Anda di halaman 1dari 8

 AGREGAT LANSIA

sebagian besar orang dewasa memiliki kebiasaan merokok, yaitu sebanyak


64 orang (38,1%) dan lansia sebanyak104 orang(61,9%) tidak memiliki
kebiasaan merokok. Hasil distribusi lansia berdasarkan alasan lansia tidak
merokok didapatkan bahwa untuk menjaga kesehatan, yaitu sebanyak 76
orang (45,2%), karena pemborosan sebanyak 3 orang (1,80%) dan karena
lain-lain 24 orang (14,3%).
Hasil distribusi lansia berdasarkan diagnosa media didapatkan
bahwa sebagian besar lansia diagnosa medisnya pusing, yaitu sebanyak 18
orang (10,7%)
b. Demografi
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan, terdapat 504 KK
yang dikaji yang terdiri dari1697 penduduk. Perbandingan sex ratiodari
jumlah penduduk yang dilakukan pengkajian. Sebagian besar penduduk
berjenis kelamin perempuan sebanyak 825 orang (48.62%) dan jenis
kelamin laki-laki sebanyak 872 orang (51.38%). Hal ini menggambarkan
pertumbuhan penduduk perempuan lebih tinggi. komposisi jumlah
penduduk berdasar rentang usia dari 1697 penduduk yang dilakukan
pengkajian. Sebagian besar penduduk yang dikaji terdiri dari kelompok
usia dewasa sebanyak 931 penduduk (54.9%) dan sebagian kecil terdiri
dari kelompok bayi, batita, balita sejumlah 164 penduduk (9.7%). Data
tersebut menjelaskan kelompok usia produktif menempati urutan jumlah
tertinggi sehingga angka ketergantungan semakin kecil.
c. Etnisitas

Suku di Desa Pondokrejo mayoritas adalah suku Madura. Beberapa


tokoh masyarakat mengatakan bahwa sebagian besar masyarakat
mengkonsumsi makanan yang asin-asin karena faktor budaya
d. Nilai dan Keyakinan
Penduduk di desa Pondokrejo mayoritas beragama Islam. Banyak
berdiri masjid dan musholla di sekitar perumahan warga. Para kader
posyandu mengatakan bahwa diadakan posyandu lansia tapi tidak
semuanya posyandu diselenggarakan.dan pada umum nya lansi laki di
desa tempurejo memiliki kebiasaan merokok .dan banyak lansia yang
mengalami hipertensi .
Subsistem Komunitas
a. Lingkungan
Desa Pondokrejo memiliki luas wilayah 1.601.053,62 ha
merupakan wilayah yang terdiri dari pemukiman 43.835 ha, persawahan
12,50 ha, perkebunan 1.600.017 ha, kuburan 3,50 ha, pekarangan 42,835
ha, taman 20 ha, perkantoran 2,70 ha dan prasarana umum lainnya 10,25
ha. Desa Pondokrejo merupakan wilayah dengan dataran rendah dengan
sebagian besar wilayahnya digunakan untuk pemukiman dan perkebunan
.
b. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Distribusi kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit ke
Puskesmas sebanyak 261warga (42,86%). Kebiasaan keluarga untuk
minta tolong bila sakit ke dokter praktik sebanyak 64warga (12,70%).

Kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit ke perawat sebanyak


101warga (20,01%). Kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit ke
bidan sebanyak 107 warga (21,23%). Kebiasaan keluarga untuk minta
tolong bila sakit ke ke fasilitas lain sebanyak 9 warga (1,79%).Beberapa
tokoh masyarakat mengatakan bahwa sebagian besar lansia terutama laki-
laki memiliki kebiasaan merokok.dan juga tokoh masyarakat mengatakan
bahwa sebagian besar masyarakat mengkonsumsi makanan yang asin-asin
karena faktor budaya.di desa pondok rejo sudah memiliki posyandu
namun tdak semua posyandu terdapat posyadu lansia .dan para lansia di
pondok rejo mengatakn tidak ada kegiatan rutin untuk kesehatan lansia di
masyarakat .
c. Ekonomi
Sebagian besar mata pencaharian penduduk yaitu buruh tani
sebanyak 807 orang dan karyawan sebesar 654 orang.
.
d. Transportasi dan Keamanan
Transportasi di Kecamatan tempurejo desa pondok rejo mayoritas
menggunakan kendaraan roda dua. Sebagian penduduk juga ada yang
menggunakan kendaraan roda empat dalam melakukan mobilisasi, dan
ada juga yang hanya berjalan kaki dalam mengakses pelayanan kesehatan.
e. Politik dan Pemerintahan
Untuk meminimalisir terjadinya hipertensi pada lansia,pemeritahan
desa tempurojo mengadakan posyandu lansia .walaupun tidak semua
posyandu terdapat posyandu lansia namun hal tersebut dapat membantu
mengendalikan hipertensi pada lansia. Dan juga banyak dilaksanakan

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT LANSIA DI


KOMUNITAS1. Konsep lansia 1.1 Pengertian lansia Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah
pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli
demografi memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat sampai abad
selanjutnya (Potter & Perry, 2005).Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.
Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek
sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara
terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih
dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa
kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan
bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan
masyarakat (Ismayadi, 2004).Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri
dan mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut organisasi dunia (WHO) lanjut usia meliputi usia
pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut (elderly) adalah kelompok
usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old) adalah kelompok usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old)
adalah kelompok usia diatas 90 tahun.Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus
karena perbedaan fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi pada tingkat
kemampuan fungsional. Mayoritas merupakan anggota komunitas yang aktif, terlibat, dan produktif.
Hanya sedikit yang telah kehilangan kemampuan untuk merawat diri sendiri, bingung atau merusak
diri, dan tidak mampu mebuat keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan mereka.1.2 Batasan Usia
LansiaMenurut Nugroho (2008), tidak ada batasan yang pasti tentang pembagian usia pada lansia.
Menurut pendapat beberapa ahli batasan usia dapat dibedakan sebagai berikut.a. Menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) ada empat tahap, antara lain:1) Usia pertengahan (middle age) (45-59
tahun)2) Lanjut usia (elderly) (60-74 tahun)3) Lanjut usia tua (old) (75-90 tahun)4) Usia sangat tua
(very old) (di atas 90 tahun)b. Menurut Masdani (Tanpa Tahun), lanjut usia merupakan kelanjutan
usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:1) Fase iuventus, antara usia 25-
40 tahun2) Fase verilitas, antara usia 40-50 tahun3) Fase prasenium, antara usia 55-65 tahun4) Fase
senium, antara usia 65 tahun hingga tutup usiac. Menurut Setyonegoro (Tanpa Tahun), lanjut usia
dikelompokkan sebagai berikut:1) Usia dewasa muda (elderly adulthood) (usia 18/20-25 tahun)2)
Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas (usia 25-60/65 tahun)3) Lanjut usia (geriatric age)
(usia lebih dari 65/70 tahun), terbagi: Usia 70-75 tahun (young old) Usia 75-80 tahun (old) Usia lebih
dari 80 tahun (very old)d. Menurut Bee (1996), tahapan masa dewasa adalah sebagai berikut:1) Usia
18-25 tahun (masa dewasa muda)2) Usia 25-40 tahun (masa dewasa awal)3) Usia 40-65 tahun (masa
dewasa tengah)4) Usia 65-75 tahun (masa dewasa lanjut)5) Usia >75 tahun (masa dewasa sangat
lanjut)e. Menurut Hurlock (1979), perbedaan usia lansia terbagi dalam dua tahap, antara lain:1) Early
old age (usia 60-70)2) Advanced old age (usia 70 tahun ke atas)f. Menurut Burnside (1979), ada
empat tahap lansia, antara lain:1) Young old (usia 60-69 tahun)2) Middle age old (usia 70-79 tahun)3)
Old-old (usia 80-89 tahun)4) Very old-old (usia 90 tahun ke atas)1.3 Teori-Teori Proses
PenuaanMenurut Nugroho (2008), proses menua bersifat individual, yaitu tahap proses menua terjadi
pada seseorang dengan usia yang berbeda, setiap lansia memiliki kebiasaan yang berbeda dan tidak
ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua. Menurut Potter dan Perry (2005),
teori-teori yang menjelaskan tentang proses menua biasanya dikelompokkan menjadi dua kelompok
besar, yaitu teori biologis dan teori psikososial.a. Teori Biologis1) Teori Genetika) Teori Genetic
ClockTeori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa di dalam tubuh terdapat waktu
biologis yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua itu
telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Setiap spesies di dalam inti selnya memiliki
