Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTRITIS

A. Definisi
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung.
Peradangan ini mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai
terlepasnya epitel jukosa superfisial yang menjadi penyebab terpenting gangguan
dalam sistem pencernaan. (Utami, 2018)
Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat
akut, kronik, difus, atau lokal yang disebabkan olek bakteri atau obat-obatan
(Price, 2015). Gastritis merupakan peradangan permukaan mukosa lambung yang
akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Erosi karena perlukaan hanya pada
bagian mukosa. (Inayah, 2014).
Dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung
dan submukosa lambung yang bersifat secara akut, kronis, difus atau lokal akibat
infeksi dari bakteri, obat-obatan dan bahan iritan lain, sehingga menyebabkan
erosi pada lapisan-lapisan tersebut dengan gambaran klinis yang ditemukan
berupa dispepsia atau indigesti.

B. Etiologi
Menurut Muttaqin (2011) penyebab dari gastritis antara lain:
1. Obat-obatan seperti obat antiinflamasi nonsteroid/ OAINS (indometasin,
ibu profen, dan asam salisilat)
2. Minuman beralkohol : Whisky, vodka, dan gin
3. Infeksi bakteri: seperi H.pylor (paling sering), H.helmanii, trepcocci,
staphylococci, proteus spesies, clostridium spesies, E.coli, tuberculosis,
dan secondary syphilis.
4. Inveksi virus Sitomegalovirus
5. Infeksi jamur: candidiasis, histoplasmosis dan phycomycosis
6. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan
7. Makanan dan minuman yang bersifat iritan, maknan berbumbu dan
minuman dengan kandungan kafein dan alcohol merupakan agen-agen
iritasi mukosa lambung
8. Trauma pada lambung berhubungan dengan keseimbangan antara agresi
dan mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa yang dapat
menimbulkan respon peradangan pada mukosa lambung.

C. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis pada gastritis yaitu :
1. Gastritis akut, gambaran klinis meliputi ;
a. Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual,
dan anoreksia, disertai muntah dan cegukan
b. Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik (suatu penyakit yang sudah
positif diderita oleh seseorang tetapi tidak memberikan gejala klinis
apapun.
c. Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak
dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus.
d. Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu mungkin
akan hilang selama 2 sampai 3 hari. (Smeltzer, 2011)
2. Gastritis Kronis
Pasien dengan gastritis tipe A secara khusus asimtomatik kecuali untuk gejala
defisiensi vitamin B pada gastritis tipe B, pasien mengeluh anoreksia (nafsu
makan menurun), nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa asam di mulut,
atau mual dan muntah.(Smeltzer,2011)
D. Patofisiologi
Perangsangan sel vagus yang berlebihan selama stress psikologis dapat
menyebabkan pelepasan atau sekresi gastrin yang menyebabkan dari nukleus
motorik dorsalis nervus vagus, setelah melewati nervus vagus menuju dinding
lambung pada sistem saraf enterik, kemudian kelenjar-kelenjar gaster atau getah
lambung, sehingga mukosa dalam antrum lambung mensekresikan hormon
gastrin dan merangsang sel-sel parietal yang nantinya produksi asam
hidroklorinnya berlebihan sehingga terjadi iritasi pada mukosa lambung.
Obat-obatan, alkohol, garam empedu, atau enzim pankreas dapat merusak
mukosa lambung, mengganggu barier mukosa lambung dan memungkinkan difusi
kembali asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung. Maka terjadi iritasi dan
peradangan pada mukosa lambung dan nekrosis yang dapat mengakibatkan
perforasi dinding lambung dan perdarahan dan peritonitis.
Asam hidroklorida disekresi secara kontinyu sehingga sekresi meningkat
karena mekanisma neurogenik dan hormonal yang dimulai oleh rangsangan
lambung. Jika asam lambung atau hidroklorida tidak dinetralisir atau mukosa
melemah akibatnya tidak ada perlindungan, akhirnya asam hidroklorida dan
pepsin akan merusak lambung, yang lama-kelamaan barier mukosa lambung yaitu
suplai darah, keseimbangan asam-basa, integritas sel mukosal dan regenerasi
epitel. Bahan-bahan seperti aspirin, alkohol dan Anti Inflamasi Non Steroid dapat
menurunkan produksi mukosa lambung.
Pada fase awal peradangan mukosa lambung akan merangsang ujung syaraf
yang terpajan yaitu syaraf hipotalamus untuk mengeluarkan asam lambung.
Kontak antara lesi dan asam juga merangsang mekanisme reflek lokal yang
dimulai dengan kontraksi otot halussekitarnya. Dan akhirnya terjadi nyeri yang
biasanya dikeluhkan dengan adanya nyeri tumpul, tertusuk, terbakar di
epigastrium tengah dan punggung.Dari masukan minuman yang mengandung
kafein, stimulan sistem saraf pusat parasimpatis dapat meningkatkan aktivitaas
otot lambung dan sekresi pepsin. Selain itu nikotin juga dapat mengurangi sekresi
bikarbonat pankreas, karena menghambat netralisasi asam lambung dalam
duodenum yang lama-kelamaan dapat menimbulkan mual dan muntah.
Peradangan akan menyebabkan terjadinya hiperemis atau peningkatan
vaskularisasi, sehingga mukosa lambung berwarna merah dan menebal yang
lama-kelamaan menyebabkan atropi gaster dan menipis, yang dapatberdampak
pada gangguan sel chief dan sel parietal, sel parietal ini berfungsi untuk
mensekresikan faktor intrinsik, akan tetapi karena adanya antibody maka faktor
intrinsik tidak mampu untuk menyerap vitamin B12 dalam makanan, dan akan
terjadi anemia perniciosa (Smeltzerdan Bare, 2011)
Pathway Gastritis
Zat-zat korosif Stress
Helicobacter Obat OAINS dan makanan
pylori minuman yang bersifat iritan Stimulant nervus vagus

Reflex enterik dinding lambung


Infeksi mukosa Gangguan difus
lambung barrier mukosa
Hormone gastrin

Peningkatan asam lambung /HCL Stimulant sel parietal

Iritasi mukosa lambung

Peradangan mukosa lambung

Hiperemis MK: Ansietas Mengeluarkan Hipotalamus


hormone
bradikikinin,histamin
Atrofi gaster / Kurang pengetahuan Aktivitas lambung
mukosa menpis meningkat
MK: Nyeri Akut
MK: Defisiensi
Kehilangan fungsi pengetahuan Asam lambung meningkat
kelenjar fundus
Kontraksi otot lambung
Faktor intrinsik
Masukkan nutrient
Anoreksia , mual, muntah
inadekuat
Penurunan absorbsi
vitamin B12
Masukkan cairan tidak
MK: ketidakseimbangan
adekuat/ kehilangan cairan
nutrisis kurang dari
Anemia kebutuhan tubuh

Penurunan volume MK: resiko kekurangan


darah merah volume cairan

Penurunan suplai
O2 ke jaringan

Kelemahan fisik

MK :Intoleransi Aktivitas
E. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada gastritis menurut Dermawan, (2010)
adalah;
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas
b. Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbs vitamin B

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik menurut Dermawan (2010) dan Doengoes (2010) sebagai
berikut;
a. Radiologi
Sinar – X gastrointestinal bagian atas
b. Endoskopy
Gastroscopy ditemukan maksa yang hiperemik
c. Laboratorium
Mengetahui kadar asam hidroklorida
d. EDG (Esofagagastriduodenoskopi)
Tes diagnostik kunci untuk perdarahan gastritis, dilakukan untuk melihat sisi
perdarahan atau derajat ulkus jaringan atau cidera
e. Pemeriksaan Histopatologi
Tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah melewati mukosa
muskularis
f. Feses
Tes feses akan positif H. Pylory Kreatinin : biasanya tidak meningkat bila
perfusi ginjal di pertahankan
g. Amonia
Dapat meningkat apabila disfungsi hati berat mengganggu metabolisme dan
ekskresi urea atau transfusi darah lengkap dan jumlah besar diberikan
h. Natrium
Dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal terhadap simpanan cairan
tubuh
i. Kalium
Dapat menurun pada awal karena pengosongan gaster berat atau muntah atau
diare berdarah. Peningkatan kadar kalium dapat terjadi setelah transfusi darah
j. Amilase Serum
Meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga gastritis.

G. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Farmakologi
1) Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi:
Gastritis akut Diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari
alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan
melalui mulut, diet mengandung gizi danjurkan. Bila gejala menetap, cairan
perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka
penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk
hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh
mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari
pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.
a. Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum (missal:
alumunium hidroksida) untuk menetralisasi alkali, digunakan jus
lemon encer atau cuka encer
b. Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karena bahaya
perforasi.
Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative, antasida, serta
cairan intravena. Endoskopi fiberopti mungkin diperlukan. Pembedahan darurat
mungkin diperlukan untuk mengangkat gangrene atau jaringan perforasi.
Gastrojejunostomi atau reseksi lambungmungkin diperlukan untuk mengatasi
obstruksi pilrus. Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet pasien,
meningkatkan istiratahat, mengurangi stress dan memulai farmakoterapi. H.
Pilory data diatasi dengan antibiotic (seperti tetrasiklin atau amoksisilin) dan
garam bismu (pepto bismo).
Menurut Baughman (2000. Hal 188) penatalaksanaan medis pada pasien
gastritis, baik gastritis akut maupun gastritis kronis ialah sebagai berikut :
a. Gastritis akut
Pantang minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang; ubah
menjadi diet yang tidak mengiritasi
1) Jika gejala-gejala menetap, mungkin di perlukan cairan IV.
2) Jika terdapat pendarahan, penatalaksanaannya serupa dengan hemoragi
yang terjadi pada saluran gastrointestinal bagian atas.
3) Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan
netralkan asam dengan antasida umum, mis: aluminium hidroksida
4) Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk
yang encer atau cuka di encerkan.
5) Jika korosi parah, hindari emetic dan bilas lambung karena bahaya
perforasi.
b. Gastritis kronis
1) Modifikasi diit, istirahat, reduksi stress, farmakoterapi.
2) H. pylori mungkin diatasi dengan antibiotic (misalnya tetrasiklin atau
amoksisilin) dan garam bismuth (Pepto Bismol).
b. Penatalaksanaan Non Farmakologi
1) Tirah baring
2) Mengurangi stress
3) Diet
Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral pada
interval yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan seperti pudding,
agar-agar dan sup, biasanya dapat ditoleransi setelah 12 – 24 jam dan
kemudian makanan-makanan berikutnya ditambahkan secara bertahap.
Pasien dengan gastritis superficial yang kronis biasanya berespon
terhadap diet sehingga harus menghindari makanan yang berbumbu
banyak atau berminyak.
4) Cara mengobati Maag dengan cara pijet relaksasi
Banyak cara dan jalan yang bisa anda tempuh untuk mengobati sakit
maag yang anda derita, selain menggunakan obat-obatan kimia dan herbal
yang banyak beredar di pasaran, anda juga bisa mengobati sakit maag
dengan metode pijar refleksi yang terbukti aman dan mampu
menyembuhkan sakit maag sampai tuntas. Mengobati sakit maag dengan
refleksi adalah dengan melakukan pemijatan pada titik-titik syaraf
tertentu yang akan menyeimbangkan kinerja kelenjar dan kinerja lambung
secara umum, dimana cara ini telah teruji mampu mengurangi rasa sakit
pada lambung serta menjadi jalan kesembuhan bagi banyak orang yang
pernah mengalaminya.
a. Titik refleksi sakit Maag
Berikut ini adalah titik-titik refleksi sakit maag yang berhubungan dengan
lambung;

Keterangan :
Titik saraf serabut saraf lambung di telapak kaki kanan dan kiri
Titik saraf lambung di telapak kaki kanan dan kiri
Titik saraf lambung yang berada di telapak tangan kanan dan kiri. Lakukan
pemijatan pada titik refleksi sakit maag tersebut selama minimal 2 menit
disetiap titiknya, pijat dengan perlahan jangan terlalu keras.

b. Titik Akupresure Sakit Maag


Pemijatan pada titik syaraf akupresure untuk mempercepat penyembuhan,
antara lain;

titik akupresure terletak di garis tengan perut 3 jari sejajar diatas pusar.
Titik akupresur untuk sakit perut berada 2 jari sejajar dibawah pusar.
H. Asuhan Keperawatan Komplementer
1. Pengkajian
1) Biodata /identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, bahasa,
pekerjaan, kebangsaan, alamat, pendidikan, tanggal MRS, dan diagnosa medis
2) Keluhan Utama
a) Adanya rasa perih, nyeri epigastrum
b) Adanya perdarahan / muntah darah
c) Nyeri setelah / sebelum makan
3) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Hal ini meliputi keluhan umum mulai dari sebelum ada keluhan sampai terjadi
nyeri perut, pusing, mula, muntah, nafsu makan menurun, kembung.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Mengkaji apakah klien pernah sakit seperti yang dirasakan sekarang atau
pernah menderita penyakit keturunan atau yang lainnya yang dapat
mempengaruhi proses penyembuhan klien.
c. Kebiasaan yang dialami
1) Peminum alkohol
2) Suka minum kopi, teh panas
3) Perokok
4) Kebiasaan makan sedikit, terlambat makan pedas, mengandung gas/asam
5) Kebiasaan bekerja keras : penyebab makan tak teratur
6) Penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter : aspirin, analgesik, steroid
(kolmetaxon) dll
7) Menjalankan diet ketat.
d. Pola-pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan.
Tanggapan klien mengenai kesehatan dan kebiasaan  yang kurang menjaga
kebersihan serta pemakaian obat yang mengiritasi lambung, intake makanan
yang kurang menjaga kebersihan, tidak dimasak dahulu dan sering makan
yang terkontaminasi dengan bakteri.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit, nafsu makan,
pola makan, diet, kesulitan menelan, mual/muntah, makanan kesukaan. Pada
umumnya klien dengan gastritis makan tidak teratur
3. Pola aktivitas
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat dan sakit, gerak tubuh dan
kesehatan berhubungan satu sama lain, Range Of Motion (ROM), riwayat
penyakit jantung, frekuensi, irama dan kedalaman nafas, bunyi nafas riwayat
penyakit paru. Pada klien gastritis akan mengalami gangguan karena selalu
terdapat rasa nyeri pada daerah lambung.
4. Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan Kulit. Kebiasaan
defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi (oliguri, disuri dll),
penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi, Karakteristik urin dan
feses, pola input cairan, infeksi saluran kemih dll. Pada umumnya pada klien
gastritis tidak ada gangguan atau masalah pada pola eliminasi baik eliminasi
alvi atau uri
5. Pola istirahat dan tidur
Menggambarkan Pola Tidur, istirahat dan persepasi tentang energi. Jumlah
jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau mimpi
buruk, penggunaan obat, mengeluh letih. Biasanya pada pasien gastritis akan
merasakan mual, nyeri, yang sering menyerang epigastrium akan mengurangi
waktu dan menjadi gangguan tidur klien
6. Pola sensori dan kognitif
Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori meliputi
pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau dan
kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan pola kognitif didalamnya
mengandung kemampuan daya ingat klien terhadap persitiwa yang telah lama
terjadi dan atau baru terjadi dan kemampuan orientasi klien terhadap waktu,
tempat, dan nama (orang, atau benda yang lain).
7. Pola persepsi diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan.
Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri, harga diri, peran, identitas
dan ide diri sendiri.. Pada pasien gastritis akan mengalami kecemasan sebab
sering merasa nyeri, mual, muntah.
8. Pola hubungan dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota
keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien. Pada pasien gastritis masih
tetap berinteraksi dengan orang lain dan hanya perannya yang terganggu
karena klien harus banyak istirahat akibat nyeri yang sering dirasakan
9. Pola reproduksi dan seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau dirasakan dengan
seksualitas. Pada umumnya pasien dengan gastritis tidak mengalami
gangguan baik organ maupun kebiasaan sexualitas
10. Pola penanggulangan stres
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan penggunaan
system pendukung. Cara pasien gastritis dalam menanggulangi stress
biasanya menggunakan mekanisme koping yang baik jika dimotivasi oleh
keluarga atau perawat (Perry,2005) dan (Asmadi,2008)
a) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Keadaan umum lemah, nyeri epigastrium, RR meningkat, suhu
meningkat, nadi meningkat.
2. Kepala dan leher
Wajah pucat, mata cekung, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, dan
wajah menyeringai kesakitan.
3. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, tekstur kulit kasar dan kadang sianosis.
4. Sistem respirasi
Tidak ada kelainan pada sistem respirasi.
5. Sistem kardi vaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, peningkatan nadi dan adanya suara
jantung yang irreguler.
6. Sistem gastrointestinal
Terjadi mual, muntah, dan peningkatan fisik usus/gaster.
7. Sistem genito urinaria
Tidak terdapat disuria, retensi urine dan inkontinensia
8. Sistem muskuloskeletal
Adanya kelemahan otot karena kurangnya cairan dan nyeri pada
persendian.
9. Sistem endokrin
Tidak ada yang mempengaruhi terjadinya gastritis dari sistem endokrin.
10. Sistem persyarafan
Motorik dan sensorik tidak ada gangguan pada umumnya.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
2) Ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual dan muntah
3) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ancaman
kematian
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa NOC NIC
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
berhubungan komplementar selama 1x30 menit (1400)
dengan agen masalah dapat teratasi dengan
cedera fisik kriteria hasil: a. Observasi tanda –
Tingkat nyeri (2102) tanda vital
Kode Indikator SA ST b. Ajarkan tehnik nafas
21020 Nyeri yang 5 dalam;
1 dilaporkan c. Berikan teknik
21020 Panjangnya 5 komplementer
4 episode (akupuntur care,
nyeri akupresure care)
21020 Tidak bisa 5
8 istirahat
21020 Ekspresi 5
6 wajah
Keterangan:
1: Berat
2: Cukup Berat
3: Sedang
4: Ringan
5: Tidak ada
d. Berikan informasi
mengenai penyebab
nyeri

