Anda di halaman 1dari 3

Pengkajian

1. Identitas.

Penyakit decompensasi cordis dapat terjadi pada laki laki maupun perempuan, namun laki
laki memiliki faktor resiko yang lebih tinggi, biasanya klien berusia lebih dari 40 tahun
(Purbianto, 2013).

 Keadaan Umum.

Pada pemeriksaan keadaan umum klien gagal jantung biasanya didapatkan kesadaran yang
baik atau compos mentis dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi
sistem saraf pusat (Muttaqin, Arif, 2012)

 Riwayat Kesehatan.
 Keluhan utama: Klien mengeluh sesak nafas, batuk, mudah lelah, dan merasakan
gelisah (Sulistyowati, 2015).
 Riwayat Penyakit Sekarang: gejala yang ditimbulkan yaitu klien akan merasakan,
dispneu, batuk, mudah lelah, gelisah, sianosis (Karson, 2016).
 Riwayat Penyakit Dahulu: klien dengan gagal jantung biasanya memiliki riwayat
penyakit hipertensi renal, angina, infark miokard kronis, diabetes melitus, bedah
jantung, dan distritmia (Udjianti, 2013).
 Riwayat Penyakit Keluarga: riwayat didalam keluarga ada yang menderita penyakit
jantung, diabetes, stroke, hipertensi, perokok (Padila, 2012).
 Pemeriksaan B1-B6
 B1 (Breathing): pengkajian yang didapat dengan adanya tanda kongesti vaskular
pulmonal adalah dispnea, ortopnea, dispnea noktural paroksimal, batuk, dan edema
pulmonal akut. Crackles atau ronki basah alus secara umum terdengar pada dasar
posterior paru. Hal ini dikenali sebagai bukti gagal ventrikel kiri (Muttaqin, Arif,
2012).
 B2 (Bleedlng).

Inspeksi: klien mengeluh lemah, mudah lelah, apatis, letargi, kesulitan berkonsentrasi, defisit
memori, dan penurunan toleransi latihan, merupakan gejala yang timbul pada penurunan
curah jantung. Pada inspeksi ditemukan distensi vena jugularis akibat ventrikel kanan tidak
memompa darah, dan ditemukan edema tungkai dan terdapat pitting edema (Muttaqin, Arif,
2012).

Palpasi: adanya perubahan nadi, takikardia, mencerminkan respon terhadap perangsangan


saraf simpatis. Penurunan yang bermakna dari curah jantung sekuncup dan adanya
vasokonstriksi perifer mengurangi tekanan nadi (perbedaan antara tekanan sistolik dan
diastolik), sehingga menghasilkan denyut yang lemah. Jipotensi sistolik ditemukan pada
gagal jantung yang lebih berat. Selain itu, pada gagal jantung kiri yang berat akan
timbul pulsus alternans (suatu perubahan kekuatan denyut arteri) (Muttaqin, Arif, 2012).

Auskultasi: tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan isi sekuncup. Tanda fisik yang
berkaitan dengan kegagalan ventrikel kiri adalah bunyi jantung ke 3 dan ke 4 (S3,S4)
serta crackles  pada paru-paru (Muttaqin, Arif, 2012).Perkusi: batas jantung ada pergeseran
yang menandakan adanya hipertrofi jantung (kardiomegali) (Muttaqin, Arif, 2012). 

 B3 (Brain): kesadaran biasnya compos mentis, didapatkan sianosis perifer apabila


gangguan perfusi jaringan berat, wajah tampak meringis, menangis, dang meregang
(Muttaqin, Arif, 2012)
 B4 (Bladder): adanya oliguria merupakan tanda awal dari syok kardiogenik. Dan
adanya edema ekstermitas menandakan ada nya retensi cairan yan g parah (Muttaqin,
Arif, 2012).
 B5 (Bowel): klien biasanya didapatkan mual dan muntah, penurunan nafsu makan
akibat pembesaran vena dan stasis vena di dalam rongga abdomen, serta penurunan
berat badan. Selain itu terjadi hepatomegali akibat pembesaran vena dihepar dan pada
akhirnya menyebabkan asites (Muttaqin, Arif, 2012).
 B6 (Bone ): klien biasanya didapatkan kulit pucat dan dingin yang diakibatkan oleh
vasokonstriksi perifer. Juga mudah lelah akibat penurunan curah jantung sehingga
menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menu runnya
pembuangan sisa hasil katabolisme (Muttaqin, Arif, 2012).

 Pola Aktivitas Sehari-hari


 Pola nutrisi dan metabolisme.

Terdapat mual, muntah, kehilangan nafsu makan, perubahan berat badan  pemberian diet
rendah natrium dan pengurangan asupan lemak (Padila, 2012).
 Pola eliminasi.

Penurunan volume urine, urine yang pekat, nokturia, diare, dan konstipasi (Baskoro, 2018).

 Pola aktivitas dan istirahat.

Klien mengalami dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saata melakukan
aktivitas ataupun istirahat (Padila, 2012).

 Pola Integritas Ego.

Pusing, pingsan, kesakitan, letargi, bingung, disorientasi, peka (Baskoro, 2018).

 Personal Hygine.

Klien akan mengalami perubahan dalam perawatan diri selama keadaan sakit, sesuai dengan
tingkat kesadaran dan kekuatan otot klien dalam melakukan aktivitas (Padila, 2012).

 Pola Neurosensori.

Klien akan mengalami kelemahan, perubahan perilaku dan mudah tersinggung (Baskoro,
2018).

 Pola Kenyamanan.

Klien mengalami perubahan dalam kenyamanan biasanya karena nyeri dan sesak yang timbul
pada klien dengan kasus gagal jantung (Baskoro, 2018).

 Pola Interaksi sosial

Klien akan mengalami perubahan aktivitas sosial berkurang (Baskoro, 2018).

1. Pola Spiritual.

Cemas, ketakutan, gelisah, marah, dan peka, stres berhubungan dengan penyakitnya, sosial,
dan finansial (Baskoro, 2018).

Anda mungkin juga menyukai