suatu waktu genetik atau jam biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai batas usia yang berbeda-
beda yang telah diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini berhenti berputar, ia akan
mati (Nugroho, 2008).b) Teori Mutasi SomatikPenuaan terjadi karena adanya mutasi somatik akibat
pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan
dalam proses translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus-menerus sehingga akhirnya
akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau penyakit. Setiap sel pada
saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadi
penurunan kemampuan fungsional sel. Menurut Azizah (2011), terjadinya mutasi yang progresif pada
DNA sel somatik akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.2)
Teori Non-Genetika) Teori Radikal Bebas (Free Radical Theory)Menurut Nugroho (2008), teori ini
dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh karena adanya proses metabolisme atau proses
pernapasan di dalam mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak
stabil karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom atau
molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan dalam tubuh. Tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan organik, misalnya karbohidrat
dan protein. Radikal bebas ini menyebabkan sel tidak dapat beregenerasi. Radikal bebas dianggap
sebagai penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan
seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, zat pengawet makanan, radiasi dan sinar ultraviolet
yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada proses menua.b) Teori Rantai
Silang (Cross Link Theory)Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein,
karbohidrat dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah
fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan pada membran plasma, yang mengakibatkan terjadinya
jaringan yang kaku, kurang elastis dan hilangnya fungsi pada proses menua (Nugroho, 2008).c) Teori
Imunologis (Auto-Immune Theory)Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya (self recognition). Jika mutasi yang merusak
membran sel, akan menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya sehingga akan dirusak.d) Teori
FisiologisTerdiri atas teori dipakai-aus (wear and tear) dan teori oksidasi stress. Di sini terjadi
kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal) (Nugroho, 2008).Menurut Stanley (2006), teori ini
mengutarakan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi yang dapat merusak sintesis DNA,
sehingga mendorong malfungsi molekular dan akhirnya malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini
percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu jadwal.e) Teori Riwayat
LingkunganMenurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan seperti karsinogen dari industri, sinar
matahari, trauma dan infeksi dapat membawa perubahan dalam proses penuaan. Walaupun faktor-
faktor ini diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak
sekunder (Stanley & Beare, 2006).f) Teori MetabolismeTelah dibuktikan dalam berbagai percobaan
hewan, bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat pertumbuhan dan
memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat
memperpendek umur (Nugroho, 2008). Perpanjangan umur karena jumlah kalori tersebut disebabkan
karena menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi penurunan pengeluaran
hormon yang merangsang pruferasi sel misalnya insulin dan hormon pertumbuhan. Modifikasi cara
hidup yang kurang aktif menjadi lebih aktif mungkin dapat juga meningkatkan umur panjang (Azizah,
2011).g) Teori Keracunan OksigenTeori ini menjelaskan tentang adanya sejumlah penurunan
kemampuan sel di dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun
dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahanan diri tertentu. Ketidakmampuan
mempertahankan diri dari toksik tersebut membuat struktur membran sel mengalami perubahan dari
rigid, serta terjadi kesalahan genetik (Azizah, 2011).h) Teori StresTeori ini mengungkapkan menua
terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres yang menyebabkan sel-sel
tubuh tidak dapat melakukan regenarasi (Maryam et al, 2008).b. Teori Psikososiala) Teori
Pembebasan/Penarikan Diri (Disengagement Theory)Menurut Nugroho (2008), teori ini membahas
putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu
lainnya. Teori ini pertama kali diajukan oleh Cumming dan Henry (1961), menyatakan bahwa dengan
bertambah lanjutnya usia, apalagi ditambah dengan adanya kemiskinan, lansia berangsur-angsur
mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan
ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga
sering para lansia mengalami kehilangan peran, hambatan kontak sosial dan berkurangnya komitmen.
Menurut teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan mengalami proses menua yang berhasil apabila ia
menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi dan
mempersiapkan diri menghadapi kematiannya.b) Teori AktivitasMenurut Nugroho (2008), teori ini
mengemukakan ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan lansia secara langsung. Teori
ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam
kegiatan sosial, lansia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas dan mempertahankan
aktivitas tersebut selama mungkin dan mempertahankan hubungan antara sistem sosial-individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia. Stanley dan Beare (2006), berpendapat bahwa
jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif.c) Teori Kepribadian Berlanjut
(Continuity Theory)Nugroho (2008) menyatakan, dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah
pada lansia. Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lansia sangat
dipengaruhi oleh tipe personalitas yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan
dalam siklus kehidupan lansia. Dengan demikian, pengalaman hidup seseorang pada suatu saat
merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup,
perilaku dan harapan seseorang ternyata tidak berubah, walaupun ia telah berusia lanjut.d) Teori
Interaksi Sosial (Social Exchange Theory)Menurut Nugroho (2008), teori ini mencoba menjelaskan
mengapa lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai
masyarakat. Kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci
mempertahankan status sosialnya berdasarkan kemampuannya bersosialisasi. Pokok-pokok teori ini
yaitu masyarakat terdiri atas pelaku sosial yang berupaya mencapai tujuannya masing-masing dan
untuk mencapai tujuan akan terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan waktu.1.4 Perubahan
pada LansiaSemakin bertambahnya usia manusia, pasti akan mengalami proses penuaan secara
degeneratif yang akan berdampak pada perubahan pada diri manusia. Perubahan yang terjadi meliputi
perubahan fisiologis, kognitif, psikososial dan spiritual (Azizah, 2011).a. Perubahan
FisiologisPerubahan fisiologis setiap lansia bervariasi, baik secara umum atau khusus. Perubahan
fisiologis ini bukan bersifat patologis. Perubahan ini terjadi pada semua orang tetapi kecepatan yang
berbeda dan bergantung pada keadaan dalam kehidupan sebelumnya (Potter dan Perry,
2005).Perubahan keadaan sel-sel pada lansia sangat berpengaruh terhadap fungsi-fungsi dari sistem
tubuh lansia. Perubahan-perubahan yang terjadi terkait sel yaitu, jumlah sel menurun, sel mengalami
hipertrofi, jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang, jumlah sel otak menurun,
mekanisme perbaikan sel terganggu, otak menjadi atrofi (berkurang 5-10%) dan lekukan otak akan
menjadi lebih dangkal (Nugroho, 2008).Perubahan pada sistem indra berpengaruh besar pada keadaan
lansia. Pada sistem penglihatan pada lansia erat kaitannya dengan presbiopi, lensa kehilangan
elastisitas dan kaku, otot penyangga lensa lemah, ketajaman penglihatan dan daya akomodasi dari
jarak jauh atau dekat berkurang. Sistem pendengaran lansia mengalami hilangnya kemampuan
pendengaran pada telinga dalam (presbiakusis), suara tidak jelas, kata-kata sulit dimengerti, hal
tersebut 50% terjadi pada usia di atas 60 tahun. Sistem integumen, lansia mengalami atrofi, kendur,
tidak elastis, kering, berkerut, kulit mengalami kekurangan cairan sehingga menjadi tipis (Azizah,
2011).Sistem muskuloskeletal pada lansia biasanya kehilangan tonus otot, serat otot berkurang
ukurannya dan kekuatan otot berkurang. Wanita pasca menopause memiliki laju demineralisasi tulang
yang lebih besar daripada pria lansia. Wanita yang mempertahankan masukan kalsium selama hidup
dan kemudian masuk pada tahap menopause mengalami demineralisasi tulang kurang dari wanita
yang tidak pernah melakukannya (Potter dan Perry, 2005).Perubahan pada sistem kardiovaskuler
lansia mengalami penurunan kekuatan kontraktil miokardium yang menyebabkan penurunan curah
jantung, massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan penumpukan lipofusin.
Konsumsi oksigen pada tingkat maksimal berkurang sehingga kapasitas paru menurun. Latihan
berguna untuk meningkatkan tekanan oksigen agar lebih maksimum, mengurangi tekanan darah dan
berat badan (Azizah, 2011).Pada sistem pernafasan, perubahan yang terjadi yaitu otot-otot pernafasan
kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan
ealstisitas, kapasitas residu meningkat, ukuran alveoli melebar dan jumlahnya berkurang, oksigen
pada arteri menurun, kemampuan batuk berkurang (Bandiyah, 2009). Umur tidak berhubungan
dengan perubahan otot diafragma, apabila terjadi perubahan otot diafragma, maka otot toraks menjadi
tidak seimbang dan menyebabakan distorsi toraks selama respirasi berlangsung (Azizah, 2011).Sistem
pencernaan pada lansia yang mengalami perubahan, yaitu kehilangan gigi, indera pengecap menurun
(80%), adanya iritasi selaput lendir, hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah, esofagus melebar,
rasa lapar menurun, asam lambung menurun, peristaltik melemah dan biasanya timbul konstipasi,
fungsi absorpsi dan organ hati semakin mengecil (Nugroho, 2008). Penuaan menyebabkan
peningkatan jumlah jaringan lemak pada tubuh dan abdomen, akibatnya terjadi peningkatan ukuran
abdomen. Karena tonus dan elastisitas menurun, hal ini menyebabkan abdomen lebih membuncit
(Potter dan Perry, 2005).Berbeda dengan sistem perkemihan, sistem ini mengalami perubahan yang
signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, misalnya laju filtrasi, ekskresi dan reabsorpsi
oleh ginjal. Hal ini memberikan efek dalam pemberian obat pada lansia, karena lansia kehilangan
kemampuan untuk mengekskresi obat atau produk metabolisme obat. Pola berkemih yang tidak
normal, biasanya sering berkemih pada malam hari, hal ini menunjukkan bahwa inkontinensia urin
meningkat (Azizah, 2011).Sistem susunan saraf mengalami atrofi yang progresif pada serabut saraf.
Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Penuaan menyebabkan penurunan persepsi sensori dan respon motorik pada susunan saraf pusat dan
penurunan reseptor proprioseptif, hal ini terjadi karena susunan saraf pusat pada lansia mengalami
perubahan morfologis dan biokimia, perubahan tersebut mengakibatkan penurunan fungsi kognitif
(Azizah, 2011). Menurut Nugroho (2008), perubahan yang terjadi pada sistem persarafan yaitu
menurunnya berat otak sekitar 10-20%, respon dan waktu untuk bereaksi lambat khususnya terhadap
stress, saraf yang berhubungan dengan panca indera mengecil, kurang sensitif terhadap sentuhan dan
defisit memori.Perubahan pada struktur dan fungsi sistem reproduksi terjadi sebagai akibat hormonal.
Menopause pada wanita berkaitan dengan penurunan respon ovarium terhadap hipofisis dan
mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Pada pria, tidak ada penghentian fertilitas
tertentu dikaitkan dengan penuaan. Spermatogenesis mulai menurun selama dekade keempat, tetapi
kontinu sampai dekade kesembilan. Kurangnya frekuensi aktivitas seksual dapat diakibatkan oleh
penyakit, kematian pasangan seksual, penurunan sosialisasi dan kehilangan minat seksualnya (Potter
& Perry, 2005).Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia yang memproduksi
hormon. Perubahan-perubahan pada sistem endokrin ini yaitu sekeresi hormon kelamin (progesteron,
estrogen, testosteron) menurun, produksi aldosteron menurun, fungsi paratiroid dan sekeresinya tidak
berubah, kelenjar pankreas mengalami penurunan dalam memproduksi insulin dan hormon-hormon
lain di dalam tubuh manusia mengalami penurunan fungsi (Nugroho, 2008).Pada pengaturan suhu,
hipotalamus bekerja sebagai termostat. Kemunduran terjadi berbagai faktor yang mempengaruhinya,
yaitu temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis 35oC akibat metabolisme menurun,
sehingga lansia akan menggigil, pucat dan gelisah. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat
memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas otot (Nugroho, 2008).2.
Konsep Hipertensi 1.1. Pengertian hippertensiHipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama).
Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk
mengetahui Hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.Hipertensi adalah
suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal
bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya Hipertensi, walaupun
sebagian besar (90%) penyebab Hipertensi tidak diketahui (Hipertensi essential). Penyebab tekanan
darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari
pembuluh darah tepi dan peningkatan volume aliran darah.Secara umum seseorang dikatakan
menderita Hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastoliknya melebihi 140/90 mmHg (normalnya
120/80 mmHg).1.2. Penyebab hipertensi Berdasarkan penyebabnya, Hipertensi dapat digolongkan
menjadi 2 yaitu :1. Hipertensi esensial atau primer Penyebab pasti dari Hipertensi esensial sampai saat
ini masih belum dapat diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab
Hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan). Kurang
lebih 90% penderita Hipertensi tergolong Hipertensi primer sedangkan 10% nya tergolong Hipertensi
sekunder. 2. Hipertensi sekunderHipertensi sekunder adalah Hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit
kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain lain.Karena golongan terbesar dari penderita
Hipertensi adalah Hipertensi esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke
penderita Hipertensi esensial.Berdasarkan faktor akibat Hipertensi terjadi peningkatan tekanan darah
di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:1. Jantung memompa lebih kuat sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya2. Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding
arteri akibat usia lanjut. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka
tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah
pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan
menyebabkan naiknya tekanan.3. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh.Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga
tekanan darah juga meningkat.Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dibedakan atas yang tidak dapat
dikontrol seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Pada 70-80% kasus Hipertensi primer,
didapatkan riwayat Hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat Hipertensi didapatkan pada kedua
orang tua, maka dugaan Hipertensi primer lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada
penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini
menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi.Sedangkan yang
dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol
dan garam. Faktor lingkungan ini juga berpengaruh terhadap timbulnya Hipertensi esensial.
Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis
adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas. Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat
meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka
kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat
dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di
kota.Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi Hipertensi dan
dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya Hipertensi dikemudian
hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan Hipertensi esensial, tetapi
penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas
dengan Hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan
normal.1.3 Tanda dan GejalaGejala-gejala Hipertensi antara lain pusing, muka merah, sakit kepala,
keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal, dan lain-lain. Dampak yang dapat
ditimbulkan oleh Hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada selaput bening (retina mata),
pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan.Pengkajian berdasarkan Anderson
Mc.Farlen:Inti Komunitasa. SejarahDesa Pondokrejo merupakan salah satu desa yang terdapat di
Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember. Desa Pondokrejo merupakan wilayah yang terdiri dari
pemukiman, persawahan, perkebunan, kuburan, pekarangan, taman, perkantoran dan prasarana umum
lainnya. Desa Pondokrejo dibagi menjadi empat dusun yaitu Dusun Sumberjo, Dusun Pondokmiri,
Dusun Glantangan dan Dusun Kombongan. dan Terdapat 227 warga usia lansia yang berusia > 56
tahun tahun di Desa Pondokrejo. Dari Hasil distribusi lansia berdasarkan kebiasaan merokok
didapatkan bahwa sebagian besar orang dewasa memiliki kebiasaan merokok, yaitu sebanyak 64
orang (38,1%) dan lansia sebanyak104 orang(61,9%) tidak memiliki kebiasaan merokok. Hasil
distribusi lansia berdasarkan alasan lansia tidak merokok didapatkan bahwa untuk menjaga kesehatan,
yaitu sebanyak 76 orang (45,2%), karena pemborosan sebanyak 3 orang (1,80%) dan karena lain-lain
24 orang (14,3%).Hasil distribusi lansia berdasarkan diagnosa media didapatkan bahwa sebagian
besar lansia diagnosa medisnya pusing, yaitu sebanyak 18 orang (10,7%)b. DemografiBerdasarkan
hasil pengkajian yang dilakukan, terdapat 504 KK yang dikaji yang terdiri dari1697 penduduk.
Perbandingan sex ratiodari jumlah penduduk yang dilakukan pengkajian. Sebagian besar penduduk
berjenis kelamin perempuan sebanyak 825 orang (48.62%) dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 872
orang (51.38%). Hal ini menggambarkan pertumbuhan penduduk perempuan lebih tinggi. komposisi
jumlah penduduk berdasar rentang usia dari 1697 penduduk yang dilakukan pengkajian. Sebagian
besar penduduk yang dikaji terdiri dari kelompok usia dewasa sebanyak 931 penduduk (54.9%) dan
sebagian kecil terdiri dari kelompok bayi, batita, balita sejumlah 164 penduduk (9.7%). Data tersebut
menjelaskan kelompok usia produktif menempati urutan jumlah tertinggi sehingga angka
ketergantungan semakin kecil.c. EtnisitasSuku di Desa Pondokrejo mayoritas adalah suku Madura.
Beberapa tokoh masyarakat mengatakan bahwa sebagian besar masyarakat mengkonsumsi makanan
yang asin-asin karena faktor budayad. Nilai dan KeyakinanPenduduk di desa Pondokrejo mayoritas
beragama Islam. Banyak berdiri masjid dan musholla di sekitar perumahan warga. Para kader
posyandu mengatakan bahwa diadakan posyandu lansia tapi tidak semuanya posyandu
diselenggarakan.dan pada umum nya lansi laki di desa tempurejo memiliki kebiasaan merokok .dan
banyak lansia yang mengalami hipertensi .Subsistem Komunitasa. LingkunganDesa Pondokrejo
memiliki luas wilayah 1.601.053,62 ha merupakan wilayah yang terdiri dari pemukiman 43.835 ha,
persawahan 12,50 ha, perkebunan 1.600.017 ha, kuburan 3,50 ha, pekarangan 42,835 ha, taman 20 ha,
perkantoran 2,70 ha dan prasarana umum lainnya 10,25 ha. Desa Pondokrejo merupakan wilayah
dengan dataran rendah dengan sebagian besar wilayahnya digunakan untuk pemukiman dan
perkebunan.b. Pelayanan Kesehatan dan SosialDistribusi kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila
sakit ke Puskesmas sebanyak 261warga (42,86%). Kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit
ke dokter praktik sebanyak 64warga (12,70%). Kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit ke
perawat sebanyak 101warga (20,01%). Kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit ke bidan
sebanyak 107 warga (21,23%). Kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit ke ke fasilitas lain
sebanyak 9 warga (1,79%).Beberapa tokoh masyarakat mengatakan bahwa sebagian besar lansia
terutama laki-laki memiliki kebiasaan merokok.dan juga tokoh masyarakat mengatakan bahwa
sebagian besar masyarakat mengkonsumsi makanan yang asin-asin karena faktor budaya.di desa
pondok rejo sudah memiliki posyandu namun tdak semua posyandu terdapat posyadu lansia .dan para
lansia di pondok rejo mengatakn tidak ada kegiatan rutin untuk kesehatan lansia di masyarakat .c.
EkonomiSebagian besar mata pencaharian penduduk yaitu buruh tani sebanyak 807 orang dan
karyawan sebesar 654 orang..d. Transportasi dan KeamananTransportasi di Kecamatan tempurejo
desa pondok rejo mayoritas menggunakan kendaraan roda dua. Sebagian penduduk juga ada yang
menggunakan kendaraan roda empat dalam melakukan mobilisasi, dan ada juga yang hanya berjalan
kaki dalam mengakses pelayanan kesehatan.e. Politik dan PemerintahanUntuk meminimalisir
terjadinya hipertensi pada lansia,pemeritahan desa tempurojo mengadakan posyandu lansia .walaupun
tidak semua posyandu terdapat posyandu lansia namun hal tersebut dapat membantu mengendalikan
hipertensi pada lansia. Dan juga banyak dilaksanakan program pendidikan kesehatan mengenai
hipiertensi,dan juga kerja sama dengan dinas pendidikan sehingga desa tempurejo di jadikan tempat
untuk mahasiswa PSIK untuk melakukan praktik profesi ners,yang di harapkan mampu menambah
pengetahuan warga tentang kesehatan .sehingga derajat kesehatan desa pempurojo menjadi lebih
baik.khususnya pada masalah hipertensi yang di alami oleh lansia .f. KomunikasiKecamatan
tempurojo desa pondok rejo tidak memiliki telepon umum, karena masyarakat sebagian besar
menggunakan ponsel untuk saling berkomunikasi antar masyarkat.g. PendidikanTingkat pendidikan
masyarakat Desa Pondokrejo sebagian besar adalah yang sedang sekolah yaitu sejumlah 530 orang
(76,3 %). Sedangkan penduduk yang belum TK sebesar 26 orang, penduduk TK 96 orang dan tamat
S-1 43 orangh. RekreasiDesa Pondokrejo tidak memiliki tempat rekreasi atau fasilitas rekreasi.
Masyarakat Sukowono biasanya pergi ke pantai, atau ke taman hiburan lain yang letaknya berada di
Kecamatan lain.DiagnosaKetidakefektifan koping komunitas pada kelompok lansia di Desa
Pondokrejo Kecamatan Tempurejo terkait dengan adanya masalah kesehatan seperti pusing,
hipertensi, dengan kurangnya informasi tentang kesehatan lansia di masyarakat.IntervensiNoDiagnosa
KeperawatanTgl PembuatanTujuan dan Kriteria HasilIntervensi KeperawatanNama dan tanda
tangan1Ketidakefektifan koping komunitas pada kelompok lansia di Desa Pondokrejo Kecamatan
Tempurejo terkait dengan adanya masalah kesehatan seperti pusing, hipertensi, dengan kurangnya
informasi tentang kesehatan lansia di masyarakat.17 Juli 2013Tujuan:Setelah diberikan pendidikan
kesehatan tentang hipertensi, para lansia dapat mengetahui tentang penyakit hipertensi Kriteria hasil:
Minimal 85% peserta penyuluhan hadir dan mampu menjelaskan tentang hipertensi 1. Anjurkan
tenaga kesehatan untuk mengadakan posyandu lansia di setiap posyandu di desa pondok rejo 2.
