Anda di halaman 1dari 4

KELOMPOK 1:

- HAZEL MUHAMAD (21601051057)


- RISSA NOVIA OKTAVIYANA (21801051138)
- NADIVA SALSABILA RAHMA (21801051159)
- GIFFARI YON MAULANA (21801051160)
- MOH.NUR IJJLAL (21801051163)

PERTANYAAN :

1. Makna dan pengertian :


A. Ahlun
B. Sunnah
C. Jama'ah
2. Ahlussunnah wal Jamaah lahir dari proses dialektika yg terjadi di tengah- tengah pertikaian
faham di kalangan umat Islam baik aspek aqidah, syariah dll, yang merugikan umat Islam,
jelaskan tentang terjadinya proses dialektika tsb, sehingga melahirkan istilah Ahlussunnah wal
Jama'ah
3. Dalam proses dialektika tsb, dikenal juga kelompok Mu'tazilah, Jabariah siapakah mereka?
Dan ada juga inkarusunnah, siapakah mereka, dan mengapa mereka ingkar sunnah?

JAWAB :

1. A. Ahlun
Makna kata ahlun berarti keluarga,golongan atau pengikut. Sedangkan pengertian nya
sendiri dalam QURAN adalah sekurangnya ada tiga makna ‘ahl’
Pertama, ‘ahl’ bisa berarti keluarga, sebagaimana hal ini terdapat dalam firman Allah
dalam Al-Qur’an surat Hud ayat 45 : “Ya Allah sesungguhnya anakku adalah dari
keluargaku (ahli-y).” Juga makna ini terdapat dalam surat Thoha ayat 132 : “Suruhlah
keluargamu (ahl-Ka) untuk mengerjakan sholat”.
Kedua, ‘ahl’ berarti penduduk, seperti dalam firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-A’rof
ayat 96 : “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertaqwa, maka kami
bukakan atas mereka keberkahan dari langit dan bumi.”
Ketiga, ‘ahl’ berarti orang yang memiliki sesuatu disiplin ilmu; (Ahli Sejarah, Ahli
Kimia).“Bertanyalah kamu sekalian kepada orang yang memiliki pengetahuan jika kamu
tidak mengetahui.”

B. Sunnah

Sunah (‫ سنة‬sunnah, plural ‫ سنن‬sunan) adalah kata Arab yang berarti "kebiasaan" atau "biasa
dilakukan". Menurut bahasa: Jejak dan langkah. Secara syar’i: Jejak yang diridhai Allah
SWT dan menjadi pijakan dalam agama, yang pernah ditempuh oleh Rasulullah SAW atau
orang yang menjadi panutan dalam agama seperti sahabat. Secara ‘urfi (tradisi): Ajaran
yang dilalui oleh seorang panutan dalam agama, seperti nabi atau wali.

C. Jama'ah
Al-Jama’ah adalah segala sesuatu yang telah menjadi kesepakatan para sahabat Nabi pada
masa Khulafaur Rasyidin yang empat, yang telah diberi hidayah oleh Allah SWT. Makna
al-Jama’ah: menjaga kekompakan, kebersamaan dan kolektifitas, kebalikan dari kata al-
furqah (golongan yang berpecah belah). Dikatakan al-jama’ah, karena golongan ini selalu
memelihara kekompakan, kebersamaan dan kolektifitas terhadap sesama. Meskipun terjadi
perbedaan pandangan di kalangan sesama mereka, perbedaan tersebut tidak sampai
mengkafirkan, membid’ahkan dan memfasikkan orang yang berbeda diantara sesama
ahlussunnah wal jamaah

