yang Diampuh oleh Ibu Dr. Marini Susanti Hamidun S.Si., M.Si)
Oleh :
Rahman Pobela (431419025)
Kelas : A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
2020
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidaayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga
kami bisa menyelesaikan makalah.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan pendapat buatan
dari berbagai pihak sehingga bisa mempelancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang tela
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal terssebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini tentang Prinsip dan
Kriteria Ekowisata ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk
pembaca.
Rahman Pobela
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
A. Kesimpulan .....................................................................................................15
B. Saran ................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gerakan kembali ke alam yang sekarang banyak dicanangkan oleh Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) dan beberapa pakar lingkungan hidup, pada dasarnya merupakan peluang
(opportunities) bagi pengembangan ekowisata (ecotourism) di Indonesia. kita yakin bahwa
pengembangan ekowisata dilihat dari usaha besar pembangunan untuk meningkatkan
kemakmuran rakyat Indonesia sekaligus kualitas hidup rakyat yang sudah terlalu lama menderita.
Tantangan pembangunan utama menjelang abad-21 adalah tuntutan untuk menampung akibat
pertambahan penduduk yang dihadapkan dengan sumber-sumber yang terbatas. Tantangan
pembangunan kedua menghadapi milenium ke-3 adalah bagaimana menghapuskan kemiskinan
di bumi Indonesia yang katanya “kaya-raya” ini. Tantangan ketiga yang tidak kalah beratnya
adalah bahwa di waktu yang akan datang, permintaan akan sumber-sumber alam kita bertambah
besar, baik untuk memenuhi kebutuhan akibat jumlah penduduk yang semakin meningkat
maupun kenaikan pendapatan penduduk sehingga diperlukan pengelolaan sumber-sumber alam
yang lebih bertanggungjawab dari yang sudah-sudah.
1
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dari latar belakang tersebut adalah :
1. Apa itu ekowisata ?
2. Perbedaan batasan antara ekowisata dengan pariwisata ?
3. Apa saja prinsip-prinsip ekowisata dalam kepariwisataan ?
4. Pemecahan masalah kepariwisataan menggunakan prinisip-prinsip ekowisata ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ekowisata
Ekowisata adalah wisata berbasis alam yang berkaitan dengan pendidikan dan
pemahaman lingkungan alam dan dikelola dengan prinsip berkelanjutan.
2. Alam A. Leq, Ph.D. The Ecotourism Market in The Asia Pacific Region, 1996:
Ekowisata adalah kegiatan petualangan, wisata alam, budaya, dan alternatif yang mempunyai
karakteristik:
Ekowisata adalah wisata ke alam perawan yang relatif belum terjamah atau tercemar
dengan tujuan khusus mempelajari, mengagumi, serta perwujudan bentuk budaya yang ada di
dalam kawasan tersebut.
Ekowisata adalah suatu jenis pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan aktivitas
melihat, menyaksikan, mempelajari, mengagumi alam, flora dan fauna, sosial-budaya etnis
3
setempat, dan wisatawan yang melakukannya ikut membina kelestarian lingkungan alam di
sekitarnya dengan melibatkan penduduk lokal.
Batasan ekowisata hendaknya memiliki ciri khusus dan berbeda dengan batasan tentang
pariwisata yang biasa kita kenal. Dalam hal ini kita dapat membedakannnya sebagai berikut:
Baik obyek maupun atraksi yang dilihat adalah yang berkaitan dengan alam atau
lingkungan, termasuk di dalamnya alam, flora dan fauna, sosial dan ekonomi, dari budaya
masyarakat di sekitar proye yang memiliki unsur-unsur keaslian, langka, keunikan, dan
mengagumkan.
2. Keikutsertaan wisatawan
4
C. Unsur-unsur Pengembangan Ekowisata
Pengembangan ekowisata sangat dipengaruhi oleh keberadaan unsur-unsur yang harus ada
dalam pengembangan itu sendiri, yaitu:
2. Masyarakat
Pada dasarnya pengetahuan tentang alam dan budaya serta daya tarik wisata kawasan
dimiliki oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu pelibatan masyarakat menjadi mutlak,
mulai dari tingkat perencanaan hingga pada tingkat pengelolaan.
