Anda di halaman 1dari 19

Makalah

“Prinsip dan Kriteria Ekowisataa Dalam Kepariwisataan”

(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Eduwisata Sumber Daya


Hayati

yang Diampuh oleh Ibu Dr. Marini Susanti Hamidun S.Si., M.Si)

Oleh :
Rahman Pobela (431419025)
Kelas : A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2020

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidaayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga
kami bisa menyelesaikan makalah.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan pendapat buatan
dari berbagai pihak sehingga bisa mempelancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang tela
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal terssebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini tentang Prinsip dan
Kriteria Ekowisata ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk
pembaca.

Kotamobagu, 19 September 2020

Rahman Pobela

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1

A. Latar Belakang ...............................................................................................1


B. Rumusan Masalah ..........................................................................................2
C. Tujuan dan Manfaat .......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................3

BAB III PENUTUP ............................................................................................15

A. Kesimpulan .....................................................................................................15

B. Saran ................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gerakan kembali ke alam yang sekarang banyak dicanangkan oleh Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) dan beberapa pakar lingkungan hidup, pada dasarnya merupakan peluang
(opportunities) bagi pengembangan ekowisata (ecotourism) di Indonesia. kita yakin bahwa
pengembangan ekowisata dilihat dari usaha besar pembangunan untuk meningkatkan
kemakmuran rakyat Indonesia sekaligus kualitas hidup rakyat yang sudah terlalu lama menderita.
Tantangan pembangunan utama menjelang abad-21 adalah tuntutan untuk menampung akibat
pertambahan penduduk yang dihadapkan dengan sumber-sumber yang terbatas. Tantangan
pembangunan kedua menghadapi milenium ke-3 adalah bagaimana menghapuskan kemiskinan
di bumi Indonesia yang katanya “kaya-raya” ini. Tantangan ketiga yang tidak kalah beratnya
adalah bahwa di waktu yang akan datang, permintaan akan sumber-sumber alam kita bertambah
besar, baik untuk memenuhi kebutuhan akibat jumlah penduduk yang semakin meningkat
maupun kenaikan pendapatan penduduk sehingga diperlukan pengelolaan sumber-sumber alam
yang lebih bertanggungjawab dari yang sudah-sudah.

Dalam mengolah dan mengelola sumber-sumber alam, perlu diperhatikan keharusan


melestarikan sumber-sumber alam dengan bertanggungjawab. Dengan cara demikian, sumber-
sumber alam itu tetap utuh untuk dimanfaatkan secara berkesinambungan, tidak hanya untuk
generasi sekarang tetapi lebih-lebih untuk generasi yang akan datang. Memang, kita jangan rakus
dan kita harus dapat membangkitkan sikap untuk tidak menghabiskan sumber-sumber alam
untuk keperluan sekarang saja. Di sinilah pentingnya peranan ekowisata. Ekowisata tidak akan
bisa eksis kalau sumber-sumber alam tidak dikendalikan. Hubungan antara ekowisata dan
lingkunga, ibarat ikan dengan air. Ikan tidak bisa hidup tanpa air, oleh karena itu sumber air
harus dan mutlak dipelihara dan kalau itu tidak dituruti, hari kiamat sudah menunggu kita semua.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dari latar belakang tersebut adalah :
1. Apa itu ekowisata ?
2. Perbedaan batasan antara ekowisata dengan pariwisata ?
3. Apa saja prinsip-prinsip ekowisata dalam kepariwisataan ?
4. Pemecahan masalah kepariwisataan menggunakan prinisip-prinsip ekowisata ?

C. Tujuan dan Manfaat


Dari rumusan masalah yang timbul diatas, adapun yang menjadi tujuan dari makalah ini
adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui apa itu ekowisata.
b. Untuk menambah pengetahuan mengenai tentang perbedaan batasan antara ekowisata
dan pariwisata
c. Untuk mengetahui unsur-unsur pengembangan ekowisata
d. Untuk memahami prinsip-prinsip ekowisata dalam kepariwisataan
e. Untuk mengetahui mengenai pengendalian kerusakan Hayati
f. Untuk mengetahui pengembangan ekowisata di Taman Nasional

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekowisata

1. Australian National Ecoutourism Strategy, 1994:

Ekowisata adalah wisata berbasis alam yang berkaitan dengan pendidikan dan
pemahaman lingkungan alam dan dikelola dengan prinsip berkelanjutan.

