Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIARE

Dosen Pembimbing : Anja Hesnia K.,M.Kep.,Sp. KMB

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4:


1. Adinda Vici Pandulum (151001002)
2. Daniel Tanaem (151001007)
3. Faridatul Umroh (151001014)
4. Fitri Fajarwati (151001016)
5. Galih Puji Prasetyo (151001017)
6. Hasri Provitasari (151001019)
7. Irma Maulinda D (151001021)
8. Makfiatul Abadyah (151001023)
9. Nisa’ul Ilmi C A (151001030)
10. Novitha Anggun P S (151001032)
11. Putri Ayu Natalia (151001037)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PEMKAB JOMBANG S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2017/2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami mengucapkan kehadirat Allah SWT atas segalanya berkat limpahan
rahmatnya yang mana telah memberikan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalahaskep yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diare”.
Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan baik dari segi
penulisan, isi dan juga penggunaan tata bahasa yang baik dalam penulisan makalah ini.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen pembimbing Anja Hesnia K.,M.Kep.,Sp.KMB

Akhir dengan rendah hati dan hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya, semoga
Allah SWT memberi berkahnya bagi kita semua. Amiin

Penyusun

Jombang, 27 November 2017

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah ..............................................................................................2

1.3 Tujuan................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi...............................................................................................................3

2.2 Klasifikasi..........................................................................................................4

2.3 Etiologi...............................................................................................................5

2.4 Patofisiologi ......................................................................................................6

2.5 Pathway/WOC....................................................................................................8

2.6 Manifestasi Klinis..............................................................................................8

2.7 Komplikasi.......................................................................................................10

2.8 Pemeriksaan Penunjang...................................................................................11

2.9 Pencegahan ......................................................................................................14

2.10 Penatalaksanaan.............................................................................................15

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

3.1 Pengkajian........................................................................................................16

3.2 Diagnosa Keperawatan ....................................................................................18

3.3 Intervensi Keperawatan....................................................................................20

3.4 Implementasi ...................................................................................................22

3.5 Evaluasi ...........................................................................................................24

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian........................................................................................................25

iii
4.2 Diagnosa Keperawatan ....................................................................................28

4.3 Intervensi Keperawatan....................................................................................30

4.4 Implementasi ...................................................................................................32

4.5 Evaluasi ...........................................................................................................33

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan .....................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................36

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih
tinggi . Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460
balita setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di
Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi
bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode
diare sebanyak 1,6 – 2 kali per tahun. Pada tahun 2004, angka kematian akibat diare
23 per 100 ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006
sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi melaporkan KLB (kejadian luar biasa) diare di
wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya
menyebabkan kematian (Anonim, 2009).

Di negara berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3 juta


penduduk setiap tahun. WHO memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus diare akut
setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun. Bila angka itu diterapkan di
Indonesia, setiap tahun sekitar 100 juta episode diare pada orang dewasa per tahun.
Penyebabnya antara lain Vibrio cholera, Salmonella spp, Shigella ssp, Vibrio NAG, V.
Parahaemolyticus, Campylobacter jejuni, V. Cholera non-01, dan Salmonella
paratyphi A (Zein dkk, 2004).
Upaya pengobatan penderita diare sebagian besar adalah dengan terapi rehidrasi
atau dengan pemberian oralit untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat adanya
dehidrasi. Tetapi 10-20% penyakit diare disebabkan oleh infeksi sehingga memerlukan
terapi antibiotika (Triadmodjo, 1996).

Penggunaan antibiotik pada pasien seharusnya berdasarkan pertimbangan medis


untuk mencapai efek terapi yang terbaik bagi pasien. Penggunaan antibiotik yang tidak
rasional dapat menyebabkan resistensi dimana bakteri akan memberikan perlawanan
terhadap kerja antibiotika. Selain itu juga dapat terjadi supra infeksi yang biasanya
timbul pada penggunaan antibiotik berspektrum luas dalam waktu yang lama
(Widjajanti, 1989).

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Diare ?
2. Apa penyebab dari Diare ?
3. Bagaimana proses terjadinya Diare ?
4. Bagaimana tanda dan gejala Diare ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan Diare ?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui apa itu Diare
2. Mengetahui penyebab dari Diare
3. Mengetahui proses terjadi Diare
4. Mengetahui tanda dan gejala Diare
5. Mengetahui asuhan keperawatan Diare

BAB II
2
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Diare adalah peningkatan dalam frekuensi buang air besar (kotoran), serta pada
kandungan air dan volume kotoran itu. Para Odha sering mengalami diare. Diare dapat
menjadi masalah berat. Diare yang ringan dapat pulih dalam beberapa hari. Namun,
diare yang berat dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan) atau masalah gizi
yang berat (Yayasan Spiritia, 2011)

Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau
lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara
untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24
jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam
(Juffrie, 2010).

Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam satu
hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang mengalami
diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini
membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa,
khususnya pada anak dan orang tua (USAID, 2009)

Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu


penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek
sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa,
yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau
tinja yang berdarah. Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita, terutama
pada 3 tahun pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode
diare berat (Simatupang, 2004).

Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, diare diartikan sebagai buang air besar
yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4
kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, frekuensinya lebih
dari 3 kali (Simatupang, 2004)

3
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g
atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar
encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai
lendir dan darah (Guerrant, 2001; Ciesla, 2003)

2.2 KLASIFIKASI
Penyakit diare secara umum dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Diare akut
Diare akut adalah diare yang terjadinya mendadak dan berlangsung kurang dari dua
minggu. Gejalanya antara lain: tinja cair, biasanya mendadak, disertai lemah dan
kadang-kadang demam atau muntah. Biasanya berhenti atau berakhir dalam
beberapa jam sampai beberapa hari. Diare akut dapat terjadi akibat infeksi virus,
infeksi bakteri, akibat makanan (Anonim, 1997).
2. Diare kronis
Diare kronis adalah diare yang melebihi jangka waktu 15 hari sejak awal diare.
Batasan waktu 15 hari tersebut semata-mata suatu kesepakatan, karena banyaknya
usul untuk menentukan batasan waktu diare kronis (Daldiyono, 1997). Berdasarkan
ada tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi 2 yaitu diare spesifik dan diare non
spesifik. Diare spesifik adalah diare yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri,
atau parasit. Diare non spesifik adalah diare yang disebabkan oleh makanan
(Akhmadi, 2009).
Menurut Kliegman, Marcdante dan Jenson (2006), dinyatakan bahwa berdasarkan
banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, diare dapat dibagi menjadi :
1. Diare tanpa dehidrasi
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi diare
masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.
2. Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang-kadang
muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan menurun,
aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau takikardia yang
minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.
3. Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)

4
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang kurang atau
langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak
kering, air mata berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2 detik)
dengan kulit yang dingin yang dingin dan pucat.
4. Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan
biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang
melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan urin,
mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata,
tidak mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya menurun dan juga
masa pengisian kapiler sangat memanjang (≥ 3 detik) dengan kulit yang dingin dan
pucat.

2.3 ETIOLOGI
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar, tetapi
yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan
infeksi dan keracunan. Untuk mengenal penyebab diare yang dikelompokan sebagai
berikut: (Lebenthal, 1989; Daldiyono, 1990; Dep Kes RI, 1999; Yatsuyanagi, 2002)

1. Infeksi
a. Enteral :
1) Bakteri (Shigella, Salmonella, E.Coli, Golongan vibrio, Bacillus Cereus,
Clostridium perfringens, Staphilococ Usaurfus,Camfylobacter, Aeromonas)
2) Virus (Rotavirus, Norwalk + Norwalk like agent, Adenovirus)
3) Parasit
- Protozoa (Entamuba Histolytica, Giardia Lambia, Balantidium Coli, Crypto
Sparidium)
- Cacing perut (Ascaris, Trichuris, Strongyloides, Blastissistis Huminis)
- Bacilus Cereus, Clostridium Perfringens
b. Parenteral :
1) ISPA
- ISPA (atas)
- Bronkopneomoni
- Meningitis

5
2) ISK (Infeksi Saluran Kemih)
3) OMA (Otitis Media Akut)
c. Malabsorpsi : karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak atau protein.
d. Makanan : alergi makanan, makanan basi
e. Keracunan :
1) Keracunan bahan-bahan kimia
2) Keracunan oleh racun yang dikandung dan diproduksi :
- Jazad renik, Algae
- Ikan, Buah-buahan, Sayur-sayuran
f. Imunodefisiensi / imunosupresi (kekebalan menurun) : Aids dll
g. Sebab-sebab lain: Faktor lingkungan dan perilaku, Psikologi: rasa takut dan
cemas
2.4 PATOFISIOLOGI
Fungsi utama dari saluran cerna adalah menyiapkan makanan untuk keperluan
hidup sel, pembatasan sekresi empedu dari hepar dan pengeluaran sisa-sisa makanan
yang tidak dicerna. Fungsi tadi memerlukan berbagai proses fisiologi pencernaan yang
majemuk, aktivitas pencernaan itu dapat berupa: (Sommers,1994; Noerasid,
1999 citSinthamurniwaty 2006).
1. Proses masuknya makanan dari mulut kedalam usus.
2. Proses pengunyahan (mastication) : menghaluskan makanan secara mengunyah
dan mencampur.dengan enzim-enzim di rongga mulut.
3. Proses penelanan makanan (diglution) : gerakan makanan dari mulut ke gaster.
4. Pencernaan (digestion) : penghancuran makanan secara mekanik, percampuran dan
hidrolisa bahan makanan dengan enzim-enzim.
5. Penyerapan makanan (absorption): perjalanan molekul makanan melalui selaput
lendir usus ke dalam. sirkulasi darah dan limfe.
6. Peristaltik: gerakan dinding usus secara ritmik berupa gelombang kontraksi
sehingga makanan bergerak dari lambung ke distal.
7. Berak (defecation) : pembuangan sisa makanan yang berupa tinja.
Dalam keadaan normal dimana saluran pencernaan berfungsi efektif akan
menghasilkan ampas tinja sebanyak 50-100 gr sehari dan mengandung air sebanyak
60-80%. Dalam saluran gastrointestinal cairan mengikuti secara pasif gerakan
bidireksional transmukosal atau longitudinal intraluminal bersama elektrolit dan zat
zat padat lainnya yang memiliki sifat aktif osmotik. Cairan yang berada dalam saluran

6
gastrointestinal terdiri dari cairan yang masuk secara per oral, saliva, sekresi lambung,
empedu, sekresi pankreas serta sekresi usus halus. Cairan tersebut diserap usus halus,
dan selanjutnya usus besar menyerap kembali cairan intestinal, sehingga tersisa kurang
lebih 50-100 gr sebagai tinja.
Menurut Suriadi (2001), patofisiologi dari Gastroenteritis adalah meningkatnya
motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan
absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan, cairan sodium, potasium
dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler kedalam tinja, sehingga
mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolik.
Diare yang terjadi merupakan proses dari transpor aktif akibat rangsangan toksin
bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus, sel dalam mukosa intestinal
mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme
yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga mengurangi fungsi
permukaan intestinal. Perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi
cairan dan elektrolit. Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk
mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan ini terjadi pada sindrom
malabsorbsi. Peningkatan motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi
intestinal.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ada 3 macam yaitu:
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan dalam rongga yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri kambuh berlebihan,
selanjutnya timbul diare pula.
Dari ketiga mekanisme diatas menyebabkan :
a. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolik hipokalemia)

