Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN

Komunikasi Terapeutik Pada Klien Dewasa dengan


Masalah Keperawatan Nyeri Post Op

Oleh Kelompok 1 :
1. Helmut Jebatu (2018.01.008)
2. Karen Shinta Andini (2018.01.012)
3. Liftania Ramadhannela (2018.01.015)
4. Maria Anjelina Lawan (2018.01.017)
5. Mery Indrawati (2018.01.021)
6. Windy Chrisnia A (2018.01.031)

STIKES WILIIAM BOOTH


SURABAYA
2019
Lembar Pengesahan

Komunikasi Terapeutik Pada Klien Dewasa dengan


Masalah Keperawatan Nyeri Post Op

Mengetahui
Pendamping / Pembimbing Akademik

(Ni Putu Widari, S.ST.,M.Kes)

Kata pengantar

2
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan karunia-
Nya kami dapat menyusun Laporan Komunikasi dalam Keperawatan 2 yang berjudul
“Komunikasi Terapeutik Pada Klien Dewasa dengan Masalah Keperawatan Nyeri
Abdomen“ yang bertujuan untuk memenuhi Tugas mata kuliah Komunikasi dalm
Keperawatan. Dalam membuat laporan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Aristina Halawa, S.Kep.,Ns.,M.Kes. selaku dosen penganggung jawab mata
kuliah Komunikasi dalam Keperawatan 2.
2. Ni Putu Widari, S.ST.,M.Kes selaku dosen pembimbing.
3. Teman-teman kelompok 3 yang telah membantu dalam menyusun laporan ini.
Meskipun banyak hambatan yang penulis alami dalam proses pembuatan laporan ini,
namun penulis mampu menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Jika didalam
laporan ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, maka kami memohon maaf
atasnya. Kami menyadari bahwa makalah kami jauh dari kesempurnaan. Semoga
laporan ini bisa membuat teman teman mengerti dan lebih paham tentang cara
berkomunikasi terapeutik pada klien dewasa dengan masalah keperawatan nyeri
abdomen. Atas perhatiannya terima kasih.

Surabaya, 06 November 2019

penyusun
Daftar Isi

LEMBARPENGESAHAN......................................................................................2
KATA PENGANTAR..............................................................................................3

3
DAFTAR ISI............................................................................................................4
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................5
1.1 Pasien sesuai tingkat perkembangan...............................................................5
1.2 Masalah Keperawatan....................................................................................10
BAB II STRATEGI PELAKSANAAN.................................................................18
2.1 Proses Keperawatan.......................................................................................18
2.2 Strategi Keperawatan.....................................................................................18
2.3 Teknik-teknik dalam Komunikasi .................................................................21
2.4 Kehadiran fisik dan Psikologis perawat.........................................................21

4
BAB I
Pendahuluan
1. Konsep Orang Dewasa
1) Definisi orang dewasa
Dewasa adalah periode perkembangan yang bermula pada akhir usia belasan
tahun atau awal usia duapuluhan tahun dan yang berakhir pada usia tigapuluhan
tahun. Ini adalah masa pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, masa
perkembangan karier, dan bagi banyak orang, masa pemilihan pasangan, belajar
hidup dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga, dan mengasuh anak
anak. Menurut Ericsson 1985, pada orang dewasa terjadi tahap hidup intimasi
vs isolasi, dimana pada tahap ini orang dewasa mampu belajar membagi
perasaan cinta kasih, minat, masalah dengan orang lain. Istilah Adult berasal
dari kata latin yang berarti telah tumbuh menjadi dewasa. Terdapat berbedaan
budaya tentang penentuan usia dewasa. Ada yang menganggap 21 tahun namun
secara hukum orang telah dapat bertanggung jawab akan perbuatannya di usia
18 tahun. Sehingga usia ini orang dianggap telah syah menjadi dewasa di mata
hukum. Masa dewasa dini dimulai usia 18 sampai 40 tahunan, saat perubahan
fisik dan psikologis menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif (Elizabeth
B. Hurlock).
Istilah "kedewasaan" menunjuk kepada keadaan sesudah dewasa, yang
memenuhi syarat hukum. Sedangkan istilah "Pendewasaan" menunjuk kepada
keadaan belum dewasa yang oleh hukum dinyatakan sebagai dewasa.Hukum
membeda-bedakan hal ini karena hukum menganggap dalam lintas masyarakat
menghendaki kematangan berfikir dan keseimbangan psikis yang pada orang
belum dewasa masih dalam taraf permulaan sedangkan sisi lain dari pada
anggapan itu ialah bahwa seorang yang belum dewasa dalam perkembangan
fisik dan psikisnya memerlukan bimbingan khusus. Karena
ketidakmampuannya maka seorang yang belum dewasa harus diwakili oleh
orang yang telah dewasa sedangkan perkembangan orang kearah kedewasaan ia
harus dibimbing.

