Anda di halaman 1dari 5

BAB X

DEMOKRASI PENDIDIKAN

10.1. Pendahuluan

Setiap orang atau pendidik boleh merumuskan sendiri apa arti demokrasi

pendidikan baginya. Maksudnya, agar mereka memahami makna yang sebenarnya

dari demokrasi pendidikan itu sehingga tidak tergambar makna lain dari istilah

tersebut. Dalam memberikan penafsiran makna demokrasi pendidikan mungkin

terdapat bermacam-macam konsep, seperti beraneka ragam pandangan dalam

memberikan arti demokrasi. Dalam pemerintahan demokrasi, demokrasi harus

dijadikan filsafat hidup yang harus ditanamkan kepada setiap peserta didik.

10.2. Pengertian Demokratis Pendidikan

Demokrasi pendidikan dalam pengertian luas patut selalu dianalisis

sehingga memberikan manfaat dalam praktik kehidupan dan pendidikan yang

mengandung tiga hal, yaitu: (1) Rasa hormat terhadap harkat sesama manusia, (2)

Setiap manusia memiliki perubahan ke arah pikiran yang sehat, dan (3) Rela

berbakti untuk kepentingan atau kesejahteraan bersama.

Karena itu, warga negara yang demokratis akan dapat menerima pembatasan

kebebasan itu dengan rela hati dan orang lain dapat merasakan kebebasan yang

didapat setiap warga negara tadi. Artinya, tiap-tiap warga negara hendaknya

memahami kewajibannya sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga negara.

14
15

Suatu negara demokrasi bertujuan untuk memberikan kesejahteraan kepada

masyarakatnya.

Kesejahteraan dan kebahagiaan hanya akan dapat tercapai, apabila setiap

warga negara atau anggota masyarakat dapat mengembangkan tenaga atau

pikirannya untuk memajukan kepentingan bersama. Kebersamaan dan kerja sama

inilah pilar penyangga demokrasi, yang selalu menggunakan dialog dan

musyawarah sebagai pendekatan sosialnya dalam setiap mengambil keputusan

untuk mencapai tujuan kesejahteraan dan kebahagiaan tersebut.

Untuk itu setiap warga negara memerlukan hal-hal sebagai berikut:

a. Suatu pengetahuan yang cukup tentang soal-soal kewarganegaraan (civic),

ketatanegaraan, kemasyarakatan, soal-soal pemerintahan yang penting.

b. Suatu keinsafan dan kesanggupan dari suatu semangat menjalankan tugasnya,

dengan mendahulukan kepentingan negara atau masyarakat dari pada

kepentingan sendiri atau kepentingan sekelompok kecil manusia.

c. Suatu keinsafan dan kesanggupan memberantas kecurangan dari perbuatan

yang menghalangi kemajuan dan kemakmuran masyarakat dan pemerintah.

10.3. Prinsip-prinsip Demokratis dalam Pendidikan

Dalam setiap pelaksanaan pendidikan selalu terkait dengan masalah-

masalah di bawah ini.

a. Hak asasi setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan.

b. Kesempatan yang sama bagi warga negara untuk memperoleh pendidikan.

c. Hak dan kesempatan atas dasar kemampuan mereka.


16

Dari prinsip-prinsip tersebut di atas, dapat dipahami bahwa ide dan nilai

demokrasi pendidikan itu sangat banyak dipengaruhi oleh alam pikiran, sifat, dan

jenis masyarakat di mana mereka berada. Karena dalam kenyataannya,

pengembangan demokrasi pendidikan itu akan banyak dipengaruhi oleh latar

belakang kehidupan dan penghidupan masyarakat. Jika hal-hal yang disebutkan

ini dikaitkan dengan prinsip-prinsip demokrasi pendidikan yang telah

diungkapkan, maka ada beberapa butir penting yang harus diketahui yaitu sebagai

berikut:

a. Keadilan dalam pemerataan kesempatan belajar bagi semua warga negara,

dengan cara adanya pembuktian kesetiaan dan konsisten pada sistem politik

yang ada misalnya demokrasi Pancasila.

b. Dalam rangka pembentukan karakter bangsa sebagai bangsa yang baik.

c. Memiliki suatu ikatan yang erat dengan cita-cita nasional.

10.4. Prinsip-prinsip Demokratis dalam Pandangan Islam

Jika kita memahami kembali kajian lama kita tentang demokrasi menurut

pandangan Islam, acuan pemahaman demokrasi dan demokrasi pendidikan dalam

pandangan ajaran Islam rumusannya terdapat dalam beberapa sumber di bawah

ini:

a. Al-Qur’an.

Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Asy-Syuura ayat 38 dan Surah

Yunus ayat 3: “... Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah


17

antara mereka mereka.” (QS. Asy Syuura: 38) “manusia dahulunya hanyalah

satu umat, kemudian mereka berselisih.” (QS. Yunus [19]: 3)

Dari contoh ayat-ayat Al-Qur’an di atas dapat dipahami adanya prinsip

musyawarah dan persatuan dan kesatuan umat sebagai salah satu sendi atau pilar

demokrasi. Di samping itu, pilar yang lain seperti tolong-menolong, rasa

kebersamaan, dan lain sebagainya.

b. Hadist Rasulullah saw.

Menuntut ilmu itu adalah wajib, wajib bagi setiap Muslim (baik pria maupun

wanita). Pemahaman kita terhadap makna Hadis Nabi tersebut adalah kewajiban

menuntut ilmu itu terletak pada pundak Muslim pria dan wanita, tanpa kecuali dan

tidak ada seorang pun yang tidak mendapatkan pendidikan. Oleh karena itu,

pendidikan harus disebarluaskan ke segenap lapisan masyarakat secara adil dan

merata, sesuai dengan disparitas yang ada atau sesuai kondisi jumlah penduduk

yang harus dilayani.

Jadi, dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin untuk kepentingan

hidup manusia yang kekal di akhirat nanti, umat Islam harus memperhatikan

pendidikan. Mulai dari baca tulis hingga ke tingkat pendidikan yang tertinggi,

sesuai dengan kebutuhan manusia dalam mengikuti kemajuan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

10.5. Demokrasi Pendidikan di Indonesia

Sebenarnya, bangsa Indonesia telah menganut dan mengembangkan asas

demokrasi dalam pendidikan sejak diproklamasikannya kemerdekaan hingga masa

pembangunan dan era reformasi sekarang ini. Hal itu dapat dilihat pada apa yang
18

terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Prinsip

Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 4, dan Garis-Garis Besar Haluan Negara

(GBHN) di sektor Pendidikan.

Hal yang tercantum dalam undang-undang dan GBHN (dalam hubungannya

dengan pelaksanaan demokrasi) merupakan suatu proses untuk memberikan

jaminan dan kepastian adanya persamaan dan pemerataan kesempatan untuk

memperoleh pendidikan bagi seluruh warga negara Indonesia, terutama pada usia

sekolah tertentu. Pelaksanaan demokrasi pendidikan tidak hanya terbatas pada

pemberian kesempatan belajar, tetapi juga mencukupi fasilitas pendidikan sesuai

jenis dan jenjang pendidikan yang dibutuhkan masyarakat dengan tetap

berorientasi kepada peningkatan mutu dan relevansi pendidikan atau keserasian

antara pendidikan dengan lapangan kerja yang tersedia. Dengan demikian, semua

lapisan masyarakat akan mungkin menyelenggarakan pendidikan melalui

lembaga-lembaga sosial dan keagamaan. Caranya dengan mengikuti petunjuk arah

dan pedoman yang telah dibuat dan disepakati sebagai standar dalam keseragaman

pelaksanaan pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai