Anda di halaman 1dari 9

J. Sosek KP Vol. 7 No.

2 Tahun 2012

KONFLIK DAN POTENSI KONFLIK DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA


KERANG HIJAU DI KALIBARU JAKARTA UTARA

Nendah Kurniasari1, Arif Satria2 dan Said Rusli2


Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
1

Jl. KS. Tubun Petamburan VI Jakarta 10260


Telp. (021) 53650162, Fax. (021)53650159
E-mail: nendah_k04@yahoo.co.id
2
Dosen Fakultas Ekologi Manusia Pertanian Bogor

Diterima 16 Februari 2012 - Disetujui 3 Desember 2012

ABSTRAK

Sebagai entitas usaha yang memanfaatkan sumberdaya pesisir yang bersifat common property
resources, pembudidaya dan pengolah kerang hijau harus berhadapan dengan berbagai pelaku yang
mempunyai kepentingan yang berbeda terhadap wilayah pesisir yang sama. Kondisi ini memunculkan
berbagai potensi konflik terkait dengan pengaturan peruntukan wilayah dan kewenangan dalam
pengelolaan sumberdaya pesisir. Penelitian ini berupaya untuk menganalisis eksistensi konflik dan
strategi penyelesaian konflik yang terjadi dalam pengelolaan sumberdaya kerang hijau di Kalibaru
Jakarta Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan mengambil kasus
di Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilincing Kotamadya Jakarta Utara. Analisa data dilakukan mengacu
pada teori struktural fungsional dan teori konflik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber potensi
konflik berawal dari perbedaan pemaknaan antar pihak yang berkonflik, serta penegakkan aturan yang
tidak semestinya. Jenis konflik terdiri dari konflik kewenangan, konflik perebutan wilayah dan konflik
ekologi yang terjadi antara pembudidaya dan pengolah kerang hijau dengan nelayan, pemerintah dan
pihak industri. Penyelesaian konflik cenderung dapat diselesaikan dengan cepat secara kekeluargaan
jika yang berkonflik merupakan pengguna perairan secara langsung yang memahami kesepakatan lokal
yang berlaku di wilayah tersebut. Namun demikian konflik ini pun mempunyai dampak positif yaitu
menumbuhkan kesadaran pembudidaya dan pengolah kerang hijau untuk berkelompok, mempercepat
terjadinya penyelesaian atas isu-isu yang berkembang selama ini, serta membimbing kepada aliansi
antar kelompok yang berkepentingan.

Kata kunci: konflik, wilayah pesisir, kerang hijau

Abstract: Conflicts and Potential Conflicts in Resource Management of Perna Viridis in Kalibaru, North
Jakarta. By: Nendah Kurnisari, Arif Satria and Said Rusli.
As an Business entity that utilizes coastal resources which are common property resources, fishers
and perna viridis farmers have to deal with various actors who have different interested in the same coastal
areas. This condition raises many potential conflict associated with the setting of designated territory and
authority in managing the coastal resources. This research tried to analyze the existence of the conflict
and its solving strategies in the management of Perna viridis in Kalibaru, North Jakarta. This research was
using a qualitative research methods in the village Kalibaru, Cilincing district, North Jakarta Municipality.
Analysis data were refered to the structural-functional theory and theory of conflict. Results showed that
sources of the conflict were originated from the differences in interpreting of the conflicting parties, as well
as the enforcing the improper rules. Types of conflict consisted of the conflict of authority, territory and
ecology that occur between farmers and Perna viridis processor with fishers, government and industry.
The conflict tend, to be resolved quickly, especially those who directly used water resource understanding
the existing local agreement. The conflict, however, has had a positive impact on raise awareness among

207
Konflik dan Potensi Konflik dalam Pengelolaan Sumberdaya Kerang Hijau.... Nendah Kurniasari, Arif Satria dan Said Rusli

farmers and Perna viridis processor to accelerate the completion of growing issues and lead to alliances
between interest groups.

Keywords: conflict, coastal area, perna viridis

PENDAHULUAN dan filter feeder sehingga kondisi laut yang


tercemar berdampak buruk terhadap kualitas
Kerang hijau merupakan komoditi
kerang dari daerah tersebut.
yang banyak diusahakan di wilayah perairan
teluk Jakarta. Pada tahun 2009 di Kecamatan Kondisi ini merupakan potensi konflik
Cilincing tercatat sejumlah 1.626 orang yang kepentingan antara pembudidaya kerang hijau
terlibat dalam usaha pembudidayaan dan dengan pemanfaat laut yang lain. Konflik
pengolahan kerang hijau (Dinas Peternakan, muncul jika batas-batas untuk mengakses atau
Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta, 2010). hak-hak dalam penggunaan sumberdaya tidak
Salah satu sentra kegiatan tersebut adalah ditegakkan sementara ada tuntutan untuk
Desa Kalibaru Kecamatan Cilincing. Kondisi ini menjaga keberlanjutan ekosistem atau dengan
selain ditunjang oleh kondisi perairan teluk pengguna lain yang mengarah pada terjadinya
Jakarta yang kaya akan fitoplankton sebagai konflik dan degradasi lingkungan (Grima dan
unsur hara bagi perkembangbiakan kerang Berkes, 1989).
hijau juga ditunjang oleh kondisi geografis
Permasalahan ini juga muncul dipicu
yang strategis serta pelaksanaan aturan-turan
oleh lemahnya kerangka hukum yang mengatur
formal yang belum mengikat.
pengelolaan dan pemanfaatan wilayah pesisir
Posisi pesisir Kalibaru yang strategis dan lautan. Sebagai contoh, adanya Undang-
baik ditinjau dari aspek geografis maupun Undang 23 tahun 1997 tentang pengelolaan
ekonomi menjadikan banyak masyarakat lingkungan hidup, Peraturan Pemerintah nomor
tertarik untuk menetap di wilayah ini. Selain 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air
para pembudidaya dan pengolah kerang hijau dan pengendalian pencemaran air tidak diikuti
yang memanfaatkan wilayah ini terdapat oleh penegakan konsekuensi atas pelanggaran
nelayan tangkap, pengolah ikan asin, pencari peraturan perundangan tersebut. Akibatnya,
kepiting, penjual besi tua yang berasal dari terdapat pihak pemanfaat yang dirugikan, yang
bongkaran kapal-kapal yang telah rusak, dll. dalam konteks ini adalah pembudidaya dan
Perairan Kalibaru pun merupakan jalur lintasan pengolah kerang hijau.
bagi kapal-kapal besar yang akan berlabuh
Berdasarkan kondisi diatas, maka
dan berlayar dari Pelabuhan Internasional
penelitian ini bertujuan menganalisis eksistensi
Tanjungpriok. Kondisi ini tentunya merupakan
konflik dan strategi penyelesaian konflik. Hasil
pembatas bagi para pembudidaya kerang
penelitian diharapkan dapat menjadi bahan bagi
hijau sehubungan dengan alat tangkapnya
perumusan sistem pengelolaan sumberdaya
yang bersifat menetap sehingga menghalangi
pesisir dan lautan yang lebih memperhatikan
perahu nelayan mapun kapal-kapal besar
kondisi faktual di masyarakat.
untuk melintas.
Selain dimanfaatkan secara langsung,
perairan teluk Jakarta merupakan tempat METODOLOGI
pembuangan limbah industri. Limbah yang Penelitian dilakukan pada bulan Februari
dibuang ke perairan Teluk tidak melalui teknik sampai dengan Oktober 2010 di Kelurahan Kalibaru
pengolahan limbah yang semestinya, akibatnya Kecamatan Cilincing Kotamadya Jakarta Utara
kontaminasi kandungan tercemar di perairan dengan pertimbangan bahwa banyak pihak yang
ini semakin meningkat dan berada di atas mempunyai kepentingan atau memanfaatkan
ambang toleransi. Sementara itu, kerang daerah pesisir di wilayah tersebut sehingga
merupakan hewan yang bersifat menetap berpotensi menimbulkan konflik.

208
J. Sosek KP Vol. 7 No. 2 Tahun 2012

Penelitian ini merupakan penelitian ditonjolkan oleh kaum fungsional struktural,


kualitatif dengan menggunakan metode tetapi Coser juga menunjukkan pada proses
studi kasus. Penentuan metode ini merujuk lain yaitu konflik sosial. Jadi dalam hal ini Coser
pada penjelasan Babbie (2004) bahwa Social mencoba menerapkan pendekatan struktural
researchers often speak of case studies, which fungsional untuk melihat bagaimana struktural
focus attention on one or few instances of pelaku konflik tersebut terbentuk serta untuk
some social phenomenon, such as a village, melihat dampak dari konflik, sementara untuk
a familly, or a juvenile gang. Penelitian ini melihat sumber dan proses konflik lebih banyak
fokus terhadap fenomena yang terjadi pada didekati dengan teori konflik neo marxis. Teori
komunitas pembudidaya dan pengolah kerang konflik neomarxis lebih memandang bahwa
hijau yang berada di Kelurahan Kalibaru konflik tidak semata-mata karena perbedaan
Kecamatan Cilincing Kotamadya Jakarta Utara. kelas berdasarkan penguasaan kapital, namun
juga lebih memusatkan pada unsur psikologis,
Jenis data yang dikumpulkan adalah data
dimana perbedaan idea yang dimiliki seseorang
primer dan data sekunder yang dikumpulkan
lebih berperan dari pada kondisi fisiknya.
melalui teknik wawancara, observasi, dan studi
literatur. Data primer menyangkut jenis konflik,
persepsi masyarakat terhadap konflik, aturan
HASIL DAN PEMBAHASAN
pengelolaan sumberdaya berupa kesepakatan
lokal. Sedangkan studi literatur dimaksudkan Eksistensi Konflik: Sumber, Jenis dan Aktor
untuk mencari data mengenai perkembangan Yang Terlibat Dalam Konflik
usaha budidaya dan pengolahan kerang hijau Konflik yang paling menonjol di wilayah
serta teorisasi konflik. pesisir Kalibaru adalah konflik perebutan
Wawancara dilakukan terhadap informan ”ruang”, baik ”ruang” dalam pengertian
kunci yang selanjutnya dari informan kunci sesungguhnya yaitu wilayah pesisir dimana
dapat diketahui para informan lain dan para komunitas pembudidaya dan pengolah kerang
responden yang lebih bisa menjelaskan bersama komunitas lain melakukan aktivitas
permasalahan yang sedang diteliti. Informan ekonominya maupun ”ruang” dalam pengertian
kunci tersebut adalah petugas kelurahan abstrak yaitu ruang bagi seseorang dalam
Kalibaru, sedangkan informan lain adalah Suku wilayah yang tidak nyata, misalnya dalam
Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan proses pembuatan rencana pengelolaan
Jakarta Utara, Dinas Kelautan dan Perikanan wilayah tersebut. Dominansi, kewenangan,
Propinsi DKI Jakarta, Ketua RT, Ketua RW serta idea-idea, berada pada wilayah ruang abstrak.
pemuka masyarakat Kalibaru. Responden Lefebvre dalam Ritzer dan Goodman (2008)
yang diwawancarai berjumlah 39 orang yang seorang tokoh neo marxis mengistilahkan
terdiri dari 8 orang pembudidaya kerang, 8 ruang sesungguhnya itu sebagai ruang absolut,
orang pengolah kerang, 7 orang merangkap sementara ruang yang lebih abstrak dinamakan
sebagai pembudidaya dan pengolah, 8 orang ruang abstrak. Menurutnya, ruang abstrak
nelayan tradisional, 3 orang nelayan bagan merupakan alat untuk memperoleh kekuasaan
apung dan 1 orang pengumpul kerang dan 4 atas ruang absolut.
orang masyarakat sekitar yang tidak bermata Berdasarkan hal tersebut, maka konflik
pencaharian dari sumberdaya laut dan pesisir. yang terjadi pada ruang abstrak di pesisir
Analisis data dilakukan berdasarkan Kalibaru menyangkut konflik pemaknaan
kerangka analisis yang dikemukakan Lewis dan konflik kewenangan, sementara konflik
A Coser (Poloma, 1979) yang menyatukan yang terjadi pada ruang absolut yaitu konflik
kedua pendekatan yaitu teori struktural perebutan wilayah pesisir dan konflik
fungsional dan teori konflik. Menurutnya, lingkungan hidup. Keempat konflik ini saling
beberapa susunan struktural merupakan hasil berhubungan dan menjadi salah satu faktor
persetujuan dari konsensus, suatu proses yang penyebab munculnya konflik yang lain.

209
Konflik dan Potensi Konflik dalam Pengelolaan Sumberdaya Kerang Hijau.... Nendah Kurniasari, Arif Satria dan Said Rusli

