Anda di halaman 1dari 79

Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar

pada An. R dengan Kejang Demam di Paviliun Badar


Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Jakarta Pusat

Disusun Oleh :

Disusun Oleh :
NISWAH AFIFAH ISTIQOMAH
2013750031

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini dengan judul “Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada An. R
dengan Kejang Demam di Paviliun Badar Rumah Sait Islam Cempaka Putih Jakarta
Pusat” dari tanggal 30 Mei sampai 01 Juni 2016.

Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Program Studi D III Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Walaupun Karya Tulis
Ilmiah ini telah selesai dibuat tetapi penulis menyadari betul bahwa masih banyak
menemui hambatan sehingga masih ada kekurangannya dikarenakan keterbatasan ilmu
pengetahuan penulis dan penulis masih dalam proses belajar. Namun berkat adanya
bimbingan, pengarahan dan bantuan serta pengalaman dari berbagai pihak, juga ilmu
pengetahuan yang penulis dapatkan selama mengikuti perkuliahan di Program Studi D
III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, maka
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Dengan selesainya Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada
berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini, terutama kepada:

1. Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan kemudahan dalam penyusunan KTI
ini.
2. Ibu Ns. Idriani, M Kep., Sp.Mat, selaku Ka. Prodi D III Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitan Muhammadiyah Jakarta.
3. Ibu Ns. Titin Sutini, M. Kep. Sp.Kep.An selaku pembimbing dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah.
4. Ibu Ns. Endah W, S.Kep, selaku pembimbing klinik penulis dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah.
5. Ibu Ns. Nurhayati M.Kep., Sp. Kep. Kom selaku wali Akademik tingkat III Angkatan
31 Program Studi D III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
6. Kepala Ruangan dan Staff Perawat di Paviliun Badar Rumah Sakit Ilsam Jakarta
Cempaka Putih.
7. Seluruh Staff Pendidikan Program Studi D III Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
8. Orang tua tercinta (Sunardi dan Rukminingsih) dan saudara-saudara yang selalu
memberikan dukungan kepada penulis, terimakasih yang sedalam-dalamnya atas
semua doa yang telah diberikan selama ini.
9. Teman-teman sejawat sepenanggungan seperjuangan dalam KTI tim ANAK (Angga
Oktaviansyah, Dina Rosdiana, Ella Herviany, Lala Larasati dan Susi Oktaviany) yang
telah memberikan dukungan dan masukan kepada penulis dan mau berjuang bersama-
sama dalam penyelesaian KTI.
10. Kawan seperjuangan Angkatan 31 Program Studi D III Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, yang telah banyak memberikan
kesan selama 3 tahun ini yang selalu kompak dan seru. Sukses untuk kita semua!
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan sara demi perbaikan Karya
Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi tenaga
keperawatan pada umumnya bagi penulis khususnya, sehingga dapat dipergunakan
sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan dibidang keperawatan.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Jakarta, Juni 2016

Niswah Afifah Istiqomah


DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan..................................................................... 3
1. Tujuan Umum..................................................................... 3
2. Tujuan Khusus.................................................................... 4
C. Ruang Lingkup........................................................................ 4
D. Metode Penulisan.................................................................... 5
E. Sistematika Penulisan.............................................................. 5

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Konsep Dasar Kebutuhan Dasar Manusia............................... 7
1. Konsep Dasar Manusia....................................................... 7
2. Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia pada Anak dengan
Kejang Demam.................................................................. 9
B. Konsep Dasar Kejang Demam................................................ 9
1. Pengertian........................................................................... 9
2. Etiologi................................................................................ 10
3. Patofisiologi........................................................................ 12
4. Klasifikasi........................................................................... 12
5. Manifestasi Klinis............................................................... 13
6. Penatalaksanaan.................................................................. 15
7. Komplikasi.......................................................................... 17
C. Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia Toddler...................... 17
D. Konsep Hospitalisasi Anak Usia Toddler............................... 18
E. Konsep Asuhan Keperawatan pada Anak dengan
Kejang Demam....................................................................... 20
1. Pengkajian Keperawatan..................................................... 20
2. Diagnosa Keperawatan....................................................... 21
3. Perencanaan Keperawatan.................................................. 22
4. Pelaksanaan Keperawatan.................................................. 23
5. Evaluasi Keperawatan........................................................ 24

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Pengkajian Keperawatan......................................................... 27
B. Diagnosa Keperawatan............................................................ 33
C. Perencanaan Keperawatan....................................................... 33
D. Pelaksanaan Keperawatan....................................................... 37
E. Evaluasi Keperawatan........................................................ 52
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan......................................................... 58
B. Diagnosa Keperawatan............................................................ 59
C. Perencanaan Keperawatan....................................................... 61
D. Pelaksanaan Keperawatan....................................................... 62
E. Evaluasi Keperawatan............................................................. 63

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................. 65
B. Saran........................................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN:
1. DAFTAR RIWAYAT HIDUP
2. DATA DASAR
3. SAP
4. LEAFLET
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal diatas 38°C) yang disebabkan oleh infeksi yang mengenai jaringan
ekstrakranial (Sukarmin, 2009). Kejang demam di masyarakat lebih dikenal
dengan istilah step.

Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang sering terjadi pada anak, 1
dari 25 anak akan mengalami satu kali kejang demam. Hal ini dikarenakan, anak
yang masih berusia dibawah 5 tahun sangat rentan terhadap berbagai penyakit
disebabkan sistem kekebalan tubuh belum terbangun secara sempurna
(Harjaningrum, 2011).

Kejang demam terjadi 5% pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun, dipicu
demam tinggi dengan kenaikan suhu yang cepat. Gejala kejang demam
tampak seperti gerakan–gerakan diseluruh tangan dan kaki yang terjadi
dalam waktu yang sangat singkat, umumnya kurang dari 15 menit. Biasanya
terjadi pada hari pertama demam, dan terjadi sekali dalam 24 jam. Kejang
demam memiliki manifestasi klinis yang berbeda dengan epilepsi (Suririnah,
2009).

Menurut Tejani (2008), hingga saat ini sekitar 2% - 5% anak di Ameria Serikat
menderita kejang demam pada hari kelima kelahiran dan sekitar sepertiganya
berulang minimal sekali. Angka yang sama dari kejang demam di Amerika
Serikat juga ditemukan di Eropa Barat.

Di Indonesia, Kejang demam terjadi 2% - 4% pada anak berumur 6 bulan sampai


5 tahun. Dari semua kasus kejang demam, sekitar 80% merupakan kejang
demam sederhana dan 20% kejang demam kompleks (Wulandari, Anugroho,
2012). Bedasarkan data yang didapatkan dari Medical Record Rumah Sakit Islam
Cempaka Putih Jakarta Pusat, terhitung dari bulan April sampai Mei 2016,
mencapai 24 anak yang dirawat dengan kejang demam, dengan perbedaan laki-
laki 17 anak dan perempuan 7 anak. Hal ini sama seperti penelitian Anurogo
yang mengatakan bahwa anak laki-laki lebih sering mengalami kejang demam
dibandingkan dengan anak wanita.

Kejang pada anak dapat mengganggu kehidupan keluarga dan kehidupan sosial
orang tua khususnya ibu, karena akan menyebabkan stress dan rasa cemas yang
luar biasa. Bahkan, sebagian orang tua memiliki anggapan anak dapat meninggal
akibat kejang. Ibu panik ketika anak demam dan melakukan kesalahan dalam
mengatasi demam dan komplikasinya. Kesalahan yang dilakukan ibu salah
satunya disebabkan karena kurang pengetahuan dalam penanganan pada masa
akut. Memberikan informasi kepada ibu tentang hubungan demam dan kejang
merupakan hal yang penting untuk menghilangkan stress dan cemas mereka
(Hazaveh, 2011).

Adapun pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan kejang demam yang
terganggu adalah kebutuhan fisiologis yang meliputi oksigenasi dengan masalah
obstruksi jalan napas dan resiko aspirasi. Kebutuhan rasa aman nyaman dengan
masalah resiko cedera dan resiko kejang berulang.

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dibutuhkan perawatan yang cepat dan
tepat. Sebagai seorang perawat penulis juga memberikan pelayanan
kesehatan yang komprehensif melalui 4 upaya kesehatan yang meliputi upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif dapat diberian
dengan cara mempertahankan daya tahan tubuh anak agar tidak mudah terkena
infeksi, dengan meningkatkan pemenuhan kebutuhan nutrisi seimbang dan
menyiapkan kondisi lingkungan yang sehat.

Upaya preventif, perawat mencegah untuk terjadinya demam berlanjut menjadi


kejang dengan menginformasikan kepada ibu memberikan pendidikan kesehatan
tentang upaya pencegahan penyakit kejang demam. Upaya kuratif, dilakukan
dengan 2 metode yaitu tindakan mandiri dan tindakan kolaboratif. Tindakan
mandiri dengan melakukan kompres, mencegah resiko cedera, resiko aspirasi,
menganjurkan keluarga untuk menyediakan obat antikonvulsan. Serta tindakan
kolaboratif dengan memberikan obat antipiretik dan antikonvulsan. Serta upaya
rehabilitatif perawat berperan memulihkan kondisi anak dengan
menghilangkan gejala sisa kejang dan menganjurkan orang tua agar tetap
kontrol kembali anak ke rumah sakit secara teratur dan saat di rumah jika
mengetahui suhu tubuh anak meningkat segera beri obat penurun panas
dan mengompresnya.

Bedasarkan masalah diatas, maka penulis tertarik untuk membahas bagaimana


“Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada An R
dengan Kejang Demam di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Jakarta Pusat”.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan Asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar
selama 3 hari diharapkan penulis mendapatkan gambaran dan pengalaman
yang nyata dalam memberikan pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan
kejang demam melalui proses pendekatan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan Asuhan keperawatan melalui proses pendekatan
keperawatan diharapkan penulis :
a. Mampu melakukan pengkajian secara komperhensif baik biologis,
psikologis, sosial, spiritual maupun kultural pada anak dengan kejang
demam.
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada anak dengan kejang
demam.
c. Mampu membuat Rencana Keperawatan pada anak dengan kejang demam.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada anak dengan kejang
demam.
e. Mampu melaksanakan Evaluasi proses maupun Evaluasi hasil pada anak
dengan kejang demam.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus
dalam praktek.
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung maupun penghambat
serta dapat mencari solusi atau alternatife pemecahan masalah pada anak
dengan kejang demam.
h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan Pemenuhan kebutuhan dasar
pada anak dengan Kejang demam.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dibatasi hanya pada satu kasus,
yaitu “Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan dasar pada An.
R dengan Kejang Demam di Paviliun Badar Rumah Sakit Islam Cempaka
Putih Jakarta Pusat”, yang dilaksanakan selama 3 hari mulai tanggal 30 Mei
2016-01 Juni 2016.
D. Metode Penulisan
Metode yang penulis gunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah
studi kepustakaan dan metode deskriptif, yaitu metode yang mempelajari,
menganalisa dan menarik kesimpulan dari hasil pengalaman secara nyata dalam
memberikan Asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar dan
membandingkan dengan hasil studi kepustakaan.
Adapun data yang diperoleh adalah dengan menggunakan teknik sebagai berikut
:
1. Studi kepustakaan
Suatu kegiatan untuk memperoleh data dengan cara mempelajari buku-buku
dan literatur yang berhubungan dengan Asuhan keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan kejang demam
2. Studi kasus
a. Observasi: observasi kasus melalui partisipasi aktif terhadap klien yang
bersangkutan mengenai penyakit, pengobatan dan keperawatan serta hasil
dari tindakan yang dilakukan.
b. Wawancara: wawancara dan diskusi dengan klien, keluarga klien,
perawat, dokter dan petugas kesehatan lain yang terkait.

E. Sistematika Penulisan
Makalah ilmiah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari lima bab yaitu:
Bab I : Pendahuluan
Meliputi latar belakang, ruang lingkup, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Teoritis


A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
B. Konsep dasar terdiri dari: Pengertian, Etiologi, patofisiologi,
klasifikasi, manifestasi klinis, komplikasi dan
penatalaksanaan.
C. Konsep Tumbuh Kembang
D. Konsep Dampak Hospitalisasi
E. Konsep asuhan keperawatan meliputi pendekatan proses
keperawatan meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Bab III : Tinjauan Kasus


Merupakan laporan hasil asuhan keperawatan pada anak dengan
Kejang demam yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sesuai dengan kasus.
Bab IV : Pembahasan
Membahas kesenjangan yang terjadi antara BAB II dan BAB III
Meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi sesuai dengan kasus.

