Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KASUS HIPERTENSI

( HYPERTENSI )

KELOMPOK 2 :

1. Aris Puji Setyaningrum (201902053)

2. Atin Baroroh (201902054)

3. Cantika Rintan Novia M (201902055)

4. Dara Ayu Tri Prasasti (201902056)

5. Dina Arni Anisa (201902057)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA

MADIUN

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena
atas berkat rahmat serta kehendak-Nya lah kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas
makalah ini tepat pada waktunya. Pembuatan tugas makalah yang berjudul “ Asuhan
Keperawatan Teori Pada Kasus Hipertensi (HYPERTENSIO) “bertujuan sebagai tugas
semester 3 tahun pelajaran 2020/2021.

Berkat bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyampaikan terimakaih kepada :

1. Allah SWT telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
2. Ibu Adhin Al-Kasanah, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah 1 (KMB 1), yang memberikan pengarahan bimbingan
kepada kami dalam menyusun tugas makalah Hipertensi ini.
3. Dan kepada kelompok kami yang telah bersedia bekerja dalam membuat dan
menyusun tugas makalah ini.

Kami menyadari sebagai seorang mahasiswa yang masih perlu banyak belajar dalam
pengethuan dan dalam penulisan karya tulis, menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karna itu kami sangat mengharapkan adanya kritik
dan saran yang positif agar karya tulis kami menjadi lebih baik dan berguna di masa yang
akan datang. Harapan kami, mudah-mudahan ini dapat memberikan banyak manfaat dan
berguna bagi pembacanya,

Madiun , 7 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Masalah
1.4 Manfaat Masalah
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Hipertensi
2.2 Etiologi Hipertensi
2.3 Manifestasi Klinis Hipertensi
2.4 Patofisiologi Hipertensi
2.5 Penatalaksanaan Hipertensi
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


System kardiovaskular merupakan suatu system transport tertutup yang terdiri atas
jantung, komponen darah, dan pembuluh darah. Fungsi system kardiovaskuler adalah
memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan dan organ tubuh
yang diperlukan dalam proses metabolisme. Secara normal setiap jaringan dan organ tubuh
akan menerima aliran darah dalam jumlah yang cukup sehingga jaringan dan organ tubuh
menerima nutrisi dengan adekuat. System kardiovaskular yang berfungsi sebagai system
regulasi melakukan mekanisme yang bervariasi dalam merespons seluruh aktivitas tubuh.
Pada keadaan tertentu, darah akan lebih banyak dialirkan pada organ-organ vital seperti
jantung dan otak untuk memelihara system sirkulasi organ tersebut. (Arif Muttaqin, 2009)
Jantung berfungsi melakukan sirkulasi darah ke seluruh tubuh. Proses sirkulasi ini
akan bekerja dengan baik jika proses pemompaan berlangsung dengan baik. Jika pemompaan
ini tidak sempurna, distribusi oksigen akan menurun yang dikompensasi oleh jantung dengan
meningkatkan kecepatan respirasi. Apabila proses kompensasi terjadi terus menerus, pada
akhirnya jantung akan gagal melakukan pemompaaan. Pompa jantung bekerja melalui
tahapan yang disebut siklus jantung yang terdiri dari sistol dan diatol. (Arif Muttaqin, 2009)
Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir mencapai
semua jaringan tubuh manusia. Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah pada waktu
jantung menguncuo (sistol). Adapaun tekanan darah diastolic adalah tekanan darah pada saat
jantung mengendor kembali(diastole). Tekanan darah manusia dapat digolongkan menjadi
tiga kelompok, yaitu tekanan darah rendah(hipotensi), normal(normotensi), dan tinggi
(hipertensi). (Arif Muttaqin, 2009)
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa definisi Hipertensi ?
b. Apa etiologi Hipertensi ?
c. Bagaimana manifestasi klinis Hipertensi ?
d. Bagaimana patofisiologi Hipertensi ?
e. Bagaimana farmakologi Hipertensi ?
f. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien Hipertensi ?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui definisi Hipertensi
b. Mengetahui etiologi Hipertensi
c. Mengetahui manifestasi klinis Hipertensi
d. Mengetahui patofisiologi Hipertensi
e. Mengetahui farmakologi Hipertensi
f. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien Hipertensi

1.4 Manfaat

Dapat mengetahui dan menjelaskan apa itu Hipertensi ( Hypertensio) serta bagaimana
cara menanganinya dan asuhan keperawatannya. Serta dapat menerapkannya di lingkungan
rumah sakit maupun masyarakat sebagai upaya pencegahan penyakit.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hipertensi


Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Commitee on Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90
mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari
tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan
sebagai primer/esensial (hampir 90 % dari semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai
akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali, sering kali dapat diperbaiki (Marilynn E.
Doenges, dkk, 1999).
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan perubahan pada
pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah (Arif
Muttaqin, 2009).
Menurut Bruner dan Suddarth (2001) hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan
darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di
atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik di
atas 160 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah meningkatnya tekanan sistolik
sedikitnya 140 mmHg dan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
2.2 Etiologi Hipertensi
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kehilangan elastisitas pembuluh darah dan penyempitan lumen pembuluh darah
Klasifikasi hipertensi menurut etiologinya:
a. Hipertensi primer : Konsumsi Na terlalu tinggi, Genetik, Stres psikologis
b. Hipertensi renalis : keadaan iskemik pada ginjal
c. Hipertensi hormonal
d. Bentuk hipertensi lain : obat, cardiovascular, neurogenik
(Andy Sofyan, 2012)
2.3 Manifestasi Klinis
sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun
berupa:
a. nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah
b. penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi
c. ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf xi pusat
d. nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomeruluse.
e. edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
(Elizabeth J. Corwin, 2000).
2.4 Patofisilogi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula pada sistemsaraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis
ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
(Bruner dan Suddarth, 2001).
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriktor. Individu
dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidakdiketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi. (Bruner dan Suddarth, 2001).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medullaadrenal mensekresi epineprin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. (Bruner dan Suddarth, 2001).
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan streroid lainnya, yang dapat
memperkuatrespons vasokonstriksi pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukan angiotensinI yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstrikstriktor kuat. Yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi. (Bruner dan Suddarth, 2001).
Pertimbangan gerontologis. Perubahan struktur dan fungsional pada sistem perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi arterosklerosis, hilangnya elastisistas jaringan ikat, dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi
dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan parifer.(Bruner
dan Suddarth, 2001).

2.5 Penatalaksanaan Hipertensi


Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan:
1. Terapi nonfarmakologi
2. Terapi farmakologi
1. Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk mencegah
tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi.
Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup.
Perubahan yang sudah terlihat menurunkan tekanan darah dapat terlihat pada tabel 4 sesuai
dengan rekomendasi dari JNC VII. Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien
dengan hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah
ke hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi.12 Modifikasi gaya
hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan
untuk individu yang obes atau gemuk; mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to
Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik;
dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja. Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan tekanan
darah cukup baik dengan terapi satu obat antihipertensi; mengurangi garam dan berat badan
dapat membebaskan pasien dari menggunakan obat. 10 Program diet yang mudah diterima
adalah yang didisain untuk menurunkan berat badan secara perlahan-lahan pada pasien yang
gemuk dan obes disertai pembatasan pemasukan natrium dan alkohol. Untuk ini diperlukan
pendidikan ke pasien, dan dorongan moril. (Rilantono, L dkk. 2002)
Fakta-fakta berikut dapat diberitahu kepada pasien supaya pasien mengerti
rasionalitas intervensi diet:
a. Hipertensi 2 – 3 kali lebih sering pada orang gemuk dibanding orang dengan berat badan
ideal
b. Lebih dari 60 % pasien dengan hipertensi adalah gemuk (overweight)
c. Penurunan berat badan, hanya dengan 10 pound (4.5 kg) dapat menurunkan tekanan darah
secara bermakna pada orang gemuk
d. Obesitas abdomen dikaitkan dengan sindroma metabolik, yang juga prekursor dari
hipertensi dan sindroma resisten insulin yang dapat berlanjut ke DM tipe 2, dislipidemia, dan
selanjutnya ke penyakit kardiovaskular.
e. Diet kaya dengan buah dan sayuran dan rendah lemak jenuh dapat menurunkan tekanan
darah pada individu dengan hipertensi.
f. Walaupun ada pasien hipertensi yang tidak sensitif terhadap garam, kebanyakan pasien
mengalami penurunaan tekanan darah sistolik dengan pembatasan natrium. (Rilantono, L
dkk. 2002)
JNC VII menyarankan pola makan DASH yaitu diet yang kaya dengan buah, sayur,
dan produk susu redah lemak dengan kadar total lemak dan lemak jenuh berkurang. Natrium
yang direkomendasikan < 2.4 g (100 mEq)/hari. Aktifitas fisik dapat menurunkan tekanan
darah. Olah raga aerobik secara teratur paling tidak 30 menit/hari beberapa hari per minggu
ideal untuk kebanyakan pasien. Studi menunjukkan kalau olah raga aerobik, seperti jogging,
berenang, jalan kaki, dan menggunakan sepeda, dapat menurunkan tekanan darah.
(Rilantono, L dkk. 2002)
Keuntungan ini dapat terjadi walaupun tanpa disertai penurunan berat badan. Pasien
harus konsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis olah-raga mana yang terbaik terutama
untuk pasien dengan kerusakan organ target. Merokok merupakan faktor resiko utama
independen untuk penyakit kardiovaskular. Pasien hipertensi yang merokok harus
dikonseling berhubungan dengan resiko lain yang dapat diakibatkan oleh merokok.
(Rilantono, L dkk. 2002)
2. Terapi Farmakologi
Ada 9 kelas obat antihipertensi . Diuretik, penyekat beta, penghambat enzim konversi
angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB), dan antagonis kalsium
dianggap sebagai obat antihipertensi utama. Obat-obat ini baik sendiri atau dikombinasi,
harus digunakan untuk mengobati mayoritas pasien dengan hipertensi karena bukti
menunjukkan keuntungan dengan kelas obat ini. Beberapa dari kelas obat ini (misalnya
diuretik dan antagonis kalsium) mempunyai subkelas dimana perbedaan yang bermakna dari
studi terlihat dalam mekanisme kerja, penggunaan klinis atau efek samping. Penyekat alfa,
agonis alfa 2 sentral, penghambat adrenergik, dan vasodilator digunakan sebagai obat
alternatif pada pasien-pasien tertentu disamping obat utama. (Rilantono, L dkk. 2002)
Evidence-based medicine adalah pengobatan yang didasarkan atas bukti terbaik yang
ada dalam mengambil keputusan saat memilih obat secara sadar, jelas, dan bijak terhadap
masing-masing pasien dan/atau penyakit. Praktek evidence-based untuk hipertensi termasuk
memilih obat tertentu berdasarkan data yang menunjukkan penurunan mortalitas dan
morbiditas kardiovaskular atau kerusakan target organ akibat hipertensi. Bukti ilmiah
menunjukkan kalau sekadar menurunkan tekanan darah, tolerabilitas, dan biaya saja tidak
dapat dipakai dalam seleksi obat hipertensi. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini,
obat-obat yang paling berguna adalah diuretik, penghambat enzim konversi angiotensin
(ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB), penyekat beta, dan antagonis kalsium
(CCB). (Rilantono, L dkk. 2002)
Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi
untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan obat kedua dari kelas
yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai
target tekanan darah. Apabila tekanan darah melebihi 20/10 mm Hg diatas target, dapat
dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua obat. Yang harus diperhatikan adalah
resiko untuk hipotensi ortostatik, terutama pada pasien-pasien dengan diabetes, disfungsi
autonomik, dan lansia. (Rilantono, L dkk. 2002)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS :

Tn D (45 tahun ) datang dengan keluhan nyeri kepala dikeluhakan ± 1 minggu yang
lalu, ketika nyeri kepala muncul keringat dan Klien merasa sesak. Keluhan ini diakui
berlangsung terus menerus dan semakin memberat ketika Klien sedang stress. Selain itu klien
juga mengeluhkan nyeri pada bagian belakang leher dan rasa pegal-pegal pada punggung
serta kaki. Klien juga merasa pusing berputar dan merasa kelelahan, kesemutan ditangan dan
kaki serta terlihat pucat namun Klien mengaku tidak merasa mual atau sampai muntah.
Jantung berdebar-debar (-), gangguan penglihatan (-), BAB dan BAK normal. Klien sering
merasakan keluhan yang sama karena mempunyai riwayat hipertensi dan diabetes melitus.

Hasil pemeriksaan fisik : Keadaan umum : Baik, Tekanan darah: 170/110 mmHg,
Frekuensi nadi: 92 x/menit, Frekuensi nafas : 28 x/menit, Suhu : 36,7oC, Berat badan: 91,4
KgTinggi badan: 167 cm, Status gizi: Obes II dengan IMT 32,8 kg/m 2. . Hasil lab :
trigliserida 226 mg/dl, LDL-kolesterol 450 mg/dl.

Klien mengaku seringkali mengkonsumsi makanan yang asin seperti ikan asin hampir
setiap hari. Klien juga sering mengkonsumsi makanan yang digoreng, jarang mengkonsumsi
buah dan sayur serta jarang berolahraga. Makan teratur sehari 3 kali, Klien mengaku
mengkonsumsi rokok sehari 1 bungkus, mengkonsumsi kopi 2 gelas perhari, alkohol (-).

ANALISIS DATA.

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. Ds : Px mempunyai Ketidak stabilan kadar
 Px merasakan pusing riwayat diabetes glukosa darah
berputar-putar. melitus
 Px merasa kelelahan. Ketidak stabilan kadar
 Px sering kesemutan di Defisit Insulin glukosa darah B.D
tangan dan kaki. Hiperglikemia.

 Px sering merasakan Hiperglekimia

keluhan yang sama karena


mempunyai riwayat Ketidak stabilan kadar

diabetes melitus. glukosa darah

Do :
 BB : 91,4 kg
 Status gizi : obes II dgn
 IMT : 32,8 kg/m2
 GDA : 226 mg/dl
 Kolestrol : 450 mg/dl
 TD : 170/110 mmHg
 RR : 28 x / menit
 N : 92 x / menit
 Suhu : 36,7oC
 KU : lemah

INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI


(TUJUAN DAN KRITERIA HASIL)
1. Ketidak stabilan kadar glukosa darah Manajemen Hiperglikemia
B.D Hiperglikeimia. Observasi :
Setelah dilakukan intervensi - Identifikasi kemungkinan penyebab
keperawatan selama 1x24 jam maka hiperglikemia.
status kadar glukosa darah meningkat - Identifikasi situasi yang
dengan kriteria hasil : menyebabkan kebutuhan insulin
1. Pusing meningkat meningkat(mis.penyakit kambuhan)
2. Lelah meningkat - Monitor kadar glukosa darah, jika
3. Palpitasi menurun perlu.
- Monitor tanda dan gejala
hiperglikemia (mis.poliuria,
polidipsia, polifagia, kelemahan,
malaise, pandangan kabur, sakit
kepala).
- Monitot intake dan output cairan
- Monitor keton urin, kadar analisa
gas darah, elektrolit, tekanan darah
ortostatik dan frekuensi nadi.
Terapeutik :
- Berikan asupan cairan oral.
- Konsultasi dengan medis jika tanda
dan gejala hiperglikemia tetap ada
atau memburuk.
- Fasilitasi ambulasi jika ada
hipotensi ortostatik.
Edukasi :
- Anjurkan menghindari olahraga saat
kadar glukosa darah lebih dari 250
mg/dl
- Anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
- Anjurkan kepatuhan terhadap diet
dan olahraga
- Ajarkan indikasi dan pentingnya
pengujian keton urine, jika perlu
- Ajarkan pengelolaan diabetes (mis.
penggunaan insulin, obat oral,
monitor asupan cairan, penggantian
karbohidrat, dan bantuan
profesional kesehatan)
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian insulin,jika
perlu
- Kolaborasi pemberian cairan
IV,jika perlu
- Kolaborasi pemberian kalium,jika
perlu

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hipertensi adalah meningkatnya tekanan sistolik sedikitnya 140 mmHg dan diastolik
sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: Faktor genetik, Usia, keadaan
emosi seseorang, konsumsi Na terlalu tinggi, Obat, Hormonal, Neurologik ,dll.
Orang yang sugah terkena hipertensi dapat juga mengalami banyak komplikasi yang
diderita, diantaranya Stroke, kebutaan, angina pectoris, CHF, gagal ginjal, infark miokard,
dll.

4.2 Saran

Untuk menghindari terjadinya hipertensi, maka sebaiknya kita selaku petugas medis
sebaiknya memberi contoh masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat,
dan juga tidak mengkonsumsi makanan sembarangan yang belum teruji kesehatannya.

DAFTAR PUSTAKA
Bruner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 vol.2. Jakarta:
EGC..
Doenges, Marilynn E., dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta:EGC.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Dengan Pasien Gangguan Kardiovaskuler.
Jakarta: Salemba Medika.
Corwin, J Elizabeth. 2000. Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Sofyan, Andy. 2012. Hipertensi. Kudus.

Rilantono, L dkk. 2002. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai