Anda di halaman 1dari 10

RESUME KEPERAWATAN KOMUNITAS

SURVEILANCE,SKRINING DAN DEMOGRAFI

OLEH :

INDAH SUWANDEWI(201801109)

3C KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
TAHUN 2020
SURVEILANCE, SKRINING(PERTEMUAN 2)

A. surveilance
Surveilans menurut WHO adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interprestasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi
kepada unit yang membutuhkan untuk diambil tindakan.
1. Maternal mortality rate
MMR = AKI = Angka kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu oleh sebab
kehamilan/ melahirkan/ nifas (sampai 42 hari post partum) per 100.000 kelahiran
hidup
2. Infant mortality rate
IMR = AKB = angka kematian bayi adalah jumlah kematian bayi (umur <1tahun)
per 1000 kelahiran hidup
3. Neonatal mortality rate
NMR = AKN = Angka Kematian Neonatal adalah jumlah kematian bayi sampai
umur < 4 minggu atau 28 hari per 1000 kelahiran hidup
4. Perinatal mortality rate
PMR = AKP = angka Kematian Perinatal adalah jumlah kematian janin umur 28
minggu s/d 7 hari seudah lahir per 1000 kelahiran hidup
B. surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus
terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi
terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut,
agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses
pengumpulan data.
a. Manfaat dan tujuan surveilans epidemiologi
1. Deteksi Perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan distribusinya
2. Identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakit
3. Identifikasi kelompok risiko tinggi menurut waktu, orang dan tempat
4. Identifikasi faktor risiko dan penyebab lainnya
5. Deteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi
b. Tujuan
Tujuan surveilans epidemiologi tersedianya data dan informasi epidemiologi
sebagai dasar manajemen kesehatan untuk pengambilan keputusan dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program kesehatan dan peningkatan
kewaspadaan serta respon kejadian luar biasa yang cepat dan tepat secara menyeluruh
(Buton, 2008).
c. Ruang lingkup penyelenggaraan surveilans epidemiologi kesehatan
1. Surveilans epidemiologi penyakit menular
2. Surveilans epidemiologi penyakit tidak menular
3. Surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan dan perilaku
4. Surveilans epidemiologi masalah kesehatan
5. Surveilans epidemiologi kesehatan matra
d. Penyelenggaraan sistem surveilans epidemiologi kesehatan
Mekanisme kegiatan surveilans epidemiologi kesehatan merupakan kegiatan
yang dilaksanakan secara sistematis dan terus menerus dengan mekanisme sebagai
berikut :
a. Identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta informasi terkait lainnya.
b. Perekaman, pelaporan dan pengolahan data
c. Analisis dan intreprestasi data
d. Studi epidemiologi
Jenis penyelenggaraan surveilans epidemiologi adalah sebagai berikut :
Penyelenggaraan berdasarkan metode pelaksanaan
1. Surveilans epidemiologi rutin terpadu, adalah penyelenggaraan surveilans
epidemiologi terhadap beberapa kejadian, permasalahan dan atau faktor resiko
kesehatan.
2. Surveilans epidemiologi khusus, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi
terhadap suatu kejadian, permasalahan , faktor resiko atau situasi khusus kesehatan
e. Penyelenggaraan berdasarkan aktifitas pengumpulan data
Surveilans aktif dan pasif
f. Penyelenggaraan berdasarkan pola pelaksanaan
Pola kedaruratan dan pola selain kedaruratan
g. Penyelenggaraan berdasarkan kualitas pemeriksaan
1. Bukti klinis atau tanpa peralatan pemeriksaan, adalah kegiatan surveilans dimana
data diperoleh berdasarkan pemeriksaan klinis atau tidak menggunakan peralatan
pendukung pemeriksaan.
2. Bukti laboratorium atau dengan peralatan khusus, adalah kegiatan surveilans
dimana data diperoleh berdasarkan pemerksaan laboratorium atau peralatan
pendukung pemeriksaan lainnya.
h. Langkah-langkah kegiatan surveilans
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan awal dari rangkaian kegiatan untuk memproses data
selanjutnya. Data yang dikumpulkan memuat informasi epidemiologis yang
dilaksanakan secara teratur dan terus menerus dan dikumpulkan tepat waktu.
b. Pengolahan dan penyajian data
Data yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel,
grafik (histogram, poligon frekuensi), chart (bar chart, peta/map area).
c. Analisis data
Analisis merupakan langkah penting dalam surveilans epidemiologi karena akan
dipergunakan untuk perencanaan, monitoring dan evaluasi serta tindakan
pencegahan dan penanggulangan penyakit.
i. Penyebar luasan informasi
Penyebarluasan informasi dapat dilakukan ke tingkat atas maupun ke bawah. Dalam
rangka kerja sama lintas sektoral instansi-instansi lain yang terkait dan masyarakat juga
menjadi sasaran kegiatan ini.
j. Umpan balik
Kegiatan umpan balik dilakukan secara rutin biasanya setiap bulan saat menerima
laporan setelah diolah dan dianalisa melakukan umpan balik kepada unit kesehatan
yang melakukan laporan dengan tujuan agar yang mengirim laporan mengetahui bahwa
laporannya telah diterima dan sekaligus mengoreksi dan memberi petunjuk tentang
laporan yang diterima.
k. Investigasi Penyakit Berpotensi KLB
Setelah pengambilan keputusan perlunya mengambil tindakan maka terlebih dahulu
dilakukan investigasi/penyelidikan epidemiologi penyakit campak.
Tindakan penanggulangan : Berdasarkan hasil investigasi/penyelidikan epidemiologi
tersebut maka segera dilakukan tindakan penanggulangan dalam bentuk yaitu: (1)
Pengobatan segera pada penderita yang sakit, (2) Melakukan rujukan penderita yang
tergolong berat, (3) Melakukan penyuluhan mengenai penyakit kepada masyarakat
untuk meningkatkan kesadaran agar tidak tertular penyakit atau menghindari penyakit
tersebut, (4) Melakukan gerakan kebersihan lingkungan untuk memutuskan rantai
penularan (Arias, 2010).
Evaluasi : Setiap program surveilans sebaiknya dinilai secara periodik untuk
mengevaluasi manfaatnya . sistem dapat berguna apabila secara memuaskan memenuhi
paling tidak salah satu dari pernyataan berikut : apakah kegiatan surveilans dapat
mendeteksi kecenderungan yang mengidentifikasi perubahan dalam kejadian kasus
penyakit, apakah program surveilans dapat mendeteksi epidemik kejadian penyakit di
wilayah tersebut.
C. Skrining penyakit menular
Penyaringan atau  screening adalah upaya mendeteksi/mencari  penderita dengan
penyakit tertentu dalam masyarakat dengan melaksanakan pemisahan berdasarkan gejala
yang ada atau pemeriksaan laboratorium untuk memisahkan yang sehat dan yang
kemungkinan sakit, selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan.
a. Macam-macam skrining meliputi :
1. Mass Screening adalah screening yang dilakukan secara masal (melibatkan
populasi secara keseluruhan)
2. Selectiv Screening adalah screening yang dilakukan pada kelompok tertentu
3. Singgle Disease Screening adalah screening yang dilakukan pada satu jenis
penyakit saja
Contoh :skrining HIV
4. Multiphasic Screeninga Adalah screening yang dilakukan dengan menggunakan
berbagai metode tertentu.
5. Chase Finding Screning adalah screening yang dilakukan karena  penemuan kasus
baru.
DEMOGRAFI(PERTEMUAN 3)