Gambar 1 menunjukkan hubungan antara konflik kewenangan atau ketidaktahuan


ke empat jenis konflik yang terjadi di nelayan terhadap aturan yang ada namun
pesisir Kalibaru berkaitan dengan aktivitas juga terdapat faktor yang lain yaitu semakin
pembudidayaan dan pengolahan kerang hijau. sempitnya jalur pelayaran akibat adanya bagan
yang tidak sesuai aturan.
Konflik Pemaknaan/
conflict of meanings Konflik pemaknaan menjadi salah satu
faktor penyebab dari setiap konflik yang terjadi,
Konflik kewenangan/ Konflik Perebutan Wilayah/
karena pada dasarnya orang mempunyai alasan
authority conflict territory dispute
atau pembenaran tersendiri terhadap setiap
tindakan yang mereka lakukan. Perbedaan
pemaknaan ini cenderung dapat mudah
Konflik Lingkungan Hidup/
ecological conflict untuk disamakan atau diselesaikan bila yang
Keterangan:
= ruang abstrak = garis pengaruh langsung
berkonflik mempunyai posisi yang sama, namun
= ruang absolut = garis pengaruh tak langsung akan sulit diselesaikan bila pihak yang berkonflik
berada pada status yang berbeda atau merasa
Gambar 1. Hubungan Antar Konflik di Wilayah pada posisi yang lebih tinggi dibandingkan
Pesisir Kalibaru. pihak lawan. Konflik antara perintah dengan
Figure 1..Relationships With Conflicts in komunitas pembudidaya dan pengolah kerang
Coastal Areas Kalibaru. akan lebih sulit diselesaikan dibandingkan
dengan konflik yang terjadi antara pembudidaya
Gambar di atas menunjukkan hubungan
kerang dengan nelayan.
antara ke empat jenis konflik yang saling
mempengaruhi. Konflik yang satu bukan Pembahasan mengenai jenis konflik
menjadi penyebab tunggal terjadinya konflik dan pelaku-pelaku yang terlibat didalamnya
yang lain, namun hanya sebagai salah satu dibagi menjadi tiga bagian yaitu konflik
faktor pendorong munculnya konflik yang kewenangan, konflik perebutan wilayah dan
lain. Konflik perebutan wilayah pesisir antara konflik lingkungan hidup, sedangkan konflik
nelayan dan pembudidaya misalnya, tidak hanya pemaknaan akan dibahas dalam ketiga jenis
disebabkan karena tidak terselesaikannya konflik tersebut.

.
Nelayan/fisherman Pemerintah/goverment

a,c
a,b,c
a,c a,b,c

Pembudidaya Kerang Hijau/ c


mussels cultivator Pengolah
Kerang
Hijau/mussels
a,d processor
a,d

Industri/industry

Keterangan:
a = konflik pemaknaan b = konflik kewenangan
(conflict of meanings) (authority conflict)
c = konflik perebutan wilayah d = konflik lingkungan hidup
(Territory
territory dispute)
dispute (ecological conflict)

Gambar 2. Konflik dan Potensi Konflik Antara Pembudidaya dan Pengolah Kerang Hijau dengan
Pelaku Lain.
Figure 2. Conflict and Potential Conflict Between Cultivator And Processor of Green Mussels
(Perna Viridis) With Other Agents.

210
J. Sosek KP Vol. 7 No. 2 Tahun 2012

a. Konflik kewenangan pemaknaan yang dimiliki pemerintah tidak


selaras dengan kesepakatan-kesepakatan yang
Konflik kewenangan terhadap
ada pada tingkat masyarakat.
pengelolaan wilayah pesisir Kalibaru terjadi
antara pemerintah dan komunitas pembudidaya Meskipun pada kondisi sekarang
dan pengolah kerang hijau. Kewenangan masyarakat Kalibaru masih hidup dalam
yang dimaksud meliputi kewenangan dalam ruang pemaknaan mereka, namun pemerintah
mengelola dan memanfaatkan sumberdaya laut daerah melalui peraturan-peraturan daerahnya
dan pesisir. Konflik ini disebabkan oleh tidak secara perlahan mencoba menancapkan
selarasnya aturan formal dengan kesepakatan dominansinya. Pemerintah berupaya untuk
lokal yang dibuat oleh masyarakat. Konflik menyamakan ‘makna’ yang dimiliki oleh
ini berawal dari perbedaan pemaknaan masyarakat tersebut dengan memberikan
terhadap pemilikan wilayah pesisir. Dalam pengetahuan-pengetahuan yang bertemakan
kasus di Kalibaru, dapat dikatakan bahwa konflik “penyadaran” kepada masyarakat lokal.
kewenangan merupakan wujud kongkrit dari Upaya penyadaran ini lebih digiring kepada
konflik pemaknaan yang bersifat abstrak. pemaknaan pesisir menurut pemerintah.
Foucault (2002) menguraikan bagaimana
Pemaknaan tersebut erat kaitannya
pengetahuan membentuk kekuasaan atas
dengan pengetahuan yang dimiliki oleh masing-
wilayah geografis. Menurutnya, pengetahuan
masing pihak yang berkonflik. Masyarakat
berfungsi sebagai sebuah bentuk kekuasaan dan
memaknai laut dan wilayah sebagai wilayah
sekaligus menyebarkan efek-efek kekuasaan
pemberian Tuhan untuk semua umatNya,
tersebut. Pengetahuan bisa berwujud dalam
sehingga wilayah ini merupakan milik bersama
penggunaan bahasa. Pembentukan UU
yang dapat dimanfaatkan bersama sesuai
pengelolaan pesisir yang banyak memuat kata
dengan kesepakatan-kesepakatan yang
“peran serta masyarakat” seolah memberi
telah mereka buat bersama. Kesepakatan
kesan bahwa konsesus pengelolaan wilayah
tersebut telah menjadi aturan yang ditaati
dibuat secara bersama antara pemerintah
oleh masyarakat secara turun-temurun. Wilayah
dan masyarakat padahal jika dicermati lebih
selama ini mereka tempati merupakan warisan
dalam maka makna “peran serta” tersebut
dari nenek moyang yang lebih dulu menempati
sangat terbatas.
wilayah tersebut sebelum peraturan-peraturan
pemerintah dibuat. Kasus ini menunjukkan kebenaran dari
analisis Foucault bahwa ada problematika dalam
Sementara pemerintah sebagai
bentuk modern pengetahuan, rasionalitas,
pemegang kewenangan secara yuridis formal
institusi sosial, dan subyektivitas. Semua itu,
untuk mengatur pengelolaan sumberdaya,
menurutnya terkesan given and natural, tetapi
memaknai laut dan pesisir sebagai wilayah
dalam faktanya semua itu adalah “serombongan
dimana pengelolaannya menjadi otoritasnya
konstruk sosiokultural tentang kekuasaan dan
dan masyarakat sebagai warga negara yang baik
dominasi” yang pada akhirnya pengetahuan
harus patuh pada semua kebijakan yang diambil
telah dimanipulasi untuk melanggengkan
oleh pemerintah. Melihat kondisi wilayah pesisir
dominasi terhadap kaum marjinal.
Kalibaru sekarang ini, khususnya untuk wilayah
yang didominasi oleh kerang hijau terlihat
b. Konflik perebutan wilayah pesisir
sangat memprihatinkan terutama dari segi tata
ruang dan sanitasi, menjadi sebuah kewajaran Konflik pemaknaan tidak hanya menjadi
munculnya sebuah pemikiran bahwa sistem pemicu terjadinya konflik kewenangan antara
pengelolan yang selama ini dilakukan oleh masyarakat pesisir dengan pemerintah, namun
masyarakat tidak mampu menciptakan kondisi juga menjadi pemicu konflik antar pengguna
yang diharapkan sehingga pemerintah harus pesisir yang berujung pada konflik perebutan
mengambil alih kewenangan atas pengelolaan wilayah yaitu antara pembudidaya kerang
wilayah tersebut. Konflik terjadi bila aktualisasi dengan nelayan atau antara nelayan dengan

211
Konflik dan Potensi Konflik dalam Pengelolaan Sumberdaya Kerang Hijau.... Nendah Kurniasari, Arif Satria dan Said Rusli

pengolah kerang. Namun demikian konflik c. Konflik Lingkungan Hidup


perebutan wilayah ini relatif lebih mudah
Konflik-konflik yang terus dibiarkan tanpa
diselesaikan karena sebagian besar telah
penyelesaian memicu munculnya permasalahan
tertuang dalam kesepakatan-kesepakatan
lain yaitu konflik lingkungan hidup. Tarik
bersama yang telah berlaku secara turun
menarik kepentingan antara pembudidaya
temurun.
dan nelayan yang membutuhkan perairan
Konflik antara pembudidaya kerang laut yang bebas pencemaran dengan pihak
hijau dengan nelayan terjadi hanya seputar industri yang membutuhkan laut sebagai
kerusakan bagan kerang akibat tertabrak sarana penetralisir limbah namun tanpa
oleh perahu nelayan. Namun hal ini bisa melalui mekanisme pengolahan limbah yang
diselesaikan dengan baik secara kekeluargaan dianjurkan telah menimbulkan permasalahan
dengan konsekuensi nelayan harus mengganti lingkungan yang akut di perairan teluk Jakarta.
kerusakan tersebut. Kesadaran nelayan
Konflik bermula karena masyarakat
tersebut didasari oleh pengetahuan lokal
pembudidaya kerang hijau merasa bahwa
masyarakat setempat bahwa laut merupakan
limbah pembuangan pabrik telah mencemari
wilayah “milik bersama” sehingga orang
perairan sehingga produktivitas kerang
bebas memanfaatkannya dengan prinsip
mereka menurun drastis. Pada Tahun 2005,
saling menghargai usaha masing-masing,
bentuk kekesalan warga dilakukan melalui
serta masih luasnya wilayah laut yang
demonstrasi ke kantor Walikota dengan
bisa dilewati tanpa harus melalui wilayah
tuntutan ganti rugi dan penertiban limbah.
dimana bagan ditancapkan. Pencapaian
Menurut beberapa pembudidaya, sebagian
kesepakatan akan lebih alot bila nelayan yang
pembudidaya telah menerima ganti rugi sebesar
menabrak bagan adalah nelayan andon karena
satu juta rupiah, namun pemberian ganti rugi
menurut nelayan ini laut adalah wilayah
ini telah dihentikan padahal belum semua
bebas sehingga kesalahan bukan karena
pembudidaya mendapatkannya.
perahu tapi karena bagan yang tidak
beraturan. Namun posisi mereka yang hanya Ketika diajukan pertanyaan, bagaimana
pendatang menyebabkan mereka tidak jika suatu hari tidak bisa berbudidaya kerang
mempunyai posisi untuk melawan aturan lagi karena laut sudah demikian tercemar?
setempat. Biasanya ganti rugi disepakati Para pembudidaya dan pengolah kerang
dengan mempertimbangkan kemampuan hijau berpendapat serupa yaitu menuntut
nelayan juga. Intensitas konflik cenderung pertanggungjawaban pihak industri dan
akan semakin meningkat di masa yang pemerintah. Jika hal ini terus berlangsung,
akan datang jika jumlah bagan semakin tidak menutup kemungkinan demonstrasi
banyak dan mendominasi wilayah perairan serupa pada tahun 2005 atau aksi kolektif
pesisir, sehingga tidak ada ruang bagi yang lain akan kembali berlangsung.
perahu untuk melalui wilayah ini. Dengan
Menurunnya jumlah kerang hijau
demikian, masyarakat harus segera membuat
akibat pencemaran tersebut berdampak
kesepakatan baru.
pada menurunnya produktivitas pengolah,
Potensi konflik perebutan wilayah pemasar, dan para buruh yang terlibat dalam
pun terjadi antara pengolah kerang dan usaha kerang pasca panen. Padahal, usaha
nelayan. Konflik ini berkaitan dengan pasca panen ini melibatkan ribuan orang yang
penguasaan wilayah daratan oleh pengolah hidupnya sangat tergantung pada usaha ini.
kerang hijau dan melekatnya hak pada
Sulit mengurai pihak industri mana yang
pemilik daratan tersebut untuk mereklamasi
terlibat dalam pencemaran teluk Jakarta, karena
wilayah laut. Kondisi ini membuat akses
selain pabrik-pabrik besar yang terdapat di
nelayan terhadap pesisir dan laut menjadi
sekitar teluk Jakarta, Teluk Jakarta pun
terbatas.
merupakan muara dari 13 Sungai yang tidak

212
J. Sosek KP Vol. 7 No. 2 Tahun 2012

menutup kemungkinan industri-industri yang bukan karena telah terjalinnya keselarasan


terdapat di kawasan sekitar daerah aliran sungai antara kesepakatan lokal dan kebijakan
pun memanfaatkan aliran sungai tersebut formal, namun pemerintah sementara ini
untuk membuang limbangnya tanpa melalui membiarkan masyarakat hidup dalam tata
pengolahan limbah terlebih dahulu. Kondisi aturan kesepakatan lokal untuk menghindari
ini diperparah dengan tidak ditegakkannya potensi konflik yang akan terjadi jika aturan
pengawasan terhadap mekanisme pengelolaan formal diterapkan.
limbah kepada semua pihak industri baik
Mencermati dasar kebijakan yang
yang berskala besar maupun yang berskala
dilakukan pemerintah dalam penyelesaian
rumahan. Timbulnya masalah lingkungan
konflik seperti ini, maka dapat dikatakan
dikarenakan tidak adanya kebijakan politik
bahwa pemerintah sedang menyelesaikan
yang secara tegas dan jelas menempatkan
konflik dengan cara menarik konflik ke dalam
kedudukan strategis sumberdaya kelautan
perundang-undangan yang dibuat kemudian
dan pesisir sebagai entitas pembangunan
oleh pemerintah. Berdasarkan perundang-
nasional (Kusnadi, 2006).
undangan yang ada, pembudidaya dan pengolah
kerang hijau sudah tidak dapat melakukan
Strategi Penyelesaian Konflik aktivitas usaha kerangnya karena kerang
di perairan tersebut sudah tercemar. Oleh
Beberapa konflik cenderung mempunyai
karenanya, pemerintah merencanakan adanya
fungsi bila dapat diselesaikan dengan baik
relokasi bagi masyarakat ke daerah dimana
berdasarkan mekanisme penyelesaian
perairannya masih baik atau melakukan
konflik yang tertuang dalam kesepakatan
alih mata pencaharian. Namun demikian,
lokal yang telah menjadi aturan bersama
pemerintah belum sepenuhnya melaksanakan
dalam masyarakat. Sementara konfik menjadi
aturan tersebut karena belum adanya konsep
disfungsional ketika penyelesaian konflik
yang jelas mengenai program reposisi aktivitas
tidak diatur dalam kesepakatan bersama,
ekonomi masyarakat setempat yang mampu
sehingga sulit membuat konsensus antara
menjamin keberlangsungan kehidupan sosial
pihak-pihak yang berkonflik. Konflik yang
dan ekonominya.
bersifat disfungsional di Kalibaru terjadi antara
komunitas pembudidaya kerang hijau yang
memerlukan wilayah perairan pesisir yang b. Penyelesaian konflik perebutan wilayah
bebas pencemaran dengan pihak industri Penyelesaian konflik antar pelaku baik
yang menggunakan perairan pesisir sebagai antara pembudidaya dan pengolah kerang
sarana untuk membuang limbahnya. Perebutan hijau dengan pelaku lain yang memanfaatkan
wilayah ini menimbulkan konflik baru yaitu sumberdaya secara langsung (nelayan)
konflik lingkungan hidup. dilakukan secara kekeluargaan. Contoh kasus
Konflik yang terjadi antar pelaku yang rusaknya bagan karena tertabrak perahu
mempunyai kepentingan terhadap pesisir nelayan cukup diselesaikan dengan cara pihak
Kalibaru diselesaikan dengan cara yang nelayan membayar sejumlah uang ganti rugi
berbeda-beda berdasarkan pelaku yang kerusakan kepada pemilik bagan.
berkonflik dan permasalahan yang terjadi. Hubungan antara komunitas
pembudidaya kerang dan pengolah kerang
a. Penyelesaian Konflik Kewenangan dengan komunitas nelayan terlihat lebih
harmonis setelah adanya HKBNPK (Himpunan
Konflik ini berkaitan erat dengan Keluarga Besar Nelayan Pesisir Kalibaru).
pelaksanaan kesepakatan lokal yang Anggota HKBNPK berasal dari berbagai profesi
tidak selaras dengan peraturan formal. di bidang hasil laut yaitu nelayan bagan tancap,
Bertahannya aktivitas pembudidayaan dan nelayan bagan apung, peternak kerang ataupun
pengolahan kerang hijau di wilayah Kalibaru pengolah kerang. Organisasi ini didirikan atas