2. Ahlussunnah Waljama’ah sesungguhnya identik dengan pernyataan nabi "Ma Ana 'Alaihi
wa Ashabi" seperti yang dijelaskan sendiri oleh Rasululloh SAW dalam sebuah hadist yang
diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Ibnu Majah dan Abu Dawud bahwa :"Bani Israil terpecah
belah menjadi 72 Golongan dan ummatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan,
kesemuanya masuk nereka kecuali satu golongan". Kemudian para sahabat bertanya ;
"Siapakah mereka itu wahai rasululloh?", lalu Rosululloh menjawab : "Mereka itu adalah
Maa Ana 'Alaihi wa Ashabi" yakni mereka yang mengikuti apa saja yang aku lakukan dan
juga dilakukan oleh para sahabatku. Dalam hadist tersebut Rasululloh SAW menjelaskan
bahwa golongan yang selamat adalah golongan yang mengikuti apa yang dilakukan oleh
Rasululloh dan para sahabatnya.
Sejalan dengan bergulirnya waktu, ditengah masa Khulafaur Rosyidin, tepatnya
kepemimpinan Khalifah dikendalikan oleh sahabat Abu Bakar As-Shidiq RA dan Umar bin
Khattab RA, mulailah terdengar fenomena-fenomena sosial, budaya, atau bahkan agama
yang menjadikan silang pendapat, namun demikian, situasi dan kondisi tersebut bisa
dikondisikan dan diselesaikan oleh Umat Islam bersama para tokohnya dengan baik
Kecurigaan, perdebatan yang mengandung perbedaan diantara mereka justru senantiasa bisa
mengantarkan mereka dalam langkah-langkah untuk memajukan dan mengembangkan
Islam secara kaffah itu sendiri (baca : Izzul Islam Wal. Muslimin).
Namun demikian, ketika kepemimpinan Khilafah dikendalikan oleh sahabat Ustman bin
Affan RA, berbagai persoalan mulai bemunculan, mayoritas para pengendali pemerintahan
sudah beralih memiliki kecenderungan ke arah sifat-sifat Hidonistik (Kemewahan) dan
materi Materialistik (kesenangan dunia) pada saat akhir kepemimpinan (khilafah) sahabat
Ustman bin Affan RA; sifat-sifat (caracteristic) diatas bisa digambarkan dalam bentuk
mengangkat para pembesar pemerintah dari kalangan sukunya atau bahkan pengusaha-
pengusaha daerah dari sini angin kencang berbagai fitnah yang dihembuskan seorang
Pendeta besar Yahudi Yaman bernama Abdullah bin Saba' yang telah masuk Islam semakin
menjadi-jadi dan berakhir puncaknya yaitu terbunuhnya seorang Khalifah yang saleh dan
jujur diteinpatnya pada tahun 35 H. 5 Sesungguhnya, faham yang bertentangan dengan
Aswaja sudah mulai.berhembus sejak tahun 30 H sampai pada tahun 35 H, sehingga faham
ini dikenal dengan faham aliran Syi 'ah.
Generasi kelompok keempat diatas, diteruskan oleh generasi Ahmad bin Hambal (baca:
Imam Hambali)beliau dikenal dengan sebutan "ahli Sunnah atau a hli Had its", sampai
kemudian sebagian U lama Maghrib pernah mengatakan "Madzhab itu milik Malik dan Syafi
'I", sedangkan kepopulerannya milik Ahmad, maksudnya, madzhab para Imam Usul itu
merupakan suatu madzhab seperti yang dikatakannya.
Selanjutnya, Imam Ahmad ibn Hambal itu sebenamya hidup ditengah ruang lingkup aliran
Kaum Mu'tazilah, yang merupakan faham aliran resmi kekuasaan Bani Abbasiyah dan
mendapat simpati, serta pengaruh besar didalamnya, kemudian sebagai puncak pengaruh
aliran ini pada masa al-Ma'mun (198-218 H/813-833 M). 18 Namun demikian, Imam Ahmad
ibn Hambal mulai tidak diminati Umat Islam. Dengan demikian, sang Khalifah memiliki
strategi mencari dukungan mayoitas Umat Islam, dan mereka itu pengikut Imam Ahrriad ibn
Hambal.
Dari sini, pada saat kondisi dan situasi orang awam kesulitan memahami konsep konsep
Mu'tazilah yang rasioriaris dan filosojis, mereka merindukan ajaran-ajaran yang bersifat
sederhana yarig sejalan dengan-sunnah Nabi Muhammad SAW dan tradisi para sahabat.
Akhirya, lahirlah paham teologi baru yang berusaha menampung aspirasi masyarakatdengan
berpegang teguh pada sunnah Nabi SAW serta tradisi para sahabatnya, kemudian ajaran-
ajaran tersebut secara legal formal-subtansial dinamakan "Ahlu Sunnah Wal Jama 'ah"
(aswaja), yang secara resmi didirikan oleh, tokoh baru bemama Abu Hasan al-Asyari (260
H/873 M-324 H/935) pada awal abad ke-9.
Abu Hasan al-Asyari atau Imam Asy’ari beliau pernah mendalami ajaran Muktazilah, dan
terungkaplah banyak celah dan kelemahan yang terdapat dalam aliran tersebut. Akhirnya
beliau kembali kepada ajaran islam yang telah digariskan oleh Rosulullah Salallahu Alaihi
Wassalam dan para sahabat dan salafus shalih. Setelah peristiwa tersebut banyak kalangan
yang mengagumi keberanian Imam Asy’ari dan dijuluki sebagai penyelamat akidah umat
islam. Lalu beliau diposisikan sebagai pelopor kembali kepada Ahlussunnah Waljama’ah,
karena setelah masa para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in, fuqaha dan imam 4 madzhab ,
muncullah kelompok yang merusak kemurnian agama islam, seperti para filosof yang
terpengaruh betuh dengan filsafat syirik Yunani dan Romawi kuno. Metode beliau dalam
merumuskan Ahlussunnah Waljama’ah didukung oleh berbagai kalangan, para muhadditsin,
fuqaha’,para ahli tashawwuf, serta para ulama dari berbagai disiplin ilmu.
Tokoh Ahlussunnah Waljama’ah yang kedua adalah Imam Maturidi, beliau mengikuti cara
Abu Hanifah dalam fiqih, maka ajaran yang dibawa masih berupa madzhab dari Abu Hanifah
terutama dalam bidang akidah, yang sebernarnya madzhabnya tidak jauh berbeda dari
madzhab imam Syafi’I, Maliki dan Hanbali, yang mana ke 4 madzhab tersebut Ahlussunnah
Waljama’ah dalam akidahnya.
Lalu ada Abu Ja’far al-Tahawi, dan banyak para ulama yang berjuang untuk agama yang
diridhoi oleh Allah.
3. Mu’tazilah adalah salah satu aliran teologi dalam islam yang dapat dikelompokkan sebagai
kaum rasionalis islam, sedangkan arti teologi itu sendiri ialah ilmu mempelajari tentang
tuhan atau suatu keyakinan.
Aliran Mu’tazilah ini muncul pada abad pertama hijriyah . dua dari tiga ajaran menjadi
doktrin Mu’tazilah , yaitu Al Manzilah bain Al Manzilatain dan peniadaan sifat sifat tuhan
Pelopor berdirinya aliran mu’tazzilah adalah seorang penduduk Bashrah mantan murid Al-
Hasan Al-Bashri yang bernama Washil bin Atha’ Al-Makhzumi Al-Ghozzal, kemunculan
ini di karenakan Wasil bin Atha’ berpendapat muslim berdosa besar bukan mukmin dan
bukan kafir yang berarti ia fasik. Mengenai ingkar sunnah, dikelompokkan sebagai umat
islam yang menolak otoritas dan kebenaran sunnah. Di karenakan mereka hanya mereka
hanya berpegang kepada Al-Quran. Ada yang menyebut juga dengan sebutan munkir
sunnah
Mereka inkarsunnah karena :
a. Salah paham terhadap penafsiran al-Quran
b. kebingungan , disatu sisi mereka tidak berpedoman pada as-sunnah,namun satu sisi
menjadikan hadist sebagai salah satu argumennya
c. Mereka merasa angkuh dan gengsi karena pada prinsipnya para pengingkar sunnah
tidak mengakui ayat lain Atau hadist yang diriwayatkan oleh sahabat tertentu

Anda mungkin juga menyukai