7
b. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)
c. Hipoglikemia
d. Gangguan sirkulasi darah
2.5 Pathway/WOC

2.6 MANIFESTASI KLINIS


1. Menurut Suriadi (2001), Manifestasi klinis diare yaitu
a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
b. Kram perut

8
c. Demam
d. Mual
e. Muntah
f. Kembung
g. Anoreksia
h. Lemah
i. Pucat
j. Urin output menurun (oliguria, anuria)
k. Turgor kulit menurun sampai jelek
l. Ubun-ubun / fontanela cekung
m. Kelopak mata cekung
n. Membran mukosa kering
2. Gejala Diare menurut Kliegman (2006), yaitu:
Tanda-tanda awal dari penyakit diare adalah bayi dan anak menjadi gelisah dan
cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada,
kemudian timbul diare. Tinja akan menjadi cair dan mungkin disertai dengan
lendir  ataupun darah. Warna tinja bisa lama-kelamaan berubah menjadi kehijau-
hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena
seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat banyaknya
asam laktat yang berasal darl laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus selama
diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan
oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa
dan elektrolit (Kliegman, 2006).
Menurut Kliegman, Marcdante dan Jenson (2006), dinyatakan bahwa berdasarkan
banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, diare dapat dibagi menjadi :
a. Diare tanpa dehidrasi
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi
diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.
b. Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang-
kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan
menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau
takikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.
c. Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)

9
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang kurang atau
langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata cowong, ubun-ubun besar
menjadi cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit
tampak kering, air mata berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2
detik) dengan kulit yang dingin yang dingin dan pucat.
d. Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan
biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang
melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan
urin, mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air
mata, tidak mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya menurun
dan juga masa pengisian kapiler sangat memanjang (≥ 3 detik) dengan kulit yang
dingin dan pucat.
2.7 KOMPLIKASI
Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis, sehingga syok
hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat timbul Tubular
Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini
dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat sehingga tidak
tecapai rehidrasi yang optimal. (Nelwan, 2001; Soewondo, 2002; Thielman &
Guerrant, 2004)
1. Haemolityc uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi yang disebabkan terbanyak
oleh EHEC. Pasien dengan HUS menderita gagal ginjal, anemia hemolisis, dan
trombositopeni 12-14 hari setelah diare. Risiko HUS akan meningkat setelah
infeksi EHEC dengan penggunaan obat anti diare, tetapi penggunaan antibiotik
untuk terjadinya HUS masih kontroversi.Sindrom Guillain – Barre, suatu
demielinasi polineuropati akut, adalah merupakan komplikasi potensial lainnya dari
infeksi enterik, khususnya setelah infeksi C. jejuni. Dari pasien dengan Guillain –
Barre, 20 – 40 % nya menderita infeksi C. jejunibeberapa minggu sebelumnya.
Biasanya pasien menderita kelemahan motorik dan memerlukan ventilasi mekanis
untuk mengaktifkan otot pernafasan. Mekanisme dimana infeksi menyebabkan
Sindrom Guillain – Barre tetap belum diketahui.Artritis pasca infeksi dapat terjadi
beberapa minggu setelah penyakit diare karena Campylobakter, Shigella,
Salmonella, atau Yersinia sppMenurut SPM Kesehatan Anak IDAI (2004) dan
SPM Kesehatan Anak RSUD Wates (2001),

10
Beberapa komplikasi dari diare menurut Suriadi (2001 ) yaitu: 
2. Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic
3. Syok Hipovolemik
4. Kejang
5. Sepsis
6. Gagal Ginjal Akut
7. Ileus Paralitik
8. Malnutrisi
9. Gangguan tumbuh kembang
10. Hipokalemia (dengan gejala matiorisme hipotoni oto lemah bradikardi perubahan
elektrokardiogram)
11. Hipoklasemia
12. Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan hipokalsemia
13. Hiponatremi
2.8 PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan pada diare adalah sebagai berikut :
1. Lekosit Feses (Stool Leukocytes): Merupakan pemeriksaan awal terhadap diare
kronik. Lekosit dalan feses menunjukkan adanya inflamasi intestinal. Kultur
Bacteri dan pemeriksaan parasit diindikasikan untuk menentukan adanya infeksi.
Jika pasien dalam keadaan immunocompromisedd, penting sekali kultur organisma
yang tidak biasa seperti Kriptokokus,Isospora dan M.Avium Intracellulare. Pada
pasien yang sudah mendapat antibiotik, toksin C difficle harus diperiksa.
2. Volume Feses: Jika cairan diare tidak terdapat lekosit atau eritrosit, infeksi enteric
atau imfalasi sedikit kemungkinannya sebagai penyebab diare. Feses 24 jam harus
dikumpulkan untuk mengukur output harian. Sekali diare harus dicatat (>250
ml/day), kemudian perlu juga ditentukan apakah terjadi steatore atau diare tanpa
malabsorbsi lemak.
3. Mengukur Berat dan Kuantitatif fecal fat pada feses 24 jam: Jika berat feses
>300/g24jam mengkonfirmasikan adanya diare. Berat lebih dari 1000-1500 gr
mengesankan proses sektori. Jika fecal fat lebih dari 10g/24h menunjukkan proses
malabsorbstif.
4. Lemak Feses : Sekresi lemak feses harian < 6g/hari. Untuk menetapkan suatu
steatore, lemak feses kualitatif dapat menolong yaitu >100 bercak merak orange per
½ lapang pandang dari sample noda sudan adalah positif. False negatif dapat terjadi

11
jika pasien diet rendah lemak. Test standard untuk mengumpulkan feses selama 72
jam biasanya dilakukan pada tahap akhir. Eksresi yang banyak dari lemak dapat
disebabkan malabsorbsi mukosa intestinal sekunder atau insufisiensi pancreas.
5. Osmolalitas Feses : Dipeerlukan dalam evaluasi untuk menentukan diare osmotic
atau diare sekretori. Elekrolit feses Na,K dan Osmolalitas harus diperiksa.
Osmolalitas feses normal adalah –290 mosm. Osmotic gap feses adalah 290 mosm
dikurangi 2 kali konsentrasi elektrolit faeces (Na&K) dimana nilai normalnya <50
mosm. Anion organic yang tidak dapat diukur, metabolit karbohidrat primer
(asetat,propionat dan butirat) yang bernilai untuk anion gap, terjadi dari degradasi
bakteri terhadap karbohidrat di kolon kedalam asam lemak rantai pendek.
Selanjutnya bakteri fecal mendegradasi yang terkumpul dalam suatu tempat. Jika
feses bertahan beberapa jam sebelum osmolalitas diperiksa, osmotic gap seperti
tinggi. Diare dengan normal atau osmotic gap yang rendah biasanya menunjukkan
diare sekretori. Sebalinya osmotic gap tinggi menunjukkan suatu diare osmotic.
6. Pemeriksaan parasit atau telur pada feses : Untuk menunjukkan adanya Giardia E
Histolitika pada pemeriksaan rutin. Cristosporidium dan cyclospora yang dideteksi
dengan modifikasi noda asam.
7. Pemeriksaan darah : Pada diare inflamasi ditemukan lekositosis, LED yang
meningkat dan hipoproteinemia. Albumin dan globulin rendah akan
mengesankansuatu protein losing enteropathy akibat inflamasi intestinal. Skrining
awal CBC,protrombin time, kalsium dan karotin akan menunjukkan abnormalitas
absorbsi. Fe,VitB12, asam folat dan vitamin yang larut dalam lemak (ADK).
Pemeriksaan darah tepi menjadi penunjuk defak absorbsi lemak pada stadium
luminal, apakah pada mukosa, atau hasil dari obstruksi limfatik postmukosa.
Protombin time,karotin dan kolesterol mungkin turun tetapi Fe,folat dan albumin
mengkin sekali rendaah jika penyakit adalah mukosa primer dan normal jika
malabsorbsi akibat penyakit mukosa atau obstruksi limfatik.
8. Tes Laboratorium lainnya: Pada pasien yang diduga sekretori maka dapat diperiksa
seperti serum VIP (VIPoma), gastrin (Zollinger-Ellison Syndrome), calcitonin
(medullary thyroid carcinoma), cortisol (Addison’s disease), anda urinary 5-HIAA
(carcinoid syndrome).
9. Diare Factitia : Phenolptalein laxatives dapat dideteksi dengan alkalinisasi feses
dengan NaOH yang kan berubah warna menjadi merah. Skrining laksatif feses
terhadap penyebab lain dapat dilakukan pemeriksaan analisa feses lainnya.

12
Diantaranya Mg,SO4 dan PO4 dapat mendeteksi katartik osmotic seperti
MgSO4,mgcitrat Na2 SO4 dan Na2 PO4.
Pemeriksaan Penunjang Lain
1. Biopsi Usus Halus
Biopsi usus halus diindikasikan pada (a) pasien dengan diare yang tidak dapat
dijelaskan atau steatore,(b) anemia defisiensi Fe yang tidak dapat dijelaskan yang
mungkin menggambarkan absorbsi Fe yang buruk pada celiac spure dan (c)
Osteoporosis idiopatik yang menggambarkan defisiensi terisolasi terhadap absorbs
kalsium.
2. Enteroskopi Usus Halus
Memerlukan keterampilan khusus yang dapat membantu menidentifikasi lesi pada
usus halus.
3. Protosigmoidoskopi dengan Biopsi Mukosa
Pemeriksaan ini dapat membantu dalam mendeteksi IBD termasuk colitus
mikroskopik, melanosis coli dan indikasi penggunaan kronis anthraguinone laksatif.
4. Rangkaian Pemeriksaan Usus Halus
Pemeriksaan yang optimal diperlukan bagi klinisi untuk mengetahui segala sesuatu
ayng terjadi di abdomen. Radiologis dapat melakukan flouroskopi dalam
memeriksa keseluruhan bagian usus halus atau enteroclysis yang dapat menjelaskan
dalam 6 jam pemeriksaan dengan interval 30 menit. Tube dimasukkan ke usus
halus melewati ligamentum treitz, kemudian diijeksikan suspensi barium melalui
tube dan sesudah itu 1-2 liter 0,5% metil selulosa diinjeksikan.
5. Imaging
Penyebab diare dapat secara tepat dan jelas melalui pemeriksaan imaging jika
diindikasikan. Klasifikasi pada radiografi plain abdominal dapat mengkonfirmasi
pankreatitis kronis. Studi Seri Gastrointestinal aatas atau enterokolosis dapat
membantu dalam mengevaluasi Chron’s disease, Limfoma atau sindroma carcinoid.
Kolososkopi dapat membantu mengevaluasi IBD. Endoskopi dengan biopsy usus
halus berguna dalam mendiagnosa dugaan malabsorbsi akibat penyakit pada
mukosa. Endoskopi dengan aspirasi duodenum dan biopsy usus halus berguna pada
pasien AIDS, Cryptosporidium, Mccrosporida, Infeksi M Avium Intraseluler. CT
Abdpminal dapat menolong dalam mendeteksi pankreatitis kronis atau endokrin
pancreas.
Pemeriksaan penunjang diare menurut Suriadi (2001 ) adalah :

13
1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan.
2. Pemeriksaan intubasi duodenum.
3. Pemeriksaan elektrolit dan creatinin.
4. Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa, dan adanya darah.

