Anda di halaman 1dari 16

PENETAPAN KADAR TOTAL FLAVONOID DAN FENOL

FRAKSI ETIL ASETAT DARI EKSTRAK ETANOL RIMPANG


ACORUS SP.

Rahmi Khoirunnisa1, Ressi Susanti2, Nera Umilia Purwanti3


Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura
Jalan Prof. Dr. Hadari Nawawi, Pontianak 78124
Email : rahmikhoirunnisa@student.untan.ac.id

Abstrak

LATAR BELAKANG: Tanaman Jeringau Merah (Acorus sp.) secara


empiris diketahui memiliki manfaat untuk kesehatan diantaranya mengobati
tipus dan demam berdarah. Rimpang dari tanaman jeringau merah ini
mengandung senyawa metabolit sekunder termasuk fenol dan flavonoid.
TUJUAN: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar total flavonoid
dan fenol dari rimpang jeringau merah pada tingkat fraksi dengan pelarut
fraksi etil asetat. METODE: Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi
menggunakan etanol 96%, kemudian difraksinasi dengan fraksi etil asetat
sebagai sampel untuk diteliti kadar flavonoid total dan kadar fenol total.
Penetapan kadar diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan
dinyatakan dalam mg QE/g sampel dan mg GAE/g sampel. HASIL: Dari data
hasil pengujian diketahui bahwa kadar flavonoid total dan kadar fenol total
dari fraksi etil asetat rimpang jeringau merah berturut-turut yaitu
14,8836±0,3590 mg QE/gram fraksi dan 432,5710±12,0119 mg GAE/g
fraksi.

Kata Kunci: Rimpang Acorus sp, Jeringau merah, Flavonoid, Fenol, Fraksi
Etil Asetat
ESTIMATION OF TOTAL FLAVONOID AND PHENOL
CONCENTRATION FROM ETHYL ACETATE FRACTION OF
ETHANOL EXTRACT ACORUS SP. RHIZOME WITH DPPH
METHOD

Rahmi Khoirunnisa1, Ressi Susanti2, Nera Umilia Purwanti3


Pharmacy Department, Medical Faculty, Tanjungpura University
Jalan Prof. Dr. Hadari Nawawi, Pontianak 78124
Email : rahmikhoirunnisa@student.untan.ac.id

Abstract

BACKGROUND: Red Jeringau plants (Acorus sp.) are empirically known


to have health benefits including treating typhus and dengue fever. The
rhizomes of this red jeringau plant and contain secondary metabolite
compounds including phenols and flavonoids. AIMED: This study aims to
determine the total levels of flavonoids and phenols from red jeringau
rhizomes at the fraction level with ethyl acetate fraction solvent.
METHODS: Extraction was carried out by maceration method using 96%
ethanol, then fractionated with ethyl acetate fraction as samples to study total
flavonoid levels and total phenol levels. Determination of the level was
measured using a UV-Vis spectrophotometer and expressed in mg QE / g
sample and mg GAE / g sample. RESULTS: From the test data it was found
that the total flavonoid levels and total phenol levels of the red jeringau ethyl
acetate fraction respectively were 14.8836 ± 0.3590 mg QE / gram fraction
and 432.5710 ± 12.0119 mg GAE / g fraction.

