KETERPADUAN STRATEGI
PENGEMBANGAN KOTA AMBON
7.1 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Dan berdasarkan Perda Nomer 24 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Ambon, bahwa Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) diperlukan sebagai dasar
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya. Pada pembangunan infrastruktur skala kawasan,
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya diarahkan pada lokasi KSK, dan diharapkan
keterpaduan pembangunan dapat terwujud. Tabel 7.1 memaparkan identifikasi arahan RTRW
Kabupaten/Kota untuk Bidang Cipta Karya, Tabel 7.2 memaparkan identifikasi Kawasan Strategis
Kabupaten/Kota (KSK), serta Tabel 7.3 memaparkan identifikasi indikasi program khusus untuk
Bidang Cipta Karya. Jika RTRW di kabupaten/kota belum disahkan, maka
Hal - 1
Tabel 7.1
Arahan RTRW Kabupaten/Kota untuk Bidang Cipta Karya
Hal - 2
Hal - 3
Hal - 4
Hal - 5
Tabel 7.2
Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) berdasarkan RTRW
Hal - 6
7.2 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Penyusunan RPI2-JM tentu perlu mengacu pada rencana pembangunan daerah yang tertuang
dalam RPJMD agar pembangunan sektor Cipta Karya dapat terpadu dengan pembangunan bidang
lainnya. Oleh karena itu, ringkasan dari RPJMD perlu dikutip dalam RPI2-JM CK seperti visi, misi,
serta arahan kebijakan bidang Cipta Karya di daerah
Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) setidaknya berisi:
Kebijakan Pembangunan Daerah (berupa visi dan misi, strategi, arah kebijakan, program, serta
kebutuhan anggaran, khususnya untuk pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya)
Kebijakan Keuangan Daerah (berupa strategi keuangan dan arah kebijakan keuangan)
Indikator Kinerja (berupa indikator umum dan agenda prioritas)
Penyusunan Perda Bangunan Gedung diamanatkan pada Peraturan Pemerintah No. 36 tahun
2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, yang
menyatakan bahwa pengaturan dilakukan oleh pemerintah daerah dengan penyusunan Peraturan
Daerah tentang Bangunan Gedung berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi dengan memperhatikan kondisi kabupaten/kota setempat serta penyebarluasan peraturan
perundang-undangan, pedoman, petunjuk, dan standar teknis bangunan gedung dan
operasionalisasinya di masyarakat.
Perda Bangunan Gedung mengatur tentang persyaratan administrasi dan teknis bangunan gedung.
Salah satunya mengatur persyaratan keandalan gedung, seperti keselamatan, kesehatan,
kenyamanan dan kemudahan. Persyaratan ini wajib dipenuhi untuk memberikan perlindungan rasa
aman bagi pengguna bangunan gedung dalam melakukan aktifitas di dalamnya dan sebagai
landasan operasionalisasi penyelenggaraan bangunan gedung di daerah. Utamanya untuk daerah
rawan bencana, Perda Bangunan Gedung sangat penting sebagai payung hukum di daerah dalam
menjamin keamanan dan keselamatan bagi pengguna. Ketersediaan Perda BG bagi kabupaten/kota
merupakan salah satu prasyarat dalam prioritas pembangunan bidang Cipta Karya di kabupaten/kota
Hal - 7
7.4 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI- SPAM)
Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun 2007, Rencana Induk Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20 tahun) yang merupakan bagian
atau tahap awal dari perencanaan air minum jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan
berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa
tahapan dan memuat komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya. RI-SPAM dapat berupa
RI- SPAM dalam satu wilayah administrasi maupun lintas kabupaten/kota/provinsi. Penyusunan
rencana induk pengembangan SPAM memperhatikan aspek keterpaduan dengan prasarana dan
sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga unit pelayanan dalam rangka perlindungan dan
pelestarian air
Hal - 8
Desa/
No Kecamatan Eksisting Rencana
Kelurahan
menggunakan HIPAM dengan baik, (RW 2 dap 3) sehingga
memanfaatkan Sumber Waihoa Kecil dapat dimanfaatkan
(broncapt) dan disalurkan pada beberapa sebagaidaerah untuk mengebor
reservoir yang ada (4 reservoir untuk air bersih
melayani 4 RW)
Penggiliran air sebagai upaya
pemenuhan air bersih dengan
ketersediaan debit yang kecil
Desa Jumlah Penduduk 4845 jiwa Peningkatan debit air dengan
Amahusu Jumlah KK 1150 KK memanfaatkan sumber-sumber
Terdiri dari 3 Dusun, 8 RW dan 22 RT air yang ada
(Dusun Wakang, Dusun Nahel, Gn Nona) Perbaikan pipa/jaringan transmisi
Terlayani air bersih dari PDAM, HIPAM (upaya perawatan)
Daerah yang sulit air ada di Gunung Nona Membentuk kelembagaan air
( RT 004/05 dan RT 005/04) sehingga kelembagaan yang ada
Eksisting saat ini masyarakat di Gunung saat ini (masyarakat) lebih
Nona membeli air dari mobil tanki terkelola
Terdapat potensi sumber air (Kebun Rata, Melestarikan kawasan-kawasan
Air Berbunyi, Wai Iner, Batu Panjang) tangkapan air (Gunung Nona,
Nahel)
Kel. Nusaniwe Jumlah Penduduk 6728 Jiwa Peningkatan pelayanan air bagi
Jumlah KK 1886 KK masyarakat yang belum memiliki
Terdiri dari 7 RW dan 22 RT akses, minimal dengan
Pelayanan air oleh PDAM dan swakelola membangun kran
masyarakat (sumur bor, reservoir, kran komunal/reservoir (RW 5, 6 dan
umum) 7)
Tidak terdapat keluhan yang signifikan Membentuk kelembagaan
HIPAM sehingga upaya
pengelolaan air lebih optimal
Pelestarian daerah-daerah
resapan air
Kel. Benteng Jumlah Penduduk 14507 Jiwa Peningkatan pelayanan air
Jumlah KK 2914 KK bersih dengan meningkatkan
Terdiri dari 8 RW 35 RT debit/ketersediaan air yang ada
Pelayanan air bersih telah terlayani oleh Terdapat daerah-daerah
PDAM kantung air yang
Permasalahan yang ada, adalah berpotensial untuk dilakukan
penggiliran air mengingat debit air pengeboran air sebagai sumber
(Wainitu) digunakan untuk melayani air tanah
beberapa kelurahan sekaligus
Hal - 9
Desa/
No Kecamatan Eksisting Rencana
Kelurahan
bantuan pemerintah dengan melayani masyarakat
memanfaatkan sumber air yang ada Mengoptimalkan tingkat
Terdapat Perusahaan Air Minum Wai Seri pelayanan sumber air bersih
di Dusun Seri yang telah memberikan yang telah ada (S Laweru,, Mata
kontribusi cukup baik bagi Air Gendi dan Wai Seri) dengan
pemenuhan kebutuhan air bersih untuk cara perbaikan broncapt dan
warga sekitar bangunan air
Potensi Sumber Air antara lain, S Laweru, lainnya sebagai upaya
Mata Air Gendi, Wai Seri, dan Waipui perawatan
Reboisas/ penghilauan untuk
kawasan-kawasan tangkapan air
Kel. Kudamati Jumlah Penduduk 18106 Jiwa Peningkatan pelayanan untuk
Jumlah KK 3177 KK warga masyarakat yang belum
Terdiri dari 7 RW 43 RT mendapat akses air bersih
Telah terlayani oleh jaringan PDAM (daerah kaki gunung)
Terdapat Sumber Wainitu dan Air Keluar Optimalisasi pemanfaatan
sumber air Keluar
Kel. Wainitu Jumlah Penduduk 7828 jiwa Meningkatkan pelayanan
Jumlah KK 625 KK jaringan air bersih ke rumah-
Terdiri dari 6 RT dan 27 RW rumah
Telah terlayani oleh PDAM Melakukan uji kualitas air bersih
Keluhan masyarakat adalah kualitas air terkait keluhan warga
yang menurun masyarakat yang ada
Indikasi pencemaran air akibat sumber air Memperbaiki system
yang terletak di bawah kawasan purifikasi/pengolahan air bersih
permukiman sehingga rawan Memberntuk HIPAM sebagai
pencemaran upaya pengawasan dan
pengendalian penggunaan air
bersih
Kel. Jumlah Penduduk 4131 Jiwa Meningkatkan pelayanan
Manggadua Terdiri clad 4 RW 10 RT jaringan air bersih ke rumah-
Sumber air yang ada dan telah rumah atau dengan kran umum
dimanfaatkan : Sumber Air Keluar Mengelola dan menjaga daerah
Telah terlayani oleh PDAM dan HIPAM tangkapan air serta areal
sempadan mata air
Kel. Jumlah Penduduk 1913 Jiwa Meningkatkan pelayanan
Urimessing Jumlah KK 635 KK jaringan air bersih
Terdiri dari 4 RW dan 14 RT Mengelola dan menjaga daerah
Terlayani oleh jaringan PDAM tangkapan air
Tidak terdapat keluhan yang cukup
signifikan
Kel. Waihaong Jumlah Penduduk 6413 Jiwa Meningkatkan pelayanan
Jumlah KK 1011 KK jaringan air bersih
Terdiri dari 4 RW dan 14 RT Mengelola dan menjaga daerah
Sumber Air Putri tangkapan air serta areal
Telah terlayani oleh PDAM sempadan mata air
Tidak terdapat keluhan yang cukup
signifikan dari masyarakat
Kel. Silale Jumlah Penduduk 5127 Jiwa Meningkatkan pelayanan
Hal - 10
Desa/
No Kecamatan Eksisting Rencana
Kelurahan
Jumlah KK 802 KK jaringan air bersih
Terdiri dari 4 RW dan 14 RT Mencoba mengkaji areal areal
Terlayani oleh PDAM potensial pemanfaatan air tanah
Tidak terdapat keluhan yang cukup ( RW 1 dan RW 2)
signifikan
Terdapat beberapa daerah potensial air
tanah
2 SIRIMAU Desa Soya Jumlah Penduduk 8878 Jiwa Pengembangan sumber air untuk
Terdir i dari 9 RW dan 18 RT (Kopertis, pemanfaatan pemenuhan