5
Pada orang dewasa, mereka mempunyai sikap, pengetahuan dan ketrampilan
yang lama menetap dalam dirinya sehingga untuk merubah perilakunya sangat
sulit.oleh sebab itu perlu kiranya suatu model komunikasi yang tepat agar
tujuan komunikasi dapat tercapai dengan efektif. Orang dewasa sudah
mempunyai sikap-sikap tertentu, pengetahuan tertentu, bahkan tidak jarang
sikap itu sudah sangat lama menetap dalam dirinya, sehingga tidak mudah
untuk mengubahnya.Juga Pengetahuan yang selarna ini dianggapnya benar dan
bermanfaat belum tentu mudah digantikan dengan pengetahuan baru jika
kebetulan tidak sejalan dengan yang lama.Tegasnya orang dewasa bukan seperti
gelas kosong yang dapat diisikan sesuatu.Oleh karena itu dikatakan bahwa
kepada orang dewasa tidak dapat diajarkan sesuatu untuk merubah tingkah
lakunya dengan cepat. Orang dewasa belajar kalau ia sendiri ingin belajar,
terdorong akan tidak puas lagi dengan perilakunya yang sekarang, maka
menginginkan suaru perilaku lain di masa mendatang, lalu mengambil langkah
untuk mencapai perilaku baru itu.
2) Teknik komunikasi orang dewasa
a. Penyampaian pesan langsung kepada penerima tanpa perantara.
Dengan penyampaian langsung maka klien akan lebih mudah untuk
menerima penjelasan yang disampaikan. Penggunaan telepon atau media
komunikasi lain misalnya tulisan akan dapat menimbulkan salah persepsi
karena tidak ada feedback untuk mengevaluasi secara langsung.
b. Saling mempengaruhi dan dipengaruhi, maksudnya komunikasi
antara perawat dan pasien dewasa harus ada keseimbangan dan tidak boleh
ada yang mendominasi. Perawat jangan selalu mendominasi peran sehingga
klien ditempatkan dalam keadaan yang selalu patuh. Teknik ini menekankan
pada hubungan saling membantu a (helping-Relationship).
c. Melakukan komunikasi secara timbal balik secara langsung,
maksudnya komunikasi timbal balik dapat meminimalkan kemungkin
terjadinya salah persepsi. Hubungan dan komunikasi secara timbal balik ini
menunjukkan pentingnya arti hubungan perawat-klien.
d. Komunikasi secara berkesinambungan, tidak statis dan bersifat
dinamis. Orang dewasa memiliki pengetahuan, pengalaman, sikap dan

6
ketrampilan yang menetap dan sukar untuk dirubah dalam waktu singkat.
Memberi motivasi dan memberdayakan pengetahuan/pengalaman dan sikap
yang sudah dimiliki adalah hal yang penting untuk melakukan komunikasi
dengan orang dewasa dalam rangka merubah perilakunya.
1) Faktor yang mempengaruhi nyeri
a. Faktor yang mendukung
a) Mampu melaksanakan klarifikasi nilai
Klarifikasi nilai merupakan salah satu metode yang berupaya
menumbuhkan kecerdasan intelektual agar mampu.
b) Memiliki kesadaran diri yang tinggi
Kemampuan seseorang untuk memahami dirinya sendiri baik perilaku,
perasaan dan pikirannya sendiri. Kemampuan untuk berfikir tentang
proses berfikir diri sendiri.
c) Mampu mengeksplorasi perasaan
d) Mampu untuk menjadi model peran
e) Motivasi altruistic

a. Faktor yang menghambat


a) Perkembangan
Perawat dapat berkomunikasi dengan efektif bila mengetahui tentang
pengaruh perkembambangan usia seseorang baik dari segi bahasa maupun
proses berefikir dari orang tersebut.
b) Presepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau
peristiwa.Persepsi dibentuk oleh harapan atau pengalaman.Perbedaan
persepsi dapat mengakibatkan terhambatnya komunimkasi.

c) Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku seseorang, sehingga
penting bagi perawat untuk menyadari nilai seseorang.Perawat perlu
berusaha untuk mengetahui dan mengklarifikasi nilai seseorang agar

7
dapat membuat keputusan yang tepat dalam berinteraksi dengan klien
dewasa.
d) Latar belakang social budaya
Bahasa dan gaya komuniksai akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya.
Budaya juga akan membatasi seseorang dalam bertindak dan
berkomunkikasi.
e) Emosi
Emosi merupakan perasaan subyektif terhadap suatu kejadian.emosi
seperti marah, sedih,dan senang akan dapt mempengaruhi perawat dalam
berkomunikasi dengan klien. Perawat perlu mengkaji emosi klien dan
keluargnya sehingga perawat mampu memberikasn asuhan keperawatan
dengan tepat.Selain itu perawat juga mengevaluasi emosi yang ada pada
dirinya agar dapt melakukan asuhan keperawatan tidak terpengaruh oleh
emosi bahwah sadsarnya.
f) Jenis kelamin
Setiap jenis kelamin mempuanyai gaya komunikasi yang berbeda-beda
disebutkan bahwa wanita dan laki-laki memiliki perbedaaan dalam
berkomunikasi.
g) Pengetahuan
Tingakat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang dilakukan.
Seseorang yang tingkat pengetahuannya rendah akan sulit merespon
pertanyaan yang mendukung bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan
yang lebih tinggi, perawat perlu mengetahui tingkat pengetahuan klien
sehingga perawat dapatberinteraksi dengan baik dan akhirnya dapat
memberikan asuhan keperawatan yang tepat kepada klien.
h) Peran dan hubungan
Gaya komunuikasi sesuia dengan peran dan hubungn antara orang yang
berkomunikasi. Cara berkomunikasi seorang perawat dengan kolegannya
dab cara perawat berkomunikasi dengan kliennya akan berbeda
tergantung perannya.
i) Lingkungan

8
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi interaksi yang efektif. Suasana
yang bising dan tidak adanya privacy akan menumbuhkan kerancaun,
ketegangan dan ketidak nyamanan.
j) Jarak
Jarak dapat mempengaruhi komunikasi.Jarak tertentu dapat menimbulkan
rasa aman. Oleh karena itu, perawat perlu menghintungkan jarak yana
tepat pada saat melakukan interaksi dengan klien.
k) Cita diri
Cara individu mempersepsikan dirinya sendiri secara sadar atau tidak
sadar meliputi penampilan fisik, struktur, fungsi dan potensi tubuh.

l) Kondisi fisik
Ketika melakukan komunikasi kondisi fisik juga mempengaruhi komunikasi
karena ketika kondisi fisik individu dalam keadaan baik maka akan terjadi
komunikasi yang diinginkan antara komikator dan komunikan sehingga
terjadi feedback(timbal balik).
a. Suasana komunikasi pada orang dewasa
Dengan adanya faktor tersebut yang mempengaruhi efektifitas komunikasi
orang dewasa, maka perhatian dicurahkan pada penciptaan suasana
komunikasi yang diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam
berkomunikasi dengan orang dewasa adalah :
a) Suasana hormat menghormati
Orang dewasa akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat
pribadinya dihormati, ia lebih senang kalau ia boleh turut berfikir dan
mengemukakan pikirannya.
b) Suasana saling menghargai
Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, sistem nilai yang dan
mengesampingkan harga kendala dalam jalannya dianut perlu dihargai.
Meremehkan diri mereka akan dapat menjadi komunikasi.
c) Suasana saling percaya
Saling mempercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya akan dapat
membawa hasil yang diharapkan.

9
d) Suasana saling terbuka
Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang lain.
Hanya dalam suasana keterbukaan segala alternatif dapat tergali.
Komunikasi verbal dan non verbal adalah saling mendukung satu sama lain.
seperti pada anak-anak, perilaku non verbal sanna pentingnya pada orang dewasa.
Ekspresi wajah, gerakan tubuh dan nada suara.memberi tanda tentang status
emosional dari orang dewasa.Tetapi harus ditekankan bahwa orang dewasa
mempunyai kendala pada hal-hal ini.
Orang dewasa yang dirawat di rumah sakit bisa merasa tidak berdaya, tidak aman
dan tidak mampu ketika dikeiilingi oleh tokoh-tokoh yang berwenang. Status
kemandirian mereka telah berubah menjadi status dimana orang lain yang
memutuskan kapan mereka makan dan kapan mereka tidur. Ini merupakan
pegalaman yang mengancam dirinya, dirnana orang dewasa tidak berdaya dan
cemas, dan ini dapat terungkap dalam bentuk kemarahan dan agresi. Dengan
dilakukan komunikasi yang sesuai dengan konteks pasien sebagai orang dewasa
oleh para profesional, pasien dewasa akan mampu bergerak lebih jauh dari
immobilitas biopsikososialnya untuk mencapai penerimaan terhadap masalahnya.

1. Konsep Nyeri
1) Definisi Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi
rasa nyeri yang dialaminya. (Hidayat, 2009)
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Menurut
International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan
emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan
aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa nyeri adalah suatu keadaan
yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut
saraf dalam tubuh ke otak yang diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, dan emosional.

10
2) Jenis gangguan nyeri
Secara umum, nyeri dibagi menjadi dua,yakni nyeri akut dan kronis. Nyeri akut
merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak
melebihi 6 bulan dan ditandai dengan adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis
merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam
waktu yang cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri
kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis. Ditinjau
dari sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi ke dalam beberapa kategori, di antaranya
nyeri tertusuk dan nyeri terbakar.
Selain klasifikasi nyeri di atas, terdapat jenis nyeri yang spesifik, di antarnya nyeri
somatis, nyeri viseral, nyeri menjalar (referent paint), nyeri psikogenik, nyeri
phantom dari ekstremitas, nyeri neurologis, dan lain-lain.
Nyeri somatis dan nyeri viseral ini umumnya bersumber dari kulit dan jaringan di
bawah kulit (superfisial) pada otot dan tulang. Perbedaan dari kedua jenis nyeri ini
dapat dilihat pada tabel berikut:

Karakteristik Nyeri Somatis Nyeri Viseral


Superfisial Dalam
Kualitas Tajam, menusuk, Tajam, tumpul, Tajam, tumpul,
membakar. nyeri terus. nyeri terus, kejang.
Menjalar Tidak Tidak Ya
Stimulasi Torehan, abrasi Torehan, panas, Distensi, iskemia,
terlalu panas dan iskemia pergeseran spasmus, iritasi
dingin. tempat. kimiawi (tidak ada
torehan).
Reaksi Otonom Tidak Ya Ya
Refleks Tidak Ya Ya
Kontraksi Otot

Karakteristik Nyeri :
Karakteristik nyeri akut
11
2. Onset : baru terjadi
3. Durasi: < 6 bulan
4. Respon SSO :terjadi peningkatan pada (HR,RR,TD), berkeringat, dilatasi pupil
tegang otot.
5. Relevansi penyembuhan : menghilang seiring proses penyembuhan
6. Analgesic : responsive
7. Karakteristik nyeri kronik
8. Onset: kontinyu atau inytermiten
9. Durasi:> 6 bulan
10. Respon SSO: jarang timbul
11. Relevansi penyembuhan : terus berlangsung setelah penyembuhan
12. Analgesik : jarang responsive
1. Mayor (harus terdapat)
a. Tampak meringis kesakitan
b. Gelisah
2. Minor (mungkin terjadi)
a. Tekanan darah meningkat
b. Nadi meningkat
c. Pola nafas berubah
d. Nafsu makan berubah
3) Faktor yang mempengaruhi nyeri
a. Usia
Klien belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji
respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah
patologis dan mengalami kerusakan fungsi.Pada lansia cenderung memendam
nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang
harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal
jika nyeri diperiksakan.

b. Jenis Kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan
dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya

12
c. Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap
nyeri. (misal, suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang
harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh
jika ada nyeri)
d. Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman/ persepsi seseorang terhadap nyeri
dan dan bagaimana mengatasinya.
e. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi persepsi nyeri.Menurut Gill (1990) perhatian yang meningkat
dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi
dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun.Tehnik relaksasi, guided
imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
f. Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan
seseorang cemas.
g. Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini
nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah
tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam
mengatasi nyeri.
h. Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan
sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi
nyeri.

i. Support keluarga dan social


Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga
atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan dan perlindung

1) Tujuan :

13
Nyeri berkurang atau hilang
2) Kriteria hasil
a) Mengetahui faktor penyebab nyeri
b) Melaporkan nyeri berkurang atau hilang
c) Frekuensi nyeri berkurang
d) Ekspresi wajah saat nyeri
e) Menggunakan tindakan pencegahan
f) Melaporkan gejala

1) Intervensi
a. Observasi
a) Identifikasi lokasi, karateristik, durasi, frekuensi, intensitas nyeri
b) Identifikasi skala nyeri
c) Identifikasi respon nyeri Non-verbal
d) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e) Identifikasi pengetahuan dam keyakinan tentang nyeri
f) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeeri
g) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
h) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
i) Monitor efek samping penggunaan analgetik

a. Terapeutik
a) Berikan teknik non-farmokologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis:
TENS, hipnoosis, akupresure, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aroma
terapi, teknik imajinasi terbimbing , kompres hangat/dingin, terapi bermain)
b) Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencayahaa , kebisingan)
c) Fasilitasi istirahat dan tidur
d) Pertimbangankan jenis dan sumbernyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

a. Edukasi

14
a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
c) Anjurkan memonitor neri secara mandiri
d) Anjurkan menggunakan analgetis secara tepat
e) Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

a. Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian analgetic, jika perlu

1) Tindakan keperawatan
a. Observasi
a) mengIdentifikasi lokasi, karateristik, durasi, frekuensi, intensitas nyeri
b) mengIdentifikasi skala nyeri
c) mengIdentifikasi respon nyeri Non-verbal
d) mengIdentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e) mengIdentifikasi pengetahuan dam keyakinan tentang nyeri
f) mengIdentifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeeri
g) mengIdentifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
h) meMonitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
i) meMonitor efek samping penggunaan analgetik

a. Terapeutik
a) Memberikan teknik non-farmokologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis: tens, hipnoosis, akupresure, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aroma
terapi, teknik imajinasi terbimbing , kompres hangat/dingin, terapi bermain)
b) Mengcontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu
ruangan, pencayahaa , kebisingan)
c) Memfasilitasi istirahat dan tidur
d) Mempertimbangankan jenis dan sumbernyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

15
a. Edukasi
a) Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b) Menjelaskan strategi meredakan nyeri
c) Menganjurkan memonitor neri secara mandiri
d) Menganjurkan menggunakan analgetis secara tepat
e) Mengajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

a. Kolaborasi
a) Mengkolaborasi pemberian analgetic, jika perlu

a. Evaluasi
S : pasien mengatakan nyeri sedikit hilang
0 : pasein tampak rileks,
A : masalah teratasi sebagaian
P : lanjutkan intervensi

16
17
BAB II
Strategi Pelaksanaan
1. Proses Keperawatan
1.Kondisi klien
Tn.O R S usia 45 tahun masuk Rs. William Booth Surabaya tanggal 12
November 2019 dengan diagnosa medis “Batu Ginjal”. Selama di rumah sakit
penanggung jawab Tn. M adalah Ny. K istri dari Tn. O R S. Dokter
menyarakan Tn.O R S untuk dilakukan pembedahan” Litrotsipsi” . Pada
tanggal 14 november 2019 pukul 07.00 dokter melakukan tindakan
pembedahan “Litrotsipsi “kepada Tn.O R S dan selesai pukul 09:00 WIB,
kemudian Tn. O R S, dipindahkan ke ruang topas.
Tanggal 14 november 2019 dilakukan pengkajian, Tn. O R S, mengeluhkan
nyeri bagian kanan bawah (luka habis operasi), nyeri perih seperti tertusuk-
tusuk dengan skala nyeri 6(rentang nyeri 0-10) dan nyeri dirasakan sangat
nyeri, pasien nampak lemah dan meringis kesakitan. Hasil pemeriksaan TTV
didapat TD : 120/90mmHg, nadi : 84x/menit, RR 22x/menit, dan suhu : 36,7 0C .

2. Diagnose Keperawatan
Nyeri akut berhungan dengan agen pencedera fisik(prosedur operasi)
3. Tujuan khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurng/ hilang.
4. Tindakan keperawatan
a. Identifikasi lokasi, karateristik nyeri

b. Identifikasi skala nyeri


c. Identifikasi pengetahuan dam keyakinan tentang nyeri
d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e. Edukasi strategi meredakan nyeri
f. Ajarkan teknik non-farmokologis untuk mengurangi rasa nyeri

2. Stategi Keperawatan ( fase- fase komunikasi)

18
1) Pra Interaksi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi pak dan ibu, perkenalkan nama saya Meri disini ada rekan saya
nella, windy,sinta,helmut dan jheny kami mahasiswa dari stikes William
booth,saat ini saya yang akan membantu mengatasi nyeri pada bapak,mulai pukul
08.00-10.00 WIB, selama dinas pagi inilah bapak O R S,?”
b. Evaluasi / validasi
“Bagaimana keadaan bapak pada pagi ini?kok bapak tampak kesakitan”
c. Kontrak
- Topik
“Karena bapak tadi mengatakan nyeri, bagaimana kalau sekarang kita
bicarakan bagaimana cara mengatasi nyeri bapak?”
- Waktu
“Saya butuh waktu 20 menit untuk menjelaskan hal tersebut pada bapak”
- Tempat
“Bapak cukup berbaring dan mendengarkan penjelasan saya”

1) Fase kerja
“ Bagaimana pak rasa nyeri yang bapak rasakan?”
“ Kira – kira di perut bagian mana ya pak?”
“Rasa nyeri nya seperti apa pak?Seperti tajam atau tumpul atau tersayat-sayat
begitu?”
“ Jadi nyeri bapak seperti tertusuk-tusuk ya pak?”
“Oh iya pak dan kira-kira skala nyeri nya berapa?skala nyeri nya saya ukur dari 1-
10 apabila 1 itu tidak nyeri dan apabila 10 nyeri berat,”
“apakah bapak tahu penyebab nyeri yang bapak rasakan ?”
“Iya benar pak karena bapakkan habis operasi jadi nyerinya muncul disebabkan oleh
peradangan pada bagian yang dioperasi itu tadi sehingga menyebabkan nyeri”
“apa bapak sudah paham pak penyebabnya?”
“baguslah kalau bapak mengerti”
“Ketika nyeri bapak kambuh itu lama atau sebentar nyerinya?
“Berapa menit pak kira-kira lamanya?”

19
“Oh jadi lama nyerinya itu 3 menit ya pak?”
“Pak biasanya nyeri itu muncul waktu bapak melakukan apa?”
“Terus nyerinya berkurang waktu bapak melakukakan aktivitas apa ya ?”
“Ketika bapak melakukan apakah nyerinya berkurang atau bertambah”
“apa bapak tahu cara mengatasi nyeri?”
“ Baiklah kalau bapak tidak tahu,bagimana kalau bapak saya ajarkan cara untuk
mengurangi rasa nyeri?”
“ Begini pak, kan ada banyak cara tetapi saya akan ajarkan beberapa cara saja ya
pak.”
“ Jadi pak cara pertama yang saya ajarkan adalah menggosok daerah sekitar tapi
bukan daerah yang habis operasi pak”
“ Jadi Caranya nya menggosak daerah sekitar itu begini ya pak ikuti saya”
“Coba bapak lakukan ya”
“ Bagus bapak bisa melakukannya dengan baik”
2) Fase terminasi
a. Evaluasi
- Subyektif
“Bagaimana perasaan bapak sekarang setelah mengetahui cara mengatasi nyeri
bapak ?”
- Obyektif
“Sekarang coba bapak ulangi cara yang saya ajarkan tadi”
“Wah bapak hebat ya masih ingat semuanya, bagus bapak”
a. Tindak Lanjut
“Setelah saya tinggalkan saya harap bapak dapat melakukan cara yang sudah
saya ajarkan pada bapak tadi ketika bapak merasa nyeri lagi”
“Bapak saya sudah selesai saya pamit keruangan perawat, karena kita nanti tidak
betermu saya ucapkan terimakasih karena bapak sudah bisa diajak bekerjasama
dengan baik, semoga bapak lekas sembuh, selamat pagi pak”

1. Teknik- teknik Komunikasi


1) Mendengar (listening)

20
2) Pertanyaan terbuka (broad opening)
3) Mengulang (restarting)
4) Klarifikasi
5) Refleksi
6) Memfokuskan
7) Informing
8) Saran
9) Memberi umpan balik
10) Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan
11) Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
12) Penerimaan

a. Kehadiran fisik dan Psikologis Perawat


1. Kehadiran Fisik
a. Berhadapan
Posisi berhadapan berarti bahwa dalam komunikasih peraat harus mengadap ke klien
tidak boleh membelakangi atau duduk menyamping,sikap ini harus di pertahankan
pada saaat kontak dengan klien.
b. Kontak Mata
Kontak mata tidak hanya berhubungan dengan tatapan mata,tetapi juga dengan gerak
mata.Hal ini karena mata sering disebut-sebut sebagai jendela jiwa karena ia mampu
memperlihatkan tentang apa yang dirasakan atau dipikirkan oleh sesorang.
c. Membungkuk
Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengarkan sesuatu.
d. Sikap Terbuka
Selama berkomunikasi,perawat tidak melipat kaki atau tangan karena sikap ini
menunjukan keterbukaan perawat dalam berkomunikasi.
e. Rileks
Tetapdapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan antara relaksasi dalam
memberikan respon pada klien.
a. Kehadiran Psiklogis
a. Dimensi Respon

21
1. Kesejatiaan
Kesejatian : kesamaan antara verbal dan non verbal (Kongruen)
Akibat inkongruen:
- Tidak percaya pada perawat
- Curiga
- Informasi yang berharga hilang
- Menerima pesan yang berbeda
- Mungkin hanya percaya pada pesan non verbal
1. Empati
Empati adalah kemampuan menempatkan diri kita pada diri orang lain dan bahwa
kita telah memahami bagaimana perasaan orang lian tersebut dan apa yang
mennyebabkan reaksi mereka tanpa emosi kita terlarut dalam emosi orang lain.
2. Konkret
Perawat menggunakan terminologi yang spesifik dan bukan abstrak pada saat
mendiskusikan dengan klien mengenai perasaan, pengalaman dan tingkah
lakunya.Fungsi Mempertahankan respon perawat terhadap perasaan klien,
penjelasan dengan akurat tentang masalah dan mendorong klien memikirkan
masalah yang spesifik.
3. Menghargai
Perawat menerima klien apa adanya. Sikap perawat harus tidak menghakimi, tidak
mengkritik, tidak mengejek dan tidak menghina. Rasa menghargai dapat
dikomunikasikan melalui: duduk diam bersama klien yang menangis, minta maaf
atas hal yang tidak disukai klien dan menerima permintaan klien untuk tidak
menanyakan pengalaman tertentu.
a. Dimensi Tindakan
1) Konfrontasi
Proses interpersonal yang digunakan oleh perawat untuk memfasilitasi, memodifikasi
dan perluasan dari gambaran diri orang lain
Dua bagian dari konfrontasi :
- Membuat orang lain sadar terhadap perilaku yang tidak produktif/merusak
- Membuat pertimbangan tentang bagaimana dia bertingkah laku yang lebih produktif
dengan jelas dan konstruktif.

22
2) Kesegaraan
Kesegeraan : sebagai sensitifitas perawat pada perasaan klien dan kesediaan untuk
mengatasi perasaan daripada mengacuhkannya.
3) Sikap Terbuka
Membuka diri : Membuat orang lain tahu tentang pikiran, perasaan dan pegalaman
pikiran kita.
4) Emosional Chatarsis
Terjadi pada saat klien didorong untuk mebicarakan hal-hal yang sangat
mengganggunya untuk mendapatkan efek terapeutik.
5) Bermain Peran
Bermain peran adalah melakukan peran pada situasi tertentu. Hal ini berguna
untukmeningkatkan kesadaran dalam berhubungan dankemampuan melihat situasi
dari pandangan oranglain. Bermain peran menjembatani anatara pikiranserta perilaku
dan klien akan merasa bebasmempraktekkan perilaku baru pada lingkungan yang
aman.

BAB 111
Strategi Pelaksanaan
1. Proses Keperawatan
1) Kondisi klien
Tn.O R S usia 45 tahun masuk Rs. William Booth Surabaya tanggal 12
November 2019 dengan diagnosa medis “Batu Ginjal”. Selama di rumah sakit
penanggung jawab Tn. M adalah Ny. K istri dari Tn. O R S. Dokter
menyarakan Tn.O R S untuk dilakukan pembedahan” Litrotsipsi” . Pada
tanggal 14 november 2019 pukul 07.00 dokter melakukan tindakan
pembedahan “Litrotsipsi “kepada Tn.O R S dan selesai pukul 09:00 WIB,
kemudian Tn. O R S, dipindahkan ke ruang topas.

23
Tanggal 14 november 2019 dilakukan pengkajian, Tn. O R S, mengeluhkan
nyeri bagian kanan bawah (luka habis operasi), nyeri perih seperti tertusuk-
tusuk dengan skala nyeri 6(rentang nyeri 0-10) dan nyeri dirasakan sangat
nyeri, pasien nampak lemah dan meringis kesakitan. Hasil pemeriksaan TTV
didapat TD : 120/90mmHg, nadi : 84x/menit, RR 22x/menit, dan suhu : 36,7 0C .
2) Diagnose Keperawatan
Nyeri akut berhungan dengan agen pencedera fisik(prosedur operasi)
3) Tujuan khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurng/ hilang.
4) Tindakan keperawatan
a. Identifikasi lokasi, karateristik nyeri

b. Identifikasi skala nyeri


c. Identifikasi pengetahuan dam keyakinan tentang nyeri
d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e. Edukasi strategi meredakan nyeri
f. Ajarkan teknik non-farmokologis untuk mengurangi rasa nyeri.

1. Stategi Keperawatan ( fase- fase komunikasi)


1) Pra Interaksi
a. Salam terapeutik

Perawat 1 :“Selamat pagi pak dan ibu, perkenalkan nama saya Meri disini
ada rekan saya nella, windy,sinta,helmut dan jheny kami
mahasiswa dari stikes William booth,saat ini saya yang akan
membantu mengatasi nyeri pada bapak,mulai pukul 08.00-
10.00 WIB, selama dinas pagi inilah bapak O R S,?”
Pasien dan istri :” selamat pagi juga suster, ia benar suster.”

b. Evaluasi / validasi
Perawat 1 :” baagaiman keadaan bapak saat ini”?
24
Pasien dan istri :” saya masih merasakan nyeri suster”

c. Kontrak
- Topik
Perawat 1 :“Karena bapak tadi mengatakan masih nyeri,
bagaimana kalau sekarang kita bicarakan bagaimana cara
mengatasi nyeri bapak?”
Pasien dan istri :” ia suster boleh”
- Waktu
Perawat 1 : “ Saya butuh waktu 10 menit untuk menjelaskan hal tersebut
kepada bapak dan ibu”
Pasien dan isrti :”baik suster silahkan”
- Tempat
Perawat 1 :’“Bapak cukup berbaring dan mendengarkan penjelasan
saya”
Pasien dan istri :”oke baiklah suster”

1) Fase kerja
Perawat 2 : “ Bagaimana keadaan bapak sekarang?”
Pasien : “masih merasakan nyeri suster”
Perawat 2 : “ Kira – kira di perut bagian mana ya pak?”
Pasien : di perut bagian kanan suster”
Perawat 2 : “Oh iya pak dan kira-kira skala nyeri nya berapa?skala nyeri nya
saya ukur dari 1-10 apabila 1 itu tidak nyeri dan apabila 10 nyeri berat
Pasien :yang saya rasakan nyerinya di tengah—tengah”
Perawat 2 : di tengah-tengah itu di angka 5 atau 6 pak”?
pasien dan isrti :di angka 6 suster”
perawat 2 :karena bapak sudah bisa mengatakan nyerinya di angka 6,sekarang
bagaima kalau saya mengajarkan teknik relaksasi atau mengalihkan
rasa nyeri”?
pasien dan istri :” ia suster boleh”

25
perawat 2 :bapak bisa membaca Koran,main hp,bercerita dengan ibu,atau
menonton tv,sehingga bapak tidak terlalu merasakan nyeri pak dan
rasa nyerinya sedikit berkurang pak”?
Istri : “oh jadi bisa chat chat tan yah suster”(tersenyum)
Perawat :”ia betul sekali ibu,kan zaman sekrang begitu”
Pasien dan istri :”baiklah suster kalau begitu”

2) Fase terminasi
a. Evaluasi
- Subyektif
Perawat :“Bagaimana perasaan bapak sekarang setelah mengetahui cara
mengatasi nyeri bapak ?”
Pasien dan istri :”merasa lega dan senang setelah mengerti apa yang dijelaskan
perawat kepada saya dam mengalihkan nyeri’’

- Obyektif
Perawat :“Sekarang coba bapak dan ibu ingat-ingat kembali apa saja
yang bisa mengalihkan rasa nyeri’?
Pasien dan istri :”ia suster saya harus membaca Koran,nonton tv,bercerita dan
main hp sehingga rasa nyeri saya bisa sedikit berkurang”
Perawat :“Wah bapak hebat ya masih ingat semuanya, bagus
bapak dan ibu”
a. Tindak Lanjut
Perawat :“Setelah saya tinggalkan saya harap bapak dan ibu dapat
mengingatkan cara yang sudah saya ajarkan pada bapak dan
ibu tadi ketika bapak merasa nyeri lagi”
Pasien dan istri :”baik suter”
Perawat :“Bapak dan ibu saya dan rekan rekan saya sudah selesai
melakukan tindakan komunikasih terapeutik,sekarang kami
akan kembali ke kampus,terimakasih karena bapak sudah bisa

26
diajak bekerjasama dengan baik, semoga bapak lekas sembuh,
selamat siang pak dan ibu”
Pasien dan istri :”ia suster sama-sama dan terimakasih juga”

1. Teknik- teknik Komunikasi


1) Mendengar (listening)
2) Pertanyaan terbuka (broad opening)
3) Mengulang (restarting)
4) Klarifikasi
5) Refleksi
6) Memfokuskan
7) Informing
8) Saran
9) Memberi umpan balik
10) Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan
11) Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
12) Penerimaan

1. Kehadiran fisik dan Psikologis Perawat


1) Kehadiran Fisik
a. Berhadapan
Posisi berhadapan berarti bahwa dalam komunikasih peraat harus mengadap ke klien
tidak boleh membelakangi atau duduk menyamping,sikap ini harus di pertahankan
pada saaat kontak dengan klien.
b. Kontak Mata
Kontak mata tidak hanya berhubungan dengan tatapan mata,tetapi juga dengan gerak
mata.Hal ini karena mata sering disebut-sebut sebagai jendela jiwa karena ia mampu
memperlihatkan tentang apa yang dirasakan atau dipikirkan oleh sesorang.
c. Membungkuk
Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengarkan sesuatu.
d. Sikap Terbuka

27
Selama berkomunikasi,perawat tidak melipat kaki atau tangan karena sikap ini
menunjukan keterbukaan perawat dalam berkomunikasi.
e. Rileks
Tetapdapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan antara relaksasi dalam
memberikan respon pada klien.
1. Kehadiran Psiklogis
a. Dimensi Respon
1) Kesejatiaan
Kesejatian : kesamaan antara verbal dan non verbal (Kongruen)
Akibat inkongruen:
- Tidak percaya pada perawat
- Curiga
- Informasi yang berharga hilang
- Menerima pesan yang berbeda
- Mungkin hanya percaya pada pesan non verbal
1) Empati
Empati adalah kemampuan menempatkan diri kita pada diri orang lain dan bahwa
kita telah memahami bagaimana perasaan orang lian tersebut dan apa yang
mennyebabkan reaksi mereka tanpa emosi kita terlarut dalam emosi orang lain.
2) Konkret
Perawat menggunakan terminologi yang spesifik dan bukan abstrak pada saat
mendiskusikan dengan klien mengenai perasaan, pengalaman dan tingkah
lakunya.Fungsi Mempertahankan respon perawat terhadap perasaan klien,
penjelasan dengan akurat tentang masalah dan mendorong klien memikirkan
masalah yang spesifik.
3) Menghargai
Perawat menerima klien apa adanya. Sikap perawat harus tidak menghakimi,
tidak mengkritik, tidak mengejek dan tidak menghina. Rasa menghargai dapat
dikomunikasikan melalui: duduk diam bersama klien yang menangis, minta maaf
atas hal yang tidak disukai klien dan menerima permintaan klien untuk tidak
menanyakan pengalaman tertentu.
a. Dimensi Tindakan

28
1) Konfrontasi
Proses interpersonal yang digunakan oleh perawat untuk memfasilitasi,
memodifikasi dan perluasan dari gambaran diri orang lain
Dua bagian dari konfrontasi :
- Membuat orang lain sadar terhadap perilaku yang tidak produktif/merusak
- Membuat pertimbangan tentang bagaimana dia bertingkah laku yang lebih produktif
dengan jelas dan konstruktif.
2) Kesegaraan
Kesegeraan : sebagai sensitifitas perawat pada perasaan klien dan kesediaan
untuk mengatasi perasaan daripada mengacuhkannya.
3) Sikap Terbuka
Membuka diri : Membuat orang lain tahu tentang pikiran, perasaan dan pegalaman
pikiran kita.
4) Emosional Chatarsis
Terjadi pada saat klien didorong untuk mebicarakan hal-hal yang sangat
mengganggunya untuk mendapatkan efek terapeutik.
5) Bermain Peran
Bermain peran adalah melakukan peran pada situasi tertentu. Hal ini berguna
untukmeningkatkan kesadaran dalam berhubungan dankemampuan melihat situasi
dari pandangan oranglain. Bermain peran menjembatani anatara pikiranserta perilaku
dan klien akan merasa bebas mempraktekkan perilaku baru pada lingkungan yang
aman.

29
BAB IV

Pembahasan

4.1 Hambatan – hambatan yang dialami selama pelaksanaan Komunikasi

4.2 Solusi

30
BAB V

Penutup

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

31
Daftar Pustaka

32

Anda mungkin juga menyukai