Keywords: Rhizome of Acorus sp, Red Jeringau, Flavonoid, Phenol, Ethyl


Acetate Faction
PENDAHULUAN keduanya memiliki kadar
flavonoid dan fenol yang serupa.
Jeringau Merah (Acorus
Kandungan flavonoid yang
sp) merupakan kerabat dari
ditemukan di A.calamus dapat
jeringau putih (Acorus calamus)
memiliki aktivitas antioksidan
ini merupakan salah satu tanaman
yang kuat karena mereka
endemik di Kalimantan Barat yang
menghambat oksidasi radikal
tumbuh di daerah Sanggau,
dengan menyumbangkan elektron
Kapuas Hulu, dan Ngabang
ke radikal bebas. Kadar total
sebagai habitat aslinya
flavonoid dan fenol juga pada
(DinKesProv Kalbar, 2007).
penelitian ini menunjukkan
Jeringau merah telah digunakan
korelasi positif dengan aktivitas
oleh masyarakat pedalaman suku
peredaman radikal DPPH (Li dan
dayak secara empiris untuk
Wah, 2017).
mengobati tipus dan demam
berdarah(Sofyan 2017), selain itu Berdasarkan uraian diatas,
secara turun temurun juga maka akan dilakukan penelitian
digunakan sebagai pereda nyeri terhadap kandungan flavonoid dan
untuk ibu hamil, cacingan, fenol dalam fraksi etil asetat
penurun demam dan luka rimpang jeringau merah.
terbuka/memar (Purwaningsih,
METODE PENELITIAN
2009).
Alat dan Bahan
Penelitian terhadap
penetapan kadar flavonoid dan Peralatan yang digunakan

fenol dari rimpang jeringau merah antara lain, seperangkat alat

masih sangat terbatas apabila maserasi, corong buchner, grinder,

dibandingkan dengan rimpang rotavapor, oven, seperangkat alat

jeringau putih, namun karena gelas, mikropipet, spektro-

keduanya berada dalam satu genus fotometer UV-Vis. Bahan

yang sama maka diperkirakan penelitian yang digunakan


meliputi rimpang jeringau merah, sampel benar-benar kering.
etanol 96%, n-heksan, Setelah itu disimpan dalam wadah
diklorometana, etil asetat, butanol, kaca kering untuk menghindari
aquades, metanol p.a., larutan kerusakan dan pengotor.
AlCl3, CH3COONa, Na2CO3,
3. Ekstraksi dan Fraksinasi
FeCl3, asam galat, kuersetin, folin-
ciocalteu, metanol teknis, plat Simplisia halus dimasukkan

kromatografi lapis tipis (silika gel kedalam toples kaca sebagai

GF254). wadah maserasi, dimaserasi


dengan etanol teknis 96%.
Metode
Dilakukan remaserasi dilakukan
1. Determinasi Tanaman tiap 1x24 jam sampai warna
maseratnya mendekati bening
Tanaman jeringau merah yang
tidak berwarna. Maserat
digunakan dideterminasi di
dievaporasi dengan rotavapor
Laboratorium Biologi Fakultas
sampai didapat ekstrak yang cukup
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
pekat, dan selanjutnya ekstrak
Alam Universitas Tanjungpura
pekat dioven hingga terbentuk
dengan menyerahkan sampel
ekstrak kental.
berupa tanaman utuh dari akar,
rimpang, batang dan daun. Fraksinasi atau ekstraksi cair-cair
dilakukan terhadap ekstrak etanol
2. Pembuatan Simplisia
rimpang jeringau merah dengan
Rimpang jeringau merah yang urutan pelarut n-heksan,
telah dikumpulkan, dicuci dengan diklorometan, etil asetat, butanol
air mengalir dari pengotor dan dan air di dalam corong pisah.
ditiriskan. Rimpang jeringau Ekstrak etanol aquadest dan
merah kemudian dirajang tipis diaduk sampai semua ekstrak
kecil dan dikeringkan dengan cara terlarut. Selanjutnya campuran
o
dioven dalam suhu 80 C sampai ± dimasukkan ke dalam corong pisah
5 jam pengeringan, atau sampai
dan dilakukan fraksinasi menggunakan eluen tersebut
menggunakan pelarut n-heksana. kemudian disemprot dengan
Campuran digojog dan dibiarkan penampak bercak AlCl3 1% untuk
hingga terbentuk dua lapisan yaitu senyawa flavonoid dan FeCl3 1%
lapisan fraksi n-heksana (atas) dan untuk senyawa fenolik. Hasil
lapisan residu air (bawah). Supaya positif senyawa flavonoid apabila
maksimal, residu air yang terdapat noda kuning/oranye jika
diperoleh kemudian difraksinasi dilihat plat dengan sinar UV 366
kembali menggunakan pelarut n- nm. Hasil positif fenolik jika
heksan baru, digojog dan terdapat bercak hitam gelap
kemudian dipisahkan kembali dua apabila dilihat kasat mata.
fasa yang terbentuk. Dengan cara
5. Uji Kadar Flavonoid Total
yang sama, fraksinasi dilanjutkan
dengan pelarut diklorometan, etil a. Pembuatan Larutan Baku

