Anda di halaman 1dari 24

EKOLOGI SEBAGAI DASAR ILMU LINGKUNGAN DAN

PRINSIP BERKELANJUTAN

Makalah disusun untuk memenuhi tugas MK Dasar Ilmu Lingkungan Dibina


oleh Dr. Sueb, M.Kes
Yang dipresentasikan pada hari Senin, 3 Februari 2020

Oleh
Kelompok 2 Offering C
Nama Anggota :

Alfany Abied Maulana 180341617546


Eka Nur Khoirala 180341617511
Fahrinda Naila Amalia 180341617514
Siti Wardatul Jannah 180341617549

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BOLOGI
Februari 2020
Sueb1, Alfany Abied Maulana1, Eka Nur Khoirala1, Fahrinda Naila Amalia 1,
dan Siti Wardatul Jannah 1
1
Department of Bology, Faculty of Mathematics and
Natural Sciences, Universitas Negeri Malang, Jalan
Semarang 05 Malang 65145, Indonesia

Corresponding author: sueb.fmipa@um.ac.id

Abstrak: Lingkungan alam mempunyai suatu keteraturan. Ketidakmampuan


manusia untuk menyesuaikan aktivitasnya dengan pola tersebut dapat
mengubah lingkungan. Banyak perubahan seperti itu dapat mengancam dan
membahayakan nyawa. Tujuan penulisan makalah ini untuk mengkaji ekologi
sebagai dasar ilmu lingkungan, konsep ekologi yang meliputi faktor biotik dan
abiotik, siklus materi, aliran energi, dan prinsip berkelanjutan. Metode yang
digunakan yaitu dengan pengambilan data dari e-book dan juga artikel jurnal
ilmiah. Ternyata dari data yang diperoleh, Ekologi sebagai dasar ilmu
lingkungan spesifik mengkaji hubungan timbal balik makhluk hidup dengan
lingkungannya (abiotik dan biotik). Prinsip berkelanjutan berguna untuk
memberi solusi berbagai masalah lingkungan. Karena kebanyakan dari
masyarakat tidak menyadari wawasan tentang lingkungan dan tidak
memahami dampak dalam jangka panjang yang akan terjadi di masa yang
mendatang.

Kata kunci: ekologi, ilmu lingkungan, prinsip berkelanjutan

Abstract: The natural environment has some regularity. The inability of


humans to adjust their activities to these patterns can change the environment.
Many such changes can protect and protect lives. The purpose of discussing
this paper is to examine the basis of environmental science, ecological
concepts that contain biotic and abiotic factors, the material cycle, energy
flow, and the principle of maintaining. The method used is to retrieve data
from e-books and also scientific journal articles. It turns out that from the data
obtained, Ecology as a basis for specific environmental science examines the
interrelationships of living things with their environment (abiotic and biotic).
The principle of sustainability is useful for providing solutions to various
environmental problems. Because most of the people do not understand the
views on the environment and do not succeed in the long term that will happen
in the future.

