Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH STUDI ISLAM II

“ISLAM DILIHAT DARI BERBAGAI ASPEK ”

An Nida Hidayatunnazhiffa 11191110000043

Nandya Desthalia Syadza 11191110000047

Lintang Elaeis Putri Yunara 11191110000060

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Wa Syukurulillah penyusun panjatkan atas segala rahmat dan karunia


Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat segala limpahan rahmat serta karunia-Nya
penyusun dapat menyelesaikan beberapa hal yang terkait dengan makalah ini. Shalawat beserta
salam tak lupa penyusun haturkan kepada Baginda Nabi besar Muhammad SAW beserta
keluarga, sahabat, dan juga pengikutnya sampai akhir zaman.

Makalah ini dibuat dan disusun berisi tentang “Islam Dilihat dari Berbagai Aspek“
Kemudian, paper ini ini disusun sebagai sarana dan pemenuhan nilai uts khususnya sebagai
bentuk kewajiban serta sebagai wujud mengembangkan ide, gagasan, serta fakta-fakta yang
terdapat pada sumber penulisan paper ini.

Walaupun kami, tim penyusun telah berusaha mempersembahkan tugas untuk memenuhi
nilai uts ini dengan semaksimal dan seoptimal mungkin. Namun, kami sebagai tim penyusun
menyadari bahwa kesalahan sekecil apapun pasti ada, mungkin kesalahan dari penggunaan
bahasa, struktur makalah, judul, isi yang mungkin dinilai kurang konkrit, dan sebagainya. Maka
dari itu, kami sebagai tim penyusun mengharapkan kritik serta saran yang membangun sebagai
bahan perbaikan pada tugas berikutnya.

Demikian kiranya beberapa patah kata yang dapat kami sampaikan, semoga dengan
adanya tugas ini, pembaca dapat memiliki gambaran serta dapat meralat seandainya terdapat
kesalahan-kesalahan.

Ciputat, 14 April 2020

Tim Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah

Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat menjamin
terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Petunjuk-petunjuk agama
mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya,
Alquran dan Hadis, tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis
dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa
mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis,
berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan, anti-feodalistik, mencintai kebersihan,
mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan bersikap positif lainnya. Melihat pandangan
seperti itu, Islam sepertinya hanya sebuah agama yang formalistik. Isinya hanya tentang ibadah
dan hanya memfokuskan berhubungan dengan Tuhan. Begitu juga, jika Islam hanya dilihat
dengan satu pandangan atau satu sisi, hal tersebut menunjukkan begitu sempitnya Islam. Atau
dilihat dari sudut pandang aliran, Islam terdiri dari berbagai madzhab yang berbeda.Bisa juga
dibedakan menurut keotentikannya, misalkan Islam di Makkah lebih asli. Karena Islam lahir di
sana. Hal-hal seperti itu membuat pengertian Islam sangat sempit dan menjadi sempit. Padahal
kenyataannya, Islam tidak hanya sebatas pengertian agama, tapi juga sebagai suatu fenomena
masyarakat. Jika ingin memahami Islam secara universal, tentunya kita tidak bisa hanya
menggunakan satu dari berbagai pancaran mutiara Islam. Oleh karena itu, untuk memahami
Islam secara keseluruhan diperlukan pendekatan yang mencakup atau melihat Islam dari
berbagai aspeknya.

II. Rumusan Masalah

Bagaimana islam dilihat dari berbagai aspek berikut,

1. Dilihat dari aspek hukum?


2. Dilihat dari aspek teologi?
3. Dilihat dari aspek filsafat?
4. Dilihat dari aspek mistisme?
III. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut

1. Sebagai tugas mata kuliah studi islam II.


2. Dapat mengetahui islam dilihat dari aspek dalam hukum
3. Dapat mengetahui islam dilihat dari aspek aspek teologi
4. Dapat mengetahui islam dilihat dari aspek aspek filsafat
5. Dapat mengetahui islam dilihat dari aspek aspek mistisme
BAB II

PEMBAHASAN

I. Aspek Hukum

Islam, salah satu nya berasal dari kata aslama yang berarti selamat, aman, patuh, berserah
diri dan taat.1 Dari arti kata tersebut, dapat ditarik asatu makna yakni ketaatan. Suatu ketaatan
timbul karena kesadaran diri akan penting nya patuh dalam suatu aturan. Islam pun mempunyai
satu sumber aturan yang telah digunakan dari zaman nabi Muhammad hingga zaman sekarang
ini. Namun sejak islam turun, nabi-nabi pendahulu masih menggunakan dasar wahyu yang turun
pada masanya. Dan apabila ada sumber aturan, maka ada pula hukum yang berlaku. Lembaga
tertinggi dalam mengatur kehidupan masyarakat adalah negara. Hal ini dikarenakan negara yang
membuat dan memberlakukan aturan yang ada. Aturan hukum ada dalam suatu negara untuk
dipatuhi oleh masyarakatnya. Selain itu, penting sekali bagi negara untuk bertindak tegas dalam
menjalankan hukum.