asetat, dan butanol. Kuersetin

Oleh peneliti, diambil fraksi etil Larutan stok kuersetin dibuat 1000

asetat sebagai sampel untuk ppm dalam metanol, kemudian

penetapan kadar flavonoid dan dibuat seri konsentrasi 9, 12, 15,

fenol total. 18, 21, dan 24 ppm. Masing-


masing dipipet 2 ml dan ditambah
4. Uji Pendahuluan Profil KLT
pereaksi 0,1 ml alumunium klorida
Flavonoid dan Fenol
10%, 0,1 natrium asetat 1 M, dan
Uji pendahuluan ini menggunakan 2,8 ml aquades. Larutan dikocok
metode KLT dengan plat KLT dan dibiarkan bereaksi selama 30
silika gel GF254 menggunakan menit pada suhu ruang. Setelah itu
eluen butanol : asam asetat glasial larutan diukur dengan panjang
: air (BAA) dengan perbandingan gelombang 433,5 nm. Persamaan
(6:1:3). Plat KLT yang telah regresi linier didapat dari data
ditotol sampel dielusi konsentrasi dengan absorbansi
sehingga didapat nilai koefisien 6. Uji Kadar Fenol Total
korelasi (r). a. Pembuatan Larutan Baku
Asam Galat
b. Penetapan Kadar Flavonoid
Larutan stok asam galat
Total
dibuat 100 ppm selanjutnya
Fraksi etil asetat diukur
diencerkan dalam berbagai
dalam konsentrasi 500 ppm.
konsentrasi yaitu 15, 25, 35, 45
Selanjutnya diambil 2 ml dari
dan 55 ppm. Masing-masing
larutan tersebut lalu ditambahkan
dipipet 1 ml kedalam labu takar
0,1 ml alumunium triklorida, 0,1
10 ml dan ditambah pereaksi
ml na-asetat 1 M, dan 2,8 ml aqua
Folin-ciocalteau dan 2 ml
pro injeksi. Campuran larutan
natrium karbonat (15% b/v)
tersebut diinkubasi selama 30
selanjutnya ditambah air hingga
menit pada suhu ruangan. Ukur
tanda batas. Larutan yang telah
serapan pada panjang gelombang
direaksikan tersebut dipindahkan
433,5 nm serta kuersetin sebagai
ke dalam tabung reaksi dan
baku pembanding. Replikasi
ditutup lembar alumunium,
dilakukan sebanyak 3 kali. Kadar
kemudian dipanaskan 50oC
flavonoid dengan metode
selama 5 menit. Larutan yang
alumunium klorida dapat dihitung
sudah didinginkan diukur dengan
dengan rumus berikut :
panjang gelombang 757,5 nm.
(𝑌 × 𝑁 × 𝑉)
𝑇𝐹𝐶 = Persamaan regresi linier didapat
𝑊
dari data konsentrasi dengan
Keterangan :
TFC= Kadar Flavonoid Total (mg absorbansi sehingga didapat nilai
QE/gram sampel); Y= Konsentrasi koefisien korelasi (r).
Total Flavonoid dari kuersetin
(mg/L); N= Nilai pengenceran; V= b. Penetapan Kadar Fenol Total
Volume ekstrak sampel (L); W= Fraksi etil asetat diukur
Berat sampel (g)
dalam konsentrasi 100 ppm.
Selanjutnya diambil 1 ml dari
larutan tersebut lalu dimasukkan
dalam labu ukur 10 ml kemudian HASIL DAN PEMBAHASAN
pereaksi Folin ciocalteau dan 2 ml
1. Determinasi Tanaman
natrium karbonat 10% selanjutnya
ditambah aqua pro injeksi hingga Hasil determinasi tanaman

tanda batas dan digojog homogen. menunjukkan bahwa sampel

Larutan yang telah direaksikan tanaman yang digunakan termasuk

tersebut dipindahkan ke dalam ke dalam spesies Acorus sp. dari

tabung reaksi dan ditutup lembar famili Acoraceae, serta memiliki

alumunium, kemudian dipanaskan nama daerah yaitu jeringau merah.

50oC selama 5 menit. Campuran 2. Pembuatan Ekstrak dan


larutan diinkubasi 10 menit dan Fraksi
diukur absorbansinya dengan
Karakteristik ekstrak etanol
panjang gelombang 757,5 nm.
rimpang jeringau merah yang
Replikasi dilakukan sebanyak 3
dihasilkan yaitu ekstrak kental,
kali. Kadar fenol total dihitung
lengket/liat, berwarna hitam
dengan asam galat sebagai kurva
kecoklatan dan beraroma manis,
baku, persamaan atau dengan
sedangkan fraksi etil asetat
rumus :
rimpang jeringau merah berbentuk
(𝑌 × 𝑁 × 𝑉)
𝑇𝑃𝐶 = agak liat, berwarna coklat gelap
𝑊
dengan aroma etil asetat yang
Keterangan :
TPC= Kadar Fenol Total (mg cukup kuat.
GAE/gram sampel); Y=
Konsentrasi Total Fenol dari Asam 3. Analisis Uji Pendahuluan
galat (mg/L); N= Nilai Profil KLT
pengenceran; V= Volume ekstrak
sampel (L); W= Berat sampel (g) Analisis kualitatif KLT pada
penelitian ini digunakan sebagai
langkah pendahuluan untuk
mengetahui ada atau tidaknya
senyawa fenol dan flavonoid
sampel fraksi etil asetat rimpang disinari sinar UV 254 nm; (c) plat
jeringau merah. yang disinari sinar UV 366 nm;
( ) noda yang terbentuk.
Hasil identifikasi menunjukkan
adanya kandungan senyawa Sedangkan untuk identifikasi
flavonoid pada fraksi etil asetat senyawa fenolik (Gambar 2)
jeringau merah ditandai dengan menunjukkan positif adanya
adanya bercak berwarna kuning senyawa fenolik pada fraksi etil
jingga yang sangat mencolok. asetat jeringau merah. Hal ini
Senyawa flavonoid apabila ditunjukkan dengan timbulnya
bereaksi dengan Al3+ dari AlCl3 noda berwarna hitam kuat setelah
maka akan menyebabkan senyawa penyemprotan reagen FeCl3
flavonoid tersebut berfluorosensi dilihat dengan sinar tampak.
berwarna kuning apabila disinari Timbulnya warna hitam ini
dengan sinar UV 366 nm(Jork et dikarenakan terbentuknya
al., 1990). Kromatogram dapat kompleks antara Fe3+ pada FeCl3
dilihat pada Gambar 1. dengan senyawa fenol(Harborne,
1987).

