Anda di halaman 1dari 31

SURVEY PARAMETERS

AND DESIGN
Kelompok 6
Nama Kelompok:
H061181018 Fira Angraini Syamsul
H061181313 Sarwan Hendrick
H061181325 Yusril Ashar Arfandy
H061181335 Andri Moh Wahyu Laode
Pencitraan Bawah
Permukaan
Survey Design
- Survei 3D merupakan metode geofisika yang
membutuhkan biaya yang cukup mahal
- Penggambaran adalah hal yang sangat penting dalam
interpretasi. Jika sinyal tidak tergambarkan dalam
akuisisi, maka tidak ada yang dapat diinterpretasikan
- Pengaturan tujuan dan parameter terkait dengan
persyaratan pencitraan bawah permukaan
- Pengetahuan komunikasi dan teknikal diperlukan untuk
berhasilnya suatu survey design
- Akuisisi pengambilan sampel wafefield mendorong
pemrosesan dan interpretasi kuantitatif
3D Survey Design
Pencitraan bawah permukaan dasar perairan merupakan
suatu keperluan dalam penelitian kebumian. Pencitraan ini
dapat memodelkan bentuk struktur bawah permukaan
tanpa melakukan pengamatan di bawah permukaan
melainkan cukup dengan melakukan pengukuran di
permukaan saja. Hasil citra bawah permukaan ini
selanjutnya dapat digunakan untuk keperluan eksplorasi
kekayaan bawah laut, mitigasi bencana alam maupun
keperluan lainnya.
Informasi Bawah Permukaan yang dibutuhkan
dari Interpreter

- Resolusi Vertikal
- Resolusi Horizontal
- Kedalaman target
- Target dips
- Target dan Pengaruh Kecepatan
- Gambaran Area
Definisi dan konsep akuisisi
data seismik
Definisi
Akuisisi data seismik adalah tahapan survey guna
mendapatkan data seismik berkualitas baik di lapangan.
Sebagai tahap terdepan dari serangkaian survey seismik,
data seismik yang diperoleh dari tahapan ini akan
menentukan kualitas hasil tahapan berikutnya.
Sehingga, dengan data yang baik akan membawa hasil
pengolahan yang baik pula, dan pada akhirnya, dapat
dilakukan interpretasi yang akurat, yang
menggambarkan kondisi bawah permukaan sebagaimana
mestinya.
Sebelum melakukan akuisisi data, perlu untuk menentukan target
yang akan dicapai, mengidentifikasikan terlebih dahulu
permasalahan yang mungkin terjadi. Paling tidak ada delapan
permasalahan yang perlu diselesaikan, antara lain :
1.Kedalaman target (?)
2.Kualitas refleksi batuan (?)
3.Resolusi vertikal yang diperlukan (?)
4.Besar kemiringan target tercuram (?)
5.Ciri-ciri jebakan hidrokarbon sebagai target (?)
6.Permasalahan noise yang khusus (?)
7.Permasalahan logistik tim (?)
8.Kemungkinan adanya suatu proses khusus yang diperlukan (?)
Dari permasalahan tersebut, jawabannya akan menentukan nilai dari
parameter-parameter yang akan digunakan. Terdapat 15 parameter utama
lapangan yang akan mempengaruhi kualitas data, yang juga perlu
dipertimbangkan secara teknis dan ekonomis, yaitu :
1. Offset Terjauh (Far Offset); jarak antara sumber seismik dengan sensor
penerima/receiver terjauh, yang didasarkan pada pertimbangan kedalaman sasaran
paling dalam.
2. Offset Terdekat (Near Offset); jarak antara sumber seismik dengan sensor penerima
terdekat, didasarkan pada pertimbangan kedalaman sasaran paling dangkal.
3. Group Interval; jarak antara satu kelompok sensor penerima/receiver dengan
kelompok penerima berikutnya, dimana satu kelompok memberikan
satu trace seismik sebagai stack/superposisi beberapa sensor penerima.
4. Ukuran Sumber Seismik (Charge Size); sumber seismik umumnya menggunakan
peledak/dinamit atau vibroseis truck (untuk survey darat), atau air gun (untuk
survey laut). Ukuran sumber seismik menyatakan ukuran energi yang dilepaskan
oleh sumber seismik, yang disesuaikan dengan kedalaman target dan kualitas data
yang baik yang dapat dipertahankan.
5. Kedalaman Sumber (Charge Depth); sumber seismik sebaiknya ditempatkan di
bawah lapisan lapuk, sehingga energi sumber seismik dapat ditransfer secara
optimal ke dalam sistem pelapisan medium di bawahnya.
6. Kelipatan Cakupan (Fold Coverage); merupakan jumlah suatu titik di
bawah permukaan yang terekam oleh perekam di permukaan. Semakin
besar kelipatannya, maka kualitas data akan semakin baik.
7. Laju pencuplikan (Sampling Rate); laju pencuplikan akan menentukan
batas frekuensi maksimum seismik yang masih dapat direkam dan
direkontruksi dengan baik sebagai data, dimana frekuensi yang lebih
besar dari batas akan menimbulkan aliasing.
8. Tapis Potong Bawah (Low-Pass Filter); merupakan filter pada
instrumen perekam untuk memotong amplitudo frekuensi gelombang
seismik/trace yang rendah.
9. Frekuensi Perekam; merupakan karakteristik instrumen perekam
dalam merespon suatu gelombang seismik.
10. Panjang Perekaman (Record Length); merupakan lamanya waktu
perekaman gelombang seismik yang ditentukan oleh kedalaman
sasaran.
11. Rangkaian Penerima (Receiver Group); merupakan suatu kumpulan
instrumen sensor penerima/receiver yang disusun sedemikian hingga,
sehingga noise dapat diredam seminimal mungkin.
12. Panjang Lintasan; panjang lintasan survey ditentukan dengan
mempertimbangkan luas sebaran/panjang target di bawah permukaan
terhadap panjang lintasan survey di permukaan.
13. Larikan Bentang Penerima (Receiver Array); bentang penerima
menentukan informasi kedalaman rambatan gelombang seismik, nilai
kelipatan cakupan, dan alternatif skenario peledakan sumber seismik,
seperti ketika lintasan melalui sungai yang lebar.
14. Arah Lintasan; ditentukan berdasarkan informasi studi pendahuluan
terhadap target.
15. Spasi Antar Lintasan; jarak antar satu lintasan ke terhadap lintasan
yang lain.
GEOMETRI LAY OUT DAN STACKING CHART
Untuk dapat memroses data yang telah tersimpan dalam format demultipleks maka data dari masing-masing trace harus diberi
lebel, sehingga memudahkan dalam proses pengelompokan trace. Proses dinamakan trace labeling. Secara definisi trace labeling
berarti suatu proses pendefinisian identitas setiap trace yang berhubungan dengan shot pointnya, posisi permukaanm kumpulan
CDP dan offsetnya terhadap shot point. Keempat variable tersebut sangant bergantung pada geometri penembakannya,
sehingga variable tersebut harus didefinisikan dalam suatu system koordinat referensi sehingga setiap variable dapat
digambarkan pada suatu system koordinat. Diagram yang menggambarkan model geometri penembakan/perekaman dalam
suatu system koordinat ini disebut stacing chart atau stacking diagram. Setiap trace yang didefinisikan labelnya ini selanjutnya
disimpan kedalam tape prosesing dengan format pengamatan tertentu untuk digunkan pada proses selanjutnya.
Sebelum labeling dilakukan harus terlebih dahulu diketahui bentangan geometri penembakan , yaitu bagaimana hubungan
satu sama lain dari posisi penerima dan shot point. Untuk itu perlu didefinisikan suatu system koordinat relatif dari suatu
lintasan (line) seismic. Informasi-informasi yang diperlukan untuk diperoleh dari stacking chart yang dibut pada saat perekaman
data.
1. Bentangan dari geometri lay out dapat dipandang dalam 4 aspek yaitu:
2. Berdasarkan konfigurasi bentangan kabel
3. Arah gerak perekaman
4. Posisi relatif penerima terhadap titik tembak
5. Berdasarkan raypath.
KONFIGURASI BENTANGAN KABEL

Dalam perekaman data seismik ada beberapa macam bentangan diantaranya


adalah:
• OFF END SPREAD Pada jenis ini posisi titik tembak atau shot point (SP)
berada pada salah satu ujung (kiri dan kanan) dari bentangan.Pada
bentangan ini SP ditempatkan ditengan antara dua bentagan .
• SPLIT SPREAD Bila jumlah trace sebelah kiri dan kanan sama, maka disebut
Symitrical Split Spread. Bila tidak sama disebut Asymitrical Split Spread.
• ALTERNATING SPREAD Pada model ini shot point berada pada kedua ujung
bentangan dan penembakan dilakukan secara bergantian untuk setiap
perubahan coverage
ARAH GERAK PEREKAMAN / PENEMBAKAN
Ditinjau dari arah gerak perekaman, maka geometri penembakan dapat dibedakan dalam dua jenis
gerakan pushing cable (SP seolah-olah mendorong kabel) dan puiling cable (SP seolah-olah menarik
kabel). Pushing cable dan Pulling cable
POSISI RECEIVER TERHADAP TITIK TEMBAK
Dari hubungan antara posisi relatif receiver terhadap titik tembak (shot point) dalam suatu
bentangan geophone, maka geometri penembakan dapat dibedakan atas dua jenis yaitu Direct shot
dan Reverse shot
GEOMETRI RAYPATH
Berdasarkan raypath (sinar gelombang) geometri penembakan dapat dibagi dalam 4 jenis yaitu:
1. Common Source Point (CSP) Yaitu sinyal direkam oleh setiap trece yang dating dari satu titik
tembak yang sama.
2. Common Depth Point (CDP) Yaitu sinyal yang dipantulkan dari satu titik reflector direkam oleh
sekelompok receiver yang berbeda.
3. Common Receiver Point (CRP) Yaitu satu trace merekam sinyal-sinyal dari setiap titik tembak
yang ada.
4. Common Offset (CO) Yaitu sinyal setiap titik reflector masing-masing derekam oleh satu trace
dengan offset yang sama.
Prinsip Penentuan Parameter
Hal yang perlu diperhitungkan:
• Spatial sampling/bin size
• Fold
• Offset minimum
• Offset maximum
• Aperture
Spatial Sampling
𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑉𝑒𝑙𝑜𝑐𝑖𝑡𝑦
Minimun stacking bin size =
4 x Maximum frequency x Sinus(derajat)

Perhitungan spatial sampling menggunakan Dip


Dip Dapat ditentukan dari sumber seismic

-Pengukuaran Dips merepresentasikan sudut dating semu dipermukaan


-Perhitungan menggunakan persamaan staright ray path

Dip juga dapat dihitung berdasar sumber non seismik


-nilai Dip dari data sumur
-model geologi

Jika gradien keceptan vertical diketahui


-kurva sinar ray diketahui
-Dip semu dipermukaan akan bernilai kurang daripada nilai Dip sebenarnya
-perhitungan straight ray path akan menghasilkan hasil yang lebih halus namun dengan biaya lebih mahal
Contoh perhitungan Bin Size
Dapat Berasal Dari:
-Aliasing
-Target Size

Contoh:
-36m(120’) berdasar frekuensi maximum tanpa aliasing
-33m(100’)berdasar ukuran target
Perhitungan Offset Maximum dan Minimum
Aturan sederhana penentuan offset maximum

• Pendekatan setara terhadap kedalaman objek utama


• Cukup besar untuk mengambil sampel refraksi pada posisi terdalam dekat dengan lapisan
dengan kecepatan rendah
• Cukup besar untuk memasukan NMO kedalam refleksi dari objek utama
• Offset cukup besar untuk melihat AVO effect(Amplitude Versus Offset)
• Panjang maksimum perekaman system kabel tersedia

𝒁 ≤ 𝐌𝐀𝐱𝐢𝐦𝐮𝐦 𝐎𝐟𝐟𝐬𝐞𝐭 ≤ 1.2 Z

Dimana Z adalah kedalaman maximum dari target


Migrasi Aperture
Migrasi Aperture dan Image Area
Desain untuk Penggambaran migrasi
Diffraction Aperture
Aperture Cost and Quality
3D Orthogonal
Geometry
acquisition footprint
Mengurangi Jejak Akuisisi

• Pemrosesan pasca akuisisi untuk mengurangi energi pada frekuensi


spasial yang diizinkan oleh spasi baris tanpa mengurangi sinyal.
• Gunakan pengambilan sampel in-line yang lebih halus untuk
menghindari kebisingan yang aliasing
• Gunakan larik bidang sejajar dengan panjang = interval
sebaris di jalur sumber dan penerima untuk mengurangi
energi pada titik aliasing.
• Gunakan larik bidang sejajar dengan panjang =
interval sebaris di jalur sumber dan penerima untuk
mengurangi energi pada titik aliasing.
• Pemrosesan pasca akuisisi untuk mengurangi energi
pada frekuensi spasial yang diizinkan oleh spasi baris
tanpa mengurangi sinyal.
Tujuan Dalam Desain Survei 3-D

• Minimalkan biaya
• Kualitas data yang memadai
• Sampling spasial yang memadai untuk
menghindari aliasing
• Lipatan seragam dan memadai
• Seragam dan ukuran tempat sampah yang
sesuai
• Distribusi offset seragam
• Distribusi azimut yang lebar atau sempit
• Pengimbangan minimum dan maksimum
bertemu
kebutuhan pemrosesan
Pemodelan Iluminasi Bawah Permukaan
Urutan Perencanaan Survei 3-D

• Ukuran Bin - Tujuan Geologi - Batasan Biaya


• Batas Offset - Batas Objektif dan Area
• Tergantung Batas Perangkat
• Keras Lipatan Cakupan
• Distribusi Offset
• Tujuan dan Area
• Skema Akuisisi Distribusi Azimuthal - Skema Akuisisi
• Biaya Saldo Sumber dan Penerima
• Tentukan Luas Wilayah Survei - Tujuan Geologi, Lipatan
Cakupan, Skema Akuisisi, Bukaan Migrasi, Lipat Taper,
ImageArea, dll.

Anda mungkin juga menyukai