2. Alam A. Leq, Ph.D. The Ecotourism Market in The Asia Pacific Region, 1996:

Ekowisata adalah kegiatan petualangan, wisata alam, budaya, dan alternatif yang mempunyai
karakteristik:

 Adanya pertimbangan yang kuat pada lingkungan dan budaya lokal


 Kontribusi positif pada lingkungan dan sosial-ekonomi lokal
 Pendidikan dan pemahaman, baik untuk penyedia jasa maupun pengunjung mengenai
konservasi alam dan lingkungan.

3. Hector Cebollos Lascurain, 1987:

Ekowisata adalah wisata ke alam perawan yang relatif belum terjamah atau tercemar
dengan tujuan khusus mempelajari, mengagumi, serta perwujudan bentuk budaya yang ada di
dalam kawasan tersebut.

4. Linberg and Harkins, The Ecotourism Society, 1993:

Ekowisata adalah wisata alam asli yang bertanggungjawab menghormati dan


melestarikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat.

Ekowisata adalah suatu jenis pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan aktivitas
melihat, menyaksikan, mempelajari, mengagumi alam, flora dan fauna, sosial-budaya etnis

3
setempat, dan wisatawan yang melakukannya ikut membina kelestarian lingkungan alam di
sekitarnya dengan melibatkan penduduk lokal.

B. Perbedaan batasan antara ekowisata dengan pariwisata.

Batasan ekowisata hendaknya memiliki ciri khusus dan berbeda dengan batasan tentang
pariwisata yang biasa kita kenal. Dalam hal ini kita dapat membedakannnya sebagai berikut:

1. Objek dan atraksi wisata

Baik obyek maupun atraksi yang dilihat adalah yang berkaitan dengan alam atau
lingkungan, termasuk di dalamnya alam, flora dan fauna, sosial dan ekonomi, dari budaya
masyarakat di sekitar proye yang memiliki unsur-unsur keaslian, langka, keunikan, dan
mengagumkan.

2. Keikutsertaan wisatawan

Keikutsertaan seorang wisatawan berkaitan keingintahuan (curiousity), pendidikan


(education), kesenangan (hoby), dan penelitian (research) tentang sesuatu yang berkaitan dengan
lingkungan sekitar.

3. Keterlibatan penduduk setempat

Adanya keterlibatan penduduk setempat, seperti penyediaan penginapan,


barang/kebutuhan, memberikan pelayanan, tanggungjawab memlihara lingkungan, atau
bertindak sebagai instruktur atau pemandu.

4. Kemakmuran masyarakat setempat

Proyek pengembangan ekowisata harus dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat di sekitar.

4
C. Unsur-unsur Pengembangan Ekowisata
Pengembangan ekowisata sangat dipengaruhi oleh keberadaan unsur-unsur yang harus ada
dalam pengembangan itu sendiri, yaitu:

1. Sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budaya


Kekayaan keanekaragaman hayati merupakan daya tarik utama bagi pangsa pasar
ekowisata sehingga kualitas, keberlanjutan dan pelestarian sumber daya alam, peninggalan
sejarah dan budaya menjadi sangat penting untuk pengembangan ekowisata. Ekowisata juga
memberikan peluang yang sangat besar untuk mempromosikan pelestarian keanekaragaman
hayati Indonesia di tingkat internasional, nasional maupun lokal.

2. Masyarakat
Pada dasarnya pengetahuan tentang alam dan budaya serta daya tarik wisata kawasan
dimiliki oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu pelibatan masyarakat menjadi mutlak,
mulai dari tingkat perencanaan hingga pada tingkat pengelolaan.

3. Pendidikan

Ekowisata meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai peninggalan


sejarah dan budaya. Ekowisata memberikan nilai tambah kepada pengunjung dan
masyarakat dalam bentuk pengetahuan dan pengalaman. Nilai tambah ini mempengaruhi
perubahan perilaku dari pengunjung, masyarakat dan pengembang pariwisata agar sadar dan
lebih menghargai alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya.

4. Pasar

Kenyataan memperlihatkan kecendrungan meningkatnya permintaan terhadap produk


ekowisata baik di tingkat internasional dan nasional. Hal ini disebabkan meningkatnya
promosi yang mendorong orang untuk berperilaku positif terhadap alam dan berkeinginan
untuk mengunjungi kawasan-kawasan yang masih alami agar dapat meningkatkan
kesadaran, penghargaan dan kepeduliannya terhadap alam, nilai-nilai sejarah dan budaya
setempat.

5
5. Ekonomi

Ekowisata memberikan peluang untuk mendapatkan keuntungan bagi penyelenggara,


pemerintah dan masyarakat setempat, melalui kegiatan-kegiatan yang non ekstraktif,
sehingga meningkatkan perekonomian daerah setempat. Penyelenggaraan yang
memperhatikan kaidah-kaidah ekowisata mewujudkan ekonomi berkelanjutan.

6. Kelembagaan

Pengembangan ekowisata pada mulanya lebih banyak dimotori oleh Lembaga Swadaya
Masyarakat, pengabdi masyarakat dan lingkungan. Hal ini lebih banyak didasarkan pada
komitmen terhadap upaya pelestarian lingkungan, pengembangan ekonomi dan
pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan. Namun kadang kala komitmen tersebut
tidak disertai dengan pengelolaan yang baik dan profesional, sehingga tidak sedikit kawasan
ekowisata yang hanya bertahan sesaat. Sementara pengusaha swasta belum banyak yang
tertarik menggarap bidang ini, karena usaha seperti ini dapat dikatakan masih relatif baru
dan kurang diminati karena harus memperhitungkan social cost dan ecological-cost dalam
pengembangannya.

D. Prinsip-Prinsip Ekowisata Dalam Kepariwisataan

Masyarakat Ekowisata Internasional atau The International Ecotourism Society (TIES)


menyebutkan setidaknya ada 6 prinsip dalam ekowisata, antara lain:

1. Meminimalisasi dampak

Ekowisata muncul sebagai bentuk respon terhadap pariwisata massal (mass tourism). Tak
bisa dimungkiri lagi bahwa pariwisata massal memberikan banyak dampak negative, tak hanya
bagi lingkungan, tapi juga sosial. Sumber PBB menyebutkan, rata-rata turis yang menghabiskan
air dalam waktu 24 jam, sama dengan jumlah air yang bisa digunakan oleh petani di negara
dunia ketiga untuk memproduksi padi selama 100 hari. Contoh lain, satu hotel mewah di negara
dunia ketiga menghabiskan 66 ribu gallon air sehari.

6
Di ranah sosial, pariwisata massal berdampak pada masyarakat, khususnya anak-anak.
Data dari PBB menyebutkan, setidaknya 13-19 juta anak-anak di seluruh dunia bekerja di sektor
pariwisata. Lebih dari 1 juta di antara mereka dieksploitasi secara seksual oleh turis tiap
tahunnya.

2. Membangun kesadaran dan kepedulian terhadap budaya dan lingkungan

Ekowisata bisa disebut sebagai filter (penyaring) dari dampak pariwisata massal. Ini tak
lain karena ekowisata lebih merupakan small tourism. Jumlah wisatawan yang kecil, akan kecil
kemungkinan pula memberi dampak negatif. Wisatawan bisa berinteraksi lebih intens dengan
warga lokal. Ini membuat mereka punya waktu lebih banyak untuk menyelami budaya warga
lokal sekaligus menghormati lingkungan tempat mereka berada.

3. Memberikan pengalaman positif, baik bagi wisatawan maupun warga lokal sebagai
tuan rumah

Dengan jumlah wisatawan yang sedikit, ekowisata bisa memberi pengalaman positif yang
lebih intensif dengan masyarakat lokal. Interaksi ini jauh lebih berkualitas. Misalkan, wisatawan
menginap di homestay lokal. Mereka tidak sekadar menginap, tapi juga dihidangkan makanan
khas sana. Bahkan, bisa melihat prosesnya langsung jikalau pemilik homestay menyediakan
paketnya. Antara wisatawan dan pemilik homestay bisa saling bertukar ilmu dan pengalaman.

4. Memberikan keuntungan finansial langsung bagi konservasi

Kendati small tourism, namun ekowisata bisa memberikan keuntungan finansial yang
tidak sedikit. Ekowisatawan biasanya sudah menyadari bahwa ekowisata itu mahal. Mereka akan
mafhum mengenai hal ini karena efek positif yang diberikannya untuk beragam lapisan.
Misalnya, mereka mengambil paket ekowisata untuk melihat penangkaran penyu. Mereka akan
rela merogoh kocek mendalam, namun imbal baliknya ke mereka berupa pengalaman yang
menakjubkan. Bisa melihat penyu sedang menetaskan anaknya, melepas tukik-tukiknya ke laut,

5. Memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi warga lokal

7
Ekowisata mengondisikan masyarakat di destinasi dan sekitarnya untuk menghidupkan
potensi-potensi lokal yang dimiliki. Hal ini sedikit berbeda dengan pariwisata massal yang
cenderung membuat warga di sana beralih profesi karena tergiur oleh duit melimpah. Sebaliknya,
ekowisata akan membuat kehidupan di destinasi menjadi lebih sustainable (berkelanjutan).
Warga hanya perlu fokus pada profesinya, memberi nilai tambah pada produk atau jasa yang
ditawarkan, serta memberikan pelayanan prima. Warga kian berdaya, keuntungan finansial pun
bukanlah harapan semu belaka.

6. Meningkatkan sensitivitas bagi iklim politik, lingkungan, maupun sosial pada negara
tuan rumah

Ekowisata yang dijalankan dengan optimal akan berdampak pada banyak hal. Jika
ekowisata diberi perhatian besar, maka mau tak mau akan berimbas pada kebijakan. Sebab,
bagaimanapun juga, ekowisata perlu diregulasi. Ini untuk menjaga agar tidak kebablasan kea rah
pariwisata massal. Efek lingkungan dan sosial pun sudah pasti menjadi keniscayaan. Semua
pihak pun akan ramai-ramai peduli. Sinergi ini akan menciptakan angina segar bagi tumbuhnya
ekowisata. Pembangunan pun menjadi lebih terarah dan berkelanjutan. Tidak sekadar bertumpu
pada tujuan-tujuan jangka pendek semata.

E. Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati

Dalam rangka pengendalian kerusakan keanekaragaman hayati terdapat beberapa aspek yang
harus diperhatikan, antara lain:

1. Aspek Pencegahan

Menguragi dampak negatif dari kegiatan ekowisata dengan cara:

Pemilihan lokasi yang tepat (menggunakan pendekatan tata ruang)

a. Rancangan pengembangan lokasi yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung.
b. Rancangan atraksi/kegiatan yang sesuai denan daya dukung kawasan dan kerentanan.

8
c. Merubah sikap dan perilaku stakeholder, mulai dari pengelola kawasan, penyelenggara
ekoturisme (tour operator) serta wisatawan itu sendiri.
d. Memilih Segmen Pasar yang sesuai.

2. Aspek Penanggulangan

a. Menyeleksi pengunjung termasuk jumlah pengunjung yang diperkenankan dan minat


kegiatan yang diperkenankan (control of visitor).
b. Menentukan waktu kunjungan
c. Mengembangkan pengelolaan kawasan (rancangan, peruntukan, penyediaan fasilitas)
melalui pengembangan sumber daya manusia, peningkatan nilai estitika serta kemudahan
akses kepada fasilitas.

3. Aspek Pemulihan
a. Menjamin mekanisme pengembalian keuntungan ekowisata untuk pemeliharaan
fasilitas dan rehabilitasi kerusakan lingkungan.
b. Peningkatan kesadaran pengunjung, pengelola dan penyedia jasa ekowisata.

F. Pengembangan Ekowisata di Taman nasional

Kriteria Pengembangan Ekowisata di Taman Nasional dalam rangka pengendalian


kerusakan keanekaragaman hayati di Taman Nasional dan Taman Wisata Alam yaitu :

a. Tahap Perencanaan

Perencanaan merupakan tahap awal dari pengembangan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Antisipasi dan regulasi dari peubahan yang akan terjadi dalam suatu sistem yang akan
dikembangkan, dirancang atau disusun dalam perencanaan. Hal ini dilakukan dengan harapan
bahwa pengembangan dapat meningkatkan keuntungan sosial, ekonomi dan lingkungan bagi
setiap pelakunya. Proses perencanaan diharapkan terpadu, melibatkan semua pihak dan mengacu
kepada rencana pengembangan lokal, regional dan nasional.
Adapun kriteria yang perlu diperhatikan pada tahap perencanaan ini meliputi:
1. Rencana pengembangan ekowisata harus mengacu pada rencana pengelolaan kawasan.

9
Rencana pengelolaan kawasan merupakan panduan tertulis pengelolaan habitat, kegiatan,
peruntuka kawasan, pengorganisasian dan monitoring dalam rangka menjamin kelestarian fungsi
kawasan. Pengembangan ekowisata yang merupakan salah satu kegiatan yang diperkenankan
untuk dilakukan didalam kawasan taman nasional dan taman wisata alam, dengan demikian
harus sesuai dengan rencana pengelolaan kawasan.
Indikator:
Rencana pengembangan ekowisata sesuai dengan rencana pengelolaan kawasan.