A. Konsep dasar demografi


Demografi adalah gambaran secara  statistik dari penduduk tentang tingkah laku
keseluruhan dan bukan perseorangan (Barclay)
Demografi adalah ilmu yg mempelajari persoalan dan keadaan perubahan-
perubahan penduduk/segala hal yg berhubungan dgn komponen perubahan seperti
(kelahiran, kematian, migrasi) shg menghasilkan suatu keadaan dan komposisi penduduk
menurut umur dan jenis kelamin tertentu.
B. Luar lingkung demografi
Dalam arti sempit demografi formal :
“Adalah berhubungan dengan besar, distribusi penduduk atau komposisi
perubahan dan pertumbuhan penduduk “
 1. besar artinya banyaknya penduduk
2. distribusi artinya penyebaran penduduk (usia dan kelamin)
3. perubahan populasi dari waktu ke waktu
4. pertumbuhan penduduk
5. komponen perubahan : kelahiran, kematian, migrasi
Dalam arti luas :
“ demografi dengan beberapa hal yaitu sifat-sifat dari kelompok etnik kelompok sosial
sifat-sifat ekonomi penduduk/kelompok masyarakat”
1.sifat etnik : ras, nasionalitas, logat bicara
2.sifat sosial : cara perkawinan, status kekerabatan, kelahiran, pendidikan, dll
3 Teori kependudukan.sifat ekonomi : aktifitas ekonomi status pekerjaan, lapangan
usaha, penghasilan, dll
C. Teori kependudukan
1. Aliran Malthusian (Thomas Robert Malthus)
Malthus adalah orang pertama yang mengemukakan tentang penduduk. Dalam “Essay
on Population”, Malthus beranggapan bahwa bahan makanan penting untuk
kelangsungan hidup, nafsu manusia tak dapat ditahan dan pertumbuhan penduduk
jauh lebih cepat dari bahan makanan.
2. Aliran Marxist (Karl & F. Angel)
  Aliran ini tidak sependapat dengan Malthus (bila tidak dibatasi penduduk
akan kekurangan makanan). Menurut Marxist tekanan penduduk di suatu negara
bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan terhadap
kesempatan kerja (misalnya di negara kapitalis) Marxist juga berpendapat bahwa
semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produk yang dihasilkan, jadi
dengan demikian tidak perlu diadakan pembatasan penduduk. Negara-Negara
yang mendukung teori Malthus umumnya adalah negara berekonomi kapitalis seperti
USA, Inggris, Prancis, Australia, Canada, dll Sedangkan negara-negara yang
mendukung teori Marxist umumnya adalah negara-negara berekonmi Sosialis
seperti Eropa Timur, RRC, Korea, Rusia dan Vietnam.
3. ALIRAN NEO-MALTHUSIAN (Garreth Hardin & Paul Ehrlich)
  Pada abad 20 teori Malthus mulai diperdebatkan kembali. kelompok ini
menyokong aliran Malthus, akan tetapi lebih radikal lagi dan aliran ini sangat
menganjurkan untuk mengurangi jumlah penduduk dengan menggunakan cara-
cara “Preventif Check” yaitu menggunakan alat kontrasepsi.
Teori Kependudukan Kontemporer.
a. John Stuart Mill.
John Stuart Mill, seorang ahli filsafat dan ahli ekonomi berkebangsaan
Inggris dapat menerima pendapat Malthus mengenai laju pertumbuhan
penduduk melampaui laju pertumbuhan bahan makanan sebagai suatu
aksioma. Namun demikian dia berpendapat bahwa pada situasi tertentu
manusia dapat mempengaruhi perilaku demografinya. Selanjutnya ia
mengatakan apabila produktivitas seorang tinggi ia cenderung ingin memiliki
keluarga kecil. Dalam situasi seperti ini fertilitas akan rendah. Jadi taraf hidup
(standard of living) merupakan determinan fertilitas.
b. Arsene Dumont.
Arsene Dumont seorang ahli demografi bangsa Perancis yang hidup pada
akhir abad ke-19. Ia melancarkan teori penduduk baru yang disebut dengan
teori kapilaritas sosial (theory of social capilarity). Kapilaritas sosial mengacu
kepada keinginan seseorang untuk mencapai kedudukan yang tinggi di
masyarakat, misalnya: seorang ayah selalu mengharapkan dan berusaha agar
anaknya memperoleh kedudukan sosial ekonomi yang tinggi melebihi apa
yang dia sendiri telah mencapainya. Untuk dapat mencapai kedudukan
yang tinggi dalam masyarakat, keluarga yang besar merupakan beban
yang berat dan perintang.
c. Emili Durkheim.