Kayu Putih dan Soya Atas) kebutuhan air di desa sekitar
Pernenuhan air bersih dilakukan secara Peningkatan jaringan air bersih
swadaya oleh masyarakat ke rumah-rumah warga (Ds Soya
Potensi sumber air yang ada Kayu putih, Atas)
Soya Atas, Kopertis, Batu Gosok, Mata Pemanfaatan sumber air yang
Tujuh, Wailani, Ma Uang, belum termanfaatkan (Ma Uang
Salawaku Salawaku, Batu Gosok)
Beberapa sumber air dikelola dan
dimanfaatkan untuk melayani beberada
desa lain
Kel. Waihoka Jumlah Penduduk 4443 Jiwa Peningkatan kualitas dan
Jumlah KK 1-187 KK kuantitas debit air untuk
Terdiri dari 4 RW dan 15 RT pelayanan ke rumah-rumah
Pelayanan air dilakukan oleh PT DSA, warga
mengingat wilayah Kec Sirimau adalah Meningkatkan kontinuitas
wilayah Konsesi PT DSA pelayanan air bersih yang ada
Tidak terdapat keluhan yang cukup
signifikan (selain akses air bersih yang
bergiliran)
Kel Karang Jumlah Penduduk 9174 Jiwa Peningkatan kualitas dan
Panjang Jumlah KK 1976 KK kuantitas debit air untuk
Terdiri dari 6 RW 21 RT pelayanan ke rumah-rumah
Pelayanan air dilakukan oleh PT DSA warga
Tidak terdapat keluhan yang signifikan Meningkatkan kontinuitas
pelayanan air bersih yang ada
Kel. Batu Meja Jumlah Penduduk 13063 Peningkatan kualitas dan
Jumlah KK 1882 KK kuantitas debit air untuk
Terdiri dari 7 RW 31 RT pelayanan ke rumah-rumah
Pelayanan air dilakukan oleh PT DSA dan warga
swakelola oleh masyarakat Pengendalian guns lahan di
menggunakan sumber air mata tujuh sekitar kawasan mata air
Tidak terdapat keluhan yang cukup Reboisasi kawasan mata air
signifikan Pembentukan lembaga
pengefola air yang bertujuan
untuk mengawasi dan mengelola
penggunaan air serta sumber air
yang ada di Kel Batu Meja
Kel. Batu Jumlah Penduduk 8104 jiwa Peningkatan kualitas dan
Gajah Jumlah KK 1305 Jiwa kuantitas debit air untuk
Hal - 11
Desa/
No Kecamatan Eksisting Rencana
Kelurahan
Terdiri dari 4 RW 22 RT pelayanan ke rumah-rumah
Pelayanan air bersih dilakukan oleh PT warga
DSA dan swakelola oleh masyarakat Pengendalian guna lahan di
dengan menggunakan sumber batu gajah sekitar kawasan mata air
Terdapat pula badan sungai batu gajah Pelestarian kawasan sungai
yang masih bisa dimanfaatkan (sebagai sehingga dapat dimanfaatkan
cuci dan mandi) untuk alternative sumber air
bersih
Peningkatan kualitas dan
kuantitas debit air untuk
pelayanan ke rumah-rumah
warga
Hal - 12
Desa/
No Kecamatan Eksisting Rencana
Kelurahan
DSA dan swadaya oleh masyarakat
(pembangunan broncapt dan reservoir
serta kran-kran umum)
Kel. Pandan JUmlah penduduk 6495 jiwa Peningkatan kualitas dan
Kasturi Jumlah KK 2083 KK kuantitas air bersih
Terdiri dari 22 RW dan 90 RT
Pelayanan air bersih dilakukan oleh PT
DSA
Desa Hative Jumlah Penduduk 5545 Jiwa Peningkatan kualitas dan
Kecil Jumlah KK 1446 KK kuantitas air bersih
Terdiri dari 5 RW dan 27 RT
Pelayanan air bersih dilakukan oleh PT
DSA swakelola oleh masyarakat
Desa Galala Jumlah Penduduk 1777 Jiwa Peningkatan kualitas dan
Jumlah KK 352 KK kuantitas air bersih
Terdiri dari 2 RW dan 5 RT Daerah potensial/ kantung-
Pelayanan air bersih dilakukan oleh PT kantung air di RW 1, sehingga
DSA dan swadaya masyarakat (sumur dapat dilakukan upaya
bor, membeli air pada mobil tanki dan pengeboran sebagai sumber air
penyedia air) tanah baru
3 Leitimur Desa Leahari Jumlah Penduduk 607 Jiwa Peningkatan kualitas dan
Selatan Jumlah KK 167 KK kuantitas air bersih
Pelayanan air bersih dilakukan oleh Eksplorasi daerah-daerah
swadaya masyarakat dengan potensial air bersih
menggunakan mata air sebagai sumber Membangun instalasi
air bersihnya (kepala air/saringan air) perpompaan untuk menarik air
Permintaan masyarakat agar jaringan air ke daerah-daerah tinggi
bersih dapat menjangkau sarana-sarana
umum seperti gereja,
sekolah dan kantor desa (mengingat
fasilitas umum tersebut topografinya lebih
tinggi daripada mata air yang
ada)
Desa Rutong Jumlah Penduduk 785 Jiwa Peningkatan kualitas dan
Jumlah KK 180 KK kuantitas air untuk sambungan
Pelayanan air bersih menggunakan rumah
system kran komunal menggunakan air
bor dan mata air
Desa Hutumuri Jumlah Penduduk 3992 Jiwa Peningkatan kualitas dan
Jumlah KK 957 KK kuantitas air
Pelayanan air bersih dengan Pengembangan kelembagaan
menggunakan Sumber Wailea, untuk pengelola air bersih
disalurkan ke kran-kran umur tersedia di
beberapa titik desa
Tidak terdapat keluhan yang signifikan
dari masyarakat
Desa Naku Jumlah Penduduk 721 Jiwa Peningkatan kualitas dan
Jumlah KK 148 KK kuantitas air bersih
Hal - 13
Desa/
No Kecamatan Eksisting Rencana
Kelurahan
Terdiri dari 4 RT Pengembangan kelembagaan
Pelayanan air bersih menggunakan Pembangunan broncapt di
sumber air dari Desa Soya sumber-sumber desa
Potensi air bersih meliputi wai Kinaroang Uji kualitas air bersih mata air
dan Anihang terpilih
Telah ads program PU Provinsi untuk
perbaikan sumber-sumber air bersih
Desa Kilang Jumlah Penduduk 954 Jiwa Peningkatan kualitas dan
Jumlah KK 219 KK kuantitas air bersih
Terdiri dari 6 RT Pengamanan sumber-sumber
Pelayanan air bersih swadaya dari mata air yang ada
masyarakat Pengendalian guna lahan di
Potensi air bersih terdapat Sumber Ilang sekitar sumber mata air
Alang, Pengembangan kelembagaan
Terdapat sungai untuk digunakan Uji kualitas air bersih yang belum
sebagai cuci dan mandi warga, (belum termanfaatkan
bisa digunakan sebagai air minum) Pembangunan instalasi
Keluhan masyarakat adalah masalah pengolahan air bersih
kontinuitas air bersih, (hal ini wajar dan
umum terjadi di Kota
Mengingat kondisi sumber air yang
sedikit, sehingga perlu penggiliran air)
Desa Hukurila Jumlah Penduduk 550 Jiwa Peningkatan kualitas dan
Jumlah KK 144 KK kuantitas air bersih dengan cara
Terdiri dari 3 RT memanfaaatkan debit-debit air
Pelayanan air bersih menggunakan yang belum termanfaatkan
sumur bor (di RT 3) atas hasil program Pengamanan daerah sekitar
P2KP mata air/sumber air
Transmisi air dilakukan secara bergiliran Pengembangaan kelembagaan
sebagaimana yang terjadi di beberapa air
desa di Kota Amban Pembangunan
Potensi air bersih adalah Sepriha, Broncapt/bangunan air untuk
Leimang (RT 3) dan Wei Waah pemanfaatan sumber air
Desa Ema Jumlah penduduk 835 Jiwa Peningkatan kualitas dan
Jumlah KK 400 KK kuantitas air bersih untuk
Pelayanan air bersih dilakukan secara sambungan ke rumah-rumah dan
swadaya oleh masyarakat sarana umum yang ada
Potensi air bersih cukup melimpah Pengamanana daerah sekitar
mengingat debit yang cukup besar mata air
terdapat sumber air di Desa Ema Pengembangan kelembagaan air
meliputi Wei Majapahit dan Waitepreu
yang juga digunakan sebasai daerah
wisata
Desa Hatalai Jumlah Penduduk 958 Jiwa Peningkatan kualitas dan
Jumlah KK 238 Jiwa kuantitas air bersih untuk
Terdiri dari 6 RT sambungan rumah-rumah
Pelayanan air bersih menggunakan Instalasi perpompaan untuk
reservoir dan pemanfaatan sumber air mengakomodir 2 RT yang belum
hasil dari program P2KP terlayani secara baik
Hal - 14
Desa/
No Kecamatan Eksisting Rencana
Kelurahan
Potensi air bersih meliputi Huhung, Pengamanan daerah sekitar
Kayali, dan Wei Kinaroang (wai mata air mengingat sumber air
Kinaroang dimanfaatkan pula oleh desa yang ada juga dimanfaatkan oleh
Kilang dan Naku) desa-desa lain
Terdapat 2 RT yang kesulitan air
mengingat lokasinya berada di atas/lebih
tinggi dari sumber yang ada
4 BAGUALA Desa Latta JUmlah penduduk 1290 Jiwa Peningkatan kualitas dan
Jumlah KK 325 KK kuantitas air bersih untuk
Terdiri dari 4 RW dan 12 RT sambungan rumah-rumah
Sumber air bersih -berasal dari air tanah Ekspolasi daerah-daerah
(menggunakan sumur bor) di lima RT , potensial pengeboran air
yaitu RT-1 RT 4. RT 5, RT 7, RT 9 dan Pengamanan daerah-daerah
RT 10 dengan sumber pendanaan dari resapan air
program P2KP Pembentukan,fungsi
RT yang belum terlayani air bersih adalah kelembagaan selain sebagai
RT 3 (RW 1) , RT 8 (RW 2) , RT 9 (RW 3) pengelota air bersih, tapi juga
, RT 10, RT 11. berfungsi sebagai pengawas
12 (RW 4). daerah-daerah resapan air
Potensi air tanah cukup tinggi, mengingat
daerah Kecamatan Baguala hingga Teluk
Amnon merupakan daerah tangkapan air
Kel. Lateri Jumlah Penduduk 4493 Jiwa Pengembangan jaringan air
Jumlah KK 830 KK bersih untuk daerah yang belum
Terdiri dari 5 RW.dan 26 RT terlayani secara
Daerah yang mengalami sulit air adalah optimal (RW 1 dan 2)
RW 3, RT 4, RT 5, dan RT 6, RW 1, (RT Pengawasan daerah-daerah
1, RT 2, dan RT 3) RTH dan Kawasan Resapan Air
Sumber air terlayani oleh PDAM, program
P2KP (menggunakan reservoir dan
pompa) serta sumur secara
swadaya oleh masyarakat
Sesuai arahan RTRW, daerah Kelurahan
Lateri akan diarahkan sebagai daerah
permukiman penduduk.