Keywords: ecology, environmental science, sustainable principles

Di era sekarang peningkatan kebutuhan manusia dan bertambah lajunya


pertumbuhan penduduk menyebabkan lingkungan menjadi korban untuk
memuaskan kebutuhan hidup manusia. Padahal manusia dan lingkungannya
memiliki hubungan timbal balik. Lingkungan mempengaruhi hidup manusia dan
sebaliknya manusia dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Oleh sebab itu,
lingkungan dan manusia saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan [1].
Namun ketidakmampuan manusia untuk menyesuaikan aktivitasnya dengan
pola tersebut mengubah sistem planet, pada dasarnya. Banyak perubahan seperti
itu disertai ancaman bahaya yang mengancam nyawa. Realitas baru ini, yang
darinya tidak ada jalan keluar, harus diakui dan dikelola [2]. Pada awal tahun 1896,
ilmuwan Swedia Svante Arrhenius telah memperkirakan bahwa aktivitas manusia
akan mengganggu cara matahari berinteraksi dengan bumi, yang mengakibatkan
pemanasan global dan perubahan iklim. Prediksinya telah menjadi kenyataan dan
perubahan iklim kini mengganggu stabilitas lingkungan global. Beberapa contoh
isu lingkungan yang signifikan secara global yaitu penipisan lapisan ozon,
Pemanasan global, hilangnya keragaman hayati dan sebagainya [3].
Menurut kelompok kami hal itu terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan
manusia untuk mengetahui dasar ilmu lingkungan yaitu ekologi dan tidak
adanya prinsip berkelanjutan dari mereka untuk mempelajari ekologi sebagai
dasar ilmu lingkungan sehingga banyak manusia yang merusak lingkungan
dengan seenak mereka sendiri tanpa mengetahui akibat dari yang mereka
perbuat. [4]
Ekologi (dari kata Yunani oikos, yang berarti "rumah" atau "tempat tinggal,"
dan logos, yang berarti "studi tentang") adalah bidang ilmu yang mempelajari
tentang komponen biotik dan abiotic yang saling berinteraksi [5]. Tujuan
mendasar dari ekologi adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang
bagaimana organisme berinteraksi dengan lingkungan biotik dan abiotik
daripada mengatasi masalah sosial, konservasi atau ekonomi tertentu [6]
Ilmu lingkungan adalah ilmu yang menggunakan konsep dan informasi dari
ilmu alam seperti ekologi, biologi, kimia, dan geologi dan ilmu sosial seperti
ekonomi, politik, dan etika untuk membantu kita memahami [5] : Bagaimana
bumi bekerja, bagaimana kita mempengaruhi sistem pendukung kehidupan
bumi (lingkungan), bagaimana mengatasi masalah lingkungan yang kita hadapi.
Pemahaman Ilmu lingkungan sangat penting untuk pembangunan
berkelanjutan karena membantu kita memahami bagaimana sistem lingkungan
bekerja, bagaimana keadaannya terdegradasi, dan faktor apa yang dapat
membantu memulihkannya. Pembangunan berkelanjutan merupakan komponen
penting untuk memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini tanpa mengorbankan
sumber daya dan sistem lingkungan untuk generasi mendatang yang mengacu
pada peningkatan akses terhadap perawatan kesehatan, pendidikan, dan kondisi
lain yang diperlukan untuk kehidupan yang sehat dan produktif, terutama di
daerah dengan kemiskinan ekstrim [4].
Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan pembuatan makalah ini untuk
mengkaji ekologi sebagai dasar ilmu lingkungan, ekologi meliputi faktor biotik
dan abiotik, prinsip berkelanjutan untuk mengatasi masalah lingkungan dan
aliran energi, agar manusia dapat mengerti dan dapat menjaga lingkungan
dengan baik.

1. Kajian Pustaka
1.1 Pengertian Populasi, Komunitas, dan Ekosistem

Populasi adalah sekelompok individu dari spesies yang sama yang tinggal di
tempat yang sama pada waktu yang sama. Sebagai contoh termasuk sekumpuan
ikan todak di Laut Merah, tikus lapangan yang tinggal di ladang jagung, kupu
raja berkerumun di pohon, dan orang di suatu negara. Komunitas, atau
komunitas biologis, terdiri dari semua populasi spesies yang berbeda yang
tinggal di tempat tertentu, contohnya ialah komunitas terumbu karang.
Ekosistem adalah komunitas dari spesies yang berbeda yang berinteraksi satu
sama lain dan dengan lingkungan hidup, air, bentuk materi, dan energi mereka
yang tidak hidup, kebanyakan berasal dari matahari [12]
Ekosistem bisa alami atau buatan (buatan manusia). Contoh ekosistem
alami ialah ekosistem gurun, ekosistem hujan tropis. Sedangkan ekosistem
buatan adalah ladang tanaman, peternakan pohon, dan waduk [5]

1.2 Komponen Biotik dan Abiotik ekosistem


Komponen dari ekologi terdapat 2 yaitu komponen biotik dan abiotic,
komponen biotik adalah komponen yang hidaup seperti contoh manusia,hewan,
tumbuhan. Sementara komponen abiotic adalah komponen yang tidak hidup
atau mendukung komponen biotik seperti contoh tanah,api,air, dan udara [5].