Gambar 1. Hasil KLT Flavonoid


Gambar 2. Hasil KLT Fenol
dengan Penyemprotan AlCl3 1%
dengan Penyemprotan FeCl3 1%
Keterangan : fase gerak BAA 6:1:3
Keterangan : fase gerak BAA 6:1:3
(a) plat setelah elusi; (b) plat yang
(a) plat setelah elusi; (b) plat yang
disinari sinar UV 254 nm; (c) plat fraksi ini yaitu dari golongan
setelah disemprot FeCl3 dilihat senyawa antrakuinon.
dari sinar tampak; ( ) noda
4. Penetapan Kadar Flavonoid
yang terbentuk.
Total
Dilihat dari kromatogram
Pengukuran kadar flavonoid total
flavonoid dan fenol yang telah
dari fraksi etil asetat rimpang
dilakukan, noda oranye yang ada
jeringau merah didasarkan pada
pada identifikasi flavonoid
metode Chang. Prinsip yaitu reaksi
diketahui bukan merupakan
kompleksasi antara senyawa
senyawa flavonoid. Flavonoid
flavonoid dengan reagen AlCl3
merupakan senyawa polifenol
membentuk senyawa kompleks
yang seharusnya saat disemprot
aluminium (Al-Flavonoid), berupa
reagen FeCl3 juga memunculkan
larutan warna kuning sehingga
noda berwarna hitam. Teramati
dapat diukur dengan
dari kedua kromatogram pada
spektrofotometer visibel.
Gambar 11 dan Gambar 12, noda
Kompleks khelat ini terbentuk
oranye pada sinar UV 366 nm
pada gugus keto dan gugus
tidak memberikan warna hitam
hidroksil dari flavonoid.
setelah disemprot FeCl3, sehingga
Penambahan asam asetat
dapat disimpulkan bahwa noda
(CH3COONa) yaitu untuk
oranye tersebut bukan senyawa
menghasilkan pergeseran dan
flavonoid melainkan senyawa
intensitas peak absorban yang
fenolik yang lain. Mengacu pada
lebih kuat (Kusuma et al., 2010).
penelitian Ganjewala dan
Srivastava (2011) yang meneliti Langkah pertama yang dilakukan

tentang komposisi senyawa kimia yaitu menentukan panjang

dari Acorus spesies, maka gelombang maksimum dari

senyawa fenolik yang standar kuersetin. Skrining

kemungkinan terdapat di dalam dilakukan pada rentang 400-600


nm. Adapun dari hasil skrining kadar flavonoid total dari sampel
panjang gelombang diperoleh fraksi etil asetat rimpang jeringau
panjang gelombang maksimum merah untuk menentukan kadar
kuersetin yaitu 433,5 nm. kesetaraan kuersetin juga
Kandungan senyawa flavonoid dilakukan dengan menggunakan
pada sampel akan dihitung dalam panjang gelombang tersebut. Hasil
satuan mg QE(Quersetin pengukuran sampel fraksi etil
Equivalent)/gram sampel. asetat rimpang jeringau merah
pada konsentrasi 500 µg/mL
Persamaan kurva baku kuersetin
adalah 14,8836 ± 0,3590 mg
yang diperoleh yaitu y = 0,0357x -
QE/gram fraksi. Perhitungan dapat
0.0327 (nilai r=0,9997) dengan
dilihat pada Tabel 1.
panjang gelombang maksimum
433,5 nm. Adapun pengukuran

Tabel 1. Data Perhitungan Kadar Flavonoid Total Fraksi Etil Asetat


Rimpang Jeringau Merah.
Replikasi Absorbansi Kadar Mg QE / Rata-rata ± SD
(y) kesetaraan gram fraksi
kuersetin (x)
I 0,23480 7,4930 15,2918 14,8836 ± 0,3590
mg QE/g fraksi
II 0,22821 7,3084 14,6168

III 0,23045 7,3711 14,7423

Flavonoid merupakan golongan banyak jumlah dan sebarannya.


sen¬yawa fenolik alami terbesar Senyawa flavon ini mempunyai
selain fenol sederhana. Istilah kerangka 2 fenil kromon. Struktur
flavonoid digunakan untuk senyawa ini memiliki kerangka
senyawa-senyawa fenolik dari C6-C3-C6. Pengelompokan
jenis flavon, yaitu nama dari salah golongan flavonoid didasarkan
satu jenis flavonoid yang paling pada pola substitusi pada kedua
cincin aromatik dan pola yang 5. Penetapan Kadar Fenol Total
berbeda pada C3 menjadi flavon,
Kandungan senyawa fenol total
flavonol, flavanon, antosianidin,
secara kuantitatif diukur
katekin dan kalkon(Harborne,
menggunakan metode Folin
1987).
Ciocalteau. Metode ini
Etil asetat merupakan senyawa
berdasarkan prinsip yaitu Folin
yang bersifat semipolar dengan
Ciocalteau mengoksidasi senyawa
rumus CH3CH2OC(O)CH3
fenolat (garam alkali) atau gugus
sehingga diperkirakan dapat
fenolik-hidroksi mereduksi asam
menarik senyawa-senyawa kimia
heteropoli (fosfomolibdat-
yang bersifat polar maupun
fosfotungstat) dalam suasana basa
nonpolar(Snyder et al.,). Menurut
(dengan penambahan Na2CO3)
Harborne (1987) dalam penelitian
membentuk larutan berwarna biru
Mangkasa et al. (2018), etil asetat
yang dapat diukur dengan
dapat melarutkan senyawa
menggunakan spektrofotometri
semipolar pada dinding sel seperti
visibel (Alfian et al., 2012).
aglikon flavonoid. Aglikon
flavonoid di dalam tumbuhan Langkah pertama yang dilakukan

