11191110000043
SOSIOLOGI 2B
Resume Bab II – bagian A
Datangnya era reformasi, tentu jug memicu timbulnya berbagai macam koflik.
Konflik-konflik tersebut diantarnya Gerakan Aceh Merdeka (GAM), lepasnya Timor-Timur
dan Gerakan Papua Merdek yang mengancam pisah dari NKRI. Selain itu, konflik bernuansa
primordial juga bermunculan baik etnik maupun agama. Konflik antar-etnis muncul di
Kalimantan Barat, disusul dengan konflik berdarah bernuansa agama di Ambon dan sejumlah
daerah.
Tak hanya konflik-konflik yang bermunculan, impian-impian politik masa lalu juga
muncul kembali seiring datang nya demokratisasi dan reformasi. Khususnya di Ibu Kota
Negara, gerakan radikal Islam muncul bak jamur di musim penghujan. Gerakan-gerakan ini
memunculkan wacana pemberlakuan syariat Islam hingga wacana penggantian Ideologi
Negara Pancasila dengan dasar agama. Hal serupa oleh kalangan lain dengan mewacanakan
pemberlakuan ajaran di suatu kawasan bahkan ancaman pemisahan dari NKRI. Indonesia
yang sedang berjalan dengan demokrasi berhadapan dengan ancaman gerakan primordial
yang serius.
Namun, berkat euphoria demokrasi, Indonesia menjadi masyarakat yang terbuka dan
kritis. Demokrasi telah menjadikan segala hal dimasa lalu menjadi layak dipertanyakan dan
bahkan digugat. Akan tetapi, demokrasi juga memberikan dampak peran Negara yang kian
melemah. Ditambah masyarakat yang mengalami kehilangan arah karena belum akrab
dengan sistem demokrasi, membuat terciptanya kondisi kegamangan masyarakat Indonesia.
Terjadinya kesalahpahaman masyarakat terhadap demokrasi yang masih banyak dipahami
sebagai ekspresi kebebasan tanpa dibarengi tanggung jawab dan penghormatan hak asasi
orang lain.
Keawaman masyarakat atas demokrasi ini menjadi kendala serius bagi Indonesia yang
tengah mewujudkan demokrasi yang sebenarnya. Transmisi demokrasi Indonesia masih
diwarnai tindakan anarkis, baik antara warga Negara dengan Negara maupun diantara
sesame warga Negara. Sebagai bangsa yang majemuk, Indonesia paska Orde Baru tengah
menghadapi ujian yang tidak ringan.
Dibalik ujian kebangsaan diatas, sejumlah langkah perbaikan menuju tata kehidupan
berbangsa dan bernegara yang demokratis sudah menunjukkan tanda-tanda yang
menggembirakan. Sistem politik dengan pemilu yang semakin terbuka dengan kontestan
banyak partai politik dan pembatasan jabatan presiden menjadi indicator demokrasi Indonesia
yang penting. Keterbukaan politik, kebebasan pers dan berserikat serta berkumpul dan
kebebasan beragama yang semakin semarak di era reformasi semakin menambah kualitas
demokrasi Indonesia. Namun, hingga saat ini Indonesia masih belum bebas dari ancaman-
ancaman gerakan radikalisasi agama dengan agenda pemberlakuan syariat Islam, korupsi dan
politik uang dan semangat primordial yang membonceng wacana demokrasi dan kebijakan
desentralisasi (otonomi daerah).
Integrasi bangsa dan jati diri Indonesia yang majemuk pun terancam karena
bertambahnya transaksi politik berdasarkan uang dan pemberlakuan peraturan daerah yang
bernuansa agama. Berbarengan dengan gejala ini, kegamangan pemerintah baik pusat
maupun daerah dalam menangani kasus-kasus yang bernuansa pelanggaran HAM dan lain-
lain semakin melebar. Sehingga dapat dikategorikan sebagai ancaman potensial bagi masa
depan demokrasi Indonesia. Bahkan beragam realitas yang tidak sejalan dengan cita-cita
reformasi ini tidak hanya menjadi ancaman bagi demokrasi semata, tetapi juga menjadi
ancaman serius terhadap eksistensi empat consensus atau pilar wawasan kebangsaan
Indonesia; Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.