1.3 Ekologi sebagai Dasar Ilmu Lingkungan

Pemahaman yang benar tentang ekologi diperlukan untuk memahami


bahwa pendidikan lingkungan perlu diberikan sedini mungkin agar kehidupan
anak-anak berkualitas bahkan lebih baik daripada kehidupan mereka sekarang.
Ekologi memberikan bekal pengetahuan dan pengalaman yang bisa digunakan
untuk hidup selaras dengan alam. Hidup berinteraksi dengan lingkungan secara
seimbang tapa berlebihan atau kekurangan.
Ekologi dapat menjadi dasar ilmu lingkungan dikarenakan ekologi
mempunyai fungsi yang dapat menjaga lingkungan agar tetap bagus dan dapat
dilestarikan oleh banyak orang itulah sebabnya ekologi dapat dijadikan sebagai
dasar ilmu lingkungan [5]
1.4 Pengertian Berkelanjutan (Sustainability)
Keberlanjutan adalah kemampuan berbagai sistem alam, sistem budaya
dan ekonomi manusia untuk bertahan dan menyesuaikan diri dengan perubahan
kondisi lingkungan tanpa batas waktu [5]. Keberlanjutan adalah pencarian akan
stabilitas ekologis dan kemajuan manusia yang dapat bertahan dalam jangka
panjang. Tentu saja, baik sistem ekologis maupun institusi manusia tidak dapat
berlanjut selamanya. Namun, kita dapat bekerja untuk melindungi aspek terbaik
dari kedua bidang dan untuk mendorong ketahanan dan kemampuan beradaptasi
dalam keduanya [4].
Lingkungan berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai kondisi
keseimbangan, ketahanan, dan keterkaitan yang memungkinkan masyarakat
manusia memenuhi kebutuhannya sementara tidak melebihi kapasitas ekosistem
pendukungnya untuk terus meregenerasi layanan yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut maupun tindakan kita yang mengurangi
keragaman hayati. Tujuan utama upaya pengembangan definisi lingkungan
berkelanjutan adalah untuk membantu profesional lingkungan dan pihak lain
mengoperasionalkan sebagian konsep pembangunan berkelanjutan sebagaimana
tercantum dalam masa depan kita bersama [2]

1.5 Prinsip Berkelanjutan untuk Mengatasi Masalah Lingkungan


Menurut kelompok kami untuk pembangunan berkelanjutan agar bisa
mengatasi berbagai permasalahan lingkungan harus memiliki prinsip dasar
berkelanjutan. Karena kebanyakan dari masyarakat tidak memiliki wawasan
lingkungan dan tidak memahami dampak dalam jangka panjang yang akan
terjadi di masa yang mendatang. Pendapat kami sesuai dengan [5] bahwa kita
harus mempelajari kehidupan di bumi telah bertahan dan disesuaikan dengan
perubahan besar dalam kondisi lingkungan selama miliaran tahun. Kita bisa
membuat transisi ke masyarakat yang lebih berkelanjutan dengan menerapkan
pelajaran ini dari alam ke gaya hidup dan ekonomi kita. Terdapat empat prinsip
berkelanjutan :
1. Ketergantungan pada energi surya: Matahari menghangatkan
planet ini dan memberi energi yang digunakan tanaman untuk
menghasilkan makanan bagi diri mereka sendiri dan untuk kita
dan kebanyakan hewan lainnya. Tanpa matahari, tidak akan ada
tanaman, tidak ada binatang, dan tidak ada makanan. Matahari
juga menggerakkan bentuk tidak langsung energi matahari
seperti angin dan air yang mengalir, yang bisa digunakan untuk
menghasilkan listrik. [5]
2. Keragaman Hayati: Ini mencakup berbagai macam organisme
yang berbeda; padang pasir, padang rumput, hutan, samudera,
dan sistem lain di mana mereka ada dan berinteraksi; dan layanan
alami gratis, seperti pembaharuan tanah, pengendalian hama, dan
pemurnian udara dan air, yang diberikan oleh spesies dan sistem
ini. [5]
3. Daur Kimia: Proses alami mendaur ulang nutrisi, atau bahan
kimia yang dibutuhkan tanaman dan hewan untuk tetap hidup
dan bereproduksi. Karena bumi tidak mendapatkan kiriman baru
dari bahan kimia ini, mereka harus terus-menerus diayunkan dari
organisme ke lingkungan dan tempat tinggal mereka yang tidak
hidup. Tanpa Chemical Cycling, tidak akan ada udara, tidak ada
air, tidak ada tanah, tidak ada makanan, dan tidak ada kehidupan
[5]
4. Kontrol Populasi: persaingan untuk sumber daya terbatas di
antara spesies yang berbeda menempatkan batas pada seberapa
banyak populasi mereka dapat tumbuh [5]
2. PEMBAHASAN
2.1 Konsep ekologi
Menurut kelompok kami dalam ekologi mengkaji lebih spesifik
mengenai interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya baik
lingkungan hidup (biotik) dan tak hidup (abiotik). Dalam interaksi tersebut juga
terjadi aliran energi dan siklus materi. Para ilmuwan mengklasifikasikan materi
yang terkait dengan ekologi ke dalam tingkat organisasi dari atom ke biosfer ahli
ekologi fokus pada organisme, populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfer.
Struktur ekosistem yaitu abiotik dan biotik. Dalam ekosistem terdapat proses
yang disebut aliran energi dan siklus materi [5].
2.1.1 Aliran energi

Menurut kelompok kami dalam suatu ekosistem terjadi pemindahan


energi mulai dari matahari, produsen, konsumen, sampai dekomposer.
Hal ini sesuai dengan [5] yang mengatakan bahwa energi kimia yang
tersimpan sebagai nutrisi dalam tubuh dan limbah organisme mengalir
melalui ekosistem dari satu tingkat trofik ke tingkat yang lain. Misalnya,
tanaman menggunakan energi matahari untuk menyimpan energi kimia
dalam daun. Seekor ulat makan daunnya, dan ulat dimakan oleh burung
kemudian burung tersebut dimakan oleh manusia dan manusia akan mati
dan nanti akan dikomposisi oleh dekomposer.
a) Rantai makanan

Gambar rantai makanan [5]


Salah satu fitur terpenting dari rantai makanan yaitu transfer energi
dari satu tingkat trofik ke yang lain tidak lengkap. Sesuai dengan hukum
kedua termodinamika, karena energi ditransfer dari satu bentuk ke
bentuk lain, beberapa energi yang dapat digunakan hilang. Sebagian
besar terdegradasi ke energi panas sebenarnya yang berakhir di
lingkungan. Biasanya, energi yang benar-benar tersedia untuk
digunakan oleh organisme tingkat trofik berikutnya hanya 5 sampai 20
persen dari masukan awal. Dengan kata lain 80 sampai 95 persen energi
disimpan, digunakan untuk respirasi yang ditransfer ke lingkungan [11]
b) Jaring makanan

Gambar jaring makanan [5]

Banyak konsumer yang mempunyai makanan sama sehingga mereka


akan terhubung dan terjadi saling silang rantai makanan, seperti
contoh karnivora dan omnivora mempunyai makanan daging sama
sehingga terjadilah silang antar rantai makanan [5].
2.1.2 Siklus materi
Masyarakat sekitar sering menyebut siklus materi adalah siklus
kimia karena pada siklus materi terdapat unsur kimia yang berperan
seperti air, nitrogen, karbon, dan fosfor. Siklus materi didorong secara
langsung atau tidak langsung oleh energi matahari dan gravitasi yang
masuk, meliputi siklus hidrologi (air), karbon, oksigen, nitrogen, fosfor,
dan belerang [5]
a) siklus karbon dan oksigen
Energi dari matahari menggerakkan siklus dan terdegradasi ke bentuk
yang kurang berguna (energi matahari - energi kimia - panas) saat
mengalir melalui ekosfer. karbon dan oksigen diubah dari CO 2 dan H2O
menjadi gula pada tanaman hijau dan akhirnya menjadi molekul organik
lainnya melalui proses fotosintesis [5].
b) Siklus air
Gambar siklus air [5]

Siklus air didukung oleh energi dari matahari dan melibatkan tiga
proses penguapan, presipitasi, dan transpirasi utama. Energi matahari
masuk menyebabkan penguapan air dari lautan, danau, sungai, dan
tanah. Penguapan mengubah air cair menjadi uap air di atmosfer, dan
gravitasi menarik air kembali ke permukaan bumi sebagai curah hujan
(hujan, salju, hujan es, dan embun). Di atas daratan, sekitar 90% air yang
mencapai atmosfer menguap dari permukaan tanaman, melalui proses
yang disebut transpirasi, dan dari tanah [9].
c) Siklus nitrogen
Siklus nitrogen terdiri dari beberapa langkah utama. Dalam fiksasi
nitrogen, bakteri khusus di tanah dan alga bluegreen (cyanobacteria) di
lingkungan perairan menggabungkan gas N2 dengan hidrogen untuk
membuat amonia (NH3). Bakteri menggunakan beberapa amonia yang
mereka hasilkan sebagai nutrisi dan buang sisanya ke tanah atau air.
Beberapa amonia diubah menjadi ion amonium (NH4+) yang bisa
dijadikan nutrisi oleh tanaman [5].
Amonia yang tidak dikonsumsi oleh tanaman bisa mengalami nitrifikasi.
Dalam proses ini, bakteri tanah khusus mengubah sebagian besar NH3 dan NH4
+ di dalam tanah menjadi ion nitrat (NO3-), yang mudah diambil oleh akar
tanaman. Tanaman kemudian menggunakan bentuk nitrogen ini untuk
menghasilkan berbagai asam amino, protein, asam nukleat, dan vitamin. [5]
Tanaman dan hewan mengembalikan senyawa organik yang kaya nitrogen
ke lingkungan sebagai limbah dan partikel bekas dan melalui tubuh mereka saat
mereka mati dan didekomposisi atau dimakan oleh pengumpan detritus. Dalam
ammonifikasi bakteri pengurai khusus mengubah detritus ini menjadi senyawa
anorganik yang mengandung nitrogen sederhana seperti ammonia (NH3) dan
garam yang mengandung air yang mengandung ion amonium (NH 4 +) [8]
Dalam denitrifikasi, bakteri khusus di tanah tergenang air dan di dasar
sedimen danau, lautan, rawa, dan rawa mengubah NH3 dan NH4 + menjadi ion
nitrat, kemudian menjadi gas nitrogen (N2) dan gas nitrous oxide (N2O). Gas-gas
ini dilepaskan ke atmosfer untuk memulai siklus nitrogen lagi. [8]
d) Siklus fosfor
Fosfor adalah komponen molekul penting secara biologis seperti asam
nukleat dan molekul pengalihan energi seperti ADP dan ATP. Ini juga
merupakan komponen utama tulang dan gigi vertebrata. Fosfat dapat hilang dari
siklus dalam waktu lama saat mengalir dari darat ke sungai dan dibawa ke laut.
Di sana dapat diendapkan sebagai endapan laut dan tetap terjebak selama jutaan
tahun. [5]
e) Siklus sulfur
Sulfur bersirkulasi melalui biosfer dalam siklus sulfur. Sebagian besar
belerang di bumi disimpan di bawah tanah di bebatuan dan mineral, termasuk
garam sulfat (SO42-) yang terkubur jauh di bawah endapan laut.. Sulfur
dioksida (SO2), gas yang tidak berwarna dan menyengat, juga berasal dari
gunung berapi [10].

2.2 Solusi Berkelanjutan untuk berbagai masalah lingkungan


1) Masalah keragaman hayati
Menurut kelompok kami keragaman hayati perlu dijaga untuk
mencegah kepunahan spesies, karena saat ini banyak aktivitas manusia
yang dapat mempengaruhi keanekaragaman hayati sehingga banyak
spesies punah karena manusia. Pendapat kami sesuai dengan [5] bahwa
aktivitas manusia mengurangi keanekaragaman hayati dengan
menyebabkan kepunahan banyak spesies dan dengan menghancurkan
atau merendahkan habitat yang dibutuhkan untuk pengembangan spesies
baru. kita harus mencegah kepunahan spesies liar karena layanan ekologi
dan ekonomi yang mereka berikan, dan karena banyak orang percaya
bahwa spesies liar memiliki hak untuk ada terlepas dari kegunaannya
kepada kita. Kita dapat membantu mempertahankan keanekaragaman
hayati terestrial dengan mengidentifikasi dan melindungi daerah yang
terancam punah, memulihkan ekosistem yang rusak (menggunakan
ekologi restorasi), dan berbagi dengan spesies lain di luar negeri yang
kami dominasikan (menggunakan ekologi rekonsiliasi).
Mempertahankan perikanan laut akan memerlukan pemantauan
populasi ikan dan kerang yang lebih baik, pengelolaan perikanan
kooperatif di antara masyarakat dan negara, pengurangan subsidi
perikanan, dan pilihan konsumen yang cermat di pasar makanan laut.
Mempertahankan keanekaragaman hayati perairan dunia memerlukan
pemetaannya, melindungi titik api air, menciptakan cadangan laut yang
besar dan terlindungi sepenuhnya, melindungi ekosistem air tawar, dan
melakukan pemulihan ekologi lahan basah pesisir dan darat yang
terdegradasi [5].
2) Masalah perkotaan dan urbanisasi
Urbanisasi terus meningkat seiring bertambahnya jumlah dan
ukuran daerah perkotaan berkembang pesat, terutama di negara-negara
kurang berkembang. Sebagian besar kota tidak dapat dipertahankan
karena penggunaan sumber daya, limbah, polusi, dan kemiskinan yang
tinggi [13]
Konsep ecocity [13] :
a. Gunakan sumber energi terbarukan dan sumber energi
terbarukan lainnya
b. Desain bangunan harus dipanaskan dan didinginkan
sebanyak mungkin dengan cara alami.
c. Membangun dan dan mendesain ulang kota untuk orang-
orang, bukan untuk mobil.
d. Gunakan energi dan sumber daya materi dengan efisien.
e. Mencegah polusi dan mengurangi limbah.
f. Menggunakan kembali, mendaur ulang, dan kompos 60- 85%
dari semua limbah padat kota.
g. Melindungi dan mendorong keanekaragaman hayati dengan
melestarikan lahan yang belum dikembangkan dan
melindungi dan memulihkan sistem alam dan lahan basah di
dalam dan di sekitar kota.
h. Mempromosikan kebun kota, pasar petani, dan pertanian
yang didukung masyarakat.
i. Gunakan zonasi dan alat lainnya untuk menjaga agar kota
tetap terjaga di tingkat lingkungan yang berkelanjutan.
3) Solusi berkelanjutan untuk energi
Teknologi pada masa sekarang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan efisiensi energi. Pendapat kami sesuai dengan [5] bahwa
kita memiliki berbagai teknologi untuk meningkatkan efisiensi energi
operasi industri, kendaraan bermotor, peralatan, dan bangunan dengan
tajam. kita dapat membuat transisi ke masa depan energi yang lebih
berkelanjutan dengan:
a. sangat meningkatkan efisiensi energi
b. Menggunakan campuran sumber energi terbarukan, termasuk
biaya lingkungan dari sumber energi dalam harga pasar
mereka.
c. energi terbarukan (non-fosil) meliputi: energi matahari,
pasang surut, angin, panas bumi, pembangkit listrik tenaga
air dan biofuel: masing- masing memiliki kelebihan dan
kekurangan.
4) Solusi berkelanjutan untuk limbah
Limbah yang sangat banyak menyebabkan pencemaran
lingkungan yang sangat berbahaya untuk lingkungan sekitar, oleh karena
itu diperlukan solusi berkelanjutan untuk limbah yaitu mendaur ulang
limbah menajdi sesuatu yang dapat dimanfaatkan dan bermanfaat untuk
masyarakat. Untuk itulah diperlukan kreativitas dari masyarakat untuk
mengolah limbah tersebut agar dapat dijadikan sesuatu yang bermanfaat
[7]

SIMPULAN

Ekologi spesifik mengkaji interaksi atau hubungan antara makhluk hidup


dengan lingkungannya baik lingkungan hidup (biotik) dan lingkungan tak
hidup (abiotik). Ekologi merupakan dasar dari ilmu lingkungan. Untuk
mengatasi berbagai masalah lingkungan dapat menggunakan prinsip
berkelanjutan yang tidak memberikan efek negatif bagi lingkungan.
Diharapkan untuk penulis selanjutnya lebih menggali pemahaman mengenai
lingkungan dan prinsip berkelanjutan dari berbagai buku atau artikel jurnal
internasional
Daftar Rujukan

[1] Effendi,R , Salsabila,H, Malik, A. 2018. Pemahaman tentang Lingkungan Berkelanjutan.


