Anda di halaman 1dari 10

TUGAS TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN

PENERAPAN TEKNOLOGI UNTUK MELAKSANAKAN BUDIDAYA UBI JALAR


UNTUK MENCAPAI PRODUKSI YANG MAKSIMAL

Anggota Kelompok :
Muhammad Irsyad 134190080
Fahrizal Irawan 134190085
Adrian Novanda 134190097

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ubi jalar ( Ipo- moea batatas ) merupakan tanaman yang sudah lama dikenal
dan dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Sebagai sumber karbohidrat, ubi jalar
banyak dimanfaatkan untuk bahan pangan dan bahan baku industri. Sejalan dengan
program diversifikasi pangan yang menjadikan sumber karbohidrat sebagai alternatif
selain beras, perkembangan industri kimia berbasis ubi jalar, dan berkembangnya
industri pakan ternak , kebutuhan ubi jalar dipasti kan akan meningkat tajam
sehingga diperlukan peningkatan produksi baik melalui peningkatan produktivitas
maupun perluasan areal tanaman komoditas tersebut.
Di Indonesia, tanaman ubi jalar sudah dikenal dan dibudidayakan secara turun
temurun oleh sebagian masyarakat. Sebagai sumber karbohidrat, ubi jalar merupakan
tanaman bahan makanan dari kelompok umbi-umbian yang sering dimanfaatkan
sebagai pengganti beras, bahkan di beberapa daerah ubi jalar digunakan sebagai
makanan pokok. Sebagian besar produksi ubi jalar digunakan untuk memenuhi
kebutuhan di dalam negeri sebagai bahan pangan, dan dalam jumlah yang lebih kecil
juga dimanfaatkan sebagai pakan maupun bahan baku industri.
Teknologi budidaya untuk peningkatan produktivitas maupun lahan
untuk pengembangan ubi jalar telah tersedia. Namun masih diperlukan sistem
perbenihan yang mampu menjamin tersedianya benih bermutu secara
memadai dan berkesinambungan. Sistem perbenihan ubi jalar yang
perbanyakannya menggunakan bagian vegetatif berupa stek batang atau
stek pucuk dan secara genetis tidak berbeda dengan induknya perlu diatur
tersendiri agak berbeda dengan tanaman yang diperbanyak melalui biji.
Hubungan, keterkaitan dan koordinasi antara produsen benih/ benih
terutama penyedia benih sumber, penangkar benih, distributor/penyalur
benih yang selama ini masi h dirasa kurang harmonis masih perlu
ditingkatkan. Untuk mencapai pertumbuhan industri benihan yang
berkelanjutan, diperlukan peran sinergi sektor swasta, institusi riset
pemerintah dan institusi yang menangani regulasi serta fasilitasi
perbenihan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teknologi benih ubi jalar?
2. Bagaimana teknologi budidaya pertanian ubi jalar?
3. Bagaimana cara pemanenan ubi jalar?
4. Bagaimana penerapan teknologi penyimpanan hasil panen ubi jalar?
C. Tujuan
1. Mengetahui teknologi benih ubi jalar.
2. Mengetahui teknologi budidaya pertanian ubi jalar.
3. Mengetahui cara pemanenan ubi jalar.
4. Mengetahui penerapan teknologi penyimpanan hasil panen ubi jalar.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teknologi Benih Ubi Jalar


Berbeda dengan tanaman padi, jagung atau- pun kacang-kacangan yang
diperbanyak dengan biji, tanaman ubi jalar pada umumnya diper- banyak dengan stek
batang. Perbanyakan dengan biji hanya digunakan dalam bidang pemuliaan untuk
menghasilkan turunan baru dengan karakter yang lebih baik daripada tetuanya
(induk). Sebagian besar kultivar ubi jalar bersifat self incompatible sehingga biji-biji
yang terbentuk merupakan hasil persilangan bebas yang apabila di tumbuhkan akan
menghasilkan tanaman dengan kenampakan morfologi yang sangat beragam,
sehingga banyak kultivar yang satu s ama lain mirip akan t eta pi a p abila diamati
dengan cermat ternyata ditemukan beberapa sifat yang berbeda. Pada ubi jalar,
terjadinya duplikasi kultivar merupakan hal yang sering terjadi, ada kemungkinan satu
kultivar memiliki beberapa nama, dan sebaliknya beberapa kultivar mempu- nyai satu
nama yang sama.
Stek ubi jalar diambil dari tanaman (asal umbi atau stek), dari tanaman yang
telah berumur dua bulan atau lebih. Benih (stek) yang baik berasal dari bagian ujung
batang atau cabang atau dari tunas pada persemaian umbi, sepanjang 20–25 cm.
Tanaman yang berasal dari stek bukan pucuk tumbuh 1–2 minggu lebih lambat, dan
hasilnya lebih rendah dibanding tanaman yang berasal dari stek pucuk. Pengambilan
stek sebaiknya dila- kukan pada pagi hari (kandungan air dalam stek maksimum agar
tidak mudah layu). Untuk mengurangi penguapan, dilakukan perempesan
(pengurangan daun pada stek). Stek dapat disim- pan di tempat teduh selama 1–7 hari
(Wargiono 1980).