Adapun Pemeriksaan penunjang yang lain menurut Mansjoer (2000 )

1. Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis PH dan kadar gula juga ada
intoleransi gula biarkan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji retensi
terhadap berbagai antibiotik.
2. Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD), elektrolit
( terutama Na, K, Ca, P Serum pada diare yang disertai kejang ).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
4. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan
kualitatif terutama pada diare kronik.
2.9 PENCEGAHAN DIARE
Dalam pencegahan diare bebrapa upaya yang mudah dilakukan yaitu:
1. Penyiapan makanan yang higienis seperti menjaga kebersihan makanan atau
minuman yang kita makan, tutuplah makanan rapat-rapat agar terhindar dari lalat
dan kebersihan perabot makan.
2. Penyediaan air minum yang bersih yaitu dengan cara merebus air minum hingga
mendidih
3. Sanitas air yang bersih
4. Kebersihan peorangan
5. Cucilah tangan sebelum makan, mengolah makanan juga setelah buang air besar.
Karena penularan kontak langsung dari tinja melalui tangan/serangga, maka
menjaga kebersihan dengan menjadikan kebiasaan mencuci tangan untuk
seluruhanggota keluarga. Cucilah tangan sebelum makan dengan sabun.
6. Biasakan buang air besar pada tempatnya (WC, toilet, jamban)
7. Tempat buang sampah yang memadai yaitu memisahkan sampah kering dengan
yang basah
8. Berantas lalat agar tidak menghinggapii makanan
9. Lingkungan hidup yang sehat yaitu dengan cara menjaga kebersihan lingkungan
sekitar
Sikap keluarga dalam pencegahan diare, antara lain :

14
- Menyediakan makanan yang higienis
- Mencuci tangan dengan sabun
- Menutup makanan
- Memasak air sampai mendidih dll.
2.10 PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis menurut Biddulp and Stace (1999) adalah pengobatan
dengan cara pengeluaran diet dan pemberian cairan.
a. Diare tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun misalnya
air gula, sari buah segar, air teh segar, kuah sup, air tajin. Jangan memberikan
air kembang gula, sari buah air dalam botol karena cairan yang terlalu banyak
mengandung gula akan memperburuk diare.
b. Diare dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang mengandung
campuran gula dan garam yang disebut larutan dehidrasi oral ( LRO ). LRO ini
dibuat dengan mencampurkan sebungkus garam rehidrasi kedalam 1 liter air
bersih.
c. Diare dengan dehidrasi berat memerlukan cairan intravena disamping LRO.
2. Penatalaksanaan keperawatan menurut Nelson (1999) antara lain :
a. Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan
enterik termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita.
b. Jas panjang bila ada kemungkinan pencernaan dan sarung tangan bila
menyentuh barang terinfeksi.
c. Penderita dan keluarganya dididik mengenal cara perolehan entero
d. patogen dan cara mengurangi penularan.

BAB III
ASKEP TEORI

3.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN


1. Identitas

15
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan
kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan
penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau
lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi  usus
asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya
infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan
perawatannya .
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x, muntah, diare,  kembung, demam.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare
akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid
jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi
makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi
yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi
pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik,
menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan  makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan
tempat tinggal.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil,
lingkar kepala, lingkar abdomen membesar.
b. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1
tahun lebih.

16
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung.
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau
tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa
minum.
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan).
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada
diare sedang.
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat >
375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time
memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ),
frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang
berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive
respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
9. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : kebiasaan bab di wc /  jamban /
sungai / kebun, personal hygiene ?, sanitasi ?, sumber air minum ?
b. Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual, muntah, makanan / minuman
terakhir yang dimakan, makan makanan yang tidak biasa / belum pernah
dimakan, alergi, minum ASI atau susu formula, baru saja ganti susu, salah
makan, makan berlebihan, efek  samping obat, jumlah cairan yang masuk selama
diare, makan / minum di warung ?
c. Pola eleminasi
- Bab : frekuensi, warna, konsistensi, bau, lendir, darah
- Bak : frekuensi, warna, bak 6 jam terakhir ?, oliguria, anuria
d. Pola aktifitas dan latihan : travelling
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola kognitif dan perceptual
g. Pola toleransi dan koping stress
h. Pola nilai dan keyakinan
i. Pola hubungan dan peran

17
j. Pola persepsi diri dan konsep diri
k. Pola seksual dan reproduksi
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau
output berlebihan dan intake yang kurang
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
cairan skunder terhadap diare.
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder
terhadap diare
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
5. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus
menerus.
6. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
7. Cemas orang tua b.d proses penyakit anaknya
8. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen
D.0020 Diare
NS. ____________________________________________________
DIAGNOSIS
Kategori : Fisiologis
:
Subkategori : Nutrisi dan Cairan
(SDKI)

DEFINITION Pengeluaran feses yang sering , lunak , dan tidak berbentuk.