Desa Halong Jumlah Penduduk 10107 Jiwa Pembuatan bak penampung
Jumlah KK 1815 KK untuk menampung ivapan air
Terdiri dari 13 RW dan 45 RT dari mata air yang dimanfaatkan
Pelayanan air bersih sebagian dilayani mobil tangki, beserta
oleh PDAM, sebagian secara swadaya instalasi
oleh masyarakat pengolahannya agar
Terdapat pula usaha air minum warga, dapat dimanfaatkan
yang dimanfaatkan mobil-mobil tangki air secara lebih optima
untuk mengambil air dan
didistribusikan/diperjual belikan pada
masyarakat yang belum terlayani air
Desa Passo Jumlah Penduduk 18862 Jiwa Pengembangan kuantitas dan
Jumlah KK 3826 KK kualitas air bersih
Hal - 15
Desa/
No Kecamatan Eksisting Rencana
Kelurahan
Terdiri dari 13 RW dan 63 RT Optimalisasi peanfaatan sumber
Pelayanan air bersih menggunakan air waimahu
sumber air Waimahu, yang merupakan Pengkajian Waitonahitu dan
bantuan dari pemerintah untuk kemudian Waiyori untuk dijadikan sumber
dibangun reservoir dank ran-kran umum, air baku altemative
mengingat jaringan PDAM masih belum Pelestarian kawasan-kawasan
melayani sempadarimata air dan areal
sebagian wilayah di Desa Passo resapan air
RT yang sudah terlayani antara lain Pembentukan/pengembangan
adalah RT 017, RT 018, RT 019, RT 020, kekembagaan masyarakat terkait
RT 021, RT 022, RT 023, RT pengelolaan
024, dan RT 040 (sumber air waimahu serta pengawasan penggunaan
terletak di RT 040) air bersih
Sumber surnber air yang ada di Desa
Passo adalah Sumber Waimahu,
Waitonahitu dan Waiyori
Desa Negeri Jumlah Penduduk 1556 Jiwa Pengembangan jaringan
Lama Jumlah KK 693 KK pelayanan untuk warga
Terdiri dari 4 RW dan 8 RT masyarakat yang belum
Pelayanan air bersih menggunakan air mendapat akses air bersih, baik
tanah/air bor dan telah terlayani oleh dengan menggunakan kran
PDAM umum ataupun sambungan
Tidak terdapat keluhan yang cukup rumah
signifikan dari warga masyarakat (kecuali
masalah kontinuitas air bersih
yang merupakan permasalahan utama
untuk penyediaan air bersih di Kota
Ambon terkait sedikitnya sumber
air yang termanfaatkan)
Desa Nania Jumlah Penduduk 2401 Jiwa Pengembangan jaringan
Jumlah KK 1457 KK pelayanan untuk warga
Terdiri dari 3 RW dan 12 RT masyarakat yang belum
Pelayanan air bersih oleh PDAM dan juga mendapat akses air bersih, baik
swadaya masyarakat dengan dengan menggunakan kran
menggunakan air tanah (sumur) umum ataupun sambungan
Potensi di Desa Nania adalah banyaknya rumah
daerah-daerah kantung air yang bisa Pengelolaan dan pengawasan
dimanfaatkan sebagai daerah-daerah tangkapan air
sumber air baku untuk pelayanan
masyarakat (hal yang sama untuk
sebagian bestir wilayah di Kecamatan
Teluk Ambon dan Kecamatan Baguala,
dimana banyak terdapat kantung-kantung
resapan air
Desa Waiheru Jumlah Penduduk 6105 Jiwa Pengembangan jaringan
Jumlah KK 2813 KK pelayanan air bersih untuk
Terdiri dari 9 RW dan 24 RT masyarakat yang belum
Pelayanan air bersih oleh PDAM dan mendapatkan akses, dengan
Swakelola (HIPAM) oleh masyarakat, cara menggunakan kran umum
Hal - 16
Desa/
No Kecamatan Eksisting Rencana
Kelurahan
dimana memanfaatkan sumber air ataupun sambungan rumah
Waiheru dan waitongkau Perbaikan reservoir dan
broncaptering untuk
mengoptimalkan penampungan
air bersih
Pelestarian kawasan sempadan
mata air dan areal resapan air
Pengembangan kelembagaan
pada masyarakat
Hal - 17
Desa/
No Kecamatan Eksisting Rencana
Kelurahan
Terdiri dari 16 RW dan 55 RT penggunaan sumur tanah (sumur
Pelayanan air bersih secara swadaya warga)
oleh masyarakat (beli air, sumur warga) Pengelolaan daerah resapan air
dan secara swakelola (oleh masyarakat Pengembangan kelembagaan
hipam melalui program-program
pemerintah) dengan memanfaatkan
potensi sumber air bersih yang ada
Potensi sumber air adalah air tanah dan
mata air
Desa Wayame Jumlah Penduduk 4792 Jiwa Pengembangan jaringan untuk
Jumlah KK 1200 KK pelayanan masyrakat yang
Terdiri dari 10 RW dan 21 RT belum memiliki akses dengan
Pelayanan air bersih dengan peningkatan kran umum ataupun
menggunakan air tanah yang dikelola sambungan rumah
oleh PDAM dan sebagian melalui Pelestarian daerah-daerah
swakelola masyarakat (Hipam) dengan resapan den sempadan meta air
program-program bantuan pemerintah Pengembangan kelembagaan
Daerah yang mengalami keluhan air
bersih adalah RT 001, RT 003, RT 004
dan RT 012
Potensi sumber air adalah bak asrama
dari mata air di RT 5 dan RT 6
Dua buah mata air di dusun Kranjang dan
pemanfaatan kali wayame (untuk cuci dan
mandi)
Selain itu sekitar 3 km dari kali wayame,
terdapat sumber air tapi belum
dimanfaatkan mengingat jarak
yang cukup jauh dari permukiman
Desa Hative Jumlah Penduduk 19168 jiwa Pengembangan jaringan untuk
Besar Jumlah KK 1120 KK pelayanan masyarakat yang
Terdiri dari 6 RW dan 25 RT belum memiliki akses air bersih
Pelayanan air bersih umumnya secara (daerah gunung)
swadaya oleh masyarakat dengan Pelestarian daerah-daerah
menggunakan sumur-sumur dan membeli resapan air den sempadan mata
air air
Untuk pelayanan secara swakelola, telah
dilakukan berdasarkan program bantuan
pemerintah (Hipam)
dengan memanfaatkan sumber waiyohu
Desa Tawiri Jumlah Penduduk 3629 Jiwa Pengembangan jaringan untuk
Jumlah KK 1870 KK pelayanan masyarakat yang
Terdiri dari 8 RW dan 24 RT belum memiliki akses air bersih
Pelayanan air bersih secara swadaya Pelestarian daerah resapan air
oleh masyarakat dengan menggunakan den sempadan mata air
sumur-sumur gali/sumur
dan juga swakelola masyarakat untuk
HIPAM yang melayani beberapa RT
Hal - 18
Desa/
No Kecamatan Eksisting Rencana
Kelurahan
Desa Laha Jumlah Penduduk 10862 Jiwa Pengembangan jaringan untuk
Jumlah KK 2245 KK pelayanan masyarakat yang
Terdiri dari 6 RW dan 18 RT belum memiliki akses air bersih
Pelayanan air bersih secara swadaya Pelestarian daerah
oleh masyarakat dengan menggunakan resapan/tangkapan air
sumur-sumur gali
Pelayanan swakelola dengan
menggunakan hipam
Hal - 19
Zona Kebutuhan Debit Sumber Air Rencana Pengembangan
No
Pengembangan Tahun Debit Nama Debit
Air Amahusu 10 laweru dan mata air pancoran
Kali Batu Gala 5 tuju)
Mata Air Perawatan dan pemeliharaan
5 jaringan pipa yang telah ada
Pancoran Tuju
Air Berbunyi/ Pembangunan Hidran Umum,
5 Sumur dangkal, Penampungan
Kebun Rata
Air Hujan (PAH), serta
Penyediaan Mobil Tangki Air
untuk melayani daerah-daerah
yang tidak bisa dijangkau
Total 186 dengan sistem perpipaan,
meliputi Desa Silale, Desa
Latulahat, Desa Urimesing dan
Desa Nusaniwe.
Hal - 20
Zona Kebutuhan Debit Sumber Air Rencana Pengembangan
No
Pengembangan Tahun Debit Nama Debit
Air Hujan (PAH), serta
Penyediaan Mobil Tangki Air
untuk melayani daerah-daerah
yang tidak bisa dijangkau
dengan sistem perpipaan.
Hal - 21
7.5 Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK)
Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk
percepatan pembangunan sektor sanitasi suatu Kota/Kabupaten, yang berisi potret kondisi sanitasi
kota saat ini, rencana strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK
disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota didukung fasilitasi dari pemerintah pusat dan
pemerintah provinsi. Dalam menyusun SSK, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota berpedoman pada
prinsip:
a. Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi);
b. Berskala kota dan lintas sector (air limbah, drainase, persampahan);
c. Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan
d. Menggabungkan pendekatan „top down‟ dengan „bottom up’.
Hal - 22
Kota, yaitu Kelurahan Nusaniwe, Wainitu, Kudamati, Waihaong, Silale, dan Rijali, serta Desa Nania.
Kepadatan penduduk tersebut, dibarengi dengan factor-faktor lainnya, termasuk budaya dan perilaku
masyarakat, menjadi pertimbangan untuk penentuan tahapan dan zona pengembangan sanitasi.
Sementara itu, pengelolaan air limbah domestic dengan system off-site, di Kawasan Pusat Kota (Peta
7.5.2.c) menunjukan bahwa Zona 1 yang merupakan prioritas jangka pendek sampai menengah,
terkonsentasi di Pusat Kota Ambon, khususnya di kelurahan Wainitu, Silale, Waihaong, Ahusen, Batu
Meja, Uritetu dan Rijali. Zona 2 merupakan prioritas jangka menengah ke panjang terkonesntasi di
Negeri Batu Merah, Kelurahan Amantelu, Kelurahan Karang Panjang, dan Kelurahan Mangga Dua.
Sedangkan Zona 3 diupayakan untuk optimal jangka panjang, meliputi Kelurahan Pandan Kasturi,
Desa Galala, Negeri Hative Besar; Kelurahan Waihoka, Mangga Dua, Kudamati, dan Benteng.
Hal - 23
Pada sisi lain pengelolaan air limbah domestic dengan system off-site, di Kawasan Passo (Peta
7.5.2.d) menunjukan bahwa Zona 1 yang merupakan prioritas jangka pendek, terkonsentasi di tengah
Negeri Passo.Zona 2 merupakan prioritas jangka menengah ke panjang terkonesntasi di kawasan
permukiman Negeri Lama, Nania, dan pengungsi di Wai Yori.Sedangkan Zona 3 diupayakan untuk
optimal jangka panjang, meliputi permukiman-permukiman di pinggiran Kawasan Passo tersebut.
Hal - 24
Peta 7.5.1.A. Peta Sebaran Kepadatan Penduduk Kota Ambon
Hal -
25
Peta 7.5.2.b. Peta Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik – Sistem Onsite KotaAmbon
Hal -
26
Peta 27.5.2.c. Peta Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik – Sistem Offsite Kawasan Pusat Kota Ambon
Hal -
27
Hal -
Peta 7.5.2.d.. Peta Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik – Sistem Offsite Kawasan Passo
28
7.5.3 Tahapan Pengembangan Sub Sektor Persampahan
Tahapan pengembangan persampahan, berdasarkan hasil analisis, menggunakan system local,
langsung dan tidak langsung (Tabel 7.5.3.c dan Peta 7.5.3.e), yang terbagi dalam beberapa zona,
yaitu pelayanan penuh jangka pendek, jangka tengah, dan jangka panjang.
Mengacu kepada Peta 7.5.3.e, Zona I merupakan zona pelayanan penuh jangka pendek, yaitu
pelayanan penuh secara langsung harian terhadap permukiman yang terkonsentrasi dari Laha
sampai dengan Pusat Kota.Zona 2 adalah zona layanan penuh sampai jangka menengah, yang
terkonsentrasi pada Negeri-Negeri di Kecamatan Nusaniwe.Sedangkan Zona 3 terkonsentasi pada
beberapa kawasan pegunungan di Negeri Soya, dan Negeri-Negeri pegunungan di Kecamatan
Leitimur Selatan, dengan lebih berorientasi pada pengolahan sampah berbasis masyarakat.
Jika mengacu kepada tahapan pengembangan persampahan Kota Ambon (Tabel 2.3), maka
penanganan sampah secara langsung masih tergolong kecil, yaitu 10% untuk kawasan komersil, dan
5% untuk pengolahan berbasis masyarakat. Adanya anggapan bahwa sampah adalah urusan
Pemerintah Kota Ambon, masih perlu terus dirubah, sehingga masyarakat merasa bertanggung
jawab untuk bersama-sama mengelola sampahnya perlu terus didorong.Karena itu diharapkan dalam
jangka panjang penanganan langsung kawasan komersil mencapai 80%, dan pengolahan berbasis
masyarakat mencapai 75%.
Pada sisi lain, penanganan tidak langsung (Tabel 2.3), melalui pengangkutan oleh mobil layanan
sampah sampah menjadi kebutuhan utama, khususnya di permukiman, pasar/ terminal, jalan, tempat
social, dan sarana umum lainnya. Hal ini menyebabkan biaya operasional pelayanan sampah setiap
tahunnya meningkat.Penanganan secara tidak langsung akan efektif, ketika pemilahan sampah
dilakukan. Karena itu terus didorong pengolahan sampah yang baik, dengan pemilahan dari sumber
sampah.
Hal - 29
Peta 7.5.3. Peta Tahapan Pengembangan Persampahan Kota Ambon
Hal -
30
7.5.4 Tahapan Pengembangan Sub Sektor Drainase
Tahapan pengembangan darianse, berdasarkan hasil analisis, (Tabel 7.5.4 dan Peta 7.5.4), yang
terbagi dalam beberapa zona, yaitu pelayanan penuh jangka pendek, jangka tengah, dan jangka
panjang.
Mengacu kepada Peta 7.5.4, Zona I merupakan zona pelayanan penuh jangka pendek sampai
menengah, dengan cakupan sampai 90% kawasan, yang terdistribusi pada kawasan Pusat Kota dan
kawasan Passo. Zona 2, merupakan pelayanan jangka menengah, dan Zona 3, merupakan
pelayanan jangka menengahdan panjang, dengan masing-masing cakupan pelayanan sampai 70%
kawasan. Zona 4 merupakan pelayanan jangka panjang, meliputi kawasan negeri-negeri di
kecamatan Nusaniwe, Kecamatan Leitimur Selatan, Negeri Soya, Negeri Hative Besar, Negeri Tawiri,
dan Negeri Laha. Penanganan darianse pada Zona 4, merupakan penanganan berbasis masyarakat.
Mengacu kepada tahapan pengembangan drainase (Tabel 7.5.4), maka system pengembangan
drainase adalah tersier, sekunder, dan primer, yang dipadukan pada setiap zona. Diharapkan
sampai jangka panjang, penanganan drainase telah optimal 100%, sesuai cakupan pelayanan
masing-masing sesuai Peta 7.5.4.
Hal - 31
Peta 7.5.4. Peta Tahapan Pengembangan Drainase Kota Ambon
Hal -
32
7.6 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan, RTBL didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan
yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan,
serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan
panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman
pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan
KAWASAN PASSO
Hal - 33
Konsep Penangaan
Kawasan Passo merupakan kawasan yang berkembang dengan cepat maka perlu dilakukan 3
(tiga) pendekatan utama yaitu :
1. Perkembangan baru fungsi perdagangan skala besar, serta mixuse guna mendukung
CBD baru & Pengendalian perkembangan fungsi terbangun pada koridor arteri Jl.
Woltermonginsi di & Jl. Leowatimena
2. Revitalisasi kawasan sempadan pantai sebagai destinasi wisata & konservasi area bakau
serta lahan belum terbangun untuk fungsi lindung
3. Peningkatan kualitas blok permukiman
Hal - 34
7.6.2 Sistem Ruang Terbuka Dan Tata Hijau
Penataan sistem ruang terbuka dan pola tata hijau bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan
kota dengan menyediakan lingkungan yang aman, sehat dan menarik serta berwawasan ekologis.
Pada prinsipnya penataan sistem ruang terbuka diatur melalui pendekatan desain tata hijau yang
membentuk karakter lingkungan serta memiliki peran penting baik secara ekologis, rekreatif dan
estetis bagi lingkungan sekitarnya, dan memiliki karakter terbuka sehingga mudah diakses sebesar-
besarnya oleh publik, termasuk masyarakat difabel dan lanjut usia.
Konsep dasar penataan sistem ruang terbuka dan tata hijau:
Membentuk jaringan tautan (linkage) melalui komponen-komponen utama RTH sebagai satu
kesatuan sistem RTH;
Menciptakan ruang terbuka publik yang berkualitas untuk mewadahi aktivitas sosial masyarakat
dan membuat kawasan menjadi lebih hidup. Ruang-ruang terbuka tersebut dapat berupa taman-
taman umum (public parks), mulai dari taman-taman lingkungan (community parks) pada skala
ruang Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Kelurahan hingga Kecamatan, bahkan taman
kota (city parks) pada skala kota;
Menciptakan RTH yang dapat menambah karakter dan nilai kualitas lingkungan, sesuai dengan
kebutuhan dan kepentingannya;
Mengembangkan vegetasi sebagai elemen yang mempertegas ruang, baik sebagai elemen
pengarah, penghubung, maupun pengalir pergerakan.
Prinsip Penataan
A Koridor
Koridor Jalan • Pengembangan koridor sebagai ruang terbuka publik mampu menciptakan
kreatifitas dan identitas koridor
Koridor Sungai • Penataan sempadan sungai sebagai ruang terbuka untuk aktivitas sosial
• Penggunaan vegetasi peneduh dengan perakaran kuat yang berfungsi sebagai
buffer pengaman ekologis sungai
B Ruang Terbuka • Pengembangan ruang terbuka terdiri dari hard and soft lansekap yang seimbang
• Pengembangan vegetasi beragam, disamping menjaga fungsi ekologis juga
sebagai elemen arsitektural
C Persimpangan • Pengembangan vegetasi rendah pada daerah bebas pandang (perdu)
Hal - 35
place”
Sistem prasarana dan utilitas Sistem utilitas yang terpadu (integrated) dalam sistem
lingkungan prasarana (infrastruktur) kawasan
Rencana penggunaan lahan dikawasan passo diarahkan untuk mendukung pengembangan koridor
sebagai penghubung kawasan CBD kota ambon, dimana arahannya sebagai berikut :
A. Pengembangan fungsi perdagangan & jasa pada koridor jalan arteri & kolektor (jl.Leo
watimena &jl. Sisingamangaraja) diarahkan untuk pengembangan perdagangan & jasa
dengan pendekatan perancangan pengendalian pembangunan baru
Sebagai bentuk aktualisasi dari pengembangan koridor jalan arteri dan kolektor kota sesuai
dengan arahan RTRW Kota Ambon dan upaya perubahan citra kota sebagai CBD baru kota
yang menarik. Arahan umum pengembangan koridor dengan fungsi perdagangan-jasa dan
perkantoran ini antara lain :
Hal - 36
Pengembangan koridor development, diharapkan pengembangan ini akan mampu menjadi
pendukung CBD baru kota.
Pengembangan street wall koridor yang berbeda sesuai dengan fungsi& hirarki koridor
tersebut, diharapkan menimbulkan makna ruang yang berbeda dan menciptakan identitas
koridor.
Arahan pengembangan koridor dilakukan untuk menjabarkan arahan pada RTRW Kota,
dimana arahan pengembangan koridor di tekankan pada pendetailan dari arahan GSB
koridor jalan arteri dan kolektor kota
Pengembangan blok perdagangan – jasa dan perkantoran skala besar yang berlokasi pada
koridor Jl. Leo Watimena dimasa yang akan datang akan menjadi koridor perdagangan – jasa
dan perkantoran dengan luas kavling besar. Dengan rencana parkir off street di dalam kavling
bangunan dan ruang terbuka hijau sebagai elemen peneduh dan buffer pelindung.
Pengembangan blok perdagangan – jasa dan perkantoran skala kecil/kawasan dan pendukung
sector pariwisata yang berlokasi pada Koridor Jl. Woltermonginsidi & Jl. Sisingamangaraja, blok
ini dimasa yang akan datang akan menjadi koridor perdagangan – jasa pendukung skala
kawasan & pendukung pariwisata. Dengan rencana parkir off street di dalam kavling bangunan
pada sebagaian kavling besar, parkir on street pada bangunan kavling sedang dan ruang
terbuka hijau sebagai elemen peneduh dan buffer pelindung.Pada Jl. Sisingamangaraja
frontage bangunan dibuat aktif dipergunakan untuk aktivitas resto dan cafe serta alokasi lahan
untuk PKL yang tertata dan indah dengan tetap mempertimbangkan aspek keamanan jalan.
B. Mengembalikan fungsi lindung setempat yaitu sempadan pantai & sempadan sungai
Dinamika perkembangan pembangunan kearah sungai & sempadan pantai harus dikendalikan
dengan pengembangan batas fisik berupa jalan inspeksi guna membatasi fungsi. Pengendalian
dilakukan sesuai dengan ketentuan sempadan pantai klasifikasi A dengan ketentuan lebar
sempadan minimal 30 – 75 meter perlu ditertibkan dan ketentuan untuk sempadan sungai di
kawasan perkotaan dengan kondisi sungai tidak bertanggul adalah 10 meter dari tepi sungai/
garis air.
Hal - 37
Fungsi ekologis yaitu:
Untuk kawasan konservasi vegetasi alami yang ada di kawasan dan dipertahankan, terdapat
beberapa vegetasi alami yaitu jenis mangrove dan taman sungai lainnya.
Untuk area resapan air hujan dan run-off, berfungsi sebagai area konservasi air tanah
Fungsi ekonomi, sebagai ruang aktif pendukung sector perdagangan-jasa, dimana ruang
didepan bangunan dengan fungsi tersebut menjadi frontage untuk perdagangan dan jasa.
B. Blok Permukiman
Blok Permukiman yang terdiri dari (1) pengendalian perkembangan kepadatan blok permukiman
swadaya kepadatan tinggi dengan program peningkatan kualitas infrastruktur permukiman, (2)
Hal - 38
pengendalian kepadatan sedang blok permukiman formal dan (3) pengembangan blok hunian
vertikal/Rusun sebagai perwujudan pola pemanfaatan lahan permukiman kepadatan tinggi
dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW). Rencana intensitas pemanfaatan lahan pada Blok
Permukiman adalah KDB maksimum 60%, KLB 1.2, adapun KDH minimum pada Blok
Permukiman ini adalah 20%.
Hal - 39
Zona/ Sub Zona KDB Maksimum KLB Maksimum KDH
Fungsi Jalan Fungsi Jalan
Arteri Kolektor Lokallingk. Arteri Kolektor Lokal,
lingk.
2 2 2
- Eceran aglomerasi 2.500 m ) 1.250 m ) 400 m )
(pusat
belanja/mall), luas
lantai maksimum
2
2.500 m .
Perdagangan dan 70% 70% 70% 2,1 2,1 1,4 20%
Jasa Linier
RTNH Publik
Lapangan OR 50% 60% 60% 1,5 1,2 1,2 25%
Tempat Parkir 50% 60% 60% 0,5 0,5 0,5 10%
Peruntukan Khusus
IPAL 50% 60% 60% 2,0 1,8 1,8 25%
Sumber : Hasil Rencana Tahun 2014
Hal - 40
Tabel Rencana pengembangan jaringan jalan
No. Jalan/ Koridor RUMAJA GSB (m)
1 Jl. Leowatimena 24 12,5
2 Jl. Woltermonginsidi 16 8
3 Jl. Sisingangaraja 16 8
Sumber : Hasil Rencana Tahun 2014
Hal - 41
No. Rencana Peningkata Kualitas Prasarana Lingkungan
4 Pengadaan TPS di beberapa titik setiap 250 m sepanjang jl.Leo watimena & jl.
Sisingamangaraja, serta jalan-jalan protokol
5 Perlu membangun IPA dikawasan mangkupalas yang sumber airnya bisa berasal dari mata
air perbukitan ataupun air tanah/sumur bor, Lingkungan permukiman di kelurahan setempat.
6 Peningkatan infrastruktur jalan & perencanaan drainase di Lingkungan permukiman di
kelurahan setempat
7 Peningkatan kualitas drainase lingkungan dengan pembutaan saluran baru yang lebih
besar, normalisasi parit kota & pengembangan RTH unit lingkungan untuk resapan air.
Pada Kawasan pemukiman masyarakat di ujung jalan persimpanngan antara jl.Leo
watimena & jl. Sisingamangaraja
9 Pengangkutan sampah dan sosialiasi program sanitasi lingkungan/ lingkungan layak huni
No. Rencana Pengembangan Baru Prasarana Lingkungan
1 Pengembangan sistem pengolahan air limbah terpadu di kawasan prioritas
2 Pengembangan sistem pelayanan air bersih dengan pengembangan jaringan PDAM pada
seluruh blok
3 Pembuatan kelembagaan pengelola sampah kawasan dan Pengembangan Lahan ex lahan
TPS Terpadu sebagai pusat pengolahan sampah composting dan pusat kegiatan komunitas
sampah (green community) hasil pendekatan partisipasi masyarakat.
4 Pengembangan sistem jaringan listrik & telepon diletakkan di udara dengan ketinggian
sesuai standarisasi PLN.
5 Pengembangan sistem proteksi kebaakaran dengan
Arahan setiap bangunan harus menyediakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)/Hydrant
Portable yang ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai
dan diambil, serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan;
Aplikasi 1 (satu) fire alarm box dipasang di setiap RT pada lokasi yang strategis dan
mudah dijangkau oleh masyarakat sekitar;
Aplikasi 1 (satu ) hidrant halaman/hydrant pillar ditempatkan setiap jarak 200 m pada sisi
jalur pedestrian dan terhubung dengan jaringan PDAM terkait pengaman kebakaran;
5 Pengadaan PJU untuk jalan dan lampu penerangan untuk area pejalan kaki di seluruh blok
Sumber : Hasil Rencana Tahun 2014
Hal - 42
Setiap desain papan informasi pertandaan (signage) pada kawasanharus mengikuti warna
dan ornamen yang bercirikan dan mencitrakan nuansa khas lokal yang ditetapkan pada
masing-masing blok.
B. Rencana elemen pelengkap jalan (street furniture) di Kawasan Passo:
Penataan street furniture pada Kawasan Passo terdiri dari halte/shelter, tempat sampah,
pot bunga, tempat duduk, lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) dan pejalan kaki, dan
papan informasi;
Penataan halte/shelter antara lain:
Peletakan halte/shelter diarahkan pada tiap jarak 200 m;
Peletakan halte/shelter harus dibuat senyaman mungkin dan tidak menggangu
sirkulasi pejalan kaki;
Bangunan halte/shelter harus dilengkapi dengan nama halte dan diperkenankan untuk
memasang reklame.
Bentuk dan tampilan halte/shelter dirancang bercirikan dan mencitrakan nuansa khas
lokal;
Bangunan halte/shelter tidak menutupi dan mendominasi bangunan dan lingkungan di
sekitarnya.
Penataan tempat sampah antara lain:
Peletakan tempat sampah umum ditetapkan pada tiap jarak 25 m;
Peletakan tempat sampah umum tidak boleh menggangu sirkulasi pejalan kaki;
Hal - 43
A B C
JARAK BEBAS BANGUNAN • Jarak bebas samping bangunan renggang
minimum 2 M.
• Jarak bebas samping bangunan rapat adalah 0
M.
• Jarak bebas belakang bangunan minimum10%
dari panjang pekarangan belakang
• Jarak bebas bangunan deret lebih dari 60 M.
dengan blok bangunan berikutnya yang
berfungsi sebagai jalur darurat/rencana jalan
Hal - 44
A B C
Rumaja 8 M.
Pada area persimpangan disediakan zona
tertentu (Ruang Henti Khusus sepeda motor dan
zona selamat area persimpangan)
Pada area sekolah disediakan zona selamat
penyeberangan dengan warna dan tanda
tertentu)
SIRKULASI PEJALAN KAKI Fasilitas pejalan kaki berupa jalur pejalan kaki
dengan lebar 2.4M.
Jalur pejalan kaki memiliki batas yang jelas
berupa kanstein atau batas penghalang dengan
level ketinggian maks 17 cm dari permukaan
aspal
Perkerasan jalur pejalan kaki menggunakan
material tegel 30x30 dan dikombinasikan
dengan ubin tekstur pemandu untuk kebutuhan
kaum difabel
Penggunaan ramp untuk kontinuitas pergerakan
sehingga nyaman bagi siapapun termasuk
manula dan difabel
Perletakan ramp adalah pada jalan masuk
menuju bangunan dan pada area penyebrangan
(zebra cross) dengan kemiringan maksimal 17%
PARKIR Parkir wajib disediakan di dalam persil (off-street
parking), pada bagian depan bangunan.
Penggunaan material grass block atau paving
block pada area parkir yang disediakan
Parkir sepeda disediakan berdekatan dengan
halte
Jenis vegetasi untuk RTH pada koridor jalan
berupa pohon peneduh dan pengarah, dipilih
vegetasi yang cukup rindang namun tidak
menutupi fasad bangunan, dapat berupa Pohon
Palem Botol
Jarak tanam vegetasi pada koridor jalan adalah
setiap 10 m
Tanaman penghias atau tanaman sisipan
dengan model pot bunga dapat disediakan
menyatu dengan elemen pelengkap jalan
lainnya, seperti tempat sampah dan PJU
Penggunaan material berongga untuk elemen
keras (hard space) ruang terbuka pada persil
RUANG TERBUKA & TATA HIJAU Tidak diperkenankan menggunakan pagar
(perdagangan dan jasa)
Diperkenankan menggunakan pagar (Hunian),
tetapi dengan ketinggian maks 1M, dan tidak
masif
Tinggi pembatas pekarangan samping dan
belakang untuk bangunan renggang maksimal 3
m di atas permukaan tanah pekarangan
Hal - 45
A B C
UTILITAS BANGUNAN DAN Jaringan air bersih diletakkan di dalam ducting
LINGKUNGAN bersama dengan jaringan utilitas lainnya
Setiap bangunan harus memiliki septictank dan
peresapan untuk pengolahan limbah
Setiap pekarangan harus dilengkapi saluran
pembuangan air hujan yang cukup besar dan
mempunyai kemiringan yang cukup
Saluran drainase/selokan 0.8X0.8 M
Saluran penangkap air ditempatkan pada kedua
sisi badan jalan dan ditutup dengan grill 30 cm
Saluran penghubung antara saluran
drainase/selokan dengan saluran penangkap air
disediakan pada setiap jarak 10 meter
Jaringan telepon dan segala macam jaringan
kabel seperti fiber optic telepon seluler
diletakkan di dalam ducting
Jaringan listrik diletakkan di udara dengan
ketinggian sesuai standarisasi PLN
Penyediaan tempat sampah umum harus
tertutup dan memisahkan sampah organik dan
anorganik dalam suatu wadah yang didesain
dengan baik (sesuai standar Dinas PU) dan
ornamen yang bercirikan dan mencitrakan
nuansa khas local (Motif Salawuku)
Penyediaan pipa-pipa hydrant ditempatkan
setiap jarak 200 m pada sisi jalur pejalan kaki
dan terhubung dengan jaringan PDAM terkait
pengaman kebakaran
Setiap bangunan harus menyediakan Alat
Pemadam Api Ringan (APAR)/Hydrant Portable
yang ditempatkan pada posisi yang mudah
dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil,
serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan
PERLETAKAN TATA INFORMASI Setiap desain papan informasi pertandaan
(SIGNAGE) (signage) pada kawasanharus mengikuti warna
dan ornamen yang bercirikan dan mencitrakan
nuansa khas local (Motif Salawuku)
Penempatan papan informasi pertandaan
(signage) pada bangunan tidak boleh
menghalagi fasad bangunan, terutama
pencahayaan
Papan informasi pertandaan (signage) berupa
nama bangunan dan nomor persil ditempatkan
pada dinding depan bangunan untuk
memudahkan pencarian alamat
Papan informasi berupa reklame komersial
dipasang pada tiang-tiang PJU yang sudah
disediakan dengan desain yang menyatu
dengan karakter kawasan
Hal - 46
A B C
Penempatan rambu lalu lintas di sebelah kiri
menurut arah lalu lintas dan tidakmenghalangi
pergerakan pejalan kaki
PERLETAKAN STREET Setiap desain street furniture pada
FURNITURE kawasanharus mengikuti warna dan ornamen
yang bercirikan dan mencitrakan nuansa khas
local (Motif Salawuku)
Penempatan halte setiap jarak 300 m
Peletakan tempat sampah umum didesain
terlindung pada tiap jarak 50 m sebagai bagian
dari kelengkapan jalan dan tidak boleh
menggangu sirkulasi pejalan kaki dengan
menciterakan nuansa local (Motif Salawuku)
Bak bunga berisikan tanaman perdu dapat
disediakan sebagai pengganti pagar yang
ditempatkan pada GSP
Penempatan bangku duduk didesain menyatu
dengan penempatan titik-titik hijau
Lampu Penerangan Jalan Umum ditempatkan
pada sisi jalur pejalan kaki pada jarak
maksimum 0 meter, dan ditempatkan secara
terpadu dengan lampu penerangan pejalan kaki
pada jarak 15 meter
Pada desain street furniture disediakan space
untuk sponsor sebagai media promosi
2.1 PANDUAN PERANCANGAN BLOK PERDAGANGAN DAN JASA KORIDOR JL. WOLTER
MONGINSIDI
ATURAN WAJIB
Aturan Anjuran Tata Bangunan
Aturan Anjuran Tata Lingkungan
Aturan Anjuran Tata Visual
RUMAJA Ruang Manfaat Jalan
RUMIJA Ruang Milik Jalan Jalan
RUWASJA Ruang Pengawasan Jalan
Hal - 47
A B C
KETINGGIAN BANGUNAN 3 Lantai
MAKSIMAL
GARIS SEMPADAN BANGUNAN Min. 5 Meter (perdagangan & Jasa)
(GSB) Min. 15 Meter (Perkantoran)
Min. 8 Meter (Permukiman)
PERPETAKAN LAHAN • Luas kapling/persil tipe kecil 120 - 160M2
• Luas kapling/persil tipe sedang 161 - 200M2
• Luas kapling/persil tipe besar > 201M2
JARAK BEBAS BANGUNAN • Jarak bebas samping bangunan renggang
minimum 2 M.
• Jarak bebas samping bangunan rapat adalah 0
M.
• Jarak bebas belakang bangunan minimum10%
dari panjang pekarangan belakang
• Jarak bebas bangunan deret lebih dari 60 M.
dengan blok bangunan berikutnya yang
berfungsi sebagai jalur darurat/rencana jalan
Hal - 48
A B C
bencana, serta mudah dalam perawatan dan
pembersihan
SIRKULASI KENDARAAN Jalur perkerasan jalan 15 M. dengan 4(empat)
lajur, masing-masing lajur memiliki lebar 3.5 M,
dan jenis perkerasan aspal hotmix
Ruwasja Min.34 M.
Rumija 24 M.
Rumaja 15 M.
Pada area persimpangan disediakan zona
tertentu (Ruang Henti Khusus sepeda motor dan
zona selamat area persimpangan)
Pada area sekolah disediakan zona selamat
penyeberangan dengan warna dan tanda
tertentu)
SIRKULASI PEJALAN KAKI Fasilitas pejalan kaki berupa jalur pejalan
kakidengan lebar 2.2M.
Jalur pejalan kaki memiliki batas yang jelas
berupa kanstein atau batas penghalang dengan
level ketinggian maks 17 cm dari permukaan
aspal
Perkerasan jalur pejalan kaki menggunakan
material tegel 30x30 dan dikombinasikan
dengan ubin tekstur pemandu untuk kebutuhan
kaum difabel
Penggunaan ramp untuk kontinuitas pergerakan
sehingga nyaman bagi siapapun termasuk
manula dan difabel
Perletakan ramp adalah pada jalan masuk
menuju bangunan dan pada area penyebrangan
(zebra cross) dengan kemiringan maksimal 17%
PARKIR Parkir wajib disediakan di dalam persil (off-street
parking), pada bagian depan bangunan.
Penggunaan material grass block atau paving
block pada area parkir yang disediakan
Parkir sepeda disediakan berdekatan dengan
halte
RTH disediakan pada median jalan dengan
lebar 1 M, dan pada kedua sisi jalan masing-
masing lebar 80 Cm
Jenis vegetasi untuk RTH pada koridor jalan
berupa pohon peneduh dan pengarah, dipilih
vegetasi yang cukup rindang namun tidak
menutupi fasad bangunan, dapat berupa Pohon
Palem Botol
Jarak tanam vegetasi pada koridor jalan adalah
setiap 10 m
Tanaman penghias atau tanaman sisipan
dengan model pot bunga dapat disediakan
menyatu dengan elemen pelengkap jalan
lainnya, seperti tempat sampah dan PJU
Hal - 49
A B C
Penggunaan material berongga untuk elemen
keras (hard space) ruang terbuka pada persil
RUANG TERBUKA & TATA HIJAU Tidak diperkenankan menggunakan pagar
(perdagangan dan jasa)
Diperkenankan menggunakan pagar (Hunian),
tetapi dengan ketinggian maks 1M, dan tidak
masif
Tinggi pembatas pekarangan samping dan
belakang untuk bangunan renggang maksimal 3
m di atas permukaan tanah pekarangan
UTILITAS BANGUNAN DAN Jaringan air bersih diletakkan di dalam ducting
LINGKUNGAN bersama dengan jaringan utilitas lainnya
Setiap bangunan harus memiliki septictank dan
peresapan untuk pengolahan limbah
Setiap pekarangan harus dilengkapi saluran
pembuangan air hujan yang cukup besar dan
mempunyai kemiringan yang cukup
Saluran drainase/selokan 1.5X1.5 M
Saluran penangkap air ditempatkan pada kedua
sisi badan jalan dan ditutup dengan grill 30 cm
Saluran penghubung antara saluran
drainase/selokan dengan saluran penangkap air
disediakan pada setiap jarak 10 meter
Jaringan telepon dan segala macam jaringan
kabel seperti fiber optic telepon seluler
diletakkan di dalam ducting
Jaringan listrik diletakkan di udara dengan
ketinggian sesuai standarisasi PLN
Penyediaan tempat sampah umum harus
tertutup dan memisahkan sampah organik dan
anorganik dalam suatu wadah yang didesain
dengan baik (sesuai standar Dinas PU) dan
ornamen yang bercirikan dan mencitrakan
nuansa khas local (Motif Salawuku)
Penyediaan pipa-pipa hydrant ditempatkan
setiap jarak 200 m pada sisi jalur pejalan kaki
dan terhubung dengan jaringan PDAM terkait
pengaman kebakaran
Setiap bangunan harus menyediakan Alat
Pemadam Api Ringan (APAR)/Hydrant Portable
yang ditempatkan pada posisi yang mudah
dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil,
serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan
PERLETAKAN TATA INFORMASI Setiap desain papan informasi pertandaan
(SIGNAGE) (signage) pada kawasanharus mengikuti warna
dan ornamen yang bercirikan dan mencitrakan
nuansa khas local (Motif Salawuku)
Penempatan papan informasi pertandaan
(signage) pada bangunan tidak boleh
Hal - 50
A B C
menghalagi fasad bangunan, terutama
pencahayaan
Papan informasi pertandaan (signage) berupa
nama bangunan dan nomor persil ditempatkan
pada dinding depan bangunan untuk
memudahkan pencarian alamat
Papan informasi berupa reklame komersial
dipasang pada tiang-tiang PJU yang sudah
disediakan dengan desain yang menyatu
dengan karakter kawasan
Penempatan rambu lalu lintas di sebelah kiri
menurut arah lalu lintas dan tidakmenghalangi
pergerakan pejalan kaki
PERLETAKAN STREET Setiap desain street furniture pada
FURNITURE kawasanharus mengikuti warna dan ornamen
yang bercirikan dan mencitrakan nuansa khas
local (Motif Salawuku)
Penempatan halte setiap jarak 300 m
Peletakan tempat sampah umum didesain
terlindung pada tiap jarak 50 m sebagai bagian
dari kelengkapan jalan dan tidak boleh
menggangu sirkulasi pejalan kaki dengan
menciterakan nuansa local (Motif Salawuku)
Bak bunga berisikan tanaman perdu dapat
disediakan sebagai pengganti pagar yang
ditempatkan pada GSP
Penempatan bangku duduk didesain menyatu
dengan penempatan titik-titik hijau
Lampu Penerangan Jalan Umum ditempatkan
pada sisi jalur pejalan kaki pada jarak
maksimum 0 meter, dan ditempatkan secara
terpadu dengan lampu penerangan pejalan kaki
pada jarak 15 meter
Pada desain street furniture disediakan space
untuk sponsor sebagai media promosi
Hal - 51
2.2 PANDUAN PERANCANGAN PERDAGANGAN DAN JASA KORIDOR JL. LEO WATTIMENA
ATURAN WAJIB
Aturan Anjuran Tata Bangunan
Aturan Anjuran Tata Lingkungan
Aturan Anjuran Tata Visual
RUMAJA Ruang Manfaat Jalan
RUMIJA Ruang Milik Jalan Jalan
RUWASJA Ruang Pengawasan Jalan
Hal - 52
A B C
PENGOLAHAN FASAD • Pengolahan fasad kombinasi elemen transparan
BANGUNAN dengan elemen masif seperti dinding dan kolom
• Elemen transparan minimal 50-60% berupa berupa
jendela yang difungsikan sebagai pencahayaan
alami
• Untuk Perdagangan dan Jasa elemen transparan
minimal 60-75% berupa berupa jendela kaca
• Pemilihan warna tone soft / lembut selaras dengan
lingkungan
BAHAN ATAP BANGUNAN Penggunaan material atap menggunakan genteng
dan tidak diperkenankan penggunaan material atap
seng dan asbes
Penggunaanlisplank kayu sebagai pembentuk
karakter kawasan
Penggunaan material lainnya diupayakan yang
ramah lingkungan, tidak rentan terhadap bencana,
serta mudah dalam perawatan dan pembersihan
SIRKULASI KENDARAAN Jalur perkerasan jalan 15 M. dengan 4(empat) lajur,
masing-masing lajur memiliki lebar 3.5 M, dan jenis
perkerasan aspal hotmix
Ruwasja Min.34 M.
Rumija 24 M.
Rumaja 15 M.
Pada area persimpangan disediakan zona tertentu
(Ruang Henti Khusus sepeda motor dan zona
selamat area persimpangan)
Pada area sekolah disediakan zona selamat
penyeberangan dengan warna dan tanda tertentu)
SIRKULASI PEJALAN KAKI Fasilitas pejalan kaki berupa jalur pejalan kaki
dengan lebar 2.2M.
Jalur pejalan kaki memiliki batas yang jelas berupa
kanstein atau batas penghalang dengan level
ketinggian maks 17 cm dari permukaan aspal
Perkerasan jalur pejalan kaki menggunakan material
tegel 30x30 dan dikombinasikan dengan ubin tekstur
pemandu untuk kebutuhan kaum difabel
Penggunaan ramp untuk kontinuitas pergerakan
sehingga nyaman bagi siapapun termasuk manula
dan difabel
Perletakan ramp adalah pada jalan masuk menuju
bangunan dan pada area penyebrangan (zebra
cross) dengan kemiringan maksimal 17%
PARKIR Parkir wajib disediakan di dalam persil (off-street
parking), pada bagian depan bangunan.
Penggunaan material grass block atau paving block
pada area parkir yang disediakan
Parkir sepeda disediakan berdekatan dengan halte
RTH disediakan pada median jalan dengan lebar 1
M, dan pada kedua sisi jalan masing-masing lebar
80 Cm
Hal - 53
A B C
Jenis vegetasi untuk RTH pada koridor jalan berupa
pohon peneduh dan pengarah, dipilih vegetasi yang
cukup rindang namun tidak menutupi fasad
bangunan, dapat berupa Pohon Palem Botol
Jarak tanam vegetasi pada koridor jalan adalah
setiap 10 m
Tanaman penghias atau tanaman sisipan dengan
model pot bunga dapat disediakan menyatu dengan
elemen pelengkap jalan lainnya, seperti tempat
sampah dan PJU
Penggunaan material berongga untuk elemen keras
(hard space) ruang terbuka pada persil
RUANG TERBUKA & TATA Tidak diperkenankan menggunakan pagar
HIJAU (perdagangan dan jasa)
Diperkenankan menggunakan pagar (Hunian), tetapi
dengan ketinggian maks 1M, dan tidak masif
Tinggi pembatas pekarangan samping dan belakang
untuk bangunan renggang maksimal 3 m di atas
permukaan tanah pekarangan
UTILITAS BANGUNAN DAN Jaringan air bersih diletakkan di dalam ducting
LINGKUNGAN bersama dengan jaringan utilitas lainnya
Setiap bangunan harus memiliki septictank dan
peresapan untuk pengolahan limbah
Setiap pekarangan harus dilengkapi saluran
pembuangan air hujan yang cukup besar dan
mempunyai kemiringan yang cukup
Saluran drainase/selokan 1.5X1.5 M
Saluran penangkap air ditempatkan pada kedua sisi
badan jalan dan ditutup dengan grill 30 cm
Saluran penghubung antara saluran
drainase/selokan dengan saluran penangkap air
disediakan pada setiap jarak 10 meter
Jaringan telepon dan segala macam jaringan kabel
seperti fiber optic telepon seluler diletakkan di dalam
ducting
Jaringan listrik diletakkan di udara dengan
ketinggian sesuai standarisasi PLN
Penyediaan tempat sampah umum harus tertutup
dan memisahkan sampah organik dan anorganik
dalam suatu wadah yang didesain dengan baik
(sesuai standar Dinas PU) dan ornamen yang
bercirikan dan mencitrakan nuansa khas local (Motif
Salawuku)
Penyediaan pipa-pipa hydrant ditempatkan setiap
jarak 200 m pada sisi jalur pejalan kaki dan
terhubung dengan jaringan PDAM terkait pengaman
kebakaran
Setiap bangunan harus menyediakan Alat Pemadam
Api Ringan (APAR)/Hydrant Portable yang
ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan
Hal - 54
A B C
jelas, mudah dicapai dan diambil, serta dilengkapi
dengan pemberian tanda pemasangan
PERLETAKAN TATA Setiap desain papan informasi pertandaan (signage)
INFORMASI (SIGNAGE) pada kawasanharus mengikuti warna dan ornamen
yang bercirikan dan mencitrakan nuansa khas local
(Motif Salawuku)
Penempatan papan informasi pertandaan (signage)
pada bangunan tidak boleh menghalagi fasad
bangunan, terutama pencahayaan
Papan informasi pertandaan (signage) berupa nama
bangunan dan nomor persil ditempatkan pada
dinding depan bangunan untuk memudahkan
pencarian alamat
Papan informasi berupa reklame komersial dipasang
pada tiang-tiang PJU yang sudah disediakan
dengan desain yang menyatu dengan karakter
kawasan
Penempatan rambu lalu lintas di sebelah kiri
menurut arah lalu lintas dan tidakmenghalangi
pergerakan pejalan kaki
PERLETAKAN STREET Setiap desain street furniture pada kawasanharus
FURNITURE mengikuti warna dan ornamen yang bercirikan dan
mencitrakan nuansa khas local (Motif Salawuku)
Penempatan halte setiap jarak 300 m
Peletakan tempat sampah umum didesain terlindung
pada tiap jarak 50 m sebagai bagian dari
kelengkapan jalan dan tidak boleh menggangu
sirkulasi pejalan kaki dengan menciterakan nuansa
local (Motif Salawuku)
Bak bunga berisikan tanaman perdu dapat
disediakan sebagai pengganti pagar yang
ditempatkan pada GSP
Penempatan bangku duduk didesain menyatu
dengan penempatan titik-titik hijau
Lampu Penerangan Jalan Umum ditempatkan pada
sisi jalur pejalan kaki pada jarak maksimum 0 meter,
dan ditempatkan secara terpadu dengan lampu
penerangan pejalan kaki pada jarak 15 meter
Pada desain street furniture disediakan space untuk
sponsor sebagai media promosi
Hal - 55
2.3 PANDUAN PERANCANGAN SEMPADAN PANTAI
ATURAN WAJIB
Aturan Anjuran Tata Bangunan
Aturan Anjuran Tata Lingkungan
Aturan Anjuran Tata Visual
RUMAJA Ruang Manfaat Jalan
RUMIJA Ruang Milik Jalan Jalan
RUWASJA Ruang Pengawasan Jalan
Hal - 56
A B C
ORIENTASI BANGUNAN Bangunan berorientasi tegak lurus menghadap ke
Pantai
PENGOLAHAN FASAD Elemen transparanbangunan sempadan pantai
BANGUNAN minimal 60-75% berupa berupa jendela kaca
• Pemilihan warna tone soft / lembut selaras
dengan lingkungan
BAHAN ATAP BANGUNAN Penggunaan material atap menggunakan
genteng dan tidak diperkenankan penggunaan
material atap seng dan asbes
Penggunaanlisplank kayu sebagai pembentuk
karakter kawasan
Penggunaan material lainnya diupayakan yang
ramah lingkungan, tidak rentan terhadap
bencana, serta mudah dalam perawatan dan
pembersihan
SIRKULASI PEJALAN KAKI Jalur perkerasan jalan / Pedestrian3 M (Jalan
Inspeksi) yang merupakan batas buffer fisik
permukiman sempadan pantai sekaligus
sebagai jalur emergency apabila terjadi bencana
Pada Jalan Inspeksi, setiap 300 meter
disediakan anjungan dengan ruang terbuka
yang dapat berfungsi sebagai safety zone dan
shelter yang dilengkapi dengan gazebo, tenda
payung pantai
PARKIR Parkir wajib disediakan di dalam persil (off-street
parking), pada bagian depan bangunan.
Penggunaan material grass block atau paving
block pada area parkir yang disediakan
Parkir sepeda disediakan berdekatan dengan
halte
Tanaman penghias atau tanaman sisipan
dengan model pot bunga dapat disediakan
menyatu dengan elemen pelengkap jalan
lainnya, seperti tempat sampah dan PJU
RUANG TERBUKA & TATA HIJAU Jenis vegetasi untuk RTH sempadan
pantaiberupa pohon yang kuat dan mampu
menahan ombak sehingga dapat mengurangi
bencana abrasi, dapat berupa Pohon Mangrove
atau Bakau
Jarak tanam pohon mangroverapat 5 Meter
Diperkenankan menggunakan pagar (Hunian),
tetapi dengan ketinggian maks 1M, dan tidak
masif disarankan menggunakan pagar kayu atau
bambu
Tinggi pembatas pekarangan samping dan
belakang untuk bangunan renggang maksimal 1
m di atas permukaan tanah pekarangan
Penggunaan material berongga untuk elemen
keras (hard space) ruang terbuka pada persil
Hal - 57
A B C
UTILITAS BANGUNAN DAN Jaringan air bersih diletakkan di dalam ducting
LINGKUNGAN bersama dengan jaringan utilitas lainnya
Setiap bangunan harus memiliki septictank dan
peresapan untuk pengolahan limbah
Setiap pekarangan harus dilengkapi saluran
pembuangan air hujan yang cukup besar dan
mempunyai kemiringan yang cukup
Saluran drainase/selokan 0.5X0.5 M
Jaringan telepon dan segala macam jaringan
kabel seperti fiber optic telepon seluler
diletakkan di dalam ducting
Jaringan listrik diletakkan di udara dengan
ketinggian sesuai standarisasi PLN
Penyediaan tempat sampah umum harus
tertutup dan memisahkan sampah organik dan
anorganik dalam suatu wadah yang didesain
dengan baik (sesuai standar Dinas PU) dan
ornamen yang bercirikan dan mencitrakan
nuansa khas local (Motif Salawuku)
Penyediaan pipa-pipa hydrant ditempatkan
setiap jarak 200 m pada sisi jalur pejalan kaki
dan terhubung dengan jaringan PDAM terkait
pengaman kebakaran
Setiap bangunan harus menyediakan Alat
Pemadam Api Ringan (APAR)/Hydrant Portable
yang ditempatkan pada posisi yang mudah
dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil,
serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan
PERLETAKAN TATA INFORMASI Setiap desain papan informasi pertandaan
(SIGNAGE) (signage) pada kawasanharus mengikuti warna
dan ornamen yang bercirikan dan mencitrakan
nuansa khas local (Motif Salawuku)
Penempatan papan informasi pertandaan
(signage) pada bangunan tidak boleh
menghalagi fasad bangunan, terutama
pencahayaan
Papan informasi pertandaan (signage) berupa
nama bangunan dan nomor persil ditempatkan
pada dinding depan bangunan untuk
memudahkan pencarian alamat
Papan informasi berupa reklame komersial
dipasang pada tiang-tiang PJU yang sudah
disediakan dengan desain yang menyatu
dengan karakter kawasan
Penempatan rambu lalu lintas di sebelah kiri
menurut arah lalu lintas dan tidakmenghalangi
pergerakan pejalan kaki
Hal - 58
A B C
PERLETAKAN STREET Setiap desain street furniture pada
FURNITURE kawasanharus mengikuti warna dan ornamen
yang bercirikan dan mencitrakan nuansa khas
local (Motif Salawuku)
Penempatan halte setiap jarak 300 m
Peletakan tempat sampah umum didesain
terlindung pada tiap jarak 50 m sebagai bagian
dari kelengkapan jalan dan tidak boleh
menggangu sirkulasi pejalan kaki dengan
menciterakan nuansa local (Motif Salawuku)
Bak bunga