213
Konflik dan Potensi Konflik dalam Pengelolaan Sumberdaya Kerang Hijau.... Nendah Kurniasari, Arif Satria dan Said Rusli

dasar rasa saling berbagi antar anggota, dan kerang hijau untuk membentuk kelompok
untuk anggota yang bersangkutan bisa dijadikan tersendiri yang beranggotakan pembudidaya
semacam asuransi. Ketika ada anggota yang dan pengolah kerang hijau. Pada saat penelitian
terkena musibah misalnya sakit maka HKBNPK ini dilaksanakan, upaya kearah pembentukan
akan memberikan sejumlah uang bagi biaya kelompok sudah sampai kepada rekapitulasi
pengobatan. Begitu pun pada waktu musim calon anggota. Melalui kelompok ini para
paceklik tiba maka HKBNPK akan memberikan pembudidaya dan pengolah kerang hijau
sejumlah bantuan yang besarnya disepakati berharap mempunyai kekuatan ketika ada
bersama. Masing-masing anggota membayar permasalahan.
iuran sejumlah Rp. 10.000/orang pada setiap
Ecological conflict ini merupakan
bulannya.
permasalahan yang sulit diselesaikan karena
Organisasi ini pun sering menyalurkan tidak hanya menyangkut pelaku disekitar
bantuan-bantuan dari pihak-pihak yang kawasan pesisir namun juga menyangkut
berempati terhadap warga pesisir Kalibaru pelaku-pelaku di daerah-daerah sepanjang
ketika musim Paceklik tiba. HKBNPK ini aliran sungai yang bermuara ke Teluk Jakarta.
diharapkan mampu ikut bagian dalam Oleh karena itu penyelesaiannya membutuhkan
menciptakan kerukunan hidup baik antara koordinasi lintas departemen dan lintas sektoral
peduduk yang memiliki berbagai profesi yang tentunya membutuhkan waktu yang tidak
maupun sebagai perekat kepedulian antar sebentar.
berbagai kelas yang terdapat di wilayah Kalibaru
ini, sehingga harmonisasi dapat diwujudkan
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
dan posisi masyarakat lokal dalam berbagai
kebijakan khususnya dalam pengelolaan Sumber konflik dalam aktivitas
sumberdaya pesisir dapat diperhitungkan. pembudidayaan dan pengolahan kerang hijau
di Kalibaru berawal dari perbedaan pemaknaan
antar pihak yang berkonflik, serta penegakkan
c. Penyelesaian konflik lingkungan hidup
aturan yang belum semestinya. Kondisi ini
Konflik yang terjadi antara pembudidaya didorong oleh belum adanya konsep yang jelas
dan pengolah kerang hijau dengan pihak untuk mengantisipasi dampak dari penegakan
industri merupakan potensi konflik yang akan aturan yang dibuat. Jenis konflik terdiri dari
berulang bila aturan formal yang ada tidak konflik kewenangan, konflik perebutan wilayah
ditegakkan sebagaimana mestinya. Potensi dan konflik ekologi. Konflik ini mengakibatkan
konflik ini berkaitan erat dengan pengaruh terjadinya ketegangan antara pelaku dan
limbah industri terhadap produktivitas kerang mengakibatkan komunitas pembudidaya
hijau. Potensi konflik tersebut akan menjadi dan pengolah kerang hijau berada pada
konflik yang tajam bila kerang yang mati ketidakpastian atas hidup dan penghidupannya.
mencapai 100 persen. Kasus yang terjadi pada Namun demikian konflik ini pun mempunyai
tahun 2005 ketika kerang hijau di perairan dampak positif yaitu menumbuhkan kesadaran
teluk Jakarta mati semua, para pembudidaya pada pembudidaya dan pengolah kerang hijau
melakukan aksi demonstrasi kepada industri- untuk berkelompok, mempercepat terjadinya
industri yang berada di kawasan tersebut penyelesaian atas isu-isu yang berkembang
melalui Walikota. Namun cara tersebut sudah selama ini, serta membimbing kepada aliansi
dianggap tidak efektif karena tidak semua antar kelompok yang berkepentingan.
pembudidaya yang mengalami kerugian
Konsep yang digagas Satria (2009)
mendapatkan ganti rugi.
sepertinya dapat dilakukan oleh Pemerintah
Seringnya konflik yang terjadi antara daerah DKI Jakarta untuk mengelola konflik dan
pembudidaya dan pengolah kerang hijau menekan potensi konflik yang terjadi di wilayah
dengan pihak industri menumbuhkan teluk Jakarta. Satria menawarkan beberapa
kesadaran diantara pembudidaya dan pengolah agenda pada aras mikro untuk mengantisipasi

214
J. Sosek KP Vol. 7 No. 2 Tahun 2012

konflik nelayan yaitu pengukuhan model Kerang Hijau di Teluk Jakarta. Dinas Peternakan,
sumberdaya berbasis masyarakat, penguatan Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta.
organisasi nelayan, kerjasama lintas daerah, Jakarta.
dan pemberdayaan nelayan. Berdasarkan hal Babbie, E. 2004. The Practice of Social Research.
tersebut, maka perlu dibentuk organisasi Thomson Wadsworth. USA.
pembudidaya dan pengolah kerang hijau,
Baedhowi. 2001. Studi Kasus dalam Teori dan
serta perlu dibuat model reposisi aktivitas
Paradigma Penelitian Sosial oleh Salim,
pembudidaya dan pengolah kerang hijau
Agus (ed.). PT. Tiara Wacana. Yogyakarta.
berdasarkan aspirasi dan kondisi sosial,
budaya dan ekonomi masyarakat. Sementara ______. 2010. Kajian Eksistensi Budidaya
pada aras makro, pengelolaan sumberdaya Foucault, M. 2002. Power/Knowledge:
laut memerlukan kerangka hukum yang jelas Wawancara Pilihan dan Tulisan-tulisan Lain
dengan implementasi yang tegas dengan 1972-1977. Bentang Budaya. Yogyakarta.
berdasarkan keberpihakan utuh terhadap Grima dan Berkes, F. 1989. Common Property
kepentingan masyarakat. Salah satu contoh Resources: Ecology and community-based
adalah Peraturan Pemerintah No. 82 tahun Sustainable development. Belhaven
2001 tentang pengelolaan kualitas air dan Press. London.
pengendalian pencemaran air harus ditegakkan Kusnadi. 2006. Konflik Sosial Nelayan: Kemiskinan
dengan menerapkan sanksi terhadap setiap dan Perebutan Sumber Daya Alam. LKiS
pelanggaran atas aturan tersebut. Yogyakarta.
Poloma, M. M. 1979. Sosiologi Kontemporer.
DAFTAR PUSTAKA PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Ritzer, G. dan D. J. Goodman, 2008. Teori
Anonim. 1997. Undang-Undang Republik Sosiologi: Dari Teori Sosiologi Klasik sampai
Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Perkembangan Mutakhir Teori Sosial
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Postmodern. Kreasi Wacana. Yogyakarta.
______. 2001. Peraturan Pemerintah Republik Satria, A. 2009. Ekologi Politik Nelayan. LKIS.
Indonesia No 82 Tahun 2001 tentang Yogyakarta.
pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air.

215

Anda mungkin juga menyukai