2. Memperhatikan kondisi ekologi/lingkungan.


Alam merupakan modal dasar penyelenggaraan ekowisata, untuk itu kriteria terhadap
aspek ini menjadi sangat penting agar kegiatan ekowisata tidak menimbulkan dampak yang
merusak kawasan Taman Nasional dan Taman Wisata Alam serta lingkungan sekitarnya.

Yang harus diperhatikan adalah:

a. Rona awal kondisi fisik, kimia, biologi dan wilayah yang akan dkembangkan menjadi
obyek wisata.
b. Perilaku satwa; ekowisata yang akan dikembangkan tidak akan merubah perilaku satwa.
c. Perencanaan sarana dan prasarana harus direncanakan dengan seting alam setempat dan
tidak memotong lintasan satwa/jalur satwa.

Indikator:

1. Telah melakukan survey pendahuluan terhadap potensi keanekaragaman hayati.


2. Rencana pengembangan ekowisata sesuai dengan hasil survey pendahuluan.

3. Memperhatikan daya tarik, keunikan alam dan prospek pemasaran daya tarik
tersebut.
Pengemasan produk dan pemilihan obyek yang merupakan ciri khas dan daya tarik suatu
wilayah pengembangan ekowisata harus terencana dengan baik dan variatif.

4. Memperhatikan kondisi sosial, budaya dan ekonomi.

10
Pengetahuan tentang alam dan budaya serta daya tarik suatu wilayah dimiliki oleh
masyarakat setempat. Oleh karena itu keterlibatan masyarakat pada tahap perencanaan akan
sangat berpengaruh untuk keberlanjutan obyek dimaksud. Dengan melibatkan masyarakat secara
aktif, masyarakat akan merasa memiliki obyek ekowisata tersebut.

5. Tata Ruang
Kegiatan yang direncanakan harus memperhatikan tingkat pemanfaatan ruang dan
daya dukung ruang yang tersedia bagi pengunjung, serta fasilitas umum yang memadai.
Yang harus diperhatikan:
Kualitas daya dukung lingkungan kawasan tujuan melalui pelaksanaan sistem pemintakatan
(zonasi). Perencanaan pembangunan wilayah setempat; ekowisata yang akan dikembangkan
harus terintegrasi dengan pembangunan wilayah setempat.

6. Melakukan analisis potensi dan hambatan yang meliputi analisis terhadap potensi
sumberdaya dan keunikan alam, analisis usaha, analisis dampak lingkungan, analisis
ekonomi (cost & benefit), analisis sosial dan analisis pemanfaatan ruang.
Indikator:
Telah melakukan analisis potensi dan hambatan yang meliputi analisis terhadap potensi
sumberdaya dan keunikan alam, analisis usaha, analisis dampak lingkungan, analisis ekonomi
(cost & benefit), analisis sosial dan analisis pemanfaatan ruang.

7. Menyusun Action Plan/Rancang Tindak Terintegrasi atas dasar analisis yang telah
dilakukan.
Indikator:
Telah menyusun Action Plan/Rancang Tindak Terintegrasi atas dasar analisis yang
telah dilakukan.
8. Melakukan Public Hearing/Konsultasi Publik terhadap rencana yang akan
dikembangkan.
Indikator:
Telah melakukan public hearing/konsultasi publik terhadap rencana yang akan
dikembangkan.

11
B. Tahap Pelaksanaan

Pengelolaan suatu obyek wisata di kawasan taman nasional dan taman wisata alam
merupakan bagian dari strategi perlindungan alam. Dengan demikian, pengelolaan yang akan
diterapkan harus sejalan dengan tujuan pengelolaan suatu kawasan konservasi. Kriteria yang
harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

1. Mengelola obyek daerah tujuan ekowisata


Mengelola jumlah dan distribusi pengunjung serta mengatur periode kunjungan sesuai
dengan daya dukung kawasan serta perilaku satwa.

2. Pengembangan ekowisata harus mengikuti penetapan zonasi kawasan (hanya boleh


dilakukan dalam zona pemanfaatan atau peruntukan kawasan).
Indikator:
Pengembanga ekowisata dilakukan pada zona yang diperkenankan.

3. Mengembangkan bisnis wisata


Melakukan pemasaran secara proporsional dan menjalin jejaring kerja (networking) dengan
pasar regional, nasional dan internasional.

4. Mengembangkan produk-produk yang lebih bervariatif.


Indikator:
Terdapat banyak alternatif produk wisata.

5. Meningkatkan perlindungan terhadap konsumen.


Indikator:
Pengunjung merasa nyaman dan aman.

6. Membangun Kemitraan
Membangun hubungan kemitraan dengan masyarakat, pengusaha dan pemerintah daerah
dalam pengembangan obyek ekowisata.

12
7. Sumber Daya Manusia
Meningkatkan kapasitas bagi pengelola dan pemandu serta masyarakat melalui pelatihan-
pelatihan.
Indikator:
Tersedianya pengelola dan pemandu yang profesional.

C. Tahap Monitoring Dan Evaluasi

Setelah tahap perencanaan dan pelaksanaan dilakukan secara taat dan konsisten, maka
kriteria selanjutnya yang harus diperhatikan adalah Tahap Monitoring dan Evaluasi. Monitoring
dan Evaluasi dilakukan secara periodik dan berkesinambungan pada masing-masing tahap
kegiatan. Evaluasi merupakan umpan balik bagi tindakan atau rencana selanjutnya. Kriteria yang
harus diperhatikan dalam tahapan monitoring dan evaluasi adalah:

1. Melakukan monitoring secara terintegrasi.

Indikator:
Monitor dilakukan secara terpadu lintas sektor antara Pemerintah Daerah, Pemangku
Kawasan dan Masyarakat dengan mengembangkan sisem dan prosedur monitoring yang
disepakati dan disesuaikan kondisi setempat.

2. Melakukan evaluasi terhadap setiap tahapan pelaksanaan.

Indikator:

a. Terdapat jadwal (schedule) monitoring dan evaluasi.


b. Memeriksa kembali apakah pelaksanaan telah sesuai dengan Rancang Tindak yang telah
disepakati bersama.
c. Melakukan langkah/aksi bila terjadi penyimpangan kearah yang tidak menguntungkan baik
untuk kawasan itu sendiri atau wilayah setempat secara umum, pengelola maupun masyarakat.

13
d. Melakukan perancangan ulang (re-design) secara terintegrasi apabila Rencana Tindak yang telah
disusun pada saat perencanaan, karena satu dan lain hal menjadi tidak layak lagi diterapkan di
lapangan (misal karena adanya perubahan kebijakan di daerah atau nasional yang membuat suatu
langkah tindak tidak sesuai lagi)

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ekowisata adalah suatu jenis pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan aktivitas
melihat, menyaksikan, mempelajari, mengagumi alam, flora dan fauna, sosial-budaya etnis
setempat, dan wisatawan yang melakukannya ikut membina kelestarian lingkungan alam di
sekitarnya dengan melibatkan penduduk lokal. Batasan ekowisata hendaknya memiliki ciri
khusus dan berbeda dengan batasan tentang pariwisata yang biasa kita kenal. Dalam hal ini kita
dapat membedakannnya yaitu : Objek dan atraksi wisata, keikutsertaan wisatawan, keterlibatan
penduduk setempat, kemakmuran masyarakat setempat

Pengembangan ekowisata sangat dipengaruhi oleh keberadaan unsur-unsur yang harus ada
dalam pengembangan itu sendiri: Sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budaya,
Masyarakat, Pendidikan, Pasar, Ekonomi, Kelembagaan. Ada 6 prinsip dalam ekowisata, antara
lain: Meminimalisasi dampak, membangun kesadaran dan kepedulian terhadap budaya dan
lingkungan, memberikan pengalaman positif, baik bagi wisatawan maupun warga lokal sebagai
tuan rumah, memberikan keuntungan finansial langsung bagi konservasi, memberikan
keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi warga lokal, meningkatkan sensitivitas bagi iklim
politik, lingkungan, maupun sosial pada negara tuan rumah. Pengendalian kerusakan
keanekaragaman hayati terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan, antara lain: Aspek
Pencegahan, Aspek Penanggulangan, Aspek Pemulihan

B. Saran
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
penyempurnaan isi makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://studipariwisata.com/analisis/ecotourism-pariwisata-berwawasan-lingkungan/

http://www.indonesiaecotourism.com/2016/03/21/6-prinsip-ekowisata-menurut-ties/

https://lingkunganhidup.co/pengertian-ekowisata-dan-kriterianya/

http://www.ekowisata.info/pengembangan_ekowisata.html

16

Anda mungkin juga menyukai