Ketidak Setelah dilakukan tindakan Manjemen Nutrisi


seimbangan perawatan selama 1x30 menit (1100)
nutrisi: kurang nutrisi pasien terpenuhi a. Kaji adanya alergi
dari kebutuhan Kriteria Hasil: makanan
tubuh Status nutrisi (1004) b. Kolaborasi dengan
berhubungan Kode Indikator SA ST ahli gizi untuk
dengan 10040 Asupan 5 menentukan jumlah
anoreksia, mual 2 makanan kalori dan nutrisi
dan muntah 10040 Energy 5 yang dibutuhkan
(00002) 3 pasien
10041 Hidrasi 5 c. Anjurkan pasien
1 untuk meningkatkan
intake Fe
Keterangan: d. Anjurkan pasien
1: Berat untuk meningkatkan
2: Cukup Berat protein dan vitamin C
3: Sedang e. Yakinkan diet yang
4: Ringan dimakan
5: Tidak ada mengandung tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
f. Berikan makanan
yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
g. Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan
h. Berikan infomasi
tentang kebutuhan
nutrisi

Ansietas Setelah dilakukan perawatan Pengurangan


berhubungan selama 1x24 jam ansietas dapat Kecemasan (5820)
dengan teratasi.
perubahan Kriteria hasil : 1. Gunakan pendekatan
status kesehatan Tingkat Depresi (1208) yang menenangkan
ancaman Kode Indikator SA ST 2. Beritahu pada pasien
kematian 12080 Kehilangan 5 segala sesuatu yang
(00146) 2 minat pada membuat pasien
kegiatan cemas
12082 Peristiwa 5 3. Jelaskan prosedur
7 kehidupan kegiatan semua
yang negatif 4. Bantu pasien untuk
12083 Berat badan 5 mengenal situasi yang
1 turun membuat cemas
5. Ajarkan nafas dalam
12083 Nafsu 5
pada pasien untuk
2 makan
mengurangi cemas
menurun
dan membuat lebih
12081 Kesedihan 5
relaks
4
12082 Penurunan 5
1 tingkat
kegiatan
Keterangan:
1: Berat
2: Cukup Berat
3: Sedang
4: Ringan
5: Tidak ada
DAFTAR PUSTAKA

Inayah, 2014 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem


Pencernaan, Edisi 1. Jakarta:Salemba Medika

Price, 2015Konsep Kinis Proses-Proses Penyait. Edisi 6, Vol.2. Jakarta: EGC

Smeltzer, 2011Buku Ajar keperawatan medical Bedah Edisi 8 Vol. 2. EGC : Jakarta.

Smeltzerdan Bare, 2011Anatomi Fisiologi Manusia, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Utami, 2018Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC : Jakarta

Wilson, 2010Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta:


EGC.

Anda mungkin juga menyukai