:

DEFINING Gejala dan Tanda Mayor


CHARACTE
RISTICS  Subjektif (tidak tersedia)
 Objektif
1. Defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam
2. Feses lembek atau cair

Gejala dan Tanda Minor

 Subjektif
1. Urgency

18
2. Nyeri / kram abdomen
 Objektif
1. Frekuensi peristaltic meningkat
2. Bising usus hiperaktif

Fisiologis

1. Inflamasi gastrointestinal
2. Iritasi gastrointestinal
3. Proses infeksi
4. Malabsorpsi

Psikologis

1. Kecemasan

RELATED 2. Tingkat stress tinggi

FACTORS: Situasional

1. Terpapar kontaminan
2. Terpapar toksin
3. Penyalahgunaan laksatif
4. Penyalahgunaan zat
5. Program pengobatan (agen tiroid, analgesic, pelunak feses,
ferosulfat, antasida, cimetidine, dan antibiotic)
6. Perubahan air dan makanan
7. Bakteri pada air

Subjective data entry Objective data entry


AS

1. Demam 1. BAB frekuensi >3x sehari


2. Lemas
Ns. Diagnosis (Specify):
Client
DIAGNOSIS

Diare
Diagnostic
Related to:
Statement:
Terpapar kontaminan

19
3.3 Intervensi keperawatan
Pengertian Intervensi
Menurut Kozier et al (1995) Perencanaan adalah sesuatu yang telah di pertimbangkan
secara mendalam, tahap yang sistematis dari proses keperawatan meliputi kegiatan
pembuatan keputusan dan pemecahan masalah.
Dalam perencanaan keperawatan perawat menetapkannya berdasarkan hasil
pengumpulan data dan rumusan diagnose keperawatan untuk mencegah dan
menurunkan masalah klien.
NIC NOC

Intervensi Aktifitas Outcome Indikator

Manajem Pengkajian : mengkaji status cairan Keseimb Irama pernafasan (3)


en pasien angan
Serum ph (3)
elektrloti elektrolit
Observasi :
(2000) dan asam Kelelahan (3)
1. Lakukan pengukuran untuk basa
Definisi : Mual (4)
mengontrol kehilangan elektrolit (0600)
peningkat
yang berlebihan ( misal dengan Kelemahan otot (4)
an Definisi :
mengistirahatkan saluran cerna,
keseimba
perubahan diuretik / pmberian Keseimb
ngan
antipiretik ) dengan tepat. angan
eletrolit
elektrolit
dan 2. Berikan cairan sesuai resep jika
dan non-
pencegah diperlukan.
elektrolit
an
Education : pada
kompikas
ruang
i yang 1. Ajarkan pasien dan keluarga
intraselul
diakibatk mengenai jenis, penyebab
er dan
an oleh dan pengobatan apabila
ekstraelu
adanya terdapat ketidakseimbangan
ler
abnormali elektrolit, yang sesuai.
tubuh.
tas Action :
maupun
1. Tingkatkan orientasi
tingkat
2. Berikan lingkungan yang
serum

20
elektrolit aman kepada klien yang
yang memiliki masalah neorologis
tidak dan neoromuskular sebagai
diinginka manifestasi dari
n. ketidakseimbngan elektrolit.
Kolaborasi :

1. Konsultasikan dengan dokter


jika tanda-tanda dan gejala
ketidakseimbangan cairan
dan atau elektrolit menetap
atau memburuk.

3.4 Implementasi
Implementasi adalah penerapan tindakan-tindakan perawatan yang telah dibuat
pada intervensi. Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah melakukan tindakan-
tindakan keperawatan yang telah direncanakan dan dilanjutkan dengan
pendokumentasian semua tindakan yang telah dilakukan beserta hasil-hasilnya.
Beberapa petunjuk pada pelaksanaan adalah sebagai berikut :
1. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi.
2. Keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal, dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat.
3. Keamanan fisik dan psikologis dilindungi.
4. Dokumentasi intervensi dan respons klien.
Setelah pelaksanaan selesai, dilakukan dokumentasi intervensi secara tertulis pada
catatan keperawatan dan proses keperawatan
No Tanggal/Jam Tindakan Paraf

1 09-02-2017/09.00 Pengkajian : mengkaji status cairan


WIB 1.Mengukur tanda vital
Respon / hasil :
Nadi 92 x/menit
RR 40 x/menit
TD 120/40 mmHg

21
2.Telah melihat skala nyeri pasien dan catatan
asupan cairan, kalori pasien, pasien telah
mendapat asupan dan cairan yang cukup

Memberikan :

 Makan sesuai selera

 Cairan sesuai resep

Respon : Telah memberikan anjuran kepada


pasien untuk mengurangi aktifitas berat yang
berlebih dan mengkonsumsi banyak air seperi
minum air putih,jus jambu, minuman isotonik.
2 03-02-2017/10.00
1. Membantu pasien memberi makan
WIB
Respon : Pasien makan 3x sehari , porsi
habis

2. Membantu pasien tehnik distraksi relaksasi


Respon : Nyeri sedikit berkurang

3. Melakukan Kolaborasi dengan ahli gizi


Ahli gizi menyarankan :
Makan sedikit namun sering serta banyak
minum air putih.

3.5 Evaluasi
Penulis dapat mengevaluasi keadaan pasien dan tindakan keperawatan selanjutnya
setelah dilakukan implementasi. Evaluasi terdiri dari subjektif, berdasarkan apa yang
dikatakan oleh pasien, objektif, berdasarkan pengamatan terhadap keadaan pasien.

22
BAB IV
ASKEP KASUS PADA LANSIA DENGAN DIARE

KASUS
Tn. M Berusia 65 Tahun datang Ke RSUD Sutomo, dengan lemas akibat Diare
sejak dua hari yang lalu. Tn. M sehari yang lalu meminum susu yang didapatkan dari

23
posyandu lansia. Tn. M hanya membeli obat diare di kios terdekat sudah diminum tapi
belum bisa sembuh. Kemudian Tn.M diantar anaknya ke RSUD Sutomo. Dari hasil
pemeriksaan didapatkan :
TD: 110/70 mmHg, RR: 24x/menit, HR: 72x/menit, Bising usus: 35 x/menit, perkusi
terdengar hipertimpani.
4.1 PENGKAJIAN
1. Biodata
Tanggal pengkajian : 15 Maret 2017
Tanggal MRS : 14 Maret 2017
Nama : Tn. M
Usia : 65 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pensiun
Pendidikan : SMA
Status perkawinan : Duda
Alamat : Surabaya
Agama : Islam
Diagnosa medis : Diare
2. Keluhan Utama
Tn.M mengatakan buang air besar dengan konsistensi cair dan frekuensi sering
(lebih dari 3 kali perhari).
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tn. M mengatakan sejak 2 hari sebelum dbawa ke rumah sakit klien buang air
besar dengan konsistensi cair dan frekuensi sering ( > 3x/hari), badan terasa lemas,
perut terasa mules, dan badan terasa demam. Klien sudah minum obat diare namun
belum berhenti kemudian klien memutuskan ke RSUD sutomo diantar anaknya.

4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


a. Penyakit yang pernah dialami.
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit sebelumnya, klien hanya
mengalami sakit seperti pegal pegal, flu, dan sedikit pusing, tapi klien bisa
sembuh sendiri dengan obat-obat yang dibelinya sendiri di apotik atau di kios
kios terdekat
b. Riwayat operasi

24
Klien mengatakan tidak pernah dilakukan tindakan operasi
c. Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak pernah mengalami alergi terhadap obat-obatan atau
makanan tertentu.
5. Riwayat/Keadaan Psikososial
a. Bahasa sehari-hari : bahasa Jawa dan bahasa Indonesia
b. Persepsi klien tentang penyakitnya : klien mengatakan sakit yang dialami saat ini
merupakan sakit yang wajar dialami oleh orang yang sudah lanjut usia.
c. Konsep diri :
- Gambaran diri
Klien mengatakan tidak mengalami masalah dengan gambaran diri
- Ideal diri
Klien selalu berdoa kepada Tuhan YME agar selalu diberi kesabaran dalam
menghadapi setiap sakit yang dialaminya dan semoga cepat diberikan
kesembuhan
- Harga diri
Klien merasa selama sakit anaknya selalu ada menemani dirinya, sehingga
klien selalu optimis untuk melakukan pengobatan demi mencapai kesembuhan.
- Peran diri
Klien merupakan seorang duda, karena istri tercinta telah meninggal dunia
sejak 6 tahun yang lalu akibat penyakit ginjal. Dari pernikahannya, klien
memiliki 4 orang anak dan mereka telah memiliki keluarga masing-masing.
- Aktualisasi diri
- Dalam kesehariannya, klien masih sering mengikuti kegiatan di sekitar
rumahnya.

6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran composmentis, klien nampak lemah
b. Breath
Inspeksi : RR: 24x/menit, reguler, pergerakan dada kanan-kiri simetris
Palpasi : steam fremitus 7-7 sama kanan-kiri
Perkusi : terdengar sonor

25
Auskultasi : terdengar vesikuler
c. Blood
BP: 110/70 mmHg, HR: 100x/menit, Suhu : 39,3 oC
Akral hangat, merah, kering
d. Brain
Tingkat kesadaan klien : composmentis, GCS 4-5-6
Klien masih mampu mengenali tempat (di RSUD Sutomo ), orang (datang
bersama anaknya), waktu (tanggal 15 Maret 2017).
e. Bowel
Auskultasi : bising usus 35x/menit
Perkusi : terdengar hipertimpani
Klien mengatakan mengalami BAB sering dan mencret, disertai rasa mules.
f. Bladder
Klien mengatakan dalam sehari biasanya BAK sekitar 8x/hari, dengan total
volume mencapai 1500ml/hari, warna kuning jernih, dan tidak mengalami
kesulitan saat BAK
g. Bone and Integumen
Saat dilakukan pengkajian, klien mengatakan ttidak mengalami keluhan pada
tulang maupun persendiannya.
Turgor kulit menurun

4.2 Diagnose keperawatan

NS. D.0020 Diare


DIAGNOSIS ____________________________________________________
:
Kategori : Fisiologis
(SDKI)

26
Subkategori : Nutrisi dan Cairan

DEFINITION Pengeluaran feses yang sering , lunak , dan tidak berbentuk.


:

Gejala dan Tanda Mayor

 Subjektif (tidak tersedia)


 Objektif
1. Defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam
2. Feses lembek atau cair

DEFINING Gejala dan Tanda Minor


CHARACTE
RISTICS  Subjektif
3. Urgency
4. Nyeri / kram abdomen
 Objektif
1. Frekuensi peristaltic meningkat
2. Bising usus hiperaktif

RELATED Fisiologis
FACTORS:
1. Inflamasi gastrointestinal
2. Iritasi gastrointestinal
3. Proses infeksi
4. Malabsorpsi

Psikologis

1. Kecemasan
2. Tingkat stress tinggi

Situasional

1. Terpapar kontaminan

27
2. Terpapar toksin
3. Penyalahgunaan laksatif
4. Penyalahgunaan zat
5. Program pengobatan (agen tiroid, analgesic, pelunak feses,
ferosulfat, antasida, cimetidine, dan antibiotic)
6. Perubahan air dan makanan
7. Bakteri pada air
AS

Subjective data entry Objective data entry

1. Demam 1. BAB frekuensi >3x sehari


2. Lemas
DIAGNOSIS

Ns. Diagnosis (Specify):