3. Pendidikan
4. Pasar
5
5. Ekonomi
6. Kelembagaan
Pengembangan ekowisata pada mulanya lebih banyak dimotori oleh Lembaga Swadaya
Masyarakat, pengabdi masyarakat dan lingkungan. Hal ini lebih banyak didasarkan pada
komitmen terhadap upaya pelestarian lingkungan, pengembangan ekonomi dan
pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan. Namun kadang kala komitmen tersebut
tidak disertai dengan pengelolaan yang baik dan profesional, sehingga tidak sedikit kawasan
ekowisata yang hanya bertahan sesaat. Sementara pengusaha swasta belum banyak yang
tertarik menggarap bidang ini, karena usaha seperti ini dapat dikatakan masih relatif baru
dan kurang diminati karena harus memperhitungkan social cost dan ecological-cost dalam
pengembangannya.
1. Meminimalisasi dampak
Ekowisata muncul sebagai bentuk respon terhadap pariwisata massal (mass tourism). Tak
bisa dimungkiri lagi bahwa pariwisata massal memberikan banyak dampak negative, tak hanya
bagi lingkungan, tapi juga sosial. Sumber PBB menyebutkan, rata-rata turis yang menghabiskan
air dalam waktu 24 jam, sama dengan jumlah air yang bisa digunakan oleh petani di negara
dunia ketiga untuk memproduksi padi selama 100 hari. Contoh lain, satu hotel mewah di negara
dunia ketiga menghabiskan 66 ribu gallon air sehari.
6
Di ranah sosial, pariwisata massal berdampak pada masyarakat, khususnya anak-anak.
Data dari PBB menyebutkan, setidaknya 13-19 juta anak-anak di seluruh dunia bekerja di sektor
pariwisata. Lebih dari 1 juta di antara mereka dieksploitasi secara seksual oleh turis tiap
tahunnya.
Ekowisata bisa disebut sebagai filter (penyaring) dari dampak pariwisata massal. Ini tak
lain karena ekowisata lebih merupakan small tourism. Jumlah wisatawan yang kecil, akan kecil
kemungkinan pula memberi dampak negatif. Wisatawan bisa berinteraksi lebih intens dengan
warga lokal. Ini membuat mereka punya waktu lebih banyak untuk menyelami budaya warga
lokal sekaligus menghormati lingkungan tempat mereka berada.
3. Memberikan pengalaman positif, baik bagi wisatawan maupun warga lokal sebagai
tuan rumah
Dengan jumlah wisatawan yang sedikit, ekowisata bisa memberi pengalaman positif yang
lebih intensif dengan masyarakat lokal. Interaksi ini jauh lebih berkualitas. Misalkan, wisatawan
menginap di homestay lokal. Mereka tidak sekadar menginap, tapi juga dihidangkan makanan
khas sana. Bahkan, bisa melihat prosesnya langsung jikalau pemilik homestay menyediakan
paketnya. Antara wisatawan dan pemilik homestay bisa saling bertukar ilmu dan pengalaman.
Kendati small tourism, namun ekowisata bisa memberikan keuntungan finansial yang
tidak sedikit. Ekowisatawan biasanya sudah menyadari bahwa ekowisata itu mahal. Mereka akan
mafhum mengenai hal ini karena efek positif yang diberikannya untuk beragam lapisan.
Misalnya, mereka mengambil paket ekowisata untuk melihat penangkaran penyu. Mereka akan
rela merogoh kocek mendalam, namun imbal baliknya ke mereka berupa pengalaman yang
menakjubkan. Bisa melihat penyu sedang menetaskan anaknya, melepas tukik-tukiknya ke laut,
7
Ekowisata mengondisikan masyarakat di destinasi dan sekitarnya untuk menghidupkan
potensi-potensi lokal yang dimiliki. Hal ini sedikit berbeda dengan pariwisata massal yang
cenderung membuat warga di sana beralih profesi karena tergiur oleh duit melimpah. Sebaliknya,
ekowisata akan membuat kehidupan di destinasi menjadi lebih sustainable (berkelanjutan).
Warga hanya perlu fokus pada profesinya, memberi nilai tambah pada produk atau jasa yang
ditawarkan, serta memberikan pelayanan prima. Warga kian berdaya, keuntungan finansial pun
bukanlah harapan semu belaka.
6. Meningkatkan sensitivitas bagi iklim politik, lingkungan, maupun sosial pada negara
tuan rumah
Ekowisata yang dijalankan dengan optimal akan berdampak pada banyak hal. Jika
ekowisata diberi perhatian besar, maka mau tak mau akan berimbas pada kebijakan. Sebab,
bagaimanapun juga, ekowisata perlu diregulasi. Ini untuk menjaga agar tidak kebablasan kea rah
pariwisata massal. Efek lingkungan dan sosial pun sudah pasti menjadi keniscayaan. Semua
pihak pun akan ramai-ramai peduli. Sinergi ini akan menciptakan angina segar bagi tumbuhnya
ekowisata. Pembangunan pun menjadi lebih terarah dan berkelanjutan. Tidak sekadar bertumpu
pada tujuan-tujuan jangka pendek semata.