Islam berdasarkan tinjauan aspek hukum telah melewati beberapa tahap perkembangan.
Perkembangan hukum itu sendiri melewati periode Nabi, periode sahabat, periode ijtihad serta
kemajuan.

a) Periode Nabi

Nabi mendapatkan wahyu dari Allah SWT secara berangsur-angsur. Dimulai dari
Mekkah, dan diakhiri di Madinah. Pada saat itu, Nabi berusaha menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang ada berdasarkan wahyu yang telah ia dapatkan. Namun, terkadang timbul
beberapa persoalan masalah yang cara penyelesaiannya belum disebut oleh wahyu yang telah
Nabi terima. Dalam hal yang seperti ini Nabi memakai ijtihad atau pendapat yang dihasilkan
berkat pemikiran mendalam.

Pada periode Nabi, masyarakat hanya berpegang pada Nabi sebagai sumber hukum yang
mereka dipercaya. Tugas Nabi sendiri adalah menyampaikan dan melaksanakan hukum yang
ditentukan oleh Tuhan. Sumber hukum yang ditinggalkan Nabi untuk zaman-zaman sesudahnya
ialah al-Qur’an dan sunnah Nabi.

b) Periode sahabat

Pada periode ini, daerah kekuasaan islam semakin luas. Dengan begitu, tentu persoalan
kemasyarakatan semakin bertambah dan semakin sulit cara penyelesaiannya. Di zaman Abu
Bakar, konsensus masih dapat diadakan, namun mulai dari zaman Umar pengadaan konsensus
menjadi sulit. Para sahabat telah tersebar ke daerah-daerah yang jatuh ke dalam kekuasaan Islam,
1
Batubara, Chuzaimah. Handbook Metodologi Studi Islam. Prenada Media, 2018. Hal 5
tetapi karena sahabat mempunyai wibawa yang besar, ijtihad mereka mudah dapat diterima.
Dengan adanya ijtihad , sahabat menimbulkan sunnah pula.

Sumber-sumber hukum yang ditinggalkan periode ini unutk generasi selanjutnya adalah
al-Qur’an, sunnah Nabi, dan sunnah sahabat. Periode ijtihad dan kemajuan bersamaan masanya
dengan periode kemajuan Islam I, 700-1000 M. periode ini disebut juga periode pengumpulan
hadist, ijtihad, atau fatwa sahabat dan tabi’in. sesuai dengan bertambah luasnya daerah Islam,
berbagai macam bangsa masuk membawa berbagai macam adat istiadat, tradisi dan system
kemasyarakatan. Problema hukum yang dihadapi beragam pula. Untuk mengatasinya ulama-
ulama banyak mengadakan ijtuhad, ijtihad merka berdasarkan atas al-Qur’an , sunnah Nabi, dan
sunnah sahabat. Dengan demikian timbullah ahli-ahli hukum mujtahid yang disebut imam atau
faqih dalam Islam.

Di Madinah pemuka-pemuka dari golongan tabi’in yang terkenal ialah fuqaha yang tujuh
seperti Sa’id bin Musayyah, ‘Urwah bin al-Zubeir dan al-Qasim bin Muhammad. Diantara
murid-murid tabi’in ini dikenal Muhammad bin Syahab al-Zuhri dan Yahya bin Sa’ad. Dan
pengikut termashur dari murid-murid tabi’in ini ialah Malik bin Anas, pendiri dari mazhab
maliki yang ada sekarang.

Pemuka-pemuka hukum yang terkenal di Mekkah adalah ‘Ikrimah dan Mujahid dan di
antara murid-murid mereka terdapat Sufyan bin ‘Uyaynah dan Muslim bin Khalid, Imam Syafi’i,
sewatu di Mekkah belajar pada mereka. Di Kufah pemuka hukum, dari golongan tabi’in yang
terkenal ialah ‘Alqamah bin Qais dan al-Qadi Syuraih dan murid mereka yang temashur adalah
Ibrahim al-Nakha’i, Abu Hanifah pediri mazhab Hanafi, belajar pada Hammad bin Abi
Sulaiman, murid al- Nakha’i.

Di Mesir dikenal Yazid bin Habib dari golongan tabi’in dan di antara murid-muridnya
adalah al-Lais bin Sa’ad. Syafi’I pergi ke Mesir karena disana terdapat ulama-ulama seperti al-
Lais dan lain-lainya.

1) Imam Hanafi

Abu Hanifah al-Nu’man bin Tsabit berasal dari keturunan Persia  dan lahir di Kufah pada
tahun 700 M. Setelah gurunya Hammad meninggal dunia ia mengisi tempat yang ditinggalkan
gurunya itu. Dan beliau wafat di tahun 767 M.

Dalam hal pemakaian sunnah sebagai sumber ia bersikap hati-hait betul. Oleh karena itu
mazhabnya dikenal sebagai mazhab al-ra’yu.

Mazhab Hanafi adalah mazhab yang resmi dipakai oleh kerajaan Ustmani dan dizaman
bani Abbas banyak dianut di Irak. Sekarang pengnut mazhab itu banyak terdapat di Turki Suria,
Afganistan, Turkistan dan India.
2) Imam Malik

Malik bin Anaslahir di Medinah pada tahun 713 M. dan berasal dari Yaman. Ia meniggal
dunia pada tahun 795 M. Ia belajar pada beberapa guru seperti Nafi’, Mawla Abdullah bin Umar,
bin Syihab al- Zuhr dan Hurmuz. Kemudian Malik sendiri menjadi guru pula dengan mengambil
mesjid madinah sebagai tempat mengajar hadis dan fatwa tentang hukum. Buku yang
ditinggalkan Malik bernama al-Muwatta suatu buku yang sekaligus merupakan buku hadist dan
buku fikih. Hadist diatur di dalamnya sesuai dengan bidang yang terdapat dalam buku fiqih.

Dalam pemikiran hukumnya Malik banyak berpegang pada sunnah Nabi dan sunnah
sahabat. Kalau ia tidak dapat memperoleh dasar hukum dalam al-Qur’an dan sunnah, ia memakai
qiyas dan maslahat umum. Mazhab malik banyak dianut di Hejaz, Maroko, Tunis, Tripoli, Mesir
selatan, Sudan, Bahrain, dan kurang didunia Islam sebelah timur.

3) Imam Syafi’i

Muhammad bin Idris al-Syafi’i lahir di Ghaza di tahun 767 M. dan berasal dari suku
Quraisy. Di Mekkah beliau belajar pada Sufyan bin ‘Uyaynah dan Muslim bin Khalid.
Selanjutnya beliau pindah ke Madinah dan belajar pada Malik bin Anas sampai Imam ini
meninggal dunia.

Al-Syafi’i meninggalkan pekerjaannya dan tinggal di Baghdad beberapa tahun


mempelajari ajaran-ajaran hukum yang ditinggalkan Abu Hanifah. Dengan demikian beliau di
kenal baik pada fikih Malik dan fikih Abu Hanifah. Di tahun 814 M. beliau pindah ke Mesir dan
meninggal dunia di sana di tahun 820 M.

Al-Syafi’i dikenal meninggalkan dua bentuk mazhab, bentuk lama dan bentuk baru,
bentuk lama disusun di Baghdad dan terkandung dalam al-Risalah, al-Umum dan al-Mabsut.
Bentuk baru disusun di Mesir dan di sini beliau ubah sebagian dari pendapat-pendapat yang
lama. Dalam pemikiran hukumnya al-Syafi’i berpegang pada lima sumber, al-Qur’an, sunnah
Nabi, ijma’ atau konsensos, pendapat sebagian sahabat yang tidak diketahui adanya perselisihan
mereka didalamnya, pendapat yang terdapat perselisihan dan qias atau analogi. Berbeda dengan
Abu Hanifah, al-Syafi’i banyak memakai sunah sebagai sumber hukum, bahkan membuat
sunnah dekat sejajar dengan al-Qur’an. Mazhab Syafi’I banyak dianut di daerah pedesaan Mesir,
Palestina, Suria, Lebanon, Irak, India, Indonesia, dan juga di Persia dan Yaman.

4) Imam Hambal

Ahmad bin  Hambal lahir di Bagdad pada tahun 780 M. dan berasal dari keturunan Arab.
Di antara guru-gurunya terdapat Abu Yusuf dan al-Syafi’i. dan beliau meninggal dunia di tahun
855 M. di Baghdad. Dalam pemikirannya Ahmad bin Hambal memakai lima sumber, al-Qur’an,
sunnnah, pendapat sahabat yang diketahui tidak mendapat tantangan dari sahabat lain, pendapat
seseorang atau beberapa sahabat dengan syarat sesuai dengan al-Qur’an serta sunnah, hadist
mursal, dan qias tetapi hanya dalam keadaan terpaksa. Mazhab hambali terdapat di Irak, Mesir,
Suria, Palestina, dan Arabia.

Tidak ada kesepakatan antara ulama-ulama hukum tentang sumber-sumber tersebut.


Selanjutnya ayat-ayat atau hadist-hadist yang zanni juga menimbulkan perbedaan pendapat. Hal-
hal inilah yang menimbulkan perbedaan mazhab dalam Islam. Tetapi sungguhpun demikian
dalam menentukan hukum yang berbeda itu ahli-ahli hukum tidak keluar dari al-Qur’an dan
hadist, dalam arti kata kalau tidak terdapat ketentuannya dalam kedua sumber tersebut mereka
mecari sumber-sumber lain, dengan selamanya berpegang pada syarat bahwa ketentuan hukum
yang diambil dari sunber lain itu tidak bertentangan dengan teks al-Qur’an dan hadist. Atas dasar
ini semua hukum yang dihasilkan ulama-ulama yang berlainan pendapat itu tidak keluar dari
Islam. Dengan kata lain semua mazhab yang mereka hasilkan adalah masih berada di dalam dan
tidak keluar dari Islam. Oleh karena itu umat Islam mempunyai kebebasan mengikuti mazhab
yang dikehendakinya

II. Aspek Teologi

Secara etimologis, teologi berasal dari bahasa Yunani yaitu theologia, yang terdiri dari
dua kata yaitu theos dan logos. Theos berarti Tuhan dan logos berarti ilmu. Sehingga arti teologi
adalah ilmu tentang Tuhan. Sedangkan teologi islam adalah ilmu yang membahas tentang Tuhan
dalam perspektif agama Islam yang mencakup ketuhanan dan ketauhidan.

Ruang lingkup teologi islam sebagai disiplin ilmu mencakup keseluruhan kajian tentang
segala sesuatu yang berkaitan dengan Allah SWT. Dalam kajian ini, yaitu mengakui kebenaran
terhadap pengakuan atas eksistensi Tuhan beserta sifat-sifat-Nya dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan-Nya.

Ilmu teologi ini membicarakan tentang keyakinan kebenaran Tuhan dan bukan untuk
mencari kebenaran terhadap agama Islam, hal ini disebut juga mabda. Begitu pula ilmu ini
mempelajari tentag seluruh utusan Allah SWT sebagai perantara manusia dan Allah SWT. Yang
disebut washilah. Utusan-utusan Allah SWT. Antara lain malaikat, nabi-nabi, dan para rasul,
termasuk Nabi Muhammad SAW. Selain itu, ilmu ini mempelajari hal-hal yang berhubungan
dengan sam’iyyat, yaitu sesuatu yang diperoleh melalui sumber yang meyakinkan, yaitu kitab
suci Al-Qur’n dan Hadist, seperti alam kubur, alam akhirat, surga, dan neraka.
III. Aspek filsafat

Pemikiran filosofis masuk ke dalam islam melalui filsafat yunani yang dijumpai ahli-ahli
pikir islam di suria, Mesopotamia, Persia dan mesir. Kebudayaan dan filsafat yunani datang ke
daerah-daerah itu dengan expansi Alexander yang agung ke timur di abad keempat sebelum
kristus. Politik Alexander untuk menyatukan kebudayaan yunani dan kebudayaan Persia
meninggalkan bekas besar di daerah-daerah yang pernah dikuasainya dan kemudian timbullah
pusat-pusat kebudayaan Yunani di Timur, seperti Alexandria di mesir, Antioch di suria
jundysyapur di Mesopotamia dan Bactra di Persia. Al-kindi bukan hanya filosof tetapi juga
ilmuan yang menguasai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada dizamannya. Al-kindi berpendapat
bahwa antara falsafat dan agama tidak ada pertentangan. Ilmu tauhid dan ilmu teologi adalah
cabang termulia dari falsafat. Falsafat membahas kebenaran atau hakikat. Filosof besar kedua
ialah Abu nashr Muhammad ibn tarkhan ibn uzlagh al-farabi, anak seorang panglima perang
dinasti samani yang dapat memperoleh kekuasaan otonom atas daerah transoxania. Kalau Al-
kindi mendapat gelaran failasuf Al-arab, Al-farabi terkenal dengan nama Al-mu’allim Al-sani
(guru kedua), Al-muallim Al-awwal (guru pertama) adalah aristoteles.

Berfikir secara filosofis selanjutnya dapat digunakan dalam memenuhi ajaran agama,
dengan maksud agar hikmah, hakikat, atau inti dari ajaran agama dapat dimengerti dan dipahami
secara seksama. Pendekatan filosofis sebenarnya sudah banyak dilakukan oleh para ahli. Buku
berjudul Hikmah At- Tasyri’ wa Falsafatuhu yang ditulis oleh Muhammad Al-uirjawi berupa
mengungkapkan hikmah yang terdapat di balik ajaran- ajaran agama Islam. Ajaran Islam
misalnya mengajarkan seseorang agar melaksanakan shalat berjama’ah.

Tujuannya antara lain agar seseorang merasakan hikmah hidup secara berdampingan
dengan orang lain. Dengan mengerjakan puasa misalnya, seseorang dapat merasakan lapar yang
selanjutnya menimbulkan rasa iba dengan sesamanya yang hidup serba kekurangan. Pendekatan
filosofis ini begitu penting dalam dunia pengetahuan, hal ini dapat kita jumpai bahwa filsafat
telah digunakan untuk memahami berbagai bidang lain selain agama. Misalnya filsafat
pendidikan, filsafat hokum Islam, filsafat kebudayaan, filsafat ekonomi, dan lain lain. Melalui
pendekatan filosofis ini, seseorang tidak akan terjebak pada pengamalan agama formalistik,
yakni mengamalkan agama dengan susah payah, tetapi tidak memiliki makna apa apa, kosong
tanpa arti. Islam sebagai agama yang banyak menyuruh penganutnya mempergunakan akal
pikiran sudah dapat dipastikan sangat memerlukan pendekatan filosofis dalam memahami ajaran
agamanya
IV. Aspek Mistisme

A. Pengertian Mistisme

            Kata mistis merupakan gabungan kata mistik dengan imbuhan ‘is’ yang menyatakan sifat,
sehingga mistis memiliki makna sifat mistik. Definisi mistik dalam kamus besar bahasa
indonesia adalah sub sistem religi untuk memenuhi hasrat manusia mengalami merasakan emosi
bersatu dengan tuhan, tasawuf, suluk, hal gaib yang tidak terjangkau dengan akal manusia.

Tasawuf adalah nama lain dari ”Mistisme dalam Islam”. Di kalangan orientalis Barat
dekenal dengan sebutan “Sufisme”. Kata sufisme merupakan istilah khusus mistisme islam
sehingga kata sufisme tidak ada pada mistisme agama-agama lain. 2 Sudah disebut bahwa ada
segolongan umat yang belum merasa puas dengan pendekatan diri kepada Tuhan melalui ibadah,
sholat, puasa, dan haji. Mereka ingin merasa lebih dekat lagi dengan Tuhan. Jalan untuk
mencapai hal itu diberikan oleh al-tasawuf. Al tasawuf atau sufisme ialah khusus yang dipakai
untuk menggambarkan mistisme dalam Islam.

            Tujuan dari mistisme, baik yang didalam maupun diluar Islam, ialah memperoleh
hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada
dihadirat Tuhan. Intisari dari mistisme, termasuk dalamnya tasawuf, adalah kesadaran akan
adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan, dengan megasingkan diri dan
berkontemplasi, kesadaran itu selanjutnya mengambil bentuk rasa dekat sekali dengan Tuhan
dalam arti bersatu degan Tuhan yang dalam istilah Arab ittihad dan istilah Inggris mystical
union.3

B. Pengertian Tasawuf

            Banyak teori yang mengemukakan asal usul dari kata tasawuf sendiri, teori yang paling
kuat adalah berasal dari kata suf yaitu benang wol. Benang wol disini bukan benang wol yang
halus atau mewah tetapi benang wol yang primitif dan kasar yang dipakai orang miskin zaman
dahulu di Timur Tengah.4

            Secara bahasa ada beberapa pengertian tentang tasawuf diantaranya:

1.      Berasal dari kata ‫فاء‬LL‫ص‬  yang berarti nama bagi orang-orang yang bersih atau suci.
Maksudnya adalah orang-orang yang menyucikan dirinya di hadapan Tuhannya5

2
Drs, H. A. Mustofa, akhlak tasawuf, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA: 1999), h. 206
3
Harun Nasution, islam ditinjau dari berbagai aspeknya jilid II, (Jakarta: UI-Press: 2012), h.68
4
Harun Nasution, islam ditinjau dari berbagai aspeknya jilid II, (Jakarta: UI-Press: 2012), h.68
5
Al Kalabadzi, al-Taaruf li Madzhab ahl al-Tashawuf, (Cairo: al Maktabah al Kulliyat al Azhariyah: 1969),
h.28
2.      Berasal dari kata ‫فة‬LL‫ل الص‬LL‫أه‬  yang berarti sekelompok orang yang hidup pada masa
Rasulullah yang hidupnya di serambi masjid, mereka hidup miskin dan sangat sederhana tetapi
hatinya mulia dan mereka selalu mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah.6

3.      Berasal dari kata  ‫صوف‬  yang berarti bulu domba atau benang wol. Arti ini dinisbatkan
keapada orang-orang Timur Tengah zaman dahulu yang sederhana memakai pakaiannya dengan
kain wol yang kasar.7

            Dari ketiga pengertian, yang berarti bulu domba atau benang wol adalah pendapat yang
paling kuat dan masyhur. Karena pada zaman tersebut memang para sufi kebanyakan memakai
pakaian benang wol yang kasar dan sederhana, dan hal itu sangat  mendukung serta sesuai
dengan kehidupan para sufi pada zaman dahulu yang hidup dalam kesederhanaan karena mereka
lebih mementingkan bathiniyahnya daripada lahiriyahnya. Disamping banyak fakta-fakta lain
yang mendukung pengertian yang keempatlah yang paling kuat.

            Seperti hal nya Al Kalabadzi, Asy Syuhrawardi, dan Al Qusyairi yang mendukung dan
setuju dengan arti kain wol ini. Walaupun kenyataannya tidak semua sufi selalu memakai
pakaian dari benang wol ini.8

            Berikut ini adalah bebrapa pengertian tasawuf secara istilah:

1.      Menurut Asy-Syekh Muhammad Amin Al Kurdy adalah suatu ilmu yang dengannya dapat
diketahui hal ihwal kebaikan dan keburukan jiwa, cara membersihkannya dari sifat-sifat yang
buruk dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji, cara melakukan suluk, melangkah menuju
keridhoan Allah dan meninggalkan larangannya menuju kepada perintahnya.

2.      Menurut Al Ghazali adalah budi pekerti, barang siapa yang memberikan bekal budi pekerti
atasmu, berarti ia memberikan bekal atas dirimu dalam tasawuf. Maka hamba yang jiwanya
menerima perintah untuk beramal karena sesungguhnya mereka melakukan suluk dengan nur
petunjuk islam. Dan ahli zuhud yang jiwanya menerima perintah untuk melakukan beberapa
akhlaq terpuji, karena mereka telah melakukan suluk dengan nur petunjuk imannya.

3.      Menurut Ma’ruf Al Karakhy adalah mencari hakikat dan meninggalkan sesuatu yang ada di
tangan makhluk (kesenangan duniawi).9

4.      Menurut Ali Al-Qasab adalah akhlak yang mulia yang timbul pada masa yang mulia dari
seorang yang mulia di tengah-tengah kaumnya yang mulia.10

6
Ali Sami al-Nays, Nasy’ah al Fikri al Falsafi Al Islami juz III, (Mesir: Dar al Ma’arif: 1119) h.37
7
Prof. Dr. Rosihon Anwar, akhlak tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia: 2010), h.143-144

8
Ibid, h.144
9
Drs. H. A. Mustofa, akhlak tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia: 1999), h.202-205
10
Prof. Dr. Rosihon Anwar, akhlak tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia: 2010), h.146
            Dari semuanya dapat kita simpulkan bahwa tasawuf adalah ilmu yang di dalamnya
mempelajari cara membersihkan hati dan jiwa dari kotoran dan hawa nafsu, mencari jalan
kesucian dengan makrifat menuju keabadian, berusaha ada di kehadirat Allah dengan berpegang
teguh pada syariatnya dan melalui suatu maqamat-maqamat tertentu.

            Aspek tasawuf adalah salah satu aspek terpenting di dalam islam karena seperti yang kita
ketahui di dalam ajaran islam ada tiga pilar pokok  penting, yaitu iman, islam, dan ihsan. Kita
dapat mengetahui iman dengan cara mempelajari ilmu tauhid. Dan kita dapat memahami syariat
islam dengan cara kita mempelari syariat melalui ilmu fiqh dan ushul fiqh. Dan ihsan dapat kita
tempuh secara sempurna dengan cara kita memperdalam ilmu tasawuf karena pengertian ihsan
sendiri adalah  ‫أن تعبد هللا كانك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك‬  yang artinya  kamu beribadah kepada allah
seakan-akan kamu melihatNya dan jika kamu tidak dapat melihatNya sesungguhnya Dia
melihatmu              .

                 Kadang kita mendengar bahwa ajaran tasawuf itu sesat, sebenarnya itu dikarenakan
kita mempelajari tasawuf tanpa didasari dengan ilmu tauhid dan syariat, karena seperti yang di
atas ihsan berkedudukan setelah iman dan islam.

            Tasawuf sebagaimana disebutkan artinya di atas  adalah bertujuan untuk memperoleh


hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada
dikehadirat Tuhan, dan intisari dari sufisme itu adalah kesadaran akan adanya komunikasi dan
dialog antara roh manusia dan Tuhan dengan cara mengasingkan diri dan berkontemplasi.
Kesadaran berada dekat dengan Tuhan itu dapat mengambil bentuk ittihad atau menyatu dengan
Tuhan.11

            Abu Hamzah juga memberikan beberapa ciri terhadap sufi atau ahli tasawuf yaitu
berfakir setelah dia kaya, merendahkan diri setelah dia bermegah-megahan, menyembunyikan
diri setelah dia terkenal.12

            Kebanyakan sufi bila kesufiannya itu terlihat atau diketahui orang lain pasti tidak lama
sufi itu akan meninggal atau tiba-tiba menghilang begitu saja. Dan mereka lebih mengutamakan
akhlak dan jiwanya dari pada harta bendanya dan tidak sedikit mereka yang serta merta
meninggalkan semua kekayaannya seperti halnya Abu Bakar dan Utsman contohnya.

Perkembangan Tasawuf pada Abad kesatu dan dua Hijriah.


11
Harun Nasution , Falsafat dan mistisme dalam islam, (Jakarta:Bulan Bintang:1973) h.56
12
Prof. Dr. Rosihon Anwar, akhlak tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia: 2010), h.146
Pada abad ini dapat dibagi menjadi empat aliran.

1.      Aliran Madinah

Pada masa ini para sufi masih sepenuhnya mencontoh dan meneladani Rasulullah sebagai
panutannya. Karena sahabat hidup pada masa Rasulullah hidup. Para sahabat tersebut adalah
sebagai berikut.

a.       Abu bakar Ash-Shidiq (wafat tahun 13 H)

            Abu Bakar merupakan salah satu sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah. Dia
pernah menghabiskan semua harta bendanya untuk kepentingan dakwah Rasul, ketika ditanya
oleh Rasul “lalu dengan apa kamu hidup wahai Abu Bakar?”, Abu Bakar menjawab “cukuplah
bagiku Allah dan Rasulnya. Pernah dalam suatu riwayat Rasulullah bertanya kepadanya, kenapa
dia berada diserambi masjid, Abu Bakar menjawab karena untuk menghibur lapar.

b.      Umar bin Khattab (wafat tahun 23 H)

            Umar adalah khalifah yang tinggi kasih sayangnya terhadap sesama manusia. ketika
menjadi khalifah, Umar selalu mengamati langsung keadaan para rakyatnya.

Dalam suatu riwayat, malam hari Umar pernah mendapati seorang ibu yang berpura memasak
karena anak-anaknya  sudah sangat kelapar. Padahal yang dimasak oleh ibu itu adlah batu, dan
itu hanya untuk mengelabui anak-anaknya hingga mereka tertidur dan tidak merasakan lapar
lagi. Melihat hal tersebut Umar langsung mengambil sekarung beras gandum dan membawanya
sendiri untuk diberikan kepada ibu itu.

c.       Utsman bin Affan (wafat 35 H)

            Utsman bin Affan adalah sahabat yang dijuluki Dzu An-Nurain (memiliki dua cahaya),
karena dia menikah dengan dua putri Rasulullah, yaitu Raqayyah dan Ummu Kulsum.13

            Utsman adalah salah satu sahabat yang kekayaannya sangat melimpah. Setelah masuk
islam dia rela memberikan kekayaannya demi dakwah dan perjuangan islam, dan membantu
kaum-kaum miskin. Dikesehariannya dia selalu hidup sederhana walaupun memiliki harta yang
melimpah, dengan itu jelas jiwa-jiwa ketasawufan Utsman yang tidak tertarik dengan kemegahan
duniawi.

d.      Ali bin Abi Tholib (wafat 40 H)

            Ali adalah sahabat yang genius dikalangannya, ini bisa terlihat dari suatu hadist nabi

13
Prof. Dr. Rosihon Anwar, akhlak tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia: 2010), h.167
‫ العلم وعلي بابها‬L‫أنا مدينة‬ yang artinya Aku adalah kotanya ilmu dan Ali adalah pintunya.

                 Ali juga seorang yang hidup sangat sederhana, dalam suatu riwayat pernah ditanya
kenapa khalifah memakai baju yang sudah robek seperti itu, jawaban dari Ali adalah biar semua
orang melihat dan mencontohnya, bahwa hidup sederhana itu adalah sikap yang mulia.14

e.       Salman Al-Farisy

            Di kalangan sahabat Salman dikenal sebagai orang yang suka hidup keras (sederhana)
dan zuhud, bahkan dikatakan termasuk ahl as-shuffah dan yang dikaruniai ilmu ladunni.

            Ketika turun ayat surat Al Hijr ayat 43 diriwayatkan Salman berteriak sambil meletakan
tangannya di kepala seraya lari keluar selama tiga kali. Kejadian ini ditafsirkan oleh ahli
tasawuf  sebagai keadaan sedang mabuk dan fana,sehinga tidak mendengar apa pun dan tidak
merasakan apa pun.

2.      Aliran Bashrah

            Diantara tokoh-tokoh sufi di Bashrah adalah.

a.       Hasan Al Bashry (22H-110H)

            Dia lahir di Madinah dan meninggal di Basroh. Ia melihat dunia ini sebagai ular yang
halus dalam pegangan tangan tetapi racunnya membawa kepada maut. Oleh sebab itu dia
menganjurkan supaya menjauhi hidup keduniawian. Ia pernah mengatakan: “aku zahid terhadap
dunia ini karena ingin dan rindupada akherat”. Ucapan yang lain adalah: “bersikaplah kepada
dunia ini seolah olah engkau tak pernah berada di atasnya, dn bersikaplah kepada akherat seakan
akan engkau tidak akan keluar-keluar dari dalamnya”.15

            Dasar pendiriran Hasan adalah zuhd terhadap dunia, menolak segala kemegahan, hanya
menuju kepada Allah, tawakal, khauf, dan raja’. Janganlah semata-mata takut kepada Allah tapi
ikutilah ketakutan dengan pengharapan. Takut akan murkaNya, tetapi mengharap rahmatNya.16

b.      Robi’ah Al-Adawiyah(96 H-185H)

Dulunya Robi’ah adalah seorang budak yang setiap siang hari melayani tuannya dan
ketika malam beribadah kepad Allah. Pada suatu hari tuannya melihat Robi’ah sedang berdoa
dan dia merasa merinding dengan doa Robi’ah yang di dalamnya dia sepenuhnya mengabdikan
dirinya untuk mematuhi segala perintah Allah, melihat hal itu tuannya membebaskan Robiah.

14
Ibid h.168
15
Harun Nasution, islam ditinjau dari berbagai aspeknya jilid II, (Jakarta: UI-Press: 2012) h.72

16
Hamka, Tasawuf: Perkembangan dan Permurniannya, (Jakarta: Pustaka Panjimas: 1984), h.76
Setelah merdeka dia benar-benar mengabdikan dirinya kepada Allah, berobdah setiap
waktu dan berkhalwat dari kehidupan duniawi sehingga namanya masyhur dikalangan sufi sufi
pada masa itu.

3.      Aliran Kuffah

            Di antara tokoh-tokoh sufi di Kuffah adalah Sufyan Ats Staury(97 H-161 H). Sufyan
selama hidupnya diisi dengan pengabdian secara tasawuf dan aktif mengajarkan ilmu yang ada
padanya. Ia pun selalu menyerukan kepada sesama ulama agar menjauhkan dirinya dari godaan
duniayang sering membawa manusia lupa mengabdikan dirinya kepada Tuhan.

            Dia adalah seorang tabi’in pilihan dan seorang zahid yang jarang ada tandingannya,
bahkan seorang ulama hadist, dia dijuluki amirul mukminin fil hadist. Dia adalah ulama
mujtahidin yang mempunya madzhab sendiri, menurut riwayat Abu Al Qosim Al Junaidi
mengikuti madzhabnya. Madzhabnya bisa bertahan selama dua abad.17

4.      Aliran Mesir

            Diantara tokoh-tokoh sufi aliran Mesir abad pertama Hijriyah adalah Salim bin ‘Attar At-
Tajibi (w. 117H), Abdurrahman bin Hujairah (w. 69H), Nafi’ (w. 117 H), Al Laits bin Sa’ad (w.
175H), Hayah bin Syuraih (w. 158 H), Abdullah bin Wahab (w. 197H).

            Secara umum tasawuf pada abad pertama dan kedua hijriyah mempunyai karakteristik
diantaranya:

a. Berdasarkan ide menjauhi hal-hal duniawi demi meraih pahala dan menjauhi azab neraka.

b. Bercorak praktis. Para tokohnya tidak menaruh perhatian untuk menyusun teoretis
atas tasawuf.

c. Motivasi tasawufnya adalah rasa takut.

d. Ditandai dengan kedalaman membuat analisis khususnya di Khurasan yang dipandang sebagai


pendahuluan tasawuf secara teoretis.18

C. Perkembangan Tasawuf pada Abad Ketiga dan Keempat

17
Asmaran A.S., Pengantar Studi Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada: 1996) h.258-259
18
Prof. Dr. Rosihon Anwar, akhlak tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia: 2010), h.176-177
            Pada masa ini lebih dikenal dengan sebutan sufi dari pada asketis. Mereka pun mulai
membahas konsep-konsep yang sebelumnya tidak dibahas, misalnya tentang moral, jiwa, tingkah
laku, batasan yang harus ditempuh seorang penempuh menuju Allah. Yang biasa dikenal dengan
istilah maqamat dan ahwal, makrifat dan metodenya, tauhid, fana’, dan hulul.

            Selain itu, mereka pun menyusun prinsip-prinsip teoritis dari semua konsep di atas.
Bahkan, mereka menyusun aturan-aturan praktis bagi tarekat mereka. Mereka pun mempunyai
bahasa simbolis khusus yang hanya dikenal oleh kalangan mereka. Sejak saat itulah muncul
karya-karya tasawuf. Seperti Al muhasibi, Al Kharraz, Al Hakim At Tarmidzi, dan Al Junaid.
Mereka adalah para sufi abad ketiga.

            Pada abad keempat ini perkembangan tasawuf lebih pesat dibandingkan abad ketiga. kota
Baghdad yang dulunya menjadi satu-satunya kota yang dikenal sebagai pusat perkembangan
tasawuf mulai tersaingi oleh kota-kota besar lainnya. Ciri lain pada masa ini adalah semakin
kuatnya unsur filsafat yang mempengaruhi corak tasawuf karena banyaknya buku filsafat yang
tersebar dari hasil terjemahan pada masaDaulah Abbasiyah. Pada masa ini pula, mulai dijelaskan
perbedaan ilmu zahir dan batin, yang dibagi menjadi empat macam: syariah, tariqah, haqiqah,
ma’rifah.

D. Abad Kelima Hijriah

            Pada masa ini tasawuf semifilosofis mulai kala perkembangannya dengan tasawuf sunni,
ini dikarenakan berjayanya aliran teologi ahlus sunnah wal jamaah karena keunggulan Abu
Hasan Al Asy’ari atas aliran lainnya, dengan kritikannya yang keras terhadap keekstreman
tasawuf Abu Yazid dan Al Hallaj ataupun lainnya yang ajarannya ekstrem dan ganjil. Oleh
karena itu tasawuf pada masa ini lebih cenderung mengadakan pembaharuan dan kembali pada
landasan Al Qur’an dan Sunnah.

BAB III
PENUTUP

I. Kesimpulan

Islam, salah satu nya berasal dari kata aslama yang berarti selamat, aman, patuh, berserah
diri dan taat. Islam adalah agama yang mengatur umatnya secara seimbang dari hal terkecil
sampai hal terbesar, dari urusan pribadi sampai urusan orang banyak dan negara, dari urusan
masyarakat sampai urusan pejabat, dari urusan jasmani dan rokhani dari ursusan dunia dan
kepentingan akhirat kelak.

Dalam memahami Islam secara keseluruhan diperlukan pendekatan yang mencakup atau
melihat Islam dari berbagai aspeknya. Islam dapat dilihat dari aspek teologi, aspek hukum,
aspek filsafat dan aspek mistisme. Tiap aspek nya memiliki tahap perkembangan masing-masing.
Bila dilihat dari aspek hukum, islam memiliki mazhab nya sendiri untuk mengatur jalannya
kehidupan manusia. Sedangkan dari aspek teologi islam membahas tentang Tuhan dalam
perspektif agama Islam yang mencakup ketuhanan dan ketauhidan. Lalu aspek filsafat, dengan
berfikir secara filosofis dapat digunakan dalam memenuhi ajaran agama, dengan maksud agar
hikmah, hakikat, atau inti dari ajaran agama dapat dimengerti dan dipahami secara seksama.
Terakhir, pada aspek mistisme atau bisa disebut tasawuf, adalah salah satu aspek terpenting di
dalam islam karena seperti yang kita ketahui di dalam ajaran islam ada tiga pilar pokok  penting,
yaitu iman, islam, dan ihsan. Kita dapat mengetahui iman dengan cara mempelajari ilmu tauhid.
Dan kita dapat memahami syariat islam dengan cara kita mempelari syariat melalui ilmu fiqh dan
ushul fiqh. Dan ihsan dapat kita tempuh secara sempurna dengan cara kita memperdalam ilmu
tasawuf.

II. Saran

Anda mungkin juga menyukai