Anda di halaman 1dari 3

Nama : Vera Syahrinisya

S1 Keperawatan VA

Resume Atresia Ani

Atresia ani atau anus imperforata adalah kelainan kongenital yang menyebabkan anus tidak
terbentuk dengan sempurna. Akibatnya, penderita tidak dapat mengeluarkan tinja secara
normal. Kondisi ini biasanya terjadi akibat gangguan perkembangan saluran cerna janin saat
usia kehamilan 5–7 minggu. 

Penyebab Atresia Ani


Atresia ani merupakan salah satu bentuk kelainan kongenital. Penyebab terjadinya atresia ani
belum diketahui secara pasti. Atresia ani terjadi secara acak dan bisa dialami oleh siapa saja.
Namun, ada dugaan yang mengaitkan kondisi dengan kelainan genetik.
Atresia ani juga sering muncul bersamaan dengan kondisi VACTREL, yaitu kelompok
kelainan kongenital yang dapat memengaruhi berbagai sistem tubuh. VACTREL adalah
singkatan dari vertebral defects, anal atresia, cardiac defects, tracheoesophageal fistula, renal
anomalies, dan limb defects.

Faktor risiko atresia ani


Belum diketahui ada tidaknya faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya atresia ani.
Namun, kondisi ini lebih sering terjadi pada bayi laki-laki. Bayi yang mengalami atresia ani
juga bisa mengalami kelainan bawaan lain, termasuk gangguan saluran pencernaan, gangguan
saluran kemih, dan kelainan VACTREL.

Gejala Atresia Ani


Atresia ani ditandai dengan bentuk rektrum (bagian akhir usus besar) sampai lubang anus
bayi tidak berkembang dengan sempurna.
Atresia ani terdiri dari beberapa bentuk, yaitu:
 Lubang anus menyempit atau tertutup total
 Rektrum tidak terhubung dengan usus besar
 Terbentuk fisula atau saluran yang menghubungkan rektum dengan kandung kemih,
uretra, pangkal penis, atau vagina
Pada kondisi normal, perkembangan lubang anus, saluran kemih, dan kelamin, pada janin
terjadi pada trimester pertama kehamilan atau saat usia kehamilan mencapai 7–8 minggu.
Atresia ani terjadi jika perkembangan organ-organ ini mengalami gangguan pada masa ini.
Bayi yang mengalami atresia ani umumnya memiliki gejala sebagai berikut:
 Lubang anus tidak berada di tempat yang semestinya, atau tidak justru lahir tanpa
lubang anus
 Lubang anus sangat dekat dengan vagina pada bayi perempuan
 Tinja pertama (mekonium) tidak keluar dalam jangka waktu 24–48 jam setelah lahir
 Perut tampak membesar
 Tinja keluar dari vagina, pangkal penis, skrotum, atau uretra

Diagnosis Atresia Ani


Saat bayi baru lahir, dokter atau petugas medis akan melakukan pemeriksaan bayi baru
lahiryang menyeluruh termasuk memastikan ada tidaknya lubang anus. Jika saat pemeriksaan
tidak ditemukan lubang anus, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan lanjutan
untuk memastikan kondisi bayi.
Atresia ani merupakan kelainan bawaan lahir akibat adanya gangguan perkembangan janin.
Ada beberapa kelainan bawaan lahir lain yang bisa muncul bersamaan dengan kondisi ini,
yaitu:
 Kelainan pada saluran urine dan ginjal
 Kelainan pada tulang belakang
 Kelainan pada saluran pernapasan
 Kelainan pada kerongkongan
 Kelainan pada lengan dan tungkai
 Sindrom Down
 Penyakit jantung bawaan
 Penyakit Hirschsprung
 Atresia duodenum (kelainan pada usus halus)

Pengobatan Atresia Ani


Pengobatan atresia ani bertujuan untuk memperbaiki kondisi anus agar bayi bisa hidup
normal. Sebelum dilakukan pengobatan lebih lanjut, bayi yang tidak memiliki lubang anus
akan diberi asupan nutrisi dan cairan melalui cairan infus. Jika ada fistula yang terbentuk
pada saluran kemih yang berisiko meningkatkan terjadinya infeksi, dokter mungkin akan
memberikan antibiotik.
Secara umum, pilihan pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi atresia ani adalah:
 Operasi
Operasi merupakan metode pengobatan utama untuk mengatasi atresia ani. Tujuan operasi
adalah untuk membuat fungsi saluran pencernaan berjalan dengan normal. Jenis operasi yang
dilakukan tergantung dari gejala, usia, jenis dan kerumitan bentuk atresia ani yang terjadi,
serta kondisi kesehatan bayi.
Beberapa jenis operasi yang bisa dilakukan untuk mengatasi atresia ani adalah:
 Kolostomi, yaitu pembuatan lubang (stoma) di dinding perut yang sebagai saluran
pembuangan sementara. Kotoran yang keluar dari stoma akan ditampung di sebuah
kantung (colostomy bag).
 Pull through, yaitu operasi untuk menyambungkan bagian rektum dan anus. Biasanya
operasi ini dilakukan beberapa bulan setelah operasi kolostomi pertama.
Penutupan kolostomi, yaitu operasi lanjutan untuk menutup stoma, sehingga pasien bisa
mulai membuang kotoran melalui rektum dan anus.
 Anoplasti perineum, yaitu operasi untuk menutup fistula yang terhubung dengan
saluran kemih atau vagina. Prosedur ini bertujuan untuk membuat lubang anus berada
di posisi yang seharusnya..
Setelah menjalani operasi, penderita atresia ani disarankan untuk mengatur pola makan,
seperti mengonsumsi makanan tinggi serat dan suplemen serta vitamin. Hal ini bertujuan agar
penderita tidak mengalami sembelit.
Komplikasi Atresia Ani
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat atresia ani atau setelah tindakan operasi
adalah:
 Konstipasi
 Robekan (perforasi) usus
 Infeksi saluran kemih
 Inkontinensia tinja atau urine
 Penyempitan anus (stenosis anus)

Pencegahan Atresia Ani
Atresia ani merupakan kelainan bawaan atau kongenita, sehingga sulit dicegah. Namun, ibu
hamil dapat melakukan beberapa langkah di bawah ini untuk menurunkan risiko terjadinya
kelainan pada janin:
Melakukan pemeriksaan genetik ke dokter jika memiliki riwayat atresia ani atau kelainan
kongenital lainnya sebelum merencanakan kehamilan
Mengonsumsi makanan yang sehat, tidak merokok, serta tidak mengonsumsi minuman
beralkohol dan obat-obatan di luar anjuran dokter selama hamil
Melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin dan mengonsumsi suplemen sesuai ajuran
dokter

Anda mungkin juga menyukai