan
Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain

penambahan larutan hipotonis atau hipertonis ke dalam darah, penurunan tekanan

permukaan membran eritrosit, zat atau unsur kimia tertentu, pemanasan atau

pendinginan, serta rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah. Jika medium di

sekitar eritrosit menjadi hipotonis medium tersebut (plasma dan larutan) akan

masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan

menyebabkan sel eritrosit menggembung, sebaliknya bila eritrosit berada pada

medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium

luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat

dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar

eritrosit.

Pengamatan dilakukan menggunakan 3 perlakuan yang berbeda yaitu 2

mL NaCl 0,9 % + 5 tetes darah, 2 mL Aquadest + 5 tetes darah serta 2 mL NaCl

3 % + 5 tetes darah. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, di

dapatkan hasil pada pengamatan pertama yaitu 5 tetes darah di tambahkan larutan

NaCl 0,9% menghasilkan darah mengalami perubahan yaitu warna darah menjadi

merah terang. Hal tersebut dapat terjadi karena latutan NaCl 0,9% bersifat

isotonis, dimana larutan ini merupakan larutan yang memiliki konsentrasi sama

atau seimbang, baik dalam sel maupun diluar sel.

Pengamatan kedua yaitu penambahan 2 mL NaCl 3 % kedalam 5 tetes

darah yang menyebabkan warna darah menjadi merah keruh dan terjadi krenasi.

Krenasi terjadi karena adanya penambahan larutah NaCl 3% yang bersifat

hipertonis. Larutan hipertonis merupakan larutan yang menyebabkan isi sel


keluar menuju medium sehingga sel menjadi mengkerut. Pengamatan ketiga yaitu

penambahan larutan akuades pada 5 tetes sel darah merah menyebabkan darah

menjadi transparan sehingga terjadi hemolisis. Hal tersebut dapat terjadi karena

laritan akuades bersifat hipotonis.

Menurut Damanik, dkk., (2014), apabila medium di sekitar eritrosit

menjadi hipotonis (Karen penambahanlarutan NaCl hipotonis) medium tersebut

(plasma dan larutan NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang

bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung dan akan

mengalami hemolisis, sebaliknya bila eritrosit berada pada medium yang

hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit

(plasma), akibatnya eritrosit akan keriput atau disebut dengan krenasi.


V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum ini yaitu adanya peristiwa hemolisis yang

ditandai dengan pecahnya sel darah merah yang disebabkan oleh penambahan

larutan yang bersifat hipotonis, seperti aquades. Sebaliknya peristiwa krenasi

dapat ditandai dengan adanya kerutan sel darah merah yang disebabkan oleh

penambahan larutan yang bersifat hipertonis seperti larutan NaCl 3 % ke dalam

sel darah.

B. Saran

Saran yang dapat diajukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Diharapkan para pratikan tidak ribut dan lebih serius pada saat pratikum

berlangsung.

2. Sebaiknya asisten pembimbing lebih memperhatikan pratikannya, agar

pratikan lebih serius dalam menjalankan pratikum.

3. Diharapkan fasilitas laboratorium sperti ac ditambah supaya praktikan dan

asisten pembimbing tidak gerah saat melaksanakan praktikum.


DAFTAR PUSTAKA

Damanik, M.N.V., 2014, Hemolisis Eritrosit Babi Landrace Jantan yang Dipotong
di Rumah Pemotongan Hewan Pesanggaran Denpasar, Jurnal Indonesia
Medicus Veterinus, 3(3): 1-2

Komari, N., Karlina, Dewi, A.M.S., dan Amrullah, F.H., 2009, Pengaruh
Pemberian Minyak Kelapa Murni terhadap Hemolisis Sel Darah Merah
Akibat Paparan Lampu Uv Secara In Vitro, Jurnal Sains dan Terapan
Kimia, 3(2): 156

Saputro, D.A., dan Junaidi, S., 2015, Pemberian Vitamin C pada Latihan Fisisk
Maksimal dan Perubahan Kadar Hemoglobin Darah Jumlah Eritrosit,
Jurnal Of Sport Sciences, 4(3): 1-2

Siswanto, Sulabda, I.N., dan Soma, I.G., 2014, Kerapuhan Sel Darah Merah Sapi
Bali, Jurnal Veteriner, 15(1): 1-2

Watson, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat Edisi 10. Jakarta :
EGC Buku Kedokteran.

Sutikno, dan Fitryadi, K., 2016, Pengenalan Jenis Golongan Darah Menggunakan
Jaringan Syaraf Tiruan Perceptron, Jurnal Masyarakat Informatika, 7(1):
1-2

Anda mungkin juga menyukai