Bab V : Penutup
Meliputi kesimpulan dan saran
A. Kesimpulan
Berisi uraian singkat mengenai asuhan keperawatan pada
anak dengan Kejang demam mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
B. Saran
Berisi tentang usulan mengenai hal-hal yang harus diperbaiki
dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan
Kejang demam untuk meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

Pada bab ini penulis menguraikan mengenai konsep dasar kebutuhan dasar manusia dan
konsep dasar yang berhubungan dengan asuhan keperawatan pada anak dengan kejang
demam serta membahas tentang dampak hospitalisasi dan konsep tumbuh kembang pada
anak. Adapun uraian tersebut sebagai berikut:

A. KONSEP DASAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


1. Menurut Abraham Maslow, manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus
dipenuhi secara memuaskan melalui proses homeostatis, baik fisiologis maupun
psikologis. Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang sangat penting,
bermanfaat, atau diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu
sendiri. Sekitar tahun 1950, Abraham Maslow seorang psikolog dari Amerika
mengembangkan teori tentang Kebutuhan Dasar Manusia yang lebih dikenal
dengan Kebutuhan Dasar Manusia Maslow (Wolf, Lu Verne, dkk, 1984).
Hierarki tersebut meliputi lima kategori kebutuhan dasar, yakni :
a. Kebutuhan Fisiologis, memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki Maslow.
Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum
terpenuhi akan lebih memenuhi kebutuhan fisiologisnya dibandingkan
kebutuhan yang lain. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan, yaitu :
1) Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas.
2) Kebutuhan cairan dan elektrolit.
3) Kebutuhan makanan.
4) Kebutuhan eliminasi urine dan alvi
5) Kebutuhan istirahat dan tidur
6) Kebutuhan aktivitas
7) Kebutuhan kesehatan temperatur tubuh
8) Kebutuhan seksual, kebutuhan ini tidak diperlukan untuk menjaga
kelangsungan hidup seseorang tetapi penting untuk mempertahankan
kelangsungan umat manusia.
b. Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman, yang dimaksud adalah aman dari
berbagai aspek, baik fisiologis maupun psiologis. Kebutuhan ini meliputi :
1) Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan dan
infeksi
2) Bebas dari rasa takut dan kecemasan
3) Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru atau asing
c. Kebutuhan Rasa Cinta, Memiliki dan Dimiliki, kebutuhan ini meliputi :
1) Memberi dan menerima kasih sayang
2) Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain
3) Kehangatan
4) Persahabatan
5) Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok, serta lingkungan
sosial
d. Kebutuhan Harga Diri, kebutuhan ini meliputi :
1) Perasaan tidak bergantung pada orang lain
2) Kompeten
3) Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri, kebutuhan ini meliputi :
1) Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan memahami potensi
diri)
2) Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri
3) Tidak emosional
4) Mempunyai dedikasi yang tinggi
5) Kreatif
6) Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, dan sebagainya
2. Gangguan kebutuhan dasar pada anak dengan Kejang Demam
Pada anak dengan kejang demam kebutuhan dasar yang terganggu adalah:
a. Kebutuhan Fisiologis, pada anak dengan kejang demam salah satu kebutuhan
dasar yang terganggu adalah kebutuhan oksigenasi hal ini terjadi karena pada
saat kejang terjadi inkoordinasi atau ketidakmampuan untuk mengkoordinasi
tubuhnya sebagai akibat dari penurunan kesadaran, salah satu dampak dari
kondisi tersebut diatas dapat menyebabkan lidah anak jatuh kebelakang
sehingga terjadi obstruksi jalan napas sehingga menghambat suplai oksigen
keparu-paru. Masalah lain yang sering muncul adalah resiko aspirasi. Aspirasi
adalah suatu keadaan dimana masuknya benda asing pada saluran pernapasan
yang dapat mempengaruhi status oksigenasi. Hal ini terjadi karena anak
dengan kejang demam mengalami penurunan kemampuan untuk menelan.

b. Gangguan kebutuhan rasa aman nyaman pada anak dengan kejang demam
terjadi karena penurunan kesadaran dan ketidak mampuan anak untuk
mengontol dirinya seperti gerakan-gerakan yang tidak dapat dikendalikan
sehingga dapat menyebabkan resiko cedera seperti jatuh dari tempat tidur,
menjatuhkan barang-barang yang ada didekatnya, menggigit lidah, terkena
barang-barang yang bisa melukai. Pada masalah resiko kejang berulang juga
bisa terjadi akibat dari kurang pengetahuan orang tua dalam menangani anak
dengan kejang demam.

B. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat bayi atau anak yang
mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam terjadi pada
usia 6 bulan – 5 tahun dan jarang sekali terjadi untuk pertama kalinya pada usia <
6 bulan atau > 3 tahun. Suhu tubuh yang tinggi dapat menimbulkan kejang, ada
anak yang mempunyai ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada
suhu 38°C sedangkan pada anak yang ambang kejang yang tinggi, kejang baru
terjadi pada suhu 40°C atau lebih (Pudiastuti, 2011).

Kejang demam adalah perubahan aktifitas motorik dan behaviour yang bersifat
paroksismal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktifitas listrik
abnormal diotak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (Widagdo, 2011).

Kejang demam adalah kejang bangkitan yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
suhu rektum (dubur) diatas 38°C. Kejang yang berhubungan dengan demam
(suhu diatas 38,4°C per rektal) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau
gangguan elektrolit akut (Anurogo, 2013).

Bedasarkan dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Kejang demam adalah
kejang yang terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun yang mengalami
kenaikan suhu tubuh dari 38°C sampai 40°C tanpa adanya infeksi susunan saraf
pusat atau gangguan elektrolit akut.

2. Etiologi
Kejang demam disebabkan oleh infeksi yang mengenai jaringan ekstrakranial
atau ekstrakranium seperti tonsilitis, otitis media akut, bronkitis. Penyakit virus
merupakan penyebab utama kejang demam. Kepustakaan terbaru menunjukan
keterlibatan human herpes simplex virus 6 (HHSV-6) sebagai penyebab
timbulnya roseola pada 20% dari sekelompok klien yang datang dengan kejang
demam mereka yang pertama. Genetik juga merupakan penyebab dari kejang
demam, kejang demam cenderung terjadi pada keluarga. Bila anak terkena
kejang demam maka resiko saudara kandungnya terkena adalah sebesar 10%.
Kemungkinan ini menjadi 50% jika orangtuanya pernah menderita kejang
demam (Anurogo, 2012).
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksimal yang berlebihan dari suatu
populasi neuron yang sangat mudah terpicu sehingga mengganggu fungsi normal
otak dan juga dapat terjadi karena keseimbangan asam basa atau elektrolit yang
terganggu. Kejang itu sendiri dapat juga menjadi manifestasi dari suatu penyakit
mendasar yang membahayakan (Pudiastuti, 2011).

Menurut pendapat NANDA (2015), kejang demam disebabkan oleh hipertemia


yang muncul secara cepat yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri.
Umunya berlangsung singkat dan mungkin terdapat predisposisi familial.
Beberapa kejadian kejang dapat berlanjut melewati masa anak-anak dan mungkin
dapat mengalami kejang non demam pada kehidupan selanjutnya. Beberapa
faktor risiko berulang kejang yaitu :
a. Riwayat kejang dalam keluarga
b. Usia kurang dari 18 bulan
c. Tingginya suhu badan sebelum kejang makin tinggi suhu sebelum kejang
demam, semakin kecil kemungkinan kejang demam akan berulang
d. Lamanya demam sebelum kejang semakin pendek jarak antara mulainya
demam dengan kejang, maka semakin besar resiko kejang demam berulang.
3. Patofisiologi
Infeksi pada bronkus, tonsil, telinga

Toksik mikroorganisme menyebar secara hematogen dan limfogen

Kenaikan suhu tubuh di hipotalamus dan jaringan lin (hipertermi)

Pelepasan mediator kimia oleh neuron seperti prostaglandin, epineprin

Peningkatan potensial membran

Peningkatan masukan ion natrium, ion kalium kedalam sel neuron dengan
cepat

Fase depolarisasi neuron dan otot dengan cepat

penurunan respon rangsangan luar spasme otot mulut,lidah,bronkus


↓ ↓
Resiko cedera Resiko penyempitan/penutupan jalan nafas

(Sukarmin, 2012)

4. Klasifikasi
Menurut NANDA (2015), kejang demam dibagi kedalam 2 jenis, yaitu :
a. Kejang demam sederhana (simple febrile sizure), merupakan kejang demam
dengan karateristik :
1) Kejang demam yang berlangsung singkat, umumnya berlangsung <15
menit.
2) Tidak berulang dalam waktu 24 jam, atau hanya terjadi sekali dalam 24
jam.
3) Kejang bersifat umum dan tonik-klonik, tanpa gerakan fokal.
4) Kejang ini tidak meningkatkan resiko kematian, kelumpuhan atau
retardasi mental. Pada akhir kejang diakhiri dengan suatu keadaan singkat
seperti mengantuk (drowsiness).
b. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure), merupakan kejang demam
dengan karateristik :
1) Kejang demam berlangsung lama, lebih dari 15 menit.
2) Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial
3) Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam.

5. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis kejang demam, menurut NANDA (2015) dan Sukarmin (2012)
adalah sebagai berikut :
a. Suhu tubuh anak (suhu rektal) lebih dari 38°C.
b. Timbulnya kejang bersifat tonik-klonik, tonik, klonik, fokal, atau akinetik.
Beberapa detik setelah kejang berhenti anak tidak memberikan reaksi apapun
tetapi beberapa saat kemudian anak akan tersadar kembali tanpa ada kelainan
persarafan.
c. Takikardi : pada bayi frekuensi sering diatas 150-200 per menit.
d. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi sebagai akibat
menurunnya curah jantung.
Sedangkan gejala kejang demam sesuai klasifikasinya menurut NANDA
(2015) adalah sebagai berikut:
Kejang Karateristik
Parsial Kesadaran utuh walaupun mungkin berubah,
fokus disatu bagian tetapi dapat menyebar
kebagian lain.
1. Parsial Sederhana  Dapat bersifat motorik (gerakan
abnormal unilateral), sensorik
(merasakan, membaul, mendengar
sesuatu yang abnormal), automik
(takikardia, bradikardia, takipneu,
kemerahan, rasa tidak enak di
epigastrium), psikik (disfagia,
gangguan daya ingat)
 Biasanya berlangsung kurang dari 1
menit.
2. Parsial kompleks Dimulai sebagai kejang parsial sederhana
berkembang menjadi perubahan kesadaran
yang disertai oleh:
 Gejala motorik, gejala sensorik,
otomatisme (mengecapkan bibir,
mengunyah, menarik-menarik baju)
 Beberapa kejang parsial kompleks
mungkin berkembang menjadi
kejang generalisata
 Biasanya berlangsung 1-3 menit.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kejang demam menurut NANDA (2015) dan Sukarmin (2012)
dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Penatalaksanaan di Rumah Sakit
Penatalaksanaan di Rumah Sakit dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :
Pengobatan saat terjadi kejang
1) Pemberian diazepam supositoria pada saat kejang sangat efektif dalam
menghentikan kejang. Dosis pemberian:
a) 5 mg untuk anak <3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak >3 tahun.
b) 5 mg untuk BB <10 kg dan 10 mg untuk anak dengan BB >10 kg
c) 0,5-0,7 mg/kgBB/kali
2) Diazepam intravena juga dapat diberikan dengan dosis sebesar 0,2-0,5
mg/kgBB. Pemberian secara perlahan-lahan dengan kecepatan 0,5-1 mg
per menit untuk menghindari depresi pernafasanan. Bila kejang berhenti
sebelum obat habis, hentikan penyuntikan. Diazepam dapat diberikan 2
kali dengan jarak 5 menit bila anak masih kejang. Diazepam tidak
dianjurkan diberikan per IM karena tidak diabsorbsi dengan baik.
3) Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin per IV sebanyak 15 mg/kgBB
perlahan-lahan. Kejang yang berlanjut dapat diberikan pentobarbital 50
mg IM dan pasang ventilator bila perlu.
Setelah kejang berhenti
Bila Kejang berhenti dan tidak berlanjut, pengobatan cukup dilanjutkan
dengan pengobatan intermitten yang diberikan pada anak demam untuk
mencegah terjadinya kejang demam. Obat yang diberikan berupa :
1) Antipiretik
a) Parasetamol atau asetaminofen 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali
atau tiap 6 jam. Berikan dosis rendah dan pertimbangkan efek samping
berupa hiperdosis.
b) Ibuprofen 10 mg/kgBB/kali diberikan 3 kali.
2) Antikonvulsan
a) Berikan diazepam oral dosis 0.3-0.5 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat
demam menurunkan resiko berulangnya kejang.
b) Diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB/hari sebanyak 3 kali perhari
Bila kejang berulang
Berikan pengobatan rumatan dengan fenobarbital atau asam valproat dengan
dosis valproat 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosi, sedangkan fenbobarbital
3-5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Indikasi untuk diberikan pengobatan
rumatan adalah :
1) Kejang lama 15 menit.
2) Anak mengalami kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah
kejang misalnya hemiparise, cerebral palsy, hidrocefalus.
3) Kejang fokal.
4) Bila ada keluarga sekandung yang mengalami epilepsi.
b. Penatalaksanaan di Rumah
Karena penyakit kejang demam sulit diketahui kapan munculnya, maka orang
tua atau pengasuh anak perlu diberi bekal untuk memberikan tindakan awal
pada anak yang mengalami kejang demam. Tindakan awal itu antara lain :
1) Saat timbul serangan kejang segera pindahkan anak ke tempat yang aman
seperti dilantai yang diberi alas lunak tapi tipis, jauh dari benda-benda
berbahayas eperti gelas, pisau.
2) Posisi anak hiperekstensi pakaian dilonggarkan. Masukan sendok yang
dibalut dengan kain bersih kedalam mulut untuk mencegah lidah anak
tertekuk atau tergigit.
3) Ventilasi ruangan harus cukup. Jendela dan pintu dibuka supaya terjadi
pertugaran oksigen lingkungan.
4) Kalau memungkinkan sebaiknya orang tua atau pengasuh dirumah
menyediakan diazepam (melalui dokter keluarga) peranus sehingga saat
serangan kejang anak dapat segera diberikan. Dosis peranus 5 mg untuk
BB kurang dari 10 kg, kalau BB lebih dari 10 mg maka dapat diberikan
10 mg. Untuk dosis rat-rata pemberian peranus adalah 0,4-0,6 mg/KgBB.
5) Kalau beberapa kemudian tidak membaik atau tidak tersedianya diazepam
maka segera bawa anak kerumah sakit.

7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh kejang demam :
a. Retardasi Mental
b. Kerusakan jaringan otak

C. Konsep Tumbuh Kembang Anak (1-3 tahun)


Menurut Wong (2009), konsep tumbuh kembang anak pada usia 1-3 tahun (toddler)
adalah:
1. Pertumbuhan anak
Berat badan menambah sebanyak 2,2 kg/tahun, penambahan BB menurun secara
seimbang. Tinggi badan meningkat kira-kira 7,5 cm/tahun dan lingkar kepala
meningkat 2,5 cm/tahun.
2. Perkembangan motorik kasar
Melangkah dan berjalan dengan tegak. Pada usia sekitar 18 bulan, anak mampu
menaiki tangga dengan berpegangan dan pada akhir tahun kedua sudah mampu
berlari-lari kecil, menendang bola dan mulai mencoba melompat.
3. Perkembangan motorik halus
Ditandai dengan kekampuan anak untuk menyusun atau membuat menara kubus,
menggambr garis vertikal dan bentuk lingkaran.
4. Perkembangan bahasa
Ditandai dengan lebih banyaknya perbendaharaan kata yang dimiliki oleh anak,
kemampuan meniru, mengenal dan merespons orang lain. Selain itu anak juga
bisa mengkombinasi kata-kata dan melambaikan tangan.
5. Perkembangan adaptasi sosial
Ditandai dengan kemampuan anak untuk membantu kegiatan dirumah, menyuapi
boneka, menggosok gigi, mencoba memakai baju.
6. Perkembangan psikososial (Otonimi Vs Rasa Malu dan Ragu)
Belajar untuk asentif dalam mengekspresikan kebutuhan, keinginan, dan
kemauan. Anak mencari kesempatan dan aktivitas bermain, mencari perhatian
pemberi asuhan, belajar untuk berinteraksi.
7. Perkembangan oral (Tahap Prakonvensional)
Konsep toddler tentang benar dan salah terbatas, orang tua mempunyai pengaruh
signifikan terhadap perkembangan kesadran anak.
8. Perkembangan kepercayaan (Tahap Intuitif –Projektif)
Anak menirukan praktik dan sikap keagamaan.

D. Konsep Hospitalisasi Anak (1-3 tahun)


Menurut Wong (2009), konsep hospitalisasi pada anak dengan usia 1-3 tahun
(toddler) adalah sebagai berikut :
1. Reaksi terhadap penyakit
Toddler kurang mampu mendefinisikan konsep tentang citra tubuh, terutama
bahasa tubuh. Toddler bereaksi terhadap nyeri mirip dengan bayi, dan
pengalaman sebelumnya dapat mempengaruhi toddler dengan baik.
2. Reaksi terhadap hospitalisasi
a. Dalam berespon kejadian yang menegangkan, seperti hospitalisasi mekanisme
pertahanan primer toddler adalah regresi
b. Toddler juga dapat merasa kehilangan kendali berkaitan dengan keterbatasan
fisik, kehilangan rutinitas, ketergantungan, dan takut terhadap cedera atau
nyeri pada tubuh.
c. Perpisahan mempengaruhi kebanyakan toddler, yang menganggap tersebut
sebagai ditinggalkan. Hospitalisasi yang dapat meningkatkan ansietas
perpisahan, memiliki 3 fase:
1) Protes. Toddler secara verbal menagis kepada orang tua, menyerang orang
lain secara verbal atau fisik, berusaha untuk menemukan orang tua,
memegang orang tua erat-erat dan tidak dapat ditenangkan.
2) Putus asa. Toddler tidak tertarik dengan lingkungan dan permainan serta
menunjukkan sikap yang pasif, depresi, dan kehilangan nafsu makan.
3) Penolakan (penyangkalan). Toddler membuat keputusan yang dangkal dan
menunjukkan minat dengan jelas tetapi tetap menolak. Fase ini biasanya
terjadi setelah perpisahan dalam waktu lama dan jarang terlihat pada anak
yang dirawat.
3. Penatalaksanaan keperawatan
Menurut Wong (2009), penatalaksanaan keperawatan dari dampak hospitalisasi
pada toddler adalah :
a. Berikan intervensi umum :
1) Berikan toddler menyalurkan protesnya dan rawat gabung dengan bersama
orang tua
2) Anjurkan penggunaan objek transisi atau milik orang tua (hal-hal yang
menghubungkan toddler dengan orang tua) yang dapat ditinggalkan
bersama toddler.
3) Minta orang tua untuk tidak pernah menyelinap keluar dari ruangan atau
pergi dari rumah sakit sementara toddler tertidur.
4) Bersikap jujur tentang waktu kembalinya orang tua.
5) Cari dan gunakan kata-kata yang biasa toddler gunakan.
6) Usahakan untuk melanjutkan rutinitas didalam rumah semaksimal
mungkin.
E. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, hal ini dilakukan
dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga dapat diketahui
permasalahan yang ada (Hidayat, 2004).
a. Identifikasi pasien dan keluarga
1) Pasien : nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
diagnosa keperawatan.
2) Orang tua : nama, umur, pekerjaan, suku, pendidikan, alamat, pekerjaan
3) Sibling Rivallry : Urutan anak dalam keluarga, umur, adanya penyakit yang
sama sebelumnya.
b. Riwayat kejang
c. Kaji perilaku kejang
d. Kaji sifat kejang : kejang bersifat lokal (kejang parsial) atau kejang yang
bersifat umum (miotonik, tonik-klonik, atonik)
e. Kaji lamanya kejang
f. Kaji gerakan saat kejang
1) Kejang parsial : mengecap-ngecapkan bibirnya, gerakan mengunyah, dan
adanya gerakan tangan.
2) Kejang mioklonik : kehilangan kesadaraan hanya sesaat.
3) Kejang tonik-klonik : adanya gerakan klonik ekstermitas atas dan bawah.
4) Kejanga atonik : kepala menunduk dan dapat jatuh ketanah yang terjadi
secara singkat tanpa peringatan.
g. Kaji status neurologi : perubahan kesadaran, peningkatan suhu tubuh,
perubahan tingkah laku.
h. Riwayat psikososial : faktor pencetus dan status.
i. Pemeriksaan diagnostik :
1) Melakukan fungsi lumbal, Foto Rongent.
2) Elektron Efaiogram (EEG).
3) CT Scan, MRI sesuai indikasi.
4) Darah lengkap, Gula Darah, Elektrolit serum, kalsium, magnesium.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan objektif
yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosis
keperawatan. Diagnosis keperawatan melibatkan proses berfikir kompleks
tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik dan pemberi
pelayanan kesehatan yang lain. Komponen komponen dalam pernyataan
diagnosis keperawatan meliputi masalah (problem), penyebab (etiologi), tanda
dan gejala (sign and symptom) (Asmadi,2008).

Menurut NANDA (2015) dan Sukarmin (2012), diagnosa yang muncul pada
kejang demam yaitu :
a. Resiko tinggi obstruksi jalan nafas berhubungan dengan penutupan faring oleh
lidah, spasme otot bronkus
b. Resiko cedera berhubungan dengan ketidakefektifan orientasi (kesadaran
umum), kejang.
c. Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran, penurunan
reflek menelan.
d. Resiko kejang berulang berhubungan dengan hipertermi.
e. Cemas pada orang tua berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit.
3. Rencana Keperawatan
Menurut Deswani (2009), intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku
spesifik yang diharapkan dari klien dan tindakan yang harus dilakukan oleh
perawat. Intervensi dilakukan untuk membantu klien mencapai hasil yang
diharapkan. Intervensi keperawatan harus spesifik dan dinyatakan dengan jelas.
Pengelompokan seperti bagaimana, kapan, dimana, frekuensi dan besarnya,
menunjukan isi dari aktivitas yang direncanakan. Intervensi keperawatan dapat
dibagi menjadi dua, yaitu mandiri (dilakukan oleh perawat) dan kolaboratif (yang
dilakukan bersama dengan memberi perawatan lainnya).

Tiga komponen utama yang harus ada dalam sebuah rencana asuhan keperawatan
adalah sebagai berikut. Diagnosa keperawatan atau masalah yang diprioritaskan,
kriteria hasil yaitu apa hasil yang diharapkan dan kapan ingin mengetahui hasil
yang diharapkan tersebut, intervensi yaitu apa yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan atau kriteria hasil.
Adapun intervensi yang dilakukan pada setiap diagnosa keperawatan yang dibuat
menurut Sukarmin (2012) dan NANDA (2015) adalah, sebagai berikut:
a. Resiko tinggi obstruksi jalan nafas berhubungan dengan penutupan faring oleh
lidah, spasme otot bronkus
Tujuan: Obstruksi jalan nafas tidak terjadi
Kriteria Hasil:
1) Frekuensi pernafasan meningkat 28-35 x/menit
2) Irama pernafasan reguler dan tidak cepat
3) Anak tidak terlihat terengah-engah
Intervensi:
1) Monitor jalan nafas, frekuensi pernafasan, irama pernafasan tiap 15 menit
pada saat penurunan kesadaran
2) Tempatkan anak pada posisi semifowler dengan hiperekstensi
3) Pasang tongspatel saat timbul serangan kejang
4) Bebaskan anak dari pakaian yang ketat

b. Resiko cedera berhubungan dengan ketidakefektifan orientasi (kesadaran


umum), kejang.
Tujuan: Cedera tidak terjadi.
Kriteria Hasil:
1) Klien terbebas dari cedera
2) Mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah cedera
3) Memodifikasi gaya hidup untuk mencegah cedera.
Intervensi:
1) Sediakan lingkungan yang aman untuk klien.
2) Identifikasi kebutuhan keamanan klien sesuai dengan kondisi fisik dan
fungsi kognitif klien dan riwayat penyakit terdahulu klien.
3) Menghindarkan lingkungan yang berbahaya
4) Memasang side rail tempat tidur
5) Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
6) Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
7) Menganjurkan keluarga untuk menemani klien

c. Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran, penurunan


reflek menelan.
Tujuan: Aspirasi tidak terjadi
Kriteria Hasil:
1) Klien dapat bernafas dengan mudah
2) Irama teratur
3) Frekuensi normal
4) Klien mampu mengunyah
5) Menelan tanpa terjadinya aspirasi
6) Jalan nafas paten
7) Suara nafas normal.
Intervensi:
1) Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk dan kemampuan menelan
2) Monitor status paru pelihara jalan nafas
3) Lakukan suction jika diperlukan
4) Cek nasogastrik sebelum makan
5) Hindari makan kalau residu masih banyak
6) Potong makanan kecil-kecil
7) Posisi tegak 90 derajat atau sejauh mungkin

d. Resiko kejang berulang berhubungan dengan hipertermi.


Tujuan: Kejang berulang tidak terjadi
Kriteria Hasil:
1) Anak sudah tidak kejang
2) Kejang sudah dapat terkontrol
3) Anak dapat pengobatan secara teratur.
Intervensi:
1) Kaji faktor pencetus kejang
2) Observasi TTV
3) Lindungi anak dari trauma
4) Berikan kompres pada aksila, leher, lipatan paha dan kening
5) Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada anak
6) jaga suhu ruangan agar sesuai dengan suhu tubuh normal
7) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antipiretik

e. Cemas pada orang tua berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang


penyakit.
Tujuan: pengetahuan orang tua bertambah tentang kejang dan
penanganannya.
Kriteria Hasil:
1) Orang tua mentaati pengobatan dan mampu mengingat kembali informasi
yang diberikan
Intervensi:
1) Kaji tingkat perubahan keluarga tentang penyakit kejang demam dan cara
perawatan
2) Berikan pengertian pada keluarga tentang penyebab penyakit dan
pengobatannya
3) Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya
4) Lakukan pendidikan kesehatan pada keluarga

4. Implementasi
Menurut asmadi (2008), implementasi adalah perwujudan dan rencana
keperawatan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai
setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukan pada perawat untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari implementasi adalah :
a. Membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b. Mencakup peningkatan kesehatan
c. Mencakup pencegahan penyakit
d. Mencakup pemulihan kesehatan
e. Memfasilitasi koping klien

Adapun prinsip-prinsip dalam implementasi pada tiap-tiap diagnosa adalah :


a. Mempertahankan perfusi jaringan ke otak efektif.
b. Mencega untuk tidak terjadinya cedera.
c. Mencegah untuk tidak terjadi aspirasi.
d. Mencegah kejang berulang tidak terjadi.
e. Mengatasi kecemasan pada anak
5. Evaluasi
Menurut Deswani (2009), evaluasi dalam keperawatan adalah perbandingan yang
sistematik dan terencana tentang kesehatan klien tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya.
Penilaian evaluasi keperawatan adalah mengukur keberhasilan dan rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan
klien.
a. Jenis Evaluasi tersebut ada dua, yaitu :
1) Evaluasi proses : menilai jalannya pelaksanaan proses keperawatan sesuai
dengan situasi, kondisi dan kebutuhan klien. Evaluasi proses harus
dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk
membantu keefektifan terhadap tindakan.
2) Evaluasi hasil/sumatif : menilai hasil asuhan keperawatan yang
diperihatkan dengan perubahan tingkah laku klien. Evaluasi ini
dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara keseluruhan.
b. Hasil Evaluasi
1) Tujuan tercapai : jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan standar
yang ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian : jika klien menunjukan perubahan sebagian dari
standar dan yang telah ditetapkan.
3) Tujuan tidak tercapai : jika klien tidak menunjukan perubahan dan
kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
c. Evaluasi dari masing-masing diagnosa adalah sebagai berikut :
1) Perfusi jaringan ke otak efektif.
2) Cedera tidak terjadi.
3) Aspirasi tidak terjadi.
4) Kejang berulang tidak terjadi.
5) Keluarga tidak cemas lagi.
BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan melaporkan kasus asuhan keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar pada An. R dengan kejang demam di ruang anak Paviliun Badar Rumah
Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. Dalam memberikan asuhan keperawatan, penulis
melakukan asuhan melalui pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian,
perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan rencana tindakan, implementasi dan
evaluasi.

A. Pengkajian Keperawatan
1. Data Dasar (Terlampir)
2. Resume Kasus
Anak R, laki-laki berumur 1 tahun 11 bulan datang dibawa oleh orang tuanya ke
UGD Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih pada tanggal 29 Mei 2016 pukul
21.00 WIB dengan keluhan anak mengalami kejang dan demam dengan suhu
39°C. Anak kejang kurang lebih dengan durasi 10 menit disertai mata mendelik
keatas dan tangan kakinya kaku. BAB kurang lebih 10 kali dalam sehari,
konsistensi cair dengan warna kuning kehijauan. Pada saat di UGD diberikan
terapi cairan Asering loading 200 cc makrodrip, diberikan terapi injeksi ranitidin
100 mg dan Antrain 100 mg. An. R dipindahkan ke Paviliun Badar untuk
mendapatkan perawatan selanjutnya.

Di Paviliun Badar dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan data: keadaan umum


baik, kesadaran composmentis, suhu 38,5°C, nadi 120 x/menit, RR 24 x/menit,
konjungtiva an-anemis, kelopak mata tidak cekung, mukosa bibir dan mulut
sedikit kering, cubitan dinding abdomen kembali segera, kapilary refill kembali <2
detik, pemeriksaan laboratorium tanggal 30 Mei 2016 jam 05.40 dengan hasil
Hemoglobin 12,9 g/dl, Leukosit 4000µ L, Hematokrit 37%. Hasil pemeriksaan
elektrolit: Natrium 140mEq/L, Kalium 4,1 mEq/L, Klorida 101mEq/L.
berdasarkan data yang telah didapat dan hasil pengkajian pada An. R maka
masalah keperawatan yang muncul adalah defisit volume cairan, resiko kejang
berulang, resiko perubahan nutrisi, cemas pada orang tua dan takut pada anak.
Intervensi yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah:
memonitor status hidrasi, mengobservasi TTV, memonitor intake dan output,
memberikan terapi infus KAEN 3 B 12tpm/14jam, menganjurkan orang tua agar
anak banyak minum, menganjurkan orang tua agar mengkompres bila anak masih
demam. Memberikan terapi oral Puyer panas+Diazepam 3x1 bungkus, terapi
daryazink 1x1 cth, terapi probiokid 1x1 bungkus dan terapi injeksi ceftriaxone
1x500 mg.

Dan mendapat therapi cairan KAEN 3 B makrodrip 12 tetes per menit, therapi oral
Puyer Panas+Diazepam 3x1 bungkus jam 06,12,18, Probiokid 1x1 bungkus,
Daryazink 1x1 cth dan therapi injeksi Ceftriaxone 1x500 mg jam 12.

3. Data Fokus
a. Data Subyektif
Ibu mengatakan An. R kejang 1 kali dirumah dengan durasi waktu ±10 menit
pada suhu 39°C. Kejang tidak terus-terusan tetapi bertahap. Keluarga
mengatakan An. R belum pernah mengalami kejang sebelumnya dan keluarga
tidak ada yang mempunyai riwayat kejang. Keluarga mengatakan pada saat
kejang mata anak mendelik ke atas, tangan dan kaki kaku. Keluarga
mengatakan anak saat ini mengalami diare, BAB sudah 9 kali dalam sehari,
konsistensi cair namun sudah ada ampasnya dengan warnah kuning kehijauan,
BAK 5 kali. An. R minum kira-kira 3 gelas dalam sehari, makan hanya habis
½ porsi. BB An. R sebelum sakit 11 kg (mengalami penurunan selama sakit
0.5 kg). An. R selalu rewel dan menangis ketika dokter dan perawat datang
untuk memeriksanya. Keluarga mengatakan khawatir dengan kondisi sakit
anaknya dan tidak mengetahui penyakit anaknya.

b. Data Objektif
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan data :
Keadaaan umum sakit sedang, kesadaran composmentis, anak tampak lemas.
Nadi 110 x/menit, RR 24 x/menit, Suhu 38,5°C. BAB dengan konsistensi cair
namun ada ampasnya dengan warna kuning kehijauan dan bau khas. An. R
tampak hanya mengabiskan makan ½ porsi saja. Anak tampak menangis dan
rewel terus pada saat pengkajian dilakukan, takut pada perawat dan dokter
yang datang. Rambut tidak rontok dan tidak mudah dicabut, kelopak mata
tidak cekung, sklera an-ikterik, konjungtiva an-anemis, mukosa bibir dan
mulut agak kering, cubitan dinding abdomen kembali <3 detik, bising usus
18x/menit, BB 10,5 kg, TB 68 cm. Anak mengalami penurunan BB 0.5 kg.
Kebutuhan cairan 1025 cc/hari. Status dehidrasi: dehidrasi ringan.

Intake dan output dalam 24 jam


1) Intake:
Infus = 20x12x24 = 864 cc
Minum = 3x200 = 600 cc +
Jumlah 1464 cc/hari
Output:
BAB = 9x100 = 900 cc
BAK = 5x50 = 250 cc
IWL = (30-1)x10,5 = 304,5 cc
IWL dengan kenaikan suhu = 36,54 cc +
Jumlah 1491 cc/hari
Balance Cairan: Intake-Output = 1464-1491 = -27cc/hari
2) Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 30 Mei 2016 jam 05.40
a) Hemoglobin : 12,9 g/dl,
b) Leukosit : 4000µ L,
c) Hematokrit : 37%,
d) Trombosit : 175000µ L,
e) Eritrosit : 4840µ L
f) Elektrolit:
Natrium : 140mEq/L
Kalium : 4,1 mEq/L
Klorida : 101mEq/L.

3) Penatalaksanaan:
a) Terapi infus: KAEN 3B 12 tetes per menit makrodrip
b) Terapi oral:
Puyer panas + diazepam 3x1 bungkus (jam 06, 12, 18)
Probiokid 1x1 bungkus (jam 08)
Daryazink 1x1 cth (jam 08)
c) Terapi injeksi:
Ceftriaxone 1x500 mg (jam 12)
4. Analisa Data
No. Data Masalah Etiologi

1.  Subjektif Defisit Volume Output yang


Keluarga mengatakan An. R: Cairan berlebih
BAB sudah ±9x, konsistensi
cair dengan warna kuning
kehijauan namun sudah ada
ampasnya, BAK 5x dalam
sehari, minum 3 gelas/hari.
Keluarga mengatakan An.R
tidak muntah.

 Objektif
Keadaan umum sakit sedang,
kesadaran composentis. Anak
tampak lemas, suhu 38,5°C,
kelopak mata tidak cekung,
mukosa bibir dan mulut
sedikit kering, cubitan
abdomen kembali segera <3
detik. Balance Cairan -27
cc/hari.
Pemeriksaan Lab tgl 30 Mei
2016:
a. Hematokrit 37%
b. Elektrolit:
Natrium 140 mEq/L
Kalium 4,1 mEq/L
Klorida 101 mEq/L

2.  Subjektif Resiko kejang Peningkatan suhu


Keluarga mengatakan An.R berulang tubuh
kejang 1 kali dirumah pada
suhu 39°C, mata mendelik
keatas, tangan dan kaki kaku.
An. R belum pernah kejang
sebelumnya dan keluarga juga
tidak mempunyai riwayat
kejang dan saat ini An. R
masih mengalami demam dan
diare.

 Objektif
Keadaan umum sakit sedang,
kesadaran composmentis, nadi
110 x/menit, suhu 38,5°C ,
RR 24x/menit.
Pemeriksaan Elektrolit tanggal
30 Mei 2016:
a. Natrium 140 mEq/L
b. Kalium 4,1 mEq/L
c. Klorida 101 mEq/L

3.  Subjektif Resiko Perubahan Intake yang tidak


Keluarga mengatakan anak nutrisi kurang dari adekuat
makan hanya menghabiskan ½ kebutuhan tubuh
porsi keluarga mengatakan
BB anak mengalami
penurunan 0.5 kg. Sebelum
sakit 11 kg.
 Objektif
A. BB 10,5 kg, TB 68 cm,
LK 45 cm, LLA 17 cm
B. HB : 12,9 g/dL
C. Keadaan umum sakit
sedang, kesadaran
composmentis, rambut
tidak rontok dan mudah
tercabut, konjungtiva an-
anemis, turgor kulit
elastis, anak mengalami
diare.
D. Makanan yang dihabiskan
hanya ½ porsi. Keluarga
mengatakan anak dapat
menghabiskan makanan 1
porsi pada saat dirumah,
makan 3 kali dalam
sehari.

4.  Subjektif Takut pada anak Dampak


Keluarga mengatakan anak Hospitalisasi
sangat rewel dan menangis (Takut pada orang
terus ketika ada perawat atau asing dan prosedur
dokter yang datang tindakan)
 Objektif
Anak tampak rewel, menangis
terus dan menjauh ketika
perawat datang dan
melakukan prosedur tindakan.
.
5.  Subjektif Cemas pada orang Kurangnya
Keluarga mengatakan tua pengetahuan
khawatir dengan penyakit tentang kejang
anaknya dan tidak demam.
mengetahui penyakit apa
yang timbul pada anaknya.
 Objektif
Keluarga tampak cemas dan
khawatir dan tampak belum
mengetahui tentang kejang
demam

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat membantu untuk mengklasifikasi intervensi
keperawatan yang akan dilakukan dalam rangka mencapai hasil akhir. Setelah
melakukan pengkajian selanjutnya penulis merumuskan diagnosa pada An. R dengan
kejang demam adalah sebagai berikut :
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan output berlebih
2. Resiko kejang berulang berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
4. Takut pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi (pada orang asing dan
prosedur tindakan)
5. Cemas pada orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi

C. Rencana Keperawatan
Setelah diagnosa dirumuskan, tahap berikutnya adalah perencanaan. Perencanaan
adalah suatu tindakan profesional perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien. Perencanaan meliputi prioritas masalah yang sedang dihadapi pasien
dan keluarga. Dari masalah keperawatan yang ada, maka rencana keperawatan yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1. DX 1 : Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam perawatan pada An. R
diharapkan maslah defisit volume cairan teratasi
Kriteria Hasil :
a. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi (kelopak mata tidak cekung, mukosa bibir dan
mulutlembab, cubitan dinding abdomen kembali segera <3 detik)
b. Intake output seimbang
c. TTV dalam batas normal (nadi 110 x/menit, suhu 36,5-37,5°C, RR 20-30
x/menit).
Rencana Tindakan :
a. Pantau TTV/8jam
b. Kaji status hidrasi (kelopak mata, mukosa bibir, cubitan abdomen)
c. Monitor intake dan output/8 jam
d. Timbang berat badan/hari untum mengetahui kehilangan cairan.
e. Berikan kompres bila suhu anak masih tinggi
f. Anjurkan anak untuk minum ±2 gelas per hari
g. Berikan terapi oral:
Daryazink 1x1 cth (jam 08)
Probiokid 1x1 bks (jam 08)
Puyer Panas+Diazepam 3x1 bks (jam 08,12,16)
h. Berikan terapi injeksi: Ceftriaxone 1x500 mg/IV (jam 12)
i. Monitor tetesan infus KAEN 3B 12 tetes per menit dan ganti cairan infus/12
jam.
j. Pantau hasil laboratorium: Hematokrit dan elektrolit
2. DX 2 : Resiko kejang berulang berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam perawatan pada An. R
diharapkan resiko kejang berulang tidak terjadi
Kriteria Hasil :
a. Kejang dapat dikontrol
b. Suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5°C)
c. Hasil Elektrolit dalam batas normal
1) Natrium 135-147 mEq/L
2) Kalium 3.5-5.0 mEq/L
3) Klorida 94-111 mEq/L
Intervensi :
a. Pantau dengan ketat TTV terutama suhu tubuh/8 jam
b. Berikan kompres jika suhu anak masih tinggi
c. Anjurkan anak untuk banyak minum ±2 gelas dalam sehari
d. Anjurkan keluarga untuk memakaikan baju yang menyerap keringat
e. Beritahu keluarga ambang kejang pada anak, dan segera mengantisipasi jika
terjadi peningkatan suhu tubuh.
f. Berikan obat Puyer Panas+Diazepam 3x1 bks jam 08,12,16
g. Monitor hasil lab Elektrolit/24 jam

3. DX 3 : Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan intake yang tidak adekuat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam perawatan
pada An. R diharapkan resiko perubahan nutrisi tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
a. Nafsu makan meningkat
b. Dapat menghabiskan 1 porsi makanan yang disajikan
c. Klien tidak mengalami penurunan BB
d. Hasil Lab Hemoglobin normal : 13-16 g/dL
Intervensi :
a. Kaji status nutrisi
b. Catat intake nutrisi klien/hari
c. Timbang berat badan minimal 1x/minggu
d. Kaji makanan kesukaan tapi tidak bertentangan dengan diet
e. Anjurkan keluarga untuk memberikan klien makanan sedikit tapi sering
f. Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan dalam keadaan hangat
g. Anjurkan keluarga untuk memotivasi dan mendampingi anak saat makan.
h. Monitor Laboratorium: Hemaglobin

4. DX 4: Takut pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi (orang asing


dan prosedur tindakan)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam perawatan pada An. R
diharapkan cemas teratasi.
Kriteria Hasil :
a. Anak tidak menangis lagi ketika perawat dan dokter datang
b. Anak mau berkomunikasi.
c. Rasa takut berkurang
d. Anak kooperatif saat dilakukan prosedur tindakan
Intervensi :
a. Lakukan bina trust
b. Lakukan kunjungan sering tapi singkat
c. Panggil nama anak dan beri sentuhan
d. Alihkan perhatian anak saat melakukan prosedur tindakan
e. Anjurkan orangtua untuk selalu mensuport anaknya
f. Anjurkan keluarga untuk membawakan mainan kesukaan klien dirumah
g. Libatkan orangtua dalam setiap tindakan
5. DX 6: Cemas pada orang tua berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada orangtua An. R selama
3x24 jam diharapkan pengetahuan orang tua bertambah tentang kejang dan
penanganannya.
Kriteria Hasil:
a. Orang tua terlihat mengerti dan tidak bingung saat ditanyakan kembali tentang
kejang demam
Intervensi:
a. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit kejang demam
b. Berikan penyuluhan kesehatan tentang penyakit kejang demam
c. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang hal yang tidak
dimengerti
d. Anjurkan orang tua untuk mengikuti saran yang diberikan oleh perawat
e. Beri pujian positif kepada keluarga atas usaha yang dilakukan

D. Implementasi Keperawatan
Dalam rangka memberikan asuhan keperawatan pada An. R dengan kejang demam
serta rencana yang sudah dibuat oleh penulis, penulis melakukan implementasi
selama 3 hari masa perawatan mulai dari tanggal 30 Mei 2016 – 01 Juni 2016.
Hari/Tanggal Jam No.Dx Implementasi Paraf
Senin, 30 Mei 16.00 4 Melakukan bina trust pada An. R Niswah
2016 DS :
 Keluarga mengatakan senang jika
ada perawat yang mengunjungi
DO:
 Anak tampak menangis saat perawat
datang

16.30 1,2 Memantau TTV Niswah


DS:
 Keluarga mengatakan An. R masih
panas.
DO :
 Nadi 110 x/menit
 Suhu 38,5°C
 RR 24x/menit.

16.55 1,2 Memberikan kompres pada klien Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan suhu An.R
38,5°C tadi siang
DO :
 Setelah dikompres suhu pasien tetap
38,5°C

17.10 1 Mengkaji adanya status hidrasi Niswah


DS : -
DO :
 Kelopak mata An. R tidak cekung,
mukosa bibir sedikit kering, cubitan
abdomen kembali segera.

17.15 5 Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga Niswah


tentang penyakit kejang demam
DS:
 Keluarga mengatakan tidak
mengetahui apapun tentang kejang
demam
DO:
 Keluarga tampak belum tau dan
belum paham

17.30 3 Memonitor intake nutrisi klien Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan An. R habis
makan hanya ½ porsi.
DO :
 Makanan tampak hanya habis ½
porsi

17.40 1 Memonitor Intake dan output Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan An. R minum
1 ½ gelas dari pagi.
 Keluarga mengatakan An. R BAB
cair ±6 kali dan BAK 5 dari pagi
DO :
 Infus 864 cc, IWL 304,5cc dengan
kenaikan suhu 36,54cc/24 jam.

17.45 1,2 Memberikan obat puyer panas+diazepam Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan akan
memberikan obatnya pada An. R
DO :
 Obat telah diberikan

19.00 4 Melakukan kunjungan sering tapi singkat Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan tidak masalah
jika dikunjungi oleh perawat
DO :
 An. R masih tampak rewel dan
menangis saat dikunjungi

19.15 1 Memberitahu keluarga ambang kejang Niswah


anak untuk mengantisipasi suhu tubuh
naik
DS:
 Keluarga mengatakan mengerti
tentang ambang kejang An. R
DO :
 Keluarga tampak mengerti

19.20 3 Mengkaji makanan kesukaan klien tapi Niswah


tidak bertentangan dengan diet
DS :
 Keluarga mengatakan An. R suka
semua makanan kecuali pisang dan
ikan.
DO :
 Tampak tidak ada pisang atau ikan
dimeja anak

19.35 1 Menganjurkan keluarga agar An. R Niswah


banyak minum ±2 gelas dalam sehari
DS:
 Keluarga mengatakan akan memberi
An. R banyak minum sesuai
kebutuhan
DO:
 Keluarga tampak mengerti

19.40 4 Memanggil nama An. R dan Niswah


memberikan sentuhan
DS: -
DO:
 An. R tampak tidak mau dan
menangis.

20.00 4 Menganjurkan keluarga untuk Niswah


membawakan mainan kesukaan klien
dirumah.
DS :
 Keluarga mengatakan lupa ingin
membawanya dan akan
membawanya besok.
DO:
 Keluarga tampak mau untuk
membawa mainan klien kerumah
sakit

Selasa, 31 02.00 1 Memonitor tetesan infus dan mengganti TIM


Mei 2016 cairan infus KAEN 3B 12 tetes per menit
makrodrip
DS: -
DO:
 An. R sedang tidur pada saat cairan
infus diganti

06.00 1 Memonitor intake & output TIM


DS :
 Keluarga mengatakan anak minum ½
gelas
 Keluarga mengatakan An. R BAB
masih cair 2x, BAK 2x
DO :
 Infus 144 cc

07.30 1,2 Memonitor TTV Niswah


DS : -
DO :
 Nadi 105x/menit
 Suhu 38°C
 RR 22x/menit
 Anak tampak menangis saat
diperiksa

08.00 2 Memberikan obat Puyer Niswah


panas+Diazepam
DS :
 Keluarga mengatakan akan
memberikan obat pada An. R
DO :
 Obat telah diberikan
08.10 1 Memberikan obat Probiokid dan Niswah
Daryazink
DS :
 Keluarga mengatakan akan
memberikan obat pada An. R
DO :
 Obat telah diberikan

08.20 4 Melakukan kunjungan sering tapi singkat Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan tidak masalah
jika sering dikunjungi
DO :
 Anak tampak masih tidak mau
berkomunikasi dengan perawat

08.40 2 Menimbang BB/hari untuk mengetahui Niswah


kehilangan cairan
DS : -
DO :
 BB An.R tetap 10,5 kg

08.45 2 Menganjurkan keluarga untuk Niswah


memakaikan baju yang menyerap
keringat pada anak R
DS :
 Keluarga mengatakan akan
memakaikan baju yang menyerap
keringat
DO :
 Keluarga tampak mau memakaikan
baju yang menyerap keringat pada
anak

09.00 1,2 Menganjurkan anak untuk banyak Niswah


minum minimal 2 gelas perhari
DS :
 Keluarga mengatakan An. R minum
± 2 gelas perhari
DO :
 Keluarga tampak mau memberikan
minum

09.10 1,2 Memberikan kompres pada An. R Niswah


DS : dan
 Keluarga mengatakan akan keluarga
membantu mengkompres karena jika
perawat yang mengkompres anak
terus menangis
DO :
 Suhu An. R setelah dikompres
37,7°C

09.35 3 Mengkaji status nutrisi klien Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan BB An. R
sebelum masuk RS adalah 11 kg,

DO :
 BB setelah sakit 10,5 kg. An. R
mengalami penurunan BB

10.00 3 Menganjurkan keluarga untuk Niswah


memberikan makanan sedikit tapi sering
pada An. R
DS :
 Keluarga mengatakan akan
memberikan makanan sedikit tapi
sering
DO :
 Keluarga tampak mengerti dan mau
memberikan

10.15 4 Melakukan bina trust Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan senang jika
terus di datangi
DO :
 An. R masih tampak rewel jika ada
mahasiswa datang

10.20 4 Menganjurkan orang tua untuk selalu Niswah


mensuport anaknya
DS :
 Keluarga mengatakan akan selalu
mensuport anaknya supaya An. R
cepat sembuh dan cepat pulang
DO :
 Keluarga tampak mau mensuport

10.40 4 Menganjurkan orang tua untuk Niswah


membawa mainan kesukaan An. R
kerumah sakit
DS :
 Keluarga mengatakan sudah
membawa laptop dan akan menyetel
film-film kesukaan An. R
DO :
 An. R tampak tenang menonton
filmnya

11.00 3 Menganjurkan keluarga untuk Niswah


memberikan makanan dalam keadaan
hangat
DS :
 Keluarga akan mencoba
memberikannya

DO :
 Keluarga tampak mengerti

11.15 2 Memberikan obat Puyer Panas+Dizepam Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan akan
memberikan obat pada An. R
DO :
 Obat telah diberikan

12.00 1 Memberikan therapi injeksi Ceftriaxone Niswah


DS : -
DO :
 An. R tampak menangis dan rewel
saat disuntikan obat. Obat telah
dimasukan

12.10 4 Mengalihkan perhatian An. R saat Niswah


melakukan prosedur tindakan
DS : -
DO :
 An. R tampak dialihkan dengan
menonton film kesukaannya dari
laptop

12.15 4 Melibatkan orang tua dalam setiap Niswah


tindakan
DS :
 Keluarga mengatakan akan selalu
menemani An. R
DO :
 Keluarga tampak mau

13.10 3 Mengkaji intake nutrisi klien Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan An. R makan
habis tetap hanya ½ porsi
DO :
 Makan hanya tampak habis ½ porsi

13.15 1 Memonitor intake & output Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan An. R minum
sudah ½ gelas
 BAB masih cair 2 x, BAK 1 kali
DO :
 Infus 216 cc

13.20 3 Menganjurkan keluarga untuk Niswah


mensupport anaknya agar nafsu makan
bertambah
DS :
 Keluarga mengatakan akan selalu
mensupport dan memotivasi An. R
supaya nafsu makan bertambah
DO :
 Keluarga tampak mau dan mengerti

14.00 1,2 Memantau TTV Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan panas An. R
sudah mulai turun
DO :
 Nadi 110 x/menit
 Suhu 37,5°C
 RR 24 x/menit

16.00 1 Memonitor cairan infus dan mengganti Niswah


cairan infus KAEN 3B 12 tetes/menit
DS : -
DO :
 Infus tampak lancar

17.00 2 Memberikan obat Puyer Niswah


Panas+Diazepam
DS :
 Keluarga mengatakan akan
memberikan obatnya pada An. R
DO :
 Keluarga tampak akan memberikan
obatnya

18.15 1 Memonitor intake dan output Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan An. R minum
sudah ½ gelas
 BAB masih cair sudah 2 kali, BAK 2
kali
DO :
 Infus 400 ml

19.54 3 Memonitor hasil Lab : Hemoglobin/hari Niswah


DS : -
DO :
 Hasil Hemoglobin tanggal 31 Mei
2016 jam 19.54 adalah 11,9 g/dL

20.00 1,2 Memonitor hasil Hematokrit dan Niswah


Elektrolit/24 jam
DS: -
DO:
 Hasil pemeriksaan Lab tanggal 31
Mei 2016 jam 19.54
Hematokrit: 34 %
Elektrolit: Natrium 141 mEq/L,
Kalium 4.1 mEq/L, Klorida 100
mEq/L

Rabu, 01 Juni 06.00 1 Memonitor cairan infus dan mengganti TIM


2016 cairan infus KAEN 3B 12 tetes/menit
DS : -
DO :
 Infus masih lancar

07.00 1 Memonitor intake & output Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan An. R sudah
minum 1/2 gelas
 BAB masih cair 1 kali, BAK 1 kali
DO :
 Infus 36 ml

07.15 3 Memonitor intake nutrisi klien Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan An. R makan
habis setengah porsi
DO :
 Makanan tampak habis hanya
setengah porsi

08.00 1,2 Memantau TTV Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan An. R sudah
tidak panas lagi
DO :
 Nadi 105 x/menit
 Suhu 37°C
 RR 22 x/menit

08.10 1,2 Memberikan obat Puyer Niswah


Panas+Diazepam
DS :
 Keluarga mengatakan akan
memberikan obatnya pada An. R
DO :
 Obat telah diberikan

09.00 4 Memanggil nama anak dan memberikan Niswah


sentuhan
DS : -
DO :
 An. R tampak masih tidak mau dekat
dengan perawat

09.20 4 Menganjurkan keluarga untuk membawa Niswah


mainan kesukaan klien dirumah
DS :
 Keluarga mengatakan sudah
membawa mainan kesukaan klien
dan bermain bersama keluarganya di
tempat bermain
DO :
 An. R tampak riang dan mau bermain
bersama

09.40 3 Menganjurkan keluarga untuk Niswah


memberikan makanan pada anak sedikit
tapi sering
DS :
 Keluarga mengatakan An. R mau
ngemil, makanan yang ringan
DO :
 An. R tampak makan snack

10.30 3 Menganjurkan keluarga untuk Niswah


memberikan makan dalam keadaan
hangat
DS : keluarga mengatakan akan
memberikan makanan dalam keadaan
hangat
DO : An. Rtampak mau makan

10.40 1 Memonitor tetesan infus 12 tetes per jam Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan infus An. R
tidak jalan
DO :
 Infus tampak macet dan akan
dibersihkan

11.30 1 Memberikan terapi injeksi Ceftriaxone Niswah


1x500 mg
DS : -
DO :
 Anak tampak menangis pada saat
disuntikan. Obat telah dimasukan.

11.35 4 Melibatkan orang tua dalam setiap Niswah


tindakan
DS :
 Keluarga akan selalu menemani An.
R
DO :
 Keluarga tampak mau

11.40 4 Mengalihkan perhatian anak saat Niswah


melakukan prosedur tindakan
DS: -
DO:
 An.R tampak dialihkan dengan
diajak ngobrol oleh orang tuanya

12.00 5 Menganjurkan orang tua untuk selalu Niswah


memotiasi anaknya supaya makan habis
DS :
 Keluarga mengatakan akan terus
memotivasi An. R
DO :
 Keluarga tampak mau memotivasi
anaknya

12.30 3 Mengkaji intake nutrisi klien Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan An. R makan
habis tetap ½ porsi
DO :
 Anak tampak hanya menghabiskan
makanan ½ porsi

12.35 3 Memonitor intake & output Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan An. R minum
sudah ½ gelas
 Belum BAB, BAK 2 kali
DO :
 Infus 216 ml

13.00 3 Memonitor hasil Lab : Hemaglobin/hari Niswah


DS : -
DO :
 Hasil Hemoglobin tanggal 01 Juni
2016 jam 12.50 adalah 12,3 g/dL

14.00 1,2 Menganjurkan keluarga untuk Niswah


memberikan minum ±2 gelas dalam
sehari
DS :
 Keluarga mengatakan akan
memberikan minum 3 gelas dalam
sehari
DO :
 Keluarga tampak mau dan mengerti

14.10 1,2 Memantau TTV Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan An. R sudah
tidak panas lagi
DO :
 Nadi 110 x/menit, Suhu 37°C, RR 24
x/menit

14.15 5 Memberikan penyuluhan kesehatan Niswah


tentang penyakit kejang demam
DS:
 Keluarga mengatakan cukup
mengerti tentang penyakit yang
diderita anaknya
DO:
 Keluarga tampak mendengarkan
dengan baik, dan cukup mengerti

14.35 5 Memberikan kesempatan kepada Niswah


keluarga untuk bertanya tentang hal yang
tidak dimengerti
DS:
 Keluarga mengatakan tidak ada
pertanyaan
DO:
 Keluarga tampak tidak bertanya

14.40 5 Menganjurkan orang tua untuk Niswah


mengikuti saran yang diberikan oleh
perawat
DS:
 Keluarga mengatakan akan
mengikuti saran yang diberikan oleh
perawat
DO:
 Keluarga tampak mau mengikuti
saran yang diberikan

14.45 5 Memberikan pujian positif kepada Niswah


keluarga atas usaha yang dilakukan
DS:
 Keluarga mengatakan terimakasih
atas pujian yang diberikan
DO:
 Keluarga tampak senang atas pujian
yang diberikan

15.00 4 Menganjurkan keluarga untuk selalu Niswah


mensuport anaknya
DS :
 Keluarga mengatakan akan selalu
mensuport An. R supaya cepat
sembuh dan cepat pulang
DO :
 Keluarga tampak terus mensupport
An. R

18.30 1 Memonitor intake & output Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan An. R sudah
minum 1 gelas
 BAB 1 x sudah tidak cair dan BAK 2
kali
DO :
 Infus 210 ml

20.00 1 Memonitor tetesan infus dan mengganti TIM


cairan infus KAEN 3B 12 tetes/menit
DS :
 Keluarga mengatakan infus lancar
DO :
 Tetesan infus tampak lancar
E. Evaluasi Keperawatan
No.Dx Hari/Tanggal Jam Perkembangan Paraf
1 Selasa/31 08.00 S: Keluarga mengatakan An. R minum sudah Niswah
Juni 2016 1 ½ gelas dalam sehari, BAB masih cair
sudah 6 x, BAK sudah 5 kali.
O: Kesadaran Composmentis, keadaan
umum lemah, mukosa bibir sedikit kering
kelopak mata anak tidak cekung, cubitan
abdomen kembali segera. Suhu 38°C.

Intake : Minum = 350cc


Infus = 864cc +
1214cc/hari

Output :BAK (5x50) = 250cc


BAB (6x100) = 600 cc
IWL = 304,5cc
IWL kenaikan suhu = 36,54cc+
1191cc/hari

Intake-Output = 0
1214-1191= 23cc/hari

A: Masalah teratasi sebagian


P: Lanjutkan intervensi:
a) Pantau TTV/8jam
b) Monitor intake dan output/8 jam
c) Timbang berat badan/hari untuk
mengetahui kehilangan cairan.
d) Berikan kompres bila suhu anak masih
tinggi
e) Anjurkan anak untuk minum ±2 gelas
per hari
f) Berikan terapi oral:
Daryazink 1x1 cth (jam 08)
Probiokid 1x1 cth (jam 08)
Puyer Panas+Diazepam 3x1 bks (jam
08,12,16)
g) Berikan terapi injeksi: Ceftriaxone
1x500 mg/IV (jam 12)
h) Monitor tetesan infus KAEN 3B 12
tetes per menit dan ganti cairan
infus/12 jam.
i) Pantau hasil laboratorium: Hematokrit
dan elektrolit
2 08.00 S: keluarga mengatakan An. R masih sedikit
Niswah
panas, sudah tidak kejang lagi
O: kesadaran composmentis, keadaan umum
lemah, suhu klien 38°C, pasien tampak
tidak kejang lagi
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
a) Pantau dengan ketat TTV terutama
suhu tubuh/8 jam
b) Berikan kompres jika suhu anak masih
tinggi
c) Anjurkan anak untuk banyak minum
±2 gelas dalam sehari
d) Anjurkan keluarga untuk
memakaikan baju yang menyerap
keringat
e) Beritahu keluarga ambang kejang
pada anak, dan segera mengantisipasi
jika terjadi peningkatan suhu tubuh.
f) Berikan obat Puyer Panas+Diazepam
3x1 bks jam 08,12,16
g) Monitor hasil lab Elektrolit/24 jam

3 08.00 S: keluarga mengatakan An. R Niswah


menghabiskan makan hanya ½ posi.
Keluarga mengatakan An. R susah
menghabiskan makanannya. Keluarga
mengatakan sudah selalu memotifasi An.
R untuk menghabiskan makanan.
Keluarga mengatakan BB anak sebelum
sakit 11 kg.
O: A: BB 10,5 kg, TB 68 cm, LK 45 cm,
LLA 17 cm, LD 47 cm
B: HB : 12,9 g/dL
C: Keadaan umum sakit sedang,
kesadaran composmentis, nadi 110
x/menit, suhu 38,5°C , RR 24x/menit,
rambut anak tidak mudah tercabut,
konjungtiva an anemis, turgor kulit
elastis, anak mengalami diare
D : Makanan yang dihabiskan hanya ½
porsi. Keluarga mengatakan anak
menghabiskan makanan 1 porsi pada
saat dirumah, makan 3 kali dalam
sehari sehari.
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intevensi:
a) Catat intake nutrisi klien/hari
b) Timbang berat badan minimal
1x/minggu
c) Kaji makanan kesukaan tapi tidak
bertentangan dengan diet
d) Anjurkan keluarga untuk memberikan
klien makanan sedikit tapi sering
e) Anjurkan keluarga untuk memberikan
makanan dalam keadaan hangat
f) Anjurkan keluarga untuk memotivasi
dan mendampingi anak saat makan.
g) Monitor Laboratorium: Hemaglobin

4. 08.00 S: Keluarga mengatakan An. R masih


menangis dan rewel ketika perawat atau Niswah
dokter datang untuk memeriksa. Keluarga
mengatakan An. R trauma dengan orang
yang memakai baju putih. Keluarga
mengatakan sudah membawa film yang anak
suka.
O: Anak tampak tidak mau didekati, tampak
masih menangis ketika diperiksa
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Interensi
a) Lakukan bina trust
b) Lakukan kunjungan sering tapi singkat
c) Panggil nama anak dan beri sentuhan
d) Alihkan perhatian anak saat
melakukan prosedur tindakan
e) Anjurkan orangtua untuk selalu
mensuport anaknya
f) Anjurkan keluarga untuk
membawakan mainan kesukaan klien
dirumah
g) Libatkan orangtua dalam setiap
tindakan

5 10.00 S: Keluarga mengatakan khawatir dengan


Niswah
penyakit anak R dan tidak mengetahui
penyakit apa yang timbul pada An. R
O: Keluarga tampak cemas dan khawatir
dan tampak belum mengetahui tentang
kejang demam
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
a) Berikan penyuluhan kesehatan tentang
penyakit kejang demam
b) Berikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang hal yang tidak
dimengerti
c) Anjurkan orang tua untuk mengikuti
saran yang diberikan oleh perawat
d) Beri pujian positif kepada keluarga
atas usaha yang dilakukan

1 Rabu/01 Juni 19.00 S: Keluarga mengatakan An. R minum 3 ½ Niswah


2016 gelas dalam 43 jam, BAB masih cair
sudah 9 x/43 jam, BAK sudah 10x/43jam.

O: Kesadaran Composmentis, keadaan


umum baik, mukosa bibir tidak kering
kelopak mata anak tidak cekung, cubitan
abdomen kembali segera.

Intake : Minum = 700cc


Infus = 864 cc +
1548cc/43 jam

Output :BAK (10x50) = 500cc


BAB (7x100) = 700 cc
IWL = 304,5cc+
1504.5/43 jam
Intake-Output = 0
1548-1504.5 = 43.5 cc/43 jam

A: Masalah teratasi

P: Pertahankan intervensi
a) Pantau TTV/8jam
b) Monitor intake & output/8 jam
c) Monitor tetesan infus KAEN 3B 12
tetes per menit
d) Berikan obat Daryazink 1x1 cth (jam
08)
e) Berikan obat Probiokid 1x1 cth (jam
08)
f) Ganti cairan infus/12 jam

2. 19.00 S: Keluarga mengatakan An. R sudah tidak


panas lagi.
O: Keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, suhu 37°C, pasien tampak
tidak kejang lagi
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

3 19.00 S: keluarga mengatakan An. R Niswah


menghabiskan makan hanya ½ porsi.
Keluarga mengatakan An. R memang
hanya makan bisa habis segitu. Keluarga
mengatakan sudah selalu memotifasi An.
R untuk menghabiskan makanan.
Keluarga mengatakan BB anak sebelum
sakit 11 kg, sesudah sakit 10,5 kg.
O: A: BB 10,5 kg, TB 68 cm, LK 45 cm,
LLA 17 cm, LD 47 cm
B: HB : 12,3 g/dL
C: Keadaan umum sakit sedang,
kesadaran composmentis, nadi 110
x/menit, suhu 38,5°C , RR 24x/menit,
rambut anak tidak mudah tercabut,
konjungtiva an anemis, turgor kulit
elastis, anak mengalami diare
D : Makanan yang dihabiskan hanya ½
porsi. Keluarga mengatakan anak
menghabiskan makanan 1 porsi pada
saat dirumah, makan 3 kali dalam
sehari sehari.
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intevensi:
a) Kaji intake nutrisi klien
b) Monitor Lab : Hemaglobin/hari
c) Anjurkan keluarga untuk
memberikan klien makanan sedikit
tapi sering

4. 20.00 S: Keluarga mengatakan An. R sudah sedikit Niswah


bisa tenang ketika perawat atau dokter
datang. Keluarga mengatakan sudah
membawakan mainan kesukaan anak.
O: Anak tampak sudah mau bermain dengan
saudara yang datang, tampak sedikit tenang
ketika perawat datang namun masih suka
memangis ketika akan dilakukan tindakan
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
a) Lakukan bina trust
b) Lakukan kunjungan sering tapi
singkat
c) Panggil nama anak dan beri
sentuhan
d) Alihkan perhatian anak saat
melakukan prosedur tindakan
e) Anjurkan orangtua untuk selalu
mensuport anaknya
f) Anjurkan keluarga untuk
membawakan mainan kesukaan
klien dirumah
g) Libatkan orangtua dalam setiap
tindakan

5 20.00 S: orang tua mengatakan sudah cukup Niswah


mengerti tentang penyakit kejang demam,
cemas sedikit berkurang dan akan
melakukan apa yang dianjurkan perawat
O: orang tua tampak mengerti dan cemas
berkurang.
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas berbagai kesenjangan yang terjadi antara tinjauan
teoritis (BAB II) dengan tinjauan kasus (BAB III) pada An. R dengan kejang demam
yang dirawat di Paviliun Badar Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta Pusat.

Penulis akan membahas secara menyeluruh mengenai masalah-masalah yang ada


hubungannya dengan perawatan An. R dengan kejang demam yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian
Pada tahap pengkajian, penulis mengacu pada pengkajian yang terdapat dalam
tinjauan teoritis. Dalam pengkajian, penulis tidak menemukan banyak masalah atau
kesulitan karena tersedianya format pengkajian, catatan keperawatan diruangan,
catatan medis, serta keluarga klien yang kooperatif terhadap tindakan keperawatan.
Namun penulis memiliki hambatan dalam mengkaji dikarenakan klien menangis dan
takut setiap melihat perawat yang mendekatinya khusunya dalam tindakan
keperawatan seperti pemeriksaan fisik dan tindakan lainnya, sehingga untuk
mendapatkan data yang diperlukan penulis melakukan pendekatan dengan cara
bertahap dan melibatkan orang tua dalam melakukan pengkajian.

Pada saat pengkajian, penulis melakukan pengkajian secara komprehensif yang


meliputi bio, psiko, sosio, kultur dan spiritual sebagai dasar dalam merumuskan
diagnosa keperawatan dan dalam rencana asuhan keperawatan bedasarkan masalah
yang dihadapi pada klien dan keluarga.

Setelah membandingkan tinjauan teoritis dan tinjauan kasus, penulis menemukan


kesenjangan dan kesamaan. Pada tinjauan teoritis disebutkan bahwa keluhan utama
pada An. R dengan kejang demam adalah demam tinggi karena adanya infeksi
ekstrakranial. Genetik juga merupakan penyebab dari kejang demam, kejang demam
cenderung terjadi pada keluarga. Bila An. R terkena kejang demam maka resiko
saudara kandungnya terkena adalah sebesar 10%. Kemungkinan ini menjadi 50% jika
orangtuanya pernah menderita kejang demam, hal ini sesuai dengan yang ditemukan
pada tinjauan kasus, karena An. R mengalami diare sebelum mengalami kejang
demam. Kondisi diare dapat mengakibatkan gangguan elektrolit yang dapat
memperkuat terjadinya kejang pada An. R, karena hal ini akan mempengaruhi
potensial listrik sel yang selanjutnya sangat mudah terjadinya kejang. Namun kejang
demam yang terjadi pada An. R bukan merupakan faktor genetik karena berdasarkan
informasi dari kelurga bahwa tidak ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat
kejang sebelumnya.

Pada pemeriksaan penunjang dilakukan fungsi lumbal, foto rongent, Elektron


Efaiogram (EEG), CT Scan, MRI sesuai indikasi, darah lengkap, gula darah,
elektrolit serum, kalsium, magnesium. Namun selama perawatan pada An. R yang
dilakukan selama 3 hari hanya dilakukan pemeriksaan Elektrolit, hal ini sudah
daianggap cukup untuk dapat menegakkan diagnosa pasti pada An. R.

Pada pengkajian psikososial An. R selalu menangis jika perawat datang


menghampirinya dan saat dilakukan tindakan keperawatan, kondisi tersebut
merupakan manifestasi dari dampak hospitalisasi.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sesuai antara kasus dan teori, adalah:
1. Resiko kejang berulang berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh. Diagnosa
ini ditemukan pada tinjauan teori namun pada tinjauan kasus hal ini masih resiko,
hal ini terjadi karena pada pengkajian didapatkan data bahwa An. R hanya
mengalami kejang 1 kali dirumah dengan suhu 39°C dan selanjutnya tidak
mengalami kejang kembali. Keluarga mengatakan An. R belum pernah kejang
sebelumnya dan keluarga juga tindak mempunyai riwayat kejang dan suhu saat
pengkajian baru mencapai 38,5°C.
2. Cemas pada orang tua berhubungan dengan kurangnya pengetahuan. Diagnosa ini
ditemukan padan tinjauan teori dan pada tinjauan kasus karena pada pengkajian
didapatkan data orangtua terlihat cemas dan khawatir tentang penyakit An. Rnya
dan belum tahu dan mengerti tentang penyakit An. Rnya.

Diagnosa keperawatan yang ada dikasus namun tidak ada pada tinjauan teori, adalah:
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih. Diagnosa ini
ditemukan pada kasus karena didapatkan data bahwa An. R BAB cair sudah ±9
kali dalam sehari, minum ±3 gelas/hari. An. R tampak lemas, suhu 38,5°C,
mukosa bibir dan mulut sedikit kering, kebutuhan cairan 1025 ml/hari. Balance
Cairan -27 cc dengan status dehidrasi ringan.
2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat. Diagnosa ini ditemukan pada kasus karena didapatkan data
bahwa An. R makan hanya menghabiskan ½ porsi keluarga mengatakan BB
sebelum sakit 11 kg, setelah sakit BB 10,5 kg, HB : 12,9 g/dL. BB An. R
mengalami penurunan 0,5 kg.
3. Takut pada An. R berhubungan dengan dampak hospitalisasi (takut pada orang asing dan
prosedur tindakan yang dilakukan). Diagnosa ini ada pada kasus karena didukung dengan
data, klien tampak menangis saat didekati oleh perawat, pada saat dilakukan prosedur
tindakan dan An. R tampak tidak kooperatif.

Diagnosa keperawatan yang tidak ada pada tinjauan kasus namun ada pada tinjauan
teori, adalah: Resiko tinggi obstruksi jalan nafas berhubungan dengan penutupan
faring oleh lidah, spasme otot bronkus, resiko cedera berhubungan dengan
ketidakefektifan orientasi (kesadaran umum), kejang, resiko aspirasi berhubungan
dengan penurunan tingkat kesadaran, penurunan reflek menelan. Diagnosa ini tidak
ditemukan dikasus karena umumnya terjadi pada saat An. R mengalami kejang atau
pada saat An. R berada pada fase aktif.

Faktor pendukung yang penulis temukan saat merumuskan diagnosa adalah


terdapatnya data-data yang relevan yang memudahkan penulis dalam merumuskan
diagnosa keperawatan. Faktor pendukung lain seperti adanya bimbingan dari
pembimbing yang mendukung terkumpulnya data dan mempermudah penulis
mengangkat diagnosa.

Sedangkan faktor penghambat yang penulis temukan adalah perbedaan penulis


dengan tim perawat ruangan dalam menegakkan diagnosa. Tim perawat ruangan
hanya menegakkan 2 diagnosa dan penulis menegakkan 5 diagnosa keperawatan.
Upaya yang dilakukan penulis adalah menyampaikan kepada pembimbing lahan
diagnosa yang ditemukan penulis sesuai dengan tinjauan teoritis dan kondisi klien.

C. Perencanaan Keperawatan
Pada tahap perencanaan penulis mengacu pada perencanaan yang didapat pada
tinjauan teoritis. Pada kasus, penulis memprioritaskan diagnosa keperawatan
bedasarkan teori Maslow dan masalah yang dapat mengancam kehidupan An. R
yaitu: Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih, jika kondisi
tersebut tidak segera diatasi dengan cepat maka An. R akan terus mengalami
kekurangan cairan dan mengalami dehidrasi.

Pada pembuatan tujuan dan kriteria hasil untuk diagnosa defisit volume cairan,
penulis menyesuaikan dengan keadaan An. R karena masalah yang ada pada klien
adalah aktual dengan data yang sudah disebutkan, maka penulis menentukan
pencapaian waktu tujuan selama 1x24 jam, tetapi pada pelaksanaannya semua tujuan
dan kriteria hasil hanya tercapai sebagian.
Pada diagnosa resiko kejang berulang, tujuan dan kriteria hasil sudah semua tercapai.
Jadi resiko kejang berulang tidak terjadi dengan data An. R sudah tidak kejang lagi,
suhu An. R sudah kembali normal 37°C dan An. R sudah sadar penuh.
Pada diagnosa resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, hanya sebagian
tujuan dan kriteria hasil yang dapat teratasi seperti konjungtiva yang ananemis dan
hanya masih tetap menghabiskan makan ½ porsi.

Pada diagnosa cemas pada orang tua berhungan dengan kurangnya pengetahuan
sudah semua tujuan dan kriteria hasil teratasi. Jadi orang tua sudah tau mengenai
penyakit An. Rnya dan sudah tidak cemas lagi.

Dan yang terakhir diagnosa takut pada An. R berhubungan dengan dampak
hospitalisasi sudah teratasi sebagian tujuan dan kriteria hasil karena An. R sudah
mulai agak diam ketika perawat datang tetapi masih suka menangis jika dilakukan
prosedur tindakan. An. R juga belum mau berkomunikasi dengan perawat yang
datang. An. R sudah mau bermain keluar dari tempat tidurnya dengan senang.

D. Pelaksanaan Keperawatan
Dalam masalah asuhan keperawatan pada An. R pada dasarnya telah dilakukan sesuai
dengan rencana tindakan yang telah dibuat dengan memperhatikan kondisi dan
fasilitas yang ada diruangan. Dalam pelaksanaannya penulis berkolaborasi dengan
perawat yang ada di ruangan untuk mengatasi masalah keperawatan.

Untuk setiap diagnosa keperawatan, perawat ruangan sudah melakukan


pelaksanaannya sesuai rencana tindakan yang telah dibuat oleh penulis. Untuk
dignosa takut pada An. R berhubungan dengan dampak hospitalisasi penulis hanya
melakukan pendekatan secara bertahap pada klien dan menganjurkan keluarga untuk
membawakan mainan kesukaan An. R ke rumah sakit.
Dalam hal ini penulis tidak melakukan terapi bermain secara khusus pada An. R
dikarenakan memang sangat sulit melakukan pendekatan pada An. R. An. R selalu
menangis dan belum kooperatif, jadi penulis hanya menganjurkan keluarga untuk
selalu mensuport An. R dan membawa mainan. Tampak An. R bermain dihari ketiga
bersama keluarga yang datang di tempat bermain.

Penulis mempunyai hambatan dalam informasi respon subjektif maupun objektif


karena dalam pendokumentasian di ruangan umumnya perawat hanya menuliskan
kegiatan harian yang sudah pasti ditanyakan oleh dokter ataupun data yang
diperlukan untuk laporan pada setiap pertukaran shift seperti, TTV, kolaborasi dalam
pemberian terapi, intake-output cairan dan nutrisi dan hanya berorientasi pada
diagnosa keperawatan atau masalah keperawatan pada awal klien masuk. Diagnosa
tumbang An. R dan dampak hospitalisasi tidak ada pada pendokumentasian, sehingga
penulis mengalami kesulitan dalam memantau perkembangan An. R selama 24 jam.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dinilai bedasarkan perkembangan yang terjadi pada klien setelah dilakukan
tindakan keperawatan yang mengacu pada tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditentukan. Adapun dalam mengevaluasi penulis menggunakan teknik SOAP
sehingga masalah terlihat apakah sudah teratasi, teratasi sebagian, belum teratasi atau
masalah tidak terjadi.
1. Diagnosa devisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih dapat
teratasi dikarenakan saat sudah melakukan hari perawatan selama 1 hari intake &
output An. R sudah balance, BAB sudah tidak cair dengan frekuensi normal,
mukosa bibir sudah tidak kering.
2. Diagnosa resiko kejang berulang berhubungan dengan hipertermi dapat teratasi
dikarenakan An. R tidak mengalami kejang berulang, suhu 37°C, kesadaran An. R
sudah normal..
3. Diagnosa resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat masalah teratasi sebagian dikarenakan An. R
makan habis ½ porsi, konjungtiva ananemis dan keluarga memberikan makan pada
An. R dalam porsi kecil dan sering juga dalam keadaan hangat.
4. Diagnosa takut pada An. R berhubungan dengan dampak hospitalisasi (takut
terhadap prosedur tindakan dan orang asing) dapat teratasi sebagian dikarenakan
An. R sudah mau didekati oleh perawat dan tidak menangis, namun pada prosedur
tindakan An. R terkadang masih menangis. An. R juga sudah mau bermain
bersama keluarganya yang datang di ruang bermain di paviliun Badar.
5. Diagnosa cemas pada orang tua berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
dapat teratasi dikarenakan sudah dilakukannya pendidikan kesehatan pada orang
tua An. R dan orang tua tampak suda mengerti dan tidak cemas lagi.

Masalah-masalah tersebut dapat diatasi karena adanya sikap keluarga yang


kooperatif. Adapun kendala yang didapatkan oleh penulis adalah perawat ruangan
tidak mencatat catatan keperawatan dengan rinci untuk setiap diagnosa keperawatan,
mungkin karena perawat diruangan banyak kegiatan lainnya yang harus dikerjakan,
namun catatan keperawatan sangat penting sebagai tanggung jawab dan tanggung
gugat serta penting untuk mengetahui kondisi dan perkembangan klien sehingga
penulis berupaya dengan cara memvalidasi kembali tentang keluhan klien terkait
dengan tindakan keperawatan yang telah penulis dan perawat ruangan lakukan.
BAB V

PENUTUP

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada
An. R dengan kejang demam dari segi tinjauan teoritis dan tinjauan kasus, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:

A. Kesimpulan
Kejang demam adalah kejang yang disebabkan oleh peningkatan suhu tubuh dari
infeksi ekstrakaranial. Pada An. R terjadi infeksi pada saluran cerna yaitu diare.

Manifestasi yang muncul pada An. R adalah peningktan suhu tubuh, kejang 1 kali di
rumah dengan durasi 10, mengalami diare. Masalah-masalah yang muncul pada anak
R dengan kejang demam adalah: defisit volume cairan berhubungan dengan output
yang berlebih, resiko kejang berulang berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh,
resiko perubahan nutrisi berhubungan dengan intake yang adekuat, takut pada anak
berhubungan dengan dampak hospitalisasi (takut pada orang asing dan prosedur
tindakan yang dilakukan dan cemas pada orang tua berhubungan dengan kurangnya
informasi.

Masalah yang sudah teratasi yaitu: defisit volume cairan berhubungan dengan output
yang berlebih dan cemas pada orang tua. Resiko perubahan nutrisi perubahan dengan
intake yang tidak adekuat dan resiko kejang berulang berhubungan dengan
peningkatan suhu tubuh tidak terjadi dan takut pada anak berhubungan dengan
dampak hospitalisasi teratasi sebagian.
Upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah mempertahankan keseimbangan
cairan, mencegah terjadinya kejang berulang, mempertahankan intake nutrisi klien
adekuat, mengatasi takut pada anak dan mengatasi cemas pada orang tua.
Untuk diagnosa yang belum teratasi penulis menyerahkan kepada perawat ruangan
untuk terus dilakukannya asuhan keperawatan pada An. R secara komperhensif.

B. Saran
Dari kesimpulan yang penulis buat diatas, maka penulis sangat mengharapakan dari
asuhan keperawatan dapat membantu klien untuk meningkatkan dan
memperthanakan derajat kesehatan secara optimal, penulis memberikan saran yang
diharapkan dapat membantu dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien,
khususnya anak dengan penyakit kejang demam, yaitu:
1. Untuk institusi
Hendaknya menyediakan literatur-literatur yang lebih lengkap dengan tahun terbit
yang terbaru khususnya untuk buku asuhan keperawatan, sehingga dalam
penyusunan karya tulis ilmiah maupun tugas-tugas lainnya mahasiswa tidak
mengalami kesulitan dalam mencari literatur. Akan tetapi institusi sudah
menyediakan free hotspot bagi mahasiswa yang ingin mencari sumber lain.
2. Untuk perawat ruangan
a. Untuk melakukan tindakan haruslah didokumentasikan secara lengkap dari
respon subjektif dan objektif, agar asuhan keperawatan yang diberikan dapat
terlaksana secara optimal dan perkembangan pasien dapat selalu termonitor.
b. Dalam melakukan implementasi tidak hanya tindakan yang menjadi rutinitas
saja atau tindakan yang diperintahkan oleh dokter.
c. Diharapkan perawat yang berada di Paviliun anak mempunyai keterampilan
khusus dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak.
3. Keluarga pasien
Agar dapat menjaga daya tahan tubuh anak untuk mengantisipasi ambang kejang
pada An. R sehingga mencegah terjadinya demam yang akan menimbulkan anak
kejang kembali.
4. Rumah Sakit
Hendaknya memfasilitasi khususnya untuk perawat ruangan anak diberikan
pelatihan yang terkait dengan asuhan keperawatan yang tekait dengan pendekatan
terapi bermain.
5. Penulis
Agar berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam
melakukan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Anurogo, Dito. (2012). Penyakit yang Banyak ditemukan di Masyarakat. Yogyakarta:


CV ANDI

Harjaningrum, Agnes. (2011).Mengupas Rahasia Menjadi Pasien Cerdas. Jakarta:


Mizan

Hidayat, Aziz, A., Uliyah,Musrifatul.2.(2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.


Jakarta : Salemba Medika

Mubarao, Wahit., Chayatin, Nurul. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia
&Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta : EGC

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

Nurafif.A.H, Kusuma. (2015). Asuhan Keperawatan Bedasarkan Diagnosa Medis &


NANDA NIC-NOC. MediAction : Yogyakarta

Pudiastuti, R. (2011). Waspadai Penyakit Pada Anak. Jakarta : Indeks

Sujono, Riyadi, Sukarmin.(2009).Asuhan Keperawatan pada Anak.Yogyakarta : Graha


Ilmu

Widagdo. (2012). Tatalaksana Masalah Penyakit Anak Dengan Kejang. Sagung Seto :
Jakarta

Wulandari.A, Anurogo. D. (2012). 45 Penyakit Yang Banyak Ditemukan Di Masyarakat.


Yogyakarta: ANDI

Wong,D.L., Hockenberry.E,M. Wilson,David.,Winkelstein,Marilyn,L., & Schwartz,


Patricia.(2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Riwayat Diri
Nama Lengkap : Niswah Afifah Istiqomah
NIM : 2013750031
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 29 November 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Bintara 14 RT 05/ RW 04 No. 28
Bekasi Barat

B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Umun
a. SDN Bintara VI Bekasi Barat Tahun 2001-2007
b. SMPN 14 Bekasi Barat Tahun 2007-2010
c. SMAIT Baitussalam Inkopad Tajurhalang Bogor Tahun 2010-2013
d. Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta Tahun 2013-2016
2. Pendidikan Tambahan
a. Pelatihan Basic Trauma & Cardiac Life Support Tahun 2015
b. Pelatihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa Tahun 2013
c. Course National English Center Tahun 2013-2016
d. Pelatihan Darul Arqom Dasar Tahun 2013
e. Pelatihan Kegawat Daruratan Tahun 2016

Anda mungkin juga menyukai