  Emile Durkheim adalah seorang ahli sosiologis Perancis yang hidup pada
akhir abad ke-19. Apabila Dumont menekankan perhatiannya pada faktor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, maka Durkheim
menekankan perhatiannya pada keadaan akibat dari adanya pertumbuhan
penduduk yang tinggi (Weeks, 1992). Ia mengatakan, akibat dari tingginya
pertumbuhan penduduk, akan timbul persaingan diantara penduduk untuk
dapat mempertahankan hidup. Dalam memenangkan persaingan tiap-tiap tiap-
tiap orang berusaha untuk meningkatkan pendidikan dan keterampilan, dan
mengambil spesialisasi tertentu, keadaan seperti ini jelas terlihat pada
kehidupan masyarakat perkotaan dengan kehidupan yang kompleks.
d. Michael Thomas Sadler dan Doubleday
   Kedua ahli ini adalah penganut teori fisiologis. Sadler mengemukakan,
bahwa daya reproduksi manusia dibatasi oleh jumlah penduduk yang ada di
suatu wilyah atau negara. Jika kepadatan penduduk tinggi, daya reproduksi
manusia akan menurun, sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah, daya
reproduksi manusia akan menungkat. Thomson (1953) meragukan kebenaran
teori ini setelah melihat keadaan di Jawa, India dan Cina dimana penduduknya
sangat padat, tetapi pertumbuhan penduduknya juga tinggi. Dalam hal ini
Malthus lebih konkret argumentasinya dari pada Sadler. Malthus mengatakan
bahwa penduduk disuatu daerah dapat mempunyai tingkat fertilitas yang
tinggi, tetapi dalam pertumbuhan alaminya rendah karena tingginya tingkat
kematian.
e. Herman Khan.
Pandangan yang suram dan pesimis dari Mlthus beserta penganut-
penganutnya ditentang keras oleh kelompok teknologi. Mereka beranggapan
manusia dengan ilmu pengetahuannya mampu melipatgandakan produksi
pertanian. Mereka mampu mengubah kembali (recycling) barang-barang yang
sudah habis dipakai, sampai akhirnya dunia ketiga mengakhiri masa transisi
demografinya.
4. Teori Transisi Kependudukan
a. Tahap Peralihan keadaan demografis:
1. Tingkat kelahiran dan kematian tinggi
2. Angka kematian menurun,tingkat kelahiran masih tinggi dan
pertumbuhan penduduk meningkat.
3. Angka kematian terus menurun, angka kelahiran menurun - laju
pertumbuhan penduduk menurun.
4. Kelahiran dan kematian pada tingkat rendah pertumbuhan penduduk
kembali seperti kategori I - mendekati nol.
D. Komposisi Penduduk
1. Pengelompokan penduduk berdasarkan ciri-ciri tertentu dapat diklasifikasikan
yaitu :
a. Ekonomi, meliputi penduduk yang aktif secara ekonomi, lapangan pekerjaan,
jenispekerjaan, tingkat pendapatan dan sebagainya.
b. Geografis, berdasarkan tempat tinggal, daerah perkotaan, pedesaan, provinsi,
kabupaten, dan sebagainya.
c. Struktur dan penyeberan kependudukan
2. Rasio Jenis Kelamin Sex Ratio
Perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dengan banyaknya penduduk perempuan
pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dalam banyaknya
penduduk laki-laki per 100 perempuan, dinyatakan dengan rumus sebagai berikut
k x
Perempuan
Jumlah laki
Laki Penduduk
Jumlah Ratio
3. Angka Beban Tanggungan Dependency Ratio
4. Umur Median Median Age
5. Kepadatan Penduduk Land Man Ratio
Hal yang merupakan masalah komplit dan perlu mendapat perhatian dalam
kependudukan adalah ketidakmerataan penyebaran penduduk yang diukur dari tingkat
kepadatan penduduk Popukation Density Rate.
6.Piramida Penduduk
a. Piramida penduduk model ini mempunyai dasar lebar dan ‘slope’ tidakterlalu curam
atau datar.
b. Model 2. Dibandingkan dengan model 1, maka dasar piramida model 2 ini
lebihbesar dan ‘slope’ lebih curam sesudah kelompok umur 0-4 tahun sampai ke
puncak piramida
c. Model 3. Bentuk piramida ini dikenal dengan bentuk sarang tawon kuno old
fashioned beehive.
d. Model 4. Piramida penduduk dengan bentuk loncenggenta The bellshaped pyramid.
e. Model 5. Terdapat pada negara yang menjalani penurunan drastis yang tingkat
kelahiran dan kematiannya sangat rendah.

Anda mungkin juga menyukai