Niswah Afifah Kep-Anak PDF
Niswah Afifah Kep-Anak PDF
Disusun Oleh :
Disusun Oleh :
NISWAH AFIFAH ISTIQOMAH
2013750031
Assalamualaikum Wr. Wb
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini dengan judul “Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada An. R
dengan Kejang Demam di Paviliun Badar Rumah Sait Islam Cempaka Putih Jakarta
Pusat” dari tanggal 30 Mei sampai 01 Juni 2016.
Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Program Studi D III Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Walaupun Karya Tulis
Ilmiah ini telah selesai dibuat tetapi penulis menyadari betul bahwa masih banyak
menemui hambatan sehingga masih ada kekurangannya dikarenakan keterbatasan ilmu
pengetahuan penulis dan penulis masih dalam proses belajar. Namun berkat adanya
bimbingan, pengarahan dan bantuan serta pengalaman dari berbagai pihak, juga ilmu
pengetahuan yang penulis dapatkan selama mengikuti perkuliahan di Program Studi D
III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, maka
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Dengan selesainya Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada
berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini, terutama kepada:
1. Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan kemudahan dalam penyusunan KTI
ini.
2. Ibu Ns. Idriani, M Kep., Sp.Mat, selaku Ka. Prodi D III Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitan Muhammadiyah Jakarta.
3. Ibu Ns. Titin Sutini, M. Kep. Sp.Kep.An selaku pembimbing dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah.
4. Ibu Ns. Endah W, S.Kep, selaku pembimbing klinik penulis dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah.
5. Ibu Ns. Nurhayati M.Kep., Sp. Kep. Kom selaku wali Akademik tingkat III Angkatan
31 Program Studi D III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
6. Kepala Ruangan dan Staff Perawat di Paviliun Badar Rumah Sakit Ilsam Jakarta
Cempaka Putih.
7. Seluruh Staff Pendidikan Program Studi D III Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
8. Orang tua tercinta (Sunardi dan Rukminingsih) dan saudara-saudara yang selalu
memberikan dukungan kepada penulis, terimakasih yang sedalam-dalamnya atas
semua doa yang telah diberikan selama ini.
9. Teman-teman sejawat sepenanggungan seperjuangan dalam KTI tim ANAK (Angga
Oktaviansyah, Dina Rosdiana, Ella Herviany, Lala Larasati dan Susi Oktaviany) yang
telah memberikan dukungan dan masukan kepada penulis dan mau berjuang bersama-
sama dalam penyelesaian KTI.
10. Kawan seperjuangan Angkatan 31 Program Studi D III Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, yang telah banyak memberikan
kesan selama 3 tahun ini yang selalu kompak dan seru. Sukses untuk kita semua!
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan sara demi perbaikan Karya
Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi tenaga
keperawatan pada umumnya bagi penulis khususnya, sehingga dapat dipergunakan
sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan dibidang keperawatan.
Wassalamualaikum Wr. Wb
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan..................................................................... 3
1. Tujuan Umum..................................................................... 3
2. Tujuan Khusus.................................................................... 4
C. Ruang Lingkup........................................................................ 4
D. Metode Penulisan.................................................................... 5
E. Sistematika Penulisan.............................................................. 5
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................. 65
B. Saran........................................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN:
1. DAFTAR RIWAYAT HIDUP
2. DATA DASAR
3. SAP
4. LEAFLET
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal diatas 38°C) yang disebabkan oleh infeksi yang mengenai jaringan
ekstrakranial (Sukarmin, 2009). Kejang demam di masyarakat lebih dikenal
dengan istilah step.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang sering terjadi pada anak, 1
dari 25 anak akan mengalami satu kali kejang demam. Hal ini dikarenakan, anak
yang masih berusia dibawah 5 tahun sangat rentan terhadap berbagai penyakit
disebabkan sistem kekebalan tubuh belum terbangun secara sempurna
(Harjaningrum, 2011).
Kejang demam terjadi 5% pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun, dipicu
demam tinggi dengan kenaikan suhu yang cepat. Gejala kejang demam
tampak seperti gerakan–gerakan diseluruh tangan dan kaki yang terjadi
dalam waktu yang sangat singkat, umumnya kurang dari 15 menit. Biasanya
terjadi pada hari pertama demam, dan terjadi sekali dalam 24 jam. Kejang
demam memiliki manifestasi klinis yang berbeda dengan epilepsi (Suririnah,
2009).
Menurut Tejani (2008), hingga saat ini sekitar 2% - 5% anak di Ameria Serikat
menderita kejang demam pada hari kelima kelahiran dan sekitar sepertiganya
berulang minimal sekali. Angka yang sama dari kejang demam di Amerika
Serikat juga ditemukan di Eropa Barat.
Kejang pada anak dapat mengganggu kehidupan keluarga dan kehidupan sosial
orang tua khususnya ibu, karena akan menyebabkan stress dan rasa cemas yang
luar biasa. Bahkan, sebagian orang tua memiliki anggapan anak dapat meninggal
akibat kejang. Ibu panik ketika anak demam dan melakukan kesalahan dalam
mengatasi demam dan komplikasinya. Kesalahan yang dilakukan ibu salah
satunya disebabkan karena kurang pengetahuan dalam penanganan pada masa
akut. Memberikan informasi kepada ibu tentang hubungan demam dan kejang
merupakan hal yang penting untuk menghilangkan stress dan cemas mereka
(Hazaveh, 2011).