adalah polifenol yang mempunyai yaitu menentukan panjang

sifat kimia seperti senyawa fenol. gelombang maksimum dari

Adapun menurut Markham (1988) standar asam galat. Skrining

dalam penelitian Muhridja et dilakukan pada rentang 600-800

al.(2016), ekstraksi dengan nm. Adapun dari hasil skrining

menggunakan pelarut etil asetat panjang gelombang diperoleh

dapat mengikat flavonoid dengan panjang gelombang maksimum

kepolaran rendah seperti isoflavon, asam galat yaitu 757,5 nm.

flavanon, flavon metil dan Persamaan kurva baku asam galat


flavonol. yang diperoleh yaitu y = 0,0122x
+0,0544 (nilai r = 0,9988) dengan
menggunakan panjang gelombang menentukan kadar kesetaraan
maksimum 757,5 nm. Kandungan asam galat juga dilakukan dengan
senyawa fenolik pada sampel akan menggunakan panjang gelombang
dihitung dalam satuan mg tersebut. Hasil pengukuran total
GAE(Gallic Acid Equivalent) fenol fraksi etil asetat rimpang
/gram sampel. jeringau merah pada konsentrasi
100 µg/mL adalah 432,5710 ±
Adapun pengukuran kadar fenolik
12,0119 mg GAE/gram fraksi.
total dari sampel fraksi etil asetat
Perhitungan dapat dilihat pada
rimpang jeringau merah untuk
Tabel 2.

Tabel 2. Data Perhitungan Kadar Fenolik Total Fraksi Etil Asetat Rimpang
Jeringau Merah

Replikasi Absorbansi Kadar Mg GAE / Rata-rata ± SD


(y) kesetaraan gram fraksi
as.galat (x)
I 0,59581 44,5992 445,9918 432,5710 ± 12.0119
mg GAE/gram fraksi.
II 0,57025 42,2828 422,8279

III 0,57765 42,8893 428,8934

Fenol merupakan golongan dengan gula sebagai glikosida dan


senyawa yang berasal dari umumnya terdapat dalam vakuola
tumbuhan dan mempunyai ciri sel(62).
yaitu cincin aromatik yang
Perolehan kadar total fenol pada
mengandung satu atau lebih gugus
fraksi etil asetat rimpang jeringau
hidroksil (-OH). Kelarutan
merah merupakan yang paling
senyawa fenol cenderung mudah
tinggi dibandingkan dengan fraksi-
larut dalam air karena berikatan
fraksi yang lain. Hal ini merupakan pelarut semipolar
tergambarkan pada penelitian yang sehingga diperkirakan dapat
telah dilakukan oleh Srividya menarik senyawa-senyawa kimia
(2014), yang meneliti kandungan yang bersifat polar maupun
total fenolik pada berbagai fraksi nonpolar(Snyder et al., 1997). Etil
yaitu petroleum eter, kloroform, asetat dapat melarutkan senyawa
etil asetat, aseton dan air pada semipolar pada dinding sel seperti
rimpang tanaman jeringau putih aglikon flavonoid. Aglikon
(Acorus calamus). Hasil dari flavonoid di dalam tumbuhan
penelitian tersebut menyatakan adalah polifenol yang mempunyai
bahwa fraksi etil asetat memiliki sifat kimia seperti senyawa
kadar total fenol paling tinggi fenol(Mangkasa et al., 2018).
dibandingkan fraksi lainnya Menurut Markham (1988) dalam
(Srividya et al., 2014). penelitian Muhridja et al. (2016),
ekstraksi dengan menggunakan
pelarut semi-polar seperti
DISKUSI kloroform, dietil eter atau etil asetat

Hasil dari skrining fitokimia yang dapat mengikat flavonoid dengan

telah dilakukan pada ekstrak etanol kepolaran rendah seperti isoflavon,

rimpang jeringau merah (Acorus flavanon, flavon metil dan

sp.) oleh Safrina et al. (2018) flavonol.

positif mengandung golongan Senyawa fenolik dan flavonoid


senyawa alkaloid, minyak atsiri, memiliki banyak aktivitas biologis
fenol, tanin, flavonoid, dan seperti antiinflamasi, antimikroba,
saponin. Sedangkan penelitian oleh penghambat enzim, antiulcer,
Srividya (2014) menyatakan bahwa antioksidan, dan lain-lain(Srividya
pada sampel fraksi etil asetat dari et al., 2014). Aktivitas antioksidan
ekstrak hidroetanol rimpang yang sangat kuat dari fraksi etil
jeringau putih (Acorus calamus) asetat rimpang jeringau merah
menunjukkan adanya senyawa didukung oleh adanya senyawa
alkaloid, saponin, triterpinoid, flavonoid dan fenolik di dalamnya.
glikosida, flavonoid dan fenolik Menurut Rafi et al. (2012),
(Srividya et al., 2014). Etil asetat senyawa fenolik memiliki korelasi
dengan aktivitas antioksidan suatu pada penelitian ini, diduga terdapat
sampel. Umumnya, dengan golongan senyawa fenolik lain
meningkatnya senyawa fenolik yang terdapat dalam sampel fraksi
(fenol sederhana ataupun polifenol) etil asetat rimpang jeringau merah.
maka aktivitas antioksidan yang Kadar flavonoid dan fenol total dari
dimiliki juga akan tinggi. fraksi etil asetat yaitu berturut-turut
Flavonoid juga tergolong ke dalam 14,8836 ± 0,3590 mg QE/g sampel
senyawa polifenol(Rafi et al., dan 432,5710 ± 12.0119 GAE/g
2012). Atom hidrogen dari gugus sampel, sehingga diketahui bahwa
OH fenolik yang dapat secara cepat terdapat senyawa fenolik lain yang
ditangkap oleh radikal bebas bukan dari jenis flavonoid. Hal ini
(donor proton hidrogen) juga didukung hasil profil
menyebabkan senyawa-senyawa kromatogram yang dilihat pada UV
fenolik berpotensi sebagai 366 nm yang menghasilkan warna
antioksidan. Selain itu aktivitas bercak oranye pekat yang bukan
antioksidan juga dipengaruhi oleh merupakan ciri bercak noda
ikatan rangkap dan gugus karbonil flavonoid yang seharusnya
dari cincin heterosiklik dari berwana kuning. Oleh karena itu,
struktur inti yang yang dapat dapat disarankan untuk penelitian
meningkat¬kan aktivitas selanjutnya untuk mengkaji lebih
antioksidan dengan menstabil¬kan jauh tentang komponen senyawa
radikal fenolik melalui konjugasi pada fraksi etil asetat rimpang
dan delokalisasi elektron(Heim et jeringau merah, terutama senyawa
al., 2002). berpotensi yang memiliki aktivitas
antioksidan.
Dilihat pada hasil pengukuran
kadar total fenol dan flavonoid

KESIMPULAN yaitu 14,8836 ± 0,3590 mg


QE/gram fraksi dan 432.5710 ±
Fraksi etil asetat dari ekstrak etanol
12.0119 mg GAE/gram fraksi.
rimpang jeringau merah (Acorus
sp.) memiliki kadar total flavonoid
dan kadar total fenol berturut-turut
DAFTAR PUSTAKA Journal Nutr. Biochem.
2002; 13: 572-584
Alfian R, Susanti H. Penetapan Kadar
Jork H, Funk W, Fischer W, Wimmer
Fenolik Total Ekstrak
H. Thin-Layer
Metanol Kelopak Bunga
Chromatography:Reaction
Rosella Merah (Hibiscus
and Detection Methods.
sabdariffa Linn) dengan
Germany : VCH ; 1990. 147-
Variasi Tempat Tumbuh
148
secara Spektrofotometri.
Kusuma AT, Adelah A, Abidin Z,
Jurnal Keilmiahan Farmasi.
Najib A. Penentuan Kadar
2012 ; 2(1) : 73-80
Flavonoid Ekstrak Etil
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Asetat Daun Sukun
Barat. Surveilans Terpadu
(Artocarpus artilis). Jurnal
Penyakit Berbasis
ad-Dawaa’. 1(1) : 25-31
Puskesmas. Pontianak:
Li KS, Wah CS. Antioxidant and
Dinkes Kalbar; 2011
antibacterial activity of
Ganjewala D, Srivastava AK. An
Acorus calamus. L leaf and
Update on Chemical
rhizome extract. Jurnal Gizi
Composition and
Klinik Indonesia. 2017;
Bioactivities of Acorus
13(4): 144-158)
species. Asian Journal of
Mangkasa MY, Rorong JA, Wuntu
Plant Sciences. 2011 ; 10(3)
AD. Uji Fitokimia Dan
: 182-189
Aktivitas Antioksidan Dari
Harborne JB. Metode Fitokimia:
Ekstrak Daun Bawang Kucai
Penuntun Cara Modern
(Allium Tuberosum Rottl.
Menganalisis Tumbuhan,
Ex Spreng) Menggunakan
Edisi Kedua.
Spektrofotometer UV-Vis.
Bandung :Penerbit ITB ;
Jurnal Pharmacon. 2018 ;
1987. 239
7(4) : 12-22
Heim KC, Tagliafero AR. Flavonoid
Muhridja M, Bialangi N, Musa WJA.
Antioxidant:Chemistry,
Isolasi dan Karakterisasi
Metabolism and Structure-
Senyawa Aktif Repellent
activity relationships.
Nyamuk dari Ekstrak Edition. New York: John
Rimpang Jeringau (Acorus Wiley dan Sons, Lnc. ; 1997.
calamus). Jurnal Entropi. 722-723.
2016 ; 11(2) : 1376-1384 Sofyan A, Widodo E, Natsir H.
Purwaningsih. Budidaya dan Komponen Bioaktif,
Pengembangan Jeringau Aktivitas Antioksidan dan
Merah (Acorus sp.) Profil Asam Lemak Ekstrak
Endemik Kalimantan Barat Rimpang Jeringau Merah
sebagai Fitofarmaka (Acorus Sp) dan Jeringau
Imunostimulan. Laporan Putih (Acorus Calamus).
Penelitian Dana DIPA Jurnal Teknologi Pertanian.
UNTAN ; 2009 2017 ; 18(3) : 173-180
Rafi M, Widyastuti N, Srividya AR, Aishwaria SN,
Suradikusumah E, Vishnuvarthan VJ.
Darusman LK. Aktivitas Evaluation of Antioxidant,
Antioksidan, Kadar Fenol Antimicrobial and
dan Flavonoid Total dari Cytotoxicity Activity of
Enam Tumbuhan Obat di Hydroethanolic Extract and
Indonesia. Jurnal Bahan its Fractions of Acorus
Alam Indonesia. 2012 ; 8(3) calamus linn. International
: 159-165 Journal for Pharmaceutical
Safrina N, Susanti R, Sari R. Uji Efek Research Scholars (IJPRS).
Antiinflamasi Ekstrak 2014; 3(1): 114-125
Etanol Rimpang Jeringau
Merah (Acorus Sp.)
terhadap Radang Kaki Tikus
Jantan Galur Wistar yang
Diinduksi Karagenan. CDK-
265. 2018 ; 45(6) : 409-413
Snyder CR, Kirkland JJ, Glajach JL.
Practical HPLC Method
Development. Second

Anda mungkin juga menyukai