Client
Diare
Diagnostic
Related to:
Statement:
Terpapar kontaminan

4.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

NIC NOC
INTERVEN AKTIVITAS OUTCOME INDIKATOR
SI
Manajement1. Hidrasi 1. Turgor kulit (4)
diare Observation : Definisi : 2. Nadi cepat dan
Definisi : - Observasi turgor kulit secara rutin ketersediaan lemah (4)
manajement Rasional : mengetahui cairan yang air yang 3. Intake cairan (5)
dan masuk dan untuk memenuhi cukup 4. Output urine (5)
penyembuha kebutuhan cairan dalam 5. Diare (5)
n diare - Ukur diare atau keluaran BAB komparteme 6. Peningkatan

Rasional : untuk mengkaji n intaseluler suhu tubuh (5)

beratnya diare dan

- Evaluasi intake makanan yang ekstraselule

masuk r

Rasional : untuk mengetahui


pemasukan makanan pasien

28
- Evaluasi efek samping pengobatan
gastrointestinal
Rasional : untuk mengetahui efek
samping pengobatan
gastrointestinal
A Action:

- Identifikasi factor penyebab


diare
Rasional : menghindari iritan
meningkatkan istirahat usus
2. Health Education :
- Ajarkan pasien untuk
menggunakan obat anti diare
Rasional : untuk mengobati diare
- Intruksikan pasien atau keluarga
untuk mencatat warna, jumlah,
frekuensi dan konsistensi dari feses
Rasional : agar dapat mengetahui
perkembangan kesehatan pasien
- Ajarkan tehnik menurunkan stress
Rasional : untuk membuat pasien
rileks dan istirahat
1. Colaboration :
- Kolaborasikan makanan pasien
dengan ahli gizi yaitu makanan
rendah serat, tinggi protein dan
tinggi kalori jika memungkinkan
Rasional : makanan yang masuk
dapat tercerna dan tidak terjadi
kekurangan nutrisi

29
4.4 IMPLEMENTASI
No Tanggal/Jam Tindakan Paraf

1 09-02-2017/09.00 Pengkajian : mengkaji status cairan


WIB 1.Mengukur tanda vital
Respon / hasil :
Nadi 92 x/menit
RR 40 x/menit
TD 120/40 mmHg
S 38 C

2.Telah melihat catatan asupan cairan, kalori


pasien, pasien telah mendapat asupan dan
cairan yang cukup

Memberikan :

 Makan sesuai selera

30
 Cairan sesuai resep

Respon : Telah memberikan anjuran kepada


pasien untuk mengurangi aktifitas berat yang
berlebih dan mengkonsumsi banyak air seperi
minum air putih,jus jambu, minuman isotonik.
Telah memberikan infus perhari 750 cc serta
tetesan infus 750/24jam = 31 tetesan
infus/menit.
1.Mengukur tanda vital
Respon / hasil :
Nadi 110 x/menit
RR 40 x/menit

2 03-02-2017/10.00 TD 99/65 mmHg


WIB S 36,6 C
BB 9 kg
7. Membantu pasien memberi makan

Respon : Pasien makan 3x sehari , porsi


habis

8. Membantu pasien tehnik distraksi relaksasi


Respon : Nyeri sedikit berkurang

9. Melakukan Kolaborasi dengan ahli gizi


Ahli gizi menyarankan :
Makan sedikit namun sering serta banyak
minum air putih.

4.5 EVALUASI
MASALAH
KEPERAWATAN / TANGGAL CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
KOLABORATIF / JAM

31
1. Risiko 03-02- S : Ibu mengatakan An. B tidak diare
ketidaksei 2017/10.00 - Pasien sudah tidak mual muntah
mbangan WIB - Nafsu makan membaik
elektrolit - Demam sudah tidak ada
- Namun batuk masih ada

O : S : 37 c
Nadi 110 x/menit
RR 40 x/menit

TD 99/65 mmHg
S 36,6 C
BB 9 kg

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

32
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Diare adalah keadaan dimana ketika individu mengalami atau beresiko mengalami
defekasi berupa fases cair atau fases tidak berbentuk dalam frekuensi yang sering
(Lynda Juall, 2012).
Diare adalah pengeluaran feses yang sering lunak dan tidak berbentuk.
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diare merupakan situasi
dimana seorang individu mengalami sensasi rasa sakit perut seperti melilit atau mulas
kemudian defekasi berupa feses yang encer atau lunak dan tidak berbentuk serta
dikeluarkan secara terus-menerus dengan frekuensi lebih dari 3 kali perhari.

33
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar asuhan Keperawatan Dengan Gangguan


Imunologi. Jakarta: Salemba Medika.
Carpenito, Lynda Jual-Moyet. 2008. Buku Saku Diagnosis Keperawatan
Edisi 10. Jakarta: EGC.
Herdman, T. Heather. 2015. NANDA International Inc. Nursing diagnoses:
definitions & classification. Jakarta: EGC.

Widagdo. 2012. Masalah dan Tatalaksanaan Penyakit Anak dengan Demam. Jakarta:
Sagung Seto.
Anonym. 20307. Wikipedia, The Free Encyclopedia. Available from E-mail:
http://abuhamzah.multiply.com (accassed 14 Desember 2008). Suriadi, Rita Yuliani. 2001.
Asuhan Keperawatan Pada penyakit Dalam. Edisi 1. Agung Seto. Jakarta.
Beherman E Richard, dkk, 1999. Ilmu Kesehatan Penyakit Dalam. Vol 2. Edisi 15. EGC :
Jakarta.

34

Anda mungkin juga menyukai