Adapun pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan kejang demam yang
terganggu adalah kebutuhan fisiologis yang meliputi oksigenasi dengan masalah
obstruksi jalan napas dan resiko aspirasi. Kebutuhan rasa aman nyaman dengan
masalah resiko cedera dan resiko kejang berulang.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dibutuhkan perawatan yang cepat dan
tepat. Sebagai seorang perawat penulis juga memberikan pelayanan
kesehatan yang komprehensif melalui 4 upaya kesehatan yang meliputi upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif dapat diberian
dengan cara mempertahankan daya tahan tubuh anak agar tidak mudah terkena
infeksi, dengan meningkatkan pemenuhan kebutuhan nutrisi seimbang dan
menyiapkan kondisi lingkungan yang sehat.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan Asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar
selama 3 hari diharapkan penulis mendapatkan gambaran dan pengalaman
yang nyata dalam memberikan pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan
kejang demam melalui proses pendekatan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan Asuhan keperawatan melalui proses pendekatan
keperawatan diharapkan penulis :
a. Mampu melakukan pengkajian secara komperhensif baik biologis,
psikologis, sosial, spiritual maupun kultural pada anak dengan kejang
demam.
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada anak dengan kejang
demam.
c. Mampu membuat Rencana Keperawatan pada anak dengan kejang demam.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada anak dengan kejang
demam.
e. Mampu melaksanakan Evaluasi proses maupun Evaluasi hasil pada anak
dengan kejang demam.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus
dalam praktek.
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung maupun penghambat
serta dapat mencari solusi atau alternatife pemecahan masalah pada anak
dengan kejang demam.
h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan Pemenuhan kebutuhan dasar
pada anak dengan Kejang demam.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dibatasi hanya pada satu kasus,
yaitu “Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan dasar pada An.
R dengan Kejang Demam di Paviliun Badar Rumah Sakit Islam Cempaka
Putih Jakarta Pusat”, yang dilaksanakan selama 3 hari mulai tanggal 30 Mei
2016-01 Juni 2016.
D. Metode Penulisan
Metode yang penulis gunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah
studi kepustakaan dan metode deskriptif, yaitu metode yang mempelajari,
menganalisa dan menarik kesimpulan dari hasil pengalaman secara nyata dalam
memberikan Asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar dan
membandingkan dengan hasil studi kepustakaan.
Adapun data yang diperoleh adalah dengan menggunakan teknik sebagai berikut
:
1. Studi kepustakaan
Suatu kegiatan untuk memperoleh data dengan cara mempelajari buku-buku
dan literatur yang berhubungan dengan Asuhan keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan kejang demam
2. Studi kasus
a. Observasi: observasi kasus melalui partisipasi aktif terhadap klien yang
bersangkutan mengenai penyakit, pengobatan dan keperawatan serta hasil
dari tindakan yang dilakukan.
b. Wawancara: wawancara dan diskusi dengan klien, keluarga klien,
perawat, dokter dan petugas kesehatan lain yang terkait.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ilmiah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari lima bab yaitu:
Bab I : Pendahuluan
Meliputi latar belakang, ruang lingkup, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
Bab V : Penutup
Meliputi kesimpulan dan saran
A. Kesimpulan
Berisi uraian singkat mengenai asuhan keperawatan pada
anak dengan Kejang demam mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
B. Saran
Berisi tentang usulan mengenai hal-hal yang harus diperbaiki
dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan
Kejang demam untuk meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pada bab ini penulis menguraikan mengenai konsep dasar kebutuhan dasar manusia dan
konsep dasar yang berhubungan dengan asuhan keperawatan pada anak dengan kejang
demam serta membahas tentang dampak hospitalisasi dan konsep tumbuh kembang pada
anak. Adapun uraian tersebut sebagai berikut:
b. Gangguan kebutuhan rasa aman nyaman pada anak dengan kejang demam
terjadi karena penurunan kesadaran dan ketidak mampuan anak untuk
mengontol dirinya seperti gerakan-gerakan yang tidak dapat dikendalikan
sehingga dapat menyebabkan resiko cedera seperti jatuh dari tempat tidur,
menjatuhkan barang-barang yang ada didekatnya, menggigit lidah, terkena
barang-barang yang bisa melukai. Pada masalah resiko kejang berulang juga
bisa terjadi akibat dari kurang pengetahuan orang tua dalam menangani anak
dengan kejang demam.
B. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat bayi atau anak yang
mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam terjadi pada
usia 6 bulan – 5 tahun dan jarang sekali terjadi untuk pertama kalinya pada usia <
6 bulan atau > 3 tahun. Suhu tubuh yang tinggi dapat menimbulkan kejang, ada
anak yang mempunyai ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada
suhu 38°C sedangkan pada anak yang ambang kejang yang tinggi, kejang baru
terjadi pada suhu 40°C atau lebih (Pudiastuti, 2011).
Kejang demam adalah perubahan aktifitas motorik dan behaviour yang bersifat
paroksismal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktifitas listrik
abnormal diotak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (Widagdo, 2011).
Kejang demam adalah kejang bangkitan yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
suhu rektum (dubur) diatas 38°C. Kejang yang berhubungan dengan demam
(suhu diatas 38,4°C per rektal) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau
gangguan elektrolit akut (Anurogo, 2013).
Bedasarkan dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Kejang demam adalah
kejang yang terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun yang mengalami
kenaikan suhu tubuh dari 38°C sampai 40°C tanpa adanya infeksi susunan saraf
pusat atau gangguan elektrolit akut.