Dalam rangka pengendalian kerusakan keanekaragaman hayati terdapat beberapa aspek yang
harus diperhatikan, antara lain:
1. Aspek Pencegahan
a. Rancangan pengembangan lokasi yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung.
b. Rancangan atraksi/kegiatan yang sesuai denan daya dukung kawasan dan kerentanan.
8
c. Merubah sikap dan perilaku stakeholder, mulai dari pengelola kawasan, penyelenggara
ekoturisme (tour operator) serta wisatawan itu sendiri.
d. Memilih Segmen Pasar yang sesuai.
2. Aspek Penanggulangan
3. Aspek Pemulihan
a. Menjamin mekanisme pengembalian keuntungan ekowisata untuk pemeliharaan
fasilitas dan rehabilitasi kerusakan lingkungan.
b. Peningkatan kesadaran pengunjung, pengelola dan penyedia jasa ekowisata.
a. Tahap Perencanaan
Perencanaan merupakan tahap awal dari pengembangan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Antisipasi dan regulasi dari peubahan yang akan terjadi dalam suatu sistem yang akan
dikembangkan, dirancang atau disusun dalam perencanaan. Hal ini dilakukan dengan harapan
bahwa pengembangan dapat meningkatkan keuntungan sosial, ekonomi dan lingkungan bagi
setiap pelakunya. Proses perencanaan diharapkan terpadu, melibatkan semua pihak dan mengacu
kepada rencana pengembangan lokal, regional dan nasional.
Adapun kriteria yang perlu diperhatikan pada tahap perencanaan ini meliputi:
1. Rencana pengembangan ekowisata harus mengacu pada rencana pengelolaan kawasan.
9
Rencana pengelolaan kawasan merupakan panduan tertulis pengelolaan habitat, kegiatan,
peruntuka kawasan, pengorganisasian dan monitoring dalam rangka menjamin kelestarian fungsi
kawasan. Pengembangan ekowisata yang merupakan salah satu kegiatan yang diperkenankan
untuk dilakukan didalam kawasan taman nasional dan taman wisata alam, dengan demikian
harus sesuai dengan rencana pengelolaan kawasan.
Indikator:
Rencana pengembangan ekowisata sesuai dengan rencana pengelolaan kawasan.
a. Rona awal kondisi fisik, kimia, biologi dan wilayah yang akan dkembangkan menjadi
obyek wisata.
b. Perilaku satwa; ekowisata yang akan dikembangkan tidak akan merubah perilaku satwa.
c. Perencanaan sarana dan prasarana harus direncanakan dengan seting alam setempat dan
tidak memotong lintasan satwa/jalur satwa.
Indikator:
3. Memperhatikan daya tarik, keunikan alam dan prospek pemasaran daya tarik
tersebut.
Pengemasan produk dan pemilihan obyek yang merupakan ciri khas dan daya tarik suatu
wilayah pengembangan ekowisata harus terencana dengan baik dan variatif.
10
Pengetahuan tentang alam dan budaya serta daya tarik suatu wilayah dimiliki oleh
masyarakat setempat. Oleh karena itu keterlibatan masyarakat pada tahap perencanaan akan
sangat berpengaruh untuk keberlanjutan obyek dimaksud. Dengan melibatkan masyarakat secara
aktif, masyarakat akan merasa memiliki obyek ekowisata tersebut.
5. Tata Ruang
Kegiatan yang direncanakan harus memperhatikan tingkat pemanfaatan ruang dan
daya dukung ruang yang tersedia bagi pengunjung, serta fasilitas umum yang memadai.
Yang harus diperhatikan:
Kualitas daya dukung lingkungan kawasan tujuan melalui pelaksanaan sistem pemintakatan
(zonasi). Perencanaan pembangunan wilayah setempat; ekowisata yang akan dikembangkan
harus terintegrasi dengan pembangunan wilayah setempat.
6. Melakukan analisis potensi dan hambatan yang meliputi analisis terhadap potensi
sumberdaya dan keunikan alam, analisis usaha, analisis dampak lingkungan, analisis
ekonomi (cost & benefit), analisis sosial dan analisis pemanfaatan ruang.
Indikator:
Telah melakukan analisis potensi dan hambatan yang meliputi analisis terhadap potensi
sumberdaya dan keunikan alam, analisis usaha, analisis dampak lingkungan, analisis ekonomi
(cost & benefit), analisis sosial dan analisis pemanfaatan ruang.
7. Menyusun Action Plan/Rancang Tindak Terintegrasi atas dasar analisis yang telah
dilakukan.
Indikator:
Telah menyusun Action Plan/Rancang Tindak Terintegrasi atas dasar analisis yang
telah dilakukan.
8. Melakukan Public Hearing/Konsultasi Publik terhadap rencana yang akan
dikembangkan.
Indikator:
Telah melakukan public hearing/konsultasi publik terhadap rencana yang akan
dikembangkan.
11
B. Tahap Pelaksanaan
Pengelolaan suatu obyek wisata di kawasan taman nasional dan taman wisata alam
merupakan bagian dari strategi perlindungan alam. Dengan demikian, pengelolaan yang akan
diterapkan harus sejalan dengan tujuan pengelolaan suatu kawasan konservasi. Kriteria yang
harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
6. Membangun Kemitraan
Membangun hubungan kemitraan dengan masyarakat, pengusaha dan pemerintah daerah
dalam pengembangan obyek ekowisata.
12
7. Sumber Daya Manusia
Meningkatkan kapasitas bagi pengelola dan pemandu serta masyarakat melalui pelatihan-
pelatihan.
Indikator:
Tersedianya pengelola dan pemandu yang profesional.
Setelah tahap perencanaan dan pelaksanaan dilakukan secara taat dan konsisten, maka
kriteria selanjutnya yang harus diperhatikan adalah Tahap Monitoring dan Evaluasi. Monitoring
dan Evaluasi dilakukan secara periodik dan berkesinambungan pada masing-masing tahap
kegiatan. Evaluasi merupakan umpan balik bagi tindakan atau rencana selanjutnya. Kriteria yang
harus diperhatikan dalam tahapan monitoring dan evaluasi adalah:
Indikator:
Monitor dilakukan secara terpadu lintas sektor antara Pemerintah Daerah, Pemangku
Kawasan dan Masyarakat dengan mengembangkan sisem dan prosedur monitoring yang
disepakati dan disesuaikan kondisi setempat.
Indikator:
13
d. Melakukan perancangan ulang (re-design) secara terintegrasi apabila Rencana Tindak yang telah
disusun pada saat perencanaan, karena satu dan lain hal menjadi tidak layak lagi diterapkan di
lapangan (misal karena adanya perubahan kebijakan di daerah atau nasional yang membuat suatu
langkah tindak tidak sesuai lagi)
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ekowisata adalah suatu jenis pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan aktivitas
melihat, menyaksikan, mempelajari, mengagumi alam, flora dan fauna, sosial-budaya etnis
setempat, dan wisatawan yang melakukannya ikut membina kelestarian lingkungan alam di
sekitarnya dengan melibatkan penduduk lokal. Batasan ekowisata hendaknya memiliki ciri
khusus dan berbeda dengan batasan tentang pariwisata yang biasa kita kenal. Dalam hal ini kita
dapat membedakannnya yaitu : Objek dan atraksi wisata, keikutsertaan wisatawan, keterlibatan
penduduk setempat, kemakmuran masyarakat setempat
Pengembangan ekowisata sangat dipengaruhi oleh keberadaan unsur-unsur yang harus ada
dalam pengembangan itu sendiri: Sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budaya,
Masyarakat, Pendidikan, Pasar, Ekonomi, Kelembagaan. Ada 6 prinsip dalam ekowisata, antara
lain: Meminimalisasi dampak, membangun kesadaran dan kepedulian terhadap budaya dan
lingkungan, memberikan pengalaman positif, baik bagi wisatawan maupun warga lokal sebagai
tuan rumah, memberikan keuntungan finansial langsung bagi konservasi, memberikan
keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi warga lokal, meningkatkan sensitivitas bagi iklim
politik, lingkungan, maupun sosial pada negara tuan rumah. Pengendalian kerusakan
keanekaragaman hayati terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan, antara lain: Aspek
Pencegahan, Aspek Penanggulangan, Aspek Pemulihan
B. Saran
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
penyempurnaan isi makalah ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://studipariwisata.com/analisis/ecotourism-pariwisata-berwawasan-lingkungan/
http://www.indonesiaecotourism.com/2016/03/21/6-prinsip-ekowisata-menurut-ties/
https://lingkunganhidup.co/pengertian-ekowisata-dan-kriterianya/
http://www.ekowisata.info/pengembangan_ekowisata.html
16