B. Teknologi Budidaya Pertanian Ubi Jalar


1. Varietas dan Stek
 Varietas-varietas unggul yang telah dilepas selain mempunyai produktivitas
tinggi, juga mempunyai sifat agak tahan terhadap hama boleng Cylas
formicarius dan penyakit kudis Sphaceloma batatas.
 Untuk menjaga potensi hasil, stek yang ditanam harus berkualitas.
 Stek pucuk diambil dari tanaman ubi jalar yang tumbuh sehat, normal, dan
sudah berumur dua bulan atau lebih.
 Potong stek pucuk sepanjang 20–25 cm, menggunakan pisau tajam, dan
dilakukan pada pagi hari. Buang sebagian daun-daunnya untuk mengurangi
penguapan yang berlebihan.
 Jika penanaman tidak selesai dalam sehari, ikat tiap 100 stek dalam satu ikatan,
lalu simpan dengan tidak bertumpuk di tempat teduh selama 1–3 hari.\
2. Penyiapan Lahan
 Tanah diolah dan dibuat guludan dengan lebar 40–60 cm dan tinggi 30–40 cm.
Jarak antar puncak guludan 80 cm atau 100 cm.
 Pada tanah berat (berlempung) perlu ditambah 10 ton bahan organik/ha.
3. Penanaman
 Sebaiknya ubi jalar ditanam setelah padi yaitu pada akhir musim hujan hingga
pertengahan musim kemarau.
 Stek pucuk ditanam tegak atau miring dengan 2–3 ruas terbenam ke dalam tanah
atau guludan dengan jarak dalam baris 20–30 cm, populasi tanaman sekitar
33.000–50.000 tanaman/ha.
 Ubi jalar dapat pula ditanam dalam sistem tumpangsari dengan tingkat naungan
tidak lebih 30%.
 Penyulaman stek yang mati dapat dilakukan pada umur 7–10 hari
4. Pemupukan
 Takaran pupuk 100–200 kg Urea + 100 kg SP36 + 100 kg KCl per hektar.
Sangat baik bila ditambahkan pupuk kandang yang diberikan bersamaan
pembuatan guludan.
 1/3 dosis Urea dan KCl serta seluruh SP36 diberikan pada satu minggu setelah
tanam. Sedangkan sisanya, 2/3 Urea dan KCl diberikan pada saat tanaman
berumur 1,5 bulan.
 Pupuk yang sudah diberikan sebaiknya ditutup dengan tanah
5. Penyiangan Gulma dan Pembalikan Batang
 Penyiangan gulma dilakukan sebelum pemupukan kedua, atau selambat-
lambatnya bersamaan dengan pemupukan kedua.
 Perbaikan gulud dan pembalikan batang perlu dilakukan untuk mencegah
munculnya akar dari ruas batang.
 Untuk pertanaman di lahan sawah setelah padi, pemanfaatan jerami padi sebagai
mulsa dapat menekan biaya, karena selain meringankan penyiangan gulma,
dengan mulsa tidak perlu pembalikan batang.
 Pada lahan sawah penyiangan dilakukan pada umur satu bulan bersamaan
dengan turun gulud. Sedangkan naik gulud dilakukan pada umur dua bulan
bersamaan dengan penyiangan dan pemberian pupuk susulan.
6. Pengairan
 Pada musim kemarau, pengairan dilakukan setiap 2–3 minggu atau minimal tiga
kali selama masa pertumbuhan. Pengairan yang cukup dapat menghindarkan
tanaman ubijalar dari serangan hama boleng Cylas formicarius
7. Pengendalian Hama
 Hama utama adalah boleng Cylas formicarius, penggerek batang Omphisa
anastomasalis serta nematoda Meloidogyne sp.
 Hama tersebut dapat dikendalikan secara terpadu dengan:
o menggunakan varietas yang agak tahan,
o gunakan stek dari tanaman sehat,
o perlakukan stek dengan mencelupkan stek ke dalam larutan insektisida
Marshal dengan dosis sesuai anjuran selama 2–3 menit,
o pemberian Furadan 3G secara larikan 5–7 cm dari barisan tanaman
o pengairan yang cukup,
o pembumbunan,
o penangkapan serangga dewasa jantan dengan seks feromon, dan
penyemprotan insektisida nabati yaitu ekstrak daun atau biji mimba
(Azadirachta indica) dengan konsentrasi 4%,
o panen tepat waktu atau tidak terlambat akan mengurangi serangan hama,
o rotasi tanaman.
8. Pengendalian Penyakit
Penyakit utama yang menyerang ubi jalar adalah Kudis (Scab)
 Disebabkan oleh cendawan Sphaceloma batatas atau Elsinoe batatas.
 Patogen ini merupakan salah satu patogen penting di daerah tropik dan dapat
menurunkan hasil hingga 30% pada varietas yang rentan terhadap penyakit
kudis.
 Kondisi lingkungan yang lembab dan curah hujan yang tinggi sangat
mendukung perkembangan cendawan Shpaceloma batatas atau Elsinoe batatas.

C. Mengetahui Cara Pemanenan Ubi Jalar.


Ubi jalar merupakan tanaman tahunan yang diusahakan secara semusim.
Panen ubi jalar dapat dilakukan pada umur 3,5–5 bulan (di dataran rendah hingga
menengah). Sedangkan di dataran tinggi umur panen menjadi lebih panjang, yaitu
6–8 bulan atau bahkan lebih setahun. Di Irian Jaya ubi jalar tidak dipanen serentak,
tetapi bertahap atas dasar ukuran ubi, yaitu dengan mengambil ubi ukuran besar dan
menimbun kembali akar dan ubi kecil. Panen bertahap umumnya dilakukan setiap 1–3
hari untuk memenuhi kebutuhan konsumsi harian khususnya sumber karbohidrat yang
didominasi oleh ubi jalar. Dengan cara panen bertahap ini, umur tanaman dapat me
ncapai dua tahun. Periode yang hampir serentak dalam memulai tanam, sering
menimbulkan paceklik dan bencana kelaparan yang menimbulkan korban jiwa di
pegunungan tengah Irian Jaya. Hal ini karena ukuran ubi yang dipanen pada tanaman
yang berumur sekitar dua tahun kurang layak dikonsumsi. Padahal di daerah tersebut
ubi jalar sebagai penopang menu utama.
Penciri bahwa tanaman ubi jalar sudah dapat dipanen adalah apabila daun-
daun pada tajuk yang telah menutup sesamanya mulai mengu- ning. Menguningnya
adalah karena proses alamiah, yaitu akibat akan gugurnya daun menjelang tua
(senescence) bukan karena hama, penyakit atau fisiologis. Di dataran tinggi
pegunungan tengah Irian Jaya di mana umur panen hingga dua tahun, tidak tampak
perbedaan tegas gejala senescence, karena curah hujan dan kelembaban pertumbuhan
tajuk relatif tetap hijau.
Dalam sistem panen serentak seperti yang dit erapkan petani pada umumnya,
ubi jalar dipanen dengan membongkar sisi-sisi guludan. Umbi yang terserang tikus
maupun boleng atau yang busuk akibat penyakit dipisahkan dengan umbi sehat dalam
berbagai ukuran. Untuk memperoleh hasil panen yang baik perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Memotong pangkal batang lebih kurang 5 cm dari permukaan guludan.
2. Mengangkat potongan tanaman keluar petakan
3. Menggali umbi dengan cangkul, bajak atau skop dan diusahakan jangan sampai
umbi terluka atau memar
4. Umbi jangan dibiarkan pada siang hingga malam hari di t em p at t e rbuka,
umumnya ditutupi tajuk agar t idak terkena sengatan matahari langsung.

D. Mengetahui Penerapan Teknologi Penyimpanan Hasil Panen Ubi Jalar


Ubi jalar segar dan sehat dapat disimpan hingga 2–3 bulan. Ubi jalar yang
terkena penyakit maupun hama boleng serta terluka tidak dapat disimpan lama. Umbi
tersebut dapat menjadi penyebab kerusakan bagi umbi sehat lainnya (Widodo et al.
1994). Penyimpanan ubi jalar segar sebaiknya tidak dihamparkan langsung pada tanah
atau lantai, tetapi di atas para-para setinggi minimal 30 cm, sehingga memungkinkan
terjadi sirkulasi udara. Ubi jalar yang bertangkai dan tidak dipisahkan dari pangkal
batang mempunyai daya simpan lebih baik. Antarlina dan Utomo (1999) melaporkan
bahwa penyimpanan ubi segar pada berbagai media tidak berbeda nyata terhadap
ketahanan simpan.
Penyimpanan ubi jalar akan lebih menguntungkan apabila dalam bentuk
produk antara yaitu cip, tepung, atau pati. Pada pembuatan tepung ubi jalar tidak
terdapat limbah yang terbuang, kecuali hanya berupa air bekas cucian. Sedangkan
kulit umbi kupasan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Dari tepung ubi jalar
dapat dibuat kue kering, saos, jelly, mie, roti dll. Pada pembuatan pati, umumnya
menimbulkan bau, akibat sisa perasan mengan- dung karbohidrat yang terlarut pada
air limbah dan terdekomposisi dalam suasana anaerob. Dari pati ubi jalar berbagai
produk kimia dan farmasi dapat dibuat termasuk gula cair, alkohol, sorbi- tol hingga
plastik yang cepat terdekomposisi (bio-degradable plastic) .
Produk-produk yang dapat menggunakan ubi jalar sebagai bahan baku atau
campuran sudah banyak, namun belum banyak diketahui oleh masyarakat dan pasar.
Oleh karena itu perlu adanya penyuluhan dan pengenalan yang lebih intensif agar
keberadaan ubi jalar punya arti dalam mendukung penyediaan pangan.
BAB III

KESIMPULAN

Untuk mencapai produktivitas tinggi pada ubi jalar telah tersedia paket teknologi
budidaya dan varietas unggul baru maupun varietas unggul lokal yang berkembang di
masyarakat. Teknik budidaya yang handal selain menjamin diraihnya taraf hasil tinggi, juga
bersifat ramah lingkungan dan berkelanjutan. Penyiapan lahan dan peng- olahan tanah,
pemilihan bibit sehat dan bermutu, pemeliharaan tanaman agar terbebas gulma pada periode
awal hingga pemupukan kedua serta pengelolaan tajuk dan pengairan saat kemarau
merupakan komponen teknologi budidaya penting agar produktivitas tinggi dapat dicapai.

Tercapainya produktivitas yang tinggi dalam budidaya ubi jalar menawarkan ruang
yang lebih leluasa guna melaksanakan amanat Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009
tentang Kebi- jakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya
Lokal. Surplus produksi yang telah dikurangi untuk menutup kepentingan konsumsi
(pangan), perlu diarahkan untuk m e nggerakkan in d u s tr i p akan, kimia (farma si) mau p
un e n e rgi. De ngan cara d an langkah demikian, potensi hayati ubi jalar akan dapat menjadi
pilar kekuatan ekonomi bagi petani dan masyarakat lainnya
DAFTAR PUSTAKA
 Antarlina,S.S. dan J.S.Utomo. 1999. Proses pembuatan dan penggunaan tepung ubi jalar
untuk produk pangan. Hlm. 30–44. Dalam Ed.Khusus Balitkabi 15–1999
 . BPS. 2008. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik Indinesia. Jakarta. 610 hlm.
 Sajjapongse, A. and Y.C.Roan. 1982 . Physical factors affecting root yield of
sweetpotato(Epomoea batatas ( L) La m). . I n Proc. of th e Fir s t I nt. Sym p,
Sweetpotato. Villareal, R.L. and T.D. Griggs.pp203–208. AVRDC, Taiwan, China.
 Waluyo dan I.G.Mok. 1994. Ketahanan varietas atau klon ubi jalar terhadap hama lanas (
Cylas formicarius F). Hlm.216–220. Dalam Winarto,A., Y.Widodo,.S.Antarlina,
H.Pudjosantosa, dan Sumarno Risalah Seminar Teknologi Produksi dan Pasca Panen Ubi
jalar Mendukung Agro-Industri. Balittan Malang

Anda mungkin juga menyukai