2. Etiologi
Kejang demam disebabkan oleh infeksi yang mengenai jaringan ekstrakranial
atau ekstrakranium seperti tonsilitis, otitis media akut, bronkitis. Penyakit virus
merupakan penyebab utama kejang demam. Kepustakaan terbaru menunjukan
keterlibatan human herpes simplex virus 6 (HHSV-6) sebagai penyebab
timbulnya roseola pada 20% dari sekelompok klien yang datang dengan kejang
demam mereka yang pertama. Genetik juga merupakan penyebab dari kejang
demam, kejang demam cenderung terjadi pada keluarga. Bila anak terkena
kejang demam maka resiko saudara kandungnya terkena adalah sebesar 10%.
Kemungkinan ini menjadi 50% jika orangtuanya pernah menderita kejang
demam (Anurogo, 2012).
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksimal yang berlebihan dari suatu
populasi neuron yang sangat mudah terpicu sehingga mengganggu fungsi normal
otak dan juga dapat terjadi karena keseimbangan asam basa atau elektrolit yang
terganggu. Kejang itu sendiri dapat juga menjadi manifestasi dari suatu penyakit
mendasar yang membahayakan (Pudiastuti, 2011).
(Sukarmin, 2012)
4. Klasifikasi
Menurut NANDA (2015), kejang demam dibagi kedalam 2 jenis, yaitu :
a. Kejang demam sederhana (simple febrile sizure), merupakan kejang demam
dengan karateristik :
1) Kejang demam yang berlangsung singkat, umumnya berlangsung <15
menit.
2) Tidak berulang dalam waktu 24 jam, atau hanya terjadi sekali dalam 24
jam.
3) Kejang bersifat umum dan tonik-klonik, tanpa gerakan fokal.
4) Kejang ini tidak meningkatkan resiko kematian, kelumpuhan atau
retardasi mental. Pada akhir kejang diakhiri dengan suatu keadaan singkat
seperti mengantuk (drowsiness).
b. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure), merupakan kejang demam
dengan karateristik :
1) Kejang demam berlangsung lama, lebih dari 15 menit.
2) Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial
3) Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam.
5. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis kejang demam, menurut NANDA (2015) dan Sukarmin (2012)
adalah sebagai berikut :
a. Suhu tubuh anak (suhu rektal) lebih dari 38°C.
b. Timbulnya kejang bersifat tonik-klonik, tonik, klonik, fokal, atau akinetik.
Beberapa detik setelah kejang berhenti anak tidak memberikan reaksi apapun
tetapi beberapa saat kemudian anak akan tersadar kembali tanpa ada kelainan
persarafan.
c. Takikardi : pada bayi frekuensi sering diatas 150-200 per menit.
d. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi sebagai akibat
menurunnya curah jantung.
Sedangkan gejala kejang demam sesuai klasifikasinya menurut NANDA
(2015) adalah sebagai berikut:
Kejang Karateristik
Parsial Kesadaran utuh walaupun mungkin berubah,
fokus disatu bagian tetapi dapat menyebar
kebagian lain.
1. Parsial Sederhana Dapat bersifat motorik (gerakan
abnormal unilateral), sensorik
(merasakan, membaul, mendengar
sesuatu yang abnormal), automik
(takikardia, bradikardia, takipneu,
kemerahan, rasa tidak enak di
epigastrium), psikik (disfagia,
gangguan daya ingat)
Biasanya berlangsung kurang dari 1
menit.
2. Parsial kompleks Dimulai sebagai kejang parsial sederhana
berkembang menjadi perubahan kesadaran
yang disertai oleh:
Gejala motorik, gejala sensorik,
otomatisme (mengecapkan bibir,
mengunyah, menarik-menarik baju)
Beberapa kejang parsial kompleks
mungkin berkembang menjadi
kejang generalisata
Biasanya berlangsung 1-3 menit.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kejang demam menurut NANDA (2015) dan Sukarmin (2012)
dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Penatalaksanaan di Rumah Sakit
Penatalaksanaan di Rumah Sakit dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :
Pengobatan saat terjadi kejang
1) Pemberian diazepam supositoria pada saat kejang sangat efektif dalam
menghentikan kejang. Dosis pemberian:
a) 5 mg untuk anak <3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak >3 tahun.
b) 5 mg untuk BB <10 kg dan 10 mg untuk anak dengan BB >10 kg
c) 0,5-0,7 mg/kgBB/kali
2) Diazepam intravena juga dapat diberikan dengan dosis sebesar 0,2-0,5
mg/kgBB. Pemberian secara perlahan-lahan dengan kecepatan 0,5-1 mg
per menit untuk menghindari depresi pernafasanan. Bila kejang berhenti
sebelum obat habis, hentikan penyuntikan. Diazepam dapat diberikan 2
kali dengan jarak 5 menit bila anak masih kejang. Diazepam tidak
dianjurkan diberikan per IM karena tidak diabsorbsi dengan baik.
3) Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin per IV sebanyak 15 mg/kgBB
perlahan-lahan. Kejang yang berlanjut dapat diberikan pentobarbital 50
mg IM dan pasang ventilator bila perlu.
Setelah kejang berhenti
Bila Kejang berhenti dan tidak berlanjut, pengobatan cukup dilanjutkan
dengan pengobatan intermitten yang diberikan pada anak demam untuk
mencegah terjadinya kejang demam. Obat yang diberikan berupa :
1) Antipiretik
a) Parasetamol atau asetaminofen 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali
atau tiap 6 jam. Berikan dosis rendah dan pertimbangkan efek samping
berupa hiperdosis.
b) Ibuprofen 10 mg/kgBB/kali diberikan 3 kali.
2) Antikonvulsan
a) Berikan diazepam oral dosis 0.3-0.5 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat
demam menurunkan resiko berulangnya kejang.
b) Diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB/hari sebanyak 3 kali perhari
Bila kejang berulang
Berikan pengobatan rumatan dengan fenobarbital atau asam valproat dengan
dosis valproat 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosi, sedangkan fenbobarbital
3-5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Indikasi untuk diberikan pengobatan
rumatan adalah :
1) Kejang lama 15 menit.
2) Anak mengalami kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah
kejang misalnya hemiparise, cerebral palsy, hidrocefalus.
3) Kejang fokal.
4) Bila ada keluarga sekandung yang mengalami epilepsi.
b. Penatalaksanaan di Rumah
Karena penyakit kejang demam sulit diketahui kapan munculnya, maka orang
tua atau pengasuh anak perlu diberi bekal untuk memberikan tindakan awal
pada anak yang mengalami kejang demam. Tindakan awal itu antara lain :
1) Saat timbul serangan kejang segera pindahkan anak ke tempat yang aman
seperti dilantai yang diberi alas lunak tapi tipis, jauh dari benda-benda
berbahayas eperti gelas, pisau.
2) Posisi anak hiperekstensi pakaian dilonggarkan. Masukan sendok yang
dibalut dengan kain bersih kedalam mulut untuk mencegah lidah anak
tertekuk atau tergigit.
3) Ventilasi ruangan harus cukup. Jendela dan pintu dibuka supaya terjadi
pertugaran oksigen lingkungan.
4) Kalau memungkinkan sebaiknya orang tua atau pengasuh dirumah
menyediakan diazepam (melalui dokter keluarga) peranus sehingga saat
serangan kejang anak dapat segera diberikan. Dosis peranus 5 mg untuk
BB kurang dari 10 kg, kalau BB lebih dari 10 mg maka dapat diberikan
10 mg. Untuk dosis rat-rata pemberian peranus adalah 0,4-0,6 mg/KgBB.
5) Kalau beberapa kemudian tidak membaik atau tidak tersedianya diazepam
maka segera bawa anak kerumah sakit.
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh kejang demam :
a. Retardasi Mental
b. Kerusakan jaringan otak
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan objektif
yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosis
keperawatan. Diagnosis keperawatan melibatkan proses berfikir kompleks
tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik dan pemberi
pelayanan kesehatan yang lain. Komponen komponen dalam pernyataan
diagnosis keperawatan meliputi masalah (problem), penyebab (etiologi), tanda
dan gejala (sign and symptom) (Asmadi,2008).
Menurut NANDA (2015) dan Sukarmin (2012), diagnosa yang muncul pada
kejang demam yaitu :
a. Resiko tinggi obstruksi jalan nafas berhubungan dengan penutupan faring oleh
lidah, spasme otot bronkus
b. Resiko cedera berhubungan dengan ketidakefektifan orientasi (kesadaran
umum), kejang.
c. Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran, penurunan
reflek menelan.
d. Resiko kejang berulang berhubungan dengan hipertermi.
e. Cemas pada orang tua berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit.
3. Rencana Keperawatan
Menurut Deswani (2009), intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku
spesifik yang diharapkan dari klien dan tindakan yang harus dilakukan oleh
perawat. Intervensi dilakukan untuk membantu klien mencapai hasil yang
diharapkan. Intervensi keperawatan harus spesifik dan dinyatakan dengan jelas.
Pengelompokan seperti bagaimana, kapan, dimana, frekuensi dan besarnya,
menunjukan isi dari aktivitas yang direncanakan. Intervensi keperawatan dapat
dibagi menjadi dua, yaitu mandiri (dilakukan oleh perawat) dan kolaboratif (yang
dilakukan bersama dengan memberi perawatan lainnya).
Tiga komponen utama yang harus ada dalam sebuah rencana asuhan keperawatan
adalah sebagai berikut. Diagnosa keperawatan atau masalah yang diprioritaskan,
kriteria hasil yaitu apa hasil yang diharapkan dan kapan ingin mengetahui hasil
yang diharapkan tersebut, intervensi yaitu apa yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan atau kriteria hasil.
Adapun intervensi yang dilakukan pada setiap diagnosa keperawatan yang dibuat
menurut Sukarmin (2012) dan NANDA (2015) adalah, sebagai berikut:
a. Resiko tinggi obstruksi jalan nafas berhubungan dengan penutupan faring oleh
lidah, spasme otot bronkus
Tujuan: Obstruksi jalan nafas tidak terjadi
Kriteria Hasil:
1) Frekuensi pernafasan meningkat 28-35 x/menit
2) Irama pernafasan reguler dan tidak cepat
3) Anak tidak terlihat terengah-engah
Intervensi:
1) Monitor jalan nafas, frekuensi pernafasan, irama pernafasan tiap 15 menit
pada saat penurunan kesadaran
2) Tempatkan anak pada posisi semifowler dengan hiperekstensi
3) Pasang tongspatel saat timbul serangan kejang
4) Bebaskan anak dari pakaian yang ketat
4. Implementasi
Menurut asmadi (2008), implementasi adalah perwujudan dan rencana
keperawatan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai
setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukan pada perawat untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari implementasi adalah :
a. Membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b. Mencakup peningkatan kesehatan
c. Mencakup pencegahan penyakit
d. Mencakup pemulihan kesehatan
e. Memfasilitasi koping klien
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan melaporkan kasus asuhan keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar pada An. R dengan kejang demam di ruang anak Paviliun Badar Rumah
Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. Dalam memberikan asuhan keperawatan, penulis
melakukan asuhan melalui pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian,
perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan rencana tindakan, implementasi dan
evaluasi.
A. Pengkajian Keperawatan
1. Data Dasar (Terlampir)
2. Resume Kasus
Anak R, laki-laki berumur 1 tahun 11 bulan datang dibawa oleh orang tuanya ke
UGD Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih pada tanggal 29 Mei 2016 pukul
21.00 WIB dengan keluhan anak mengalami kejang dan demam dengan suhu
39°C. Anak kejang kurang lebih dengan durasi 10 menit disertai mata mendelik
keatas dan tangan kakinya kaku. BAB kurang lebih 10 kali dalam sehari,
konsistensi cair dengan warna kuning kehijauan. Pada saat di UGD diberikan
terapi cairan Asering loading 200 cc makrodrip, diberikan terapi injeksi ranitidin
100 mg dan Antrain 100 mg. An. R dipindahkan ke Paviliun Badar untuk
mendapatkan perawatan selanjutnya.
Dan mendapat therapi cairan KAEN 3 B makrodrip 12 tetes per menit, therapi oral
Puyer Panas+Diazepam 3x1 bungkus jam 06,12,18, Probiokid 1x1 bungkus,
Daryazink 1x1 cth dan therapi injeksi Ceftriaxone 1x500 mg jam 12.
3. Data Fokus
a. Data Subyektif
Ibu mengatakan An. R kejang 1 kali dirumah dengan durasi waktu ±10 menit
pada suhu 39°C. Kejang tidak terus-terusan tetapi bertahap. Keluarga
mengatakan An. R belum pernah mengalami kejang sebelumnya dan keluarga
tidak ada yang mempunyai riwayat kejang. Keluarga mengatakan pada saat
kejang mata anak mendelik ke atas, tangan dan kaki kaku. Keluarga
mengatakan anak saat ini mengalami diare, BAB sudah 9 kali dalam sehari,
konsistensi cair namun sudah ada ampasnya dengan warnah kuning kehijauan,
BAK 5 kali. An. R minum kira-kira 3 gelas dalam sehari, makan hanya habis
½ porsi. BB An. R sebelum sakit 11 kg (mengalami penurunan selama sakit
0.5 kg). An. R selalu rewel dan menangis ketika dokter dan perawat datang
untuk memeriksanya. Keluarga mengatakan khawatir dengan kondisi sakit
anaknya dan tidak mengetahui penyakit anaknya.
b. Data Objektif
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan data :
Keadaaan umum sakit sedang, kesadaran composmentis, anak tampak lemas.
Nadi 110 x/menit, RR 24 x/menit, Suhu 38,5°C. BAB dengan konsistensi cair
namun ada ampasnya dengan warna kuning kehijauan dan bau khas. An. R
tampak hanya mengabiskan makan ½ porsi saja. Anak tampak menangis dan
rewel terus pada saat pengkajian dilakukan, takut pada perawat dan dokter
yang datang. Rambut tidak rontok dan tidak mudah dicabut, kelopak mata
tidak cekung, sklera an-ikterik, konjungtiva an-anemis, mukosa bibir dan
mulut agak kering, cubitan dinding abdomen kembali <3 detik, bising usus
18x/menit, BB 10,5 kg, TB 68 cm. Anak mengalami penurunan BB 0.5 kg.
Kebutuhan cairan 1025 cc/hari. Status dehidrasi: dehidrasi ringan.
3) Penatalaksanaan:
a) Terapi infus: KAEN 3B 12 tetes per menit makrodrip
b) Terapi oral:
Puyer panas + diazepam 3x1 bungkus (jam 06, 12, 18)
Probiokid 1x1 bungkus (jam 08)
Daryazink 1x1 cth (jam 08)
c) Terapi injeksi:
Ceftriaxone 1x500 mg (jam 12)
4. Analisa Data
No. Data Masalah Etiologi
Objektif
Keadaan umum sakit sedang,
kesadaran composentis. Anak
tampak lemas, suhu 38,5°C,
kelopak mata tidak cekung,
mukosa bibir dan mulut
sedikit kering, cubitan
abdomen kembali segera <3
detik. Balance Cairan -27
cc/hari.
Pemeriksaan Lab tgl 30 Mei
2016:
a. Hematokrit 37%
b. Elektrolit:
Natrium 140 mEq/L
Kalium 4,1 mEq/L
Klorida 101 mEq/L
Objektif
Keadaan umum sakit sedang,
kesadaran composmentis, nadi
110 x/menit, suhu 38,5°C ,
RR 24x/menit.
Pemeriksaan Elektrolit tanggal
30 Mei 2016:
a. Natrium 140 mEq/L
b. Kalium 4,1 mEq/L
c. Klorida 101 mEq/L
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat membantu untuk mengklasifikasi intervensi
keperawatan yang akan dilakukan dalam rangka mencapai hasil akhir. Setelah
melakukan pengkajian selanjutnya penulis merumuskan diagnosa pada An. R dengan
kejang demam adalah sebagai berikut :
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan output berlebih
2. Resiko kejang berulang berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
4. Takut pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi (pada orang asing dan
prosedur tindakan)
5. Cemas pada orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi
C. Rencana Keperawatan
Setelah diagnosa dirumuskan, tahap berikutnya adalah perencanaan. Perencanaan
adalah suatu tindakan profesional perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien. Perencanaan meliputi prioritas masalah yang sedang dihadapi pasien
dan keluarga. Dari masalah keperawatan yang ada, maka rencana keperawatan yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1. DX 1 : Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam perawatan pada An. R
diharapkan maslah defisit volume cairan teratasi
Kriteria Hasil :
a. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi (kelopak mata tidak cekung, mukosa bibir dan
mulutlembab, cubitan dinding abdomen kembali segera <3 detik)
b. Intake output seimbang
c. TTV dalam batas normal (nadi 110 x/menit, suhu 36,5-37,5°C, RR 20-30
x/menit).
Rencana Tindakan :
a. Pantau TTV/8jam
b. Kaji status hidrasi (kelopak mata, mukosa bibir, cubitan abdomen)
c. Monitor intake dan output/8 jam
d. Timbang berat badan/hari untum mengetahui kehilangan cairan.
e. Berikan kompres bila suhu anak masih tinggi
f. Anjurkan anak untuk minum ±2 gelas per hari
g. Berikan terapi oral:
Daryazink 1x1 cth (jam 08)
Probiokid 1x1 bks (jam 08)
Puyer Panas+Diazepam 3x1 bks (jam 08,12,16)
h. Berikan terapi injeksi: Ceftriaxone 1x500 mg/IV (jam 12)
i. Monitor tetesan infus KAEN 3B 12 tetes per menit dan ganti cairan infus/12
jam.
j. Pantau hasil laboratorium: Hematokrit dan elektrolit
2. DX 2 : Resiko kejang berulang berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam perawatan pada An. R
diharapkan resiko kejang berulang tidak terjadi
Kriteria Hasil :
a. Kejang dapat dikontrol
b. Suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5°C)
c. Hasil Elektrolit dalam batas normal
1) Natrium 135-147 mEq/L
2) Kalium 3.5-5.0 mEq/L
3) Klorida 94-111 mEq/L
Intervensi :
a. Pantau dengan ketat TTV terutama suhu tubuh/8 jam
b. Berikan kompres jika suhu anak masih tinggi
c. Anjurkan anak untuk banyak minum ±2 gelas dalam sehari
d. Anjurkan keluarga untuk memakaikan baju yang menyerap keringat
e. Beritahu keluarga ambang kejang pada anak, dan segera mengantisipasi jika
terjadi peningkatan suhu tubuh.
f. Berikan obat Puyer Panas+Diazepam 3x1 bks jam 08,12,16
g. Monitor hasil lab Elektrolit/24 jam
D. Implementasi Keperawatan
Dalam rangka memberikan asuhan keperawatan pada An. R dengan kejang demam
serta rencana yang sudah dibuat oleh penulis, penulis melakukan implementasi
selama 3 hari masa perawatan mulai dari tanggal 30 Mei 2016 – 01 Juni 2016.
Hari/Tanggal Jam No.Dx Implementasi Paraf
Senin, 30 Mei 16.00 4 Melakukan bina trust pada An. R Niswah
2016 DS :
Keluarga mengatakan senang jika
ada perawat yang mengunjungi
DO:
Anak tampak menangis saat perawat
datang
DO :
BB setelah sakit 10,5 kg. An. R
mengalami penurunan BB
DO :
Keluarga tampak mengerti
Intake-Output = 0
1214-1191= 23cc/hari
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
a) Pantau TTV/8jam
b) Monitor intake & output/8 jam
c) Monitor tetesan infus KAEN 3B 12
tetes per menit
d) Berikan obat Daryazink 1x1 cth (jam
08)
e) Berikan obat Probiokid 1x1 cth (jam
08)
f) Ganti cairan infus/12 jam
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas berbagai kesenjangan yang terjadi antara tinjauan
teoritis (BAB II) dengan tinjauan kasus (BAB III) pada An. R dengan kejang demam
yang dirawat di Paviliun Badar Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta Pusat.
A. Pengkajian
Pada tahap pengkajian, penulis mengacu pada pengkajian yang terdapat dalam
tinjauan teoritis. Dalam pengkajian, penulis tidak menemukan banyak masalah atau
kesulitan karena tersedianya format pengkajian, catatan keperawatan diruangan,
catatan medis, serta keluarga klien yang kooperatif terhadap tindakan keperawatan.
Namun penulis memiliki hambatan dalam mengkaji dikarenakan klien menangis dan
takut setiap melihat perawat yang mendekatinya khusunya dalam tindakan
keperawatan seperti pemeriksaan fisik dan tindakan lainnya, sehingga untuk
mendapatkan data yang diperlukan penulis melakukan pendekatan dengan cara
bertahap dan melibatkan orang tua dalam melakukan pengkajian.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sesuai antara kasus dan teori, adalah:
1. Resiko kejang berulang berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh. Diagnosa
ini ditemukan pada tinjauan teori namun pada tinjauan kasus hal ini masih resiko,
hal ini terjadi karena pada pengkajian didapatkan data bahwa An. R hanya
mengalami kejang 1 kali dirumah dengan suhu 39°C dan selanjutnya tidak
mengalami kejang kembali. Keluarga mengatakan An. R belum pernah kejang
sebelumnya dan keluarga juga tindak mempunyai riwayat kejang dan suhu saat
pengkajian baru mencapai 38,5°C.
2. Cemas pada orang tua berhubungan dengan kurangnya pengetahuan. Diagnosa ini
ditemukan padan tinjauan teori dan pada tinjauan kasus karena pada pengkajian
didapatkan data orangtua terlihat cemas dan khawatir tentang penyakit An. Rnya
dan belum tahu dan mengerti tentang penyakit An. Rnya.
Diagnosa keperawatan yang ada dikasus namun tidak ada pada tinjauan teori, adalah:
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih. Diagnosa ini
ditemukan pada kasus karena didapatkan data bahwa An. R BAB cair sudah ±9
kali dalam sehari, minum ±3 gelas/hari. An. R tampak lemas, suhu 38,5°C,
mukosa bibir dan mulut sedikit kering, kebutuhan cairan 1025 ml/hari. Balance
Cairan -27 cc dengan status dehidrasi ringan.
2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat. Diagnosa ini ditemukan pada kasus karena didapatkan data
bahwa An. R makan hanya menghabiskan ½ porsi keluarga mengatakan BB
sebelum sakit 11 kg, setelah sakit BB 10,5 kg, HB : 12,9 g/dL. BB An. R
mengalami penurunan 0,5 kg.
3. Takut pada An. R berhubungan dengan dampak hospitalisasi (takut pada orang asing dan
prosedur tindakan yang dilakukan). Diagnosa ini ada pada kasus karena didukung dengan
data, klien tampak menangis saat didekati oleh perawat, pada saat dilakukan prosedur
tindakan dan An. R tampak tidak kooperatif.
Diagnosa keperawatan yang tidak ada pada tinjauan kasus namun ada pada tinjauan
teori, adalah: Resiko tinggi obstruksi jalan nafas berhubungan dengan penutupan
faring oleh lidah, spasme otot bronkus, resiko cedera berhubungan dengan
ketidakefektifan orientasi (kesadaran umum), kejang, resiko aspirasi berhubungan
dengan penurunan tingkat kesadaran, penurunan reflek menelan. Diagnosa ini tidak
ditemukan dikasus karena umumnya terjadi pada saat An. R mengalami kejang atau
pada saat An. R berada pada fase aktif.
C. Perencanaan Keperawatan
Pada tahap perencanaan penulis mengacu pada perencanaan yang didapat pada
tinjauan teoritis. Pada kasus, penulis memprioritaskan diagnosa keperawatan
bedasarkan teori Maslow dan masalah yang dapat mengancam kehidupan An. R
yaitu: Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih, jika kondisi
tersebut tidak segera diatasi dengan cepat maka An. R akan terus mengalami
kekurangan cairan dan mengalami dehidrasi.
Pada pembuatan tujuan dan kriteria hasil untuk diagnosa defisit volume cairan,
penulis menyesuaikan dengan keadaan An. R karena masalah yang ada pada klien
adalah aktual dengan data yang sudah disebutkan, maka penulis menentukan
pencapaian waktu tujuan selama 1x24 jam, tetapi pada pelaksanaannya semua tujuan
dan kriteria hasil hanya tercapai sebagian.
Pada diagnosa resiko kejang berulang, tujuan dan kriteria hasil sudah semua tercapai.
Jadi resiko kejang berulang tidak terjadi dengan data An. R sudah tidak kejang lagi,
suhu An. R sudah kembali normal 37°C dan An. R sudah sadar penuh.
Pada diagnosa resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, hanya sebagian
tujuan dan kriteria hasil yang dapat teratasi seperti konjungtiva yang ananemis dan
hanya masih tetap menghabiskan makan ½ porsi.
Pada diagnosa cemas pada orang tua berhungan dengan kurangnya pengetahuan
sudah semua tujuan dan kriteria hasil teratasi. Jadi orang tua sudah tau mengenai
penyakit An. Rnya dan sudah tidak cemas lagi.
Dan yang terakhir diagnosa takut pada An. R berhubungan dengan dampak
hospitalisasi sudah teratasi sebagian tujuan dan kriteria hasil karena An. R sudah
mulai agak diam ketika perawat datang tetapi masih suka menangis jika dilakukan
prosedur tindakan. An. R juga belum mau berkomunikasi dengan perawat yang
datang. An. R sudah mau bermain keluar dari tempat tidurnya dengan senang.
D. Pelaksanaan Keperawatan
Dalam masalah asuhan keperawatan pada An. R pada dasarnya telah dilakukan sesuai
dengan rencana tindakan yang telah dibuat dengan memperhatikan kondisi dan
fasilitas yang ada diruangan. Dalam pelaksanaannya penulis berkolaborasi dengan
perawat yang ada di ruangan untuk mengatasi masalah keperawatan.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dinilai bedasarkan perkembangan yang terjadi pada klien setelah dilakukan
tindakan keperawatan yang mengacu pada tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditentukan. Adapun dalam mengevaluasi penulis menggunakan teknik SOAP
sehingga masalah terlihat apakah sudah teratasi, teratasi sebagian, belum teratasi atau
masalah tidak terjadi.
1. Diagnosa devisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih dapat
teratasi dikarenakan saat sudah melakukan hari perawatan selama 1 hari intake &
output An. R sudah balance, BAB sudah tidak cair dengan frekuensi normal,
mukosa bibir sudah tidak kering.
2. Diagnosa resiko kejang berulang berhubungan dengan hipertermi dapat teratasi
dikarenakan An. R tidak mengalami kejang berulang, suhu 37°C, kesadaran An. R
sudah normal..
3. Diagnosa resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat masalah teratasi sebagian dikarenakan An. R
makan habis ½ porsi, konjungtiva ananemis dan keluarga memberikan makan pada
An. R dalam porsi kecil dan sering juga dalam keadaan hangat.
4. Diagnosa takut pada An. R berhubungan dengan dampak hospitalisasi (takut
terhadap prosedur tindakan dan orang asing) dapat teratasi sebagian dikarenakan
An. R sudah mau didekati oleh perawat dan tidak menangis, namun pada prosedur
tindakan An. R terkadang masih menangis. An. R juga sudah mau bermain
bersama keluarganya yang datang di ruang bermain di paviliun Badar.
5. Diagnosa cemas pada orang tua berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
dapat teratasi dikarenakan sudah dilakukannya pendidikan kesehatan pada orang
tua An. R dan orang tua tampak suda mengerti dan tidak cemas lagi.
PENUTUP
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada
An. R dengan kejang demam dari segi tinjauan teoritis dan tinjauan kasus, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Kejang demam adalah kejang yang disebabkan oleh peningkatan suhu tubuh dari
infeksi ekstrakaranial. Pada An. R terjadi infeksi pada saluran cerna yaitu diare.
Manifestasi yang muncul pada An. R adalah peningktan suhu tubuh, kejang 1 kali di
rumah dengan durasi 10, mengalami diare. Masalah-masalah yang muncul pada anak
R dengan kejang demam adalah: defisit volume cairan berhubungan dengan output
yang berlebih, resiko kejang berulang berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh,
resiko perubahan nutrisi berhubungan dengan intake yang adekuat, takut pada anak
berhubungan dengan dampak hospitalisasi (takut pada orang asing dan prosedur
tindakan yang dilakukan dan cemas pada orang tua berhubungan dengan kurangnya
informasi.
Masalah yang sudah teratasi yaitu: defisit volume cairan berhubungan dengan output
yang berlebih dan cemas pada orang tua. Resiko perubahan nutrisi perubahan dengan
intake yang tidak adekuat dan resiko kejang berulang berhubungan dengan
peningkatan suhu tubuh tidak terjadi dan takut pada anak berhubungan dengan
dampak hospitalisasi teratasi sebagian.
Upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah mempertahankan keseimbangan
cairan, mencegah terjadinya kejang berulang, mempertahankan intake nutrisi klien
adekuat, mengatasi takut pada anak dan mengatasi cemas pada orang tua.
Untuk diagnosa yang belum teratasi penulis menyerahkan kepada perawat ruangan
untuk terus dilakukannya asuhan keperawatan pada An. R secara komperhensif.
B. Saran
Dari kesimpulan yang penulis buat diatas, maka penulis sangat mengharapakan dari
asuhan keperawatan dapat membantu klien untuk meningkatkan dan
memperthanakan derajat kesehatan secara optimal, penulis memberikan saran yang
diharapkan dapat membantu dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien,
khususnya anak dengan penyakit kejang demam, yaitu:
1. Untuk institusi
Hendaknya menyediakan literatur-literatur yang lebih lengkap dengan tahun terbit
yang terbaru khususnya untuk buku asuhan keperawatan, sehingga dalam
penyusunan karya tulis ilmiah maupun tugas-tugas lainnya mahasiswa tidak
mengalami kesulitan dalam mencari literatur. Akan tetapi institusi sudah
menyediakan free hotspot bagi mahasiswa yang ingin mencari sumber lain.
2. Untuk perawat ruangan
a. Untuk melakukan tindakan haruslah didokumentasikan secara lengkap dari
respon subjektif dan objektif, agar asuhan keperawatan yang diberikan dapat
terlaksana secara optimal dan perkembangan pasien dapat selalu termonitor.
b. Dalam melakukan implementasi tidak hanya tindakan yang menjadi rutinitas
saja atau tindakan yang diperintahkan oleh dokter.
c. Diharapkan perawat yang berada di Paviliun anak mempunyai keterampilan
khusus dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak.
3. Keluarga pasien
Agar dapat menjaga daya tahan tubuh anak untuk mengantisipasi ambang kejang
pada An. R sehingga mencegah terjadinya demam yang akan menimbulkan anak
kejang kembali.
4. Rumah Sakit
Hendaknya memfasilitasi khususnya untuk perawat ruangan anak diberikan
pelatihan yang terkait dengan asuhan keperawatan yang tekait dengan pendekatan
terapi bermain.
5. Penulis
Agar berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam
melakukan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Mubarao, Wahit., Chayatin, Nurul. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia
&Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta : EGC
Widagdo. (2012). Tatalaksana Masalah Penyakit Anak Dengan Kejang. Sagung Seto :
Jakarta
A. Riwayat Diri
Nama Lengkap : Niswah Afifah Istiqomah
NIM : 2013750031
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 29 November 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Bintara 14 RT 05/ RW 04 No. 28
Bekasi Barat
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Umun
a. SDN Bintara VI Bekasi Barat Tahun 2001-2007
b. SMPN 14 Bekasi Barat Tahun 2007-2010
c. SMAIT Baitussalam Inkopad Tajurhalang Bogor Tahun 2010-2013
d. Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta Tahun 2013-2016
2. Pendidikan Tambahan
a. Pelatihan Basic Trauma & Cardiac Life Support Tahun 2015
b. Pelatihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa Tahun 2013
c. Course National English Center Tahun 2013-2016
d. Pelatihan Darul Arqom Dasar Tahun 2013
e. Pelatihan Kegawat Daruratan Tahun 2016