Berikan pendidikan kesehatan tentang bahaya hipertensi 3. Berikan pendidikan kesehatan tentang
makanan makanan yang dapat membuat hipertensi karena warga pondok rejo sangat suka makanan
asin 4. Lakukan pemantauan kesehatan lansia yang mengalami hipertensi 5. Anjurkan pemeriksan
tekanan darah untuk mencegah hipertensi ImplementasiKomponen implementasi dalam proses
keperawatan mencakup penerapan keterampilan yang diperlukan untuk mengimplementasikan
intervensi keperawatan yang telah dibuat. Implementasi dilakukan sesuai intervensi yang telah dibuat.
EvaluasiEvaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.dengan kriteria Minimal
85% peserta penyuluhan hadir dan mampu menjelaskan tentang hipertensi.dan standart yg di gunakan
adalah :1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pembentukan
Komisi Daerah Lanjut Usia Dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penanganan Lanjut Usia Di
Daerah2. Klasifikasi Hipertensi: Hipertensi ringan (sistolik 140-159 mmHg) dan (distolik 90-99
mmHg), Hipertensi sedang (sistolik 160-179 mmHg) dan (distolik 100-109 mmHg).DAFTAR
PUSTAKAAnderson, E.T. & Mc. Farlane, J.M. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas : Teori dan
Praktek. Jakarta: EGC..Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4.Volume 2.
Jakarta: EGC.Friedman, M. Marliyin. 2010. Family Nursing Research. Theory and Practice. (5th Ed).
CT : Appleton-Century-Cropts.Sri Rahayu dkk. 2000. Nutrisi untuk klien Hipertensi. Jakarta:
EGCMansjoer, Arief. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius EGCSmeltzer,
Suzanne C, Brenda G bare. 2002 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8
Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta :
EGC].Kushariyadi. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba
MedikaNugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik Edisi kedua. Jakarta: EGCFORMAT
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS NAMA KK:
____________________________________ ALAMAT:
_______________________No___________
RT____________RW______KEL__________PETUNJUK PENGISIAN 1. Isilah label komposisi
keluarga dengan benar2. pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda ( )3. Jawaban
dapat lebih dari satu untuk pertanyaan menulis.4. mengisi titik-titik sesuai pertanyaan.A. Komposisi
KeluargaNo.NamaHubungan dengan KKUmurL/PTingkat pendidikanPekerjaanAgamaKet.1.
Anggota keluarga yang meninggal 5 bulan terakhir ________________2. Penyebab kematian
_________________________________________3. Umur
____________________________________________________B. Bila dalam Keluarga Terdapat
Lansia/ Lanjut Usia (> 55 Tahun)1. Berapa jumlah lansia dalam rumah saat ini :( ) 1 ( ) 2 ( )2. Adakah
penyakit keturunan dalam keluarga :( ) jantung ( ) Hipertensi ( ) Asma ( ) Diabetes3. Pernahkah
melakukan pemeriksaan gula darah dalam 3 bulan terakhir :( ) pernah ( ) tidak4. Bila pernah
sebutkan /berapa hasil pemeriksaannya__________________5. Bagaimana kondisi lansia saat ini :( )
Sehat ( ) Sakit6. Bila sakit, apa yang dikeluhkan lansia/diagnosis medisnya _____________7. Apa
yang telah dilakukan untuk mengatasi penyakit lansia ____________( ) Ke pelayanan kesehatan ( )
didiamkan saja( ) Minum obat warung ( ) Alternatif8. Apakah kegiatan lansia sehari-hari
_______________________________9. Apakah perlu dibentuk lansia (atau posyandunya sudah ada,
jelaskan ________( ) ya, alasannya ____________________________________________( ) Tidak,
alasannya _________________________________________

Anda mungkin juga menyukai