Modul. 18(2) : 75.
[2] Morelli, J. 2011. Environmental Sustainability: A Definition for Environmental
Professionals. Journal of Environmental Sustainability.1(1).
[3] Khan, Z. A. 2013. Global Environmental Issues and its Remedies. Journal of Sustainable
Energy and Environment. 1(8).
[4] Cunningham, W. P., dan Cunningham, M. A. 2013. Principles Of Environmental Science:
Inquiry & Applications, Seventh Edition. New York: McGraw-Hill.
[5] Miller, G. T. Jr. dan Spoolman, S.E. 2016. Environmental Science. Fifteenth Edition,
Brooks/Cole Cengage Learning.
[6] Sutherland, W. J., Freckleton, R. P., Godfray, H. C. J., Belssinger, S. R., Benton, T.,
Cameron, D. D., Carmel, Y., Coomes, D. A., Coulson, T., Emmerson, M. C., Halls,
R. S., Hays, G. C., Hodgson, D. J., Hutching, M. J., Johnson, D., Jones, J. P. G.,
Keeling, M. J., Kokko, H., Kunin, W. E., Lambin, X., Lewis, O. T., Malhl, Y.
Mleszkowska, N. Gulland, J. M., Norris, K., Phillmore, A. B., Purves, D. W., Reld, J.
M., Reuman, D. C., Thompson, K., Travis, J. M. J., Turnbull, L. A., Wardle, D. A., &
Wlegand, T. 2013. Identification of 100 Fundamental Ecological Questions. Journal
of Ecology.101 : 58-67.
[7] Pongraz, Eva. 2006. Industrial Ecology and Waste Management : From Theories to
Applications. An International Journal. 3(1/2).
[8] Francis, Christopher A, Beman, J Michael, and Kuypers, Marcel MM. 2007. New
processes and players in the nitrogen cycle: the microbial ecology of anaerobic and
archaeal ammonia oxidation. The ISME Journal. 1: 19-27.
[9] Haberlea, Robert M, Kahrea, Melinda A, Hollingswortha, Jeffery L, Montmessinb, Franck,
Wilsona , R. John, Uratac , Richard A, Brechta , Amanda S., Wolffd , Michael J. Klingc
, James R, Alexandre M.. Schaeffere. 2019. Documentation of the NASA/Ames
Legacy Mars Global Climate Model: Simulations of the present seasonal water cycle.
ELSEVIER Journal. 333: 130-164.
[10] Wasmund, Kenneth, Mußmann Marc and Loy, Alexander. 2017. The life sulfuric:
microbial ecology of sulfur cycling in marine sediments. Sfam Journal. 9(4).
[11] Francis , C, Lieblein, G. , S. Gliessman , Breland , T. A N, R Harwood , Creamer ,
Salomonsson, L , Helenius , J, Rickerl , D., Salvador , R, Wiedenhoeft, M, Simmons,
S., Allen , P., Altieri , M., Flora, C. , & Poincelot, R. 2008. Agroecology: The
Ecology of Food Systems. Journal of Sustainable Agriculture. 22 (3).
[12] Walther, Gian reto. 2010. Community and ecosystem responses to recent climate change.
The royal society journal.365 : 2019-2024.
[13] Eigenbrod, F, Bell, V. A., Davies, H. N, Heinemeyer, A, Armsworth, , P. R, and Gaston,
K. J. 2011. The impact of projected increases in urbanization on ecosystem
services. The -royal society journal. 278 : 3201-3208.
[14] Pettifor, R.A., Caldow, R.W.G., Rowcliffe, J.M., GossCustard, J.D., Black, J.M., Hodder,
K.H., Houston, A.I., Lang, A. & Webb, J. (2000) Spatially explicit,
individualbased behaviour models of the annual cycle of two migratory goose
populations: model development, theoretical insights and applications. Journal
of Applied Ecology, 37 (Supplement 1), 103–135.
[15] Huntley, B., Green, R.E., Collingham, Y.C., Hill, J.K., Willis, S.G., Bartlein, P.J., Cramer,
W., Hagemeijer, W.J.M. & Thomas, C.J. (2004) The performance of models
relating species geographical distributions to climate is independent of trophic
level. Ecology Letters, 7, 417–426.
[16] Coulson, T., Mace, G.M., Hudson, E. & Possingham, H.P. (2001) The use and abuse of
population viability analysis. Trends in Ecology and Evolution, 16, 219–221.
[17] Sutherland, J William, Connor, Ben, Burtchart, Stuart H.M, dkk. 2018. A 2018 Horizon
Scan of Emerging Issues for Global Conservation and Biological Diversity.
Cell Press Review Journal. 33(1)
[18] Filipiac, Michal. 2018. A Better Understanding of Bee Nutritional Ecology Is Needed to
Optimize Conservation Strategies for Wild Bees—The Application of
Ecological Stoichiometry. MDPI journal. 9(85)
[19] Sutherland, J William. 2006. Predicting the ecological consequences of environmental
change: a review of the methods. Journal of Applied Ecology . 43 : 599–616
[20] Goleman, Daniel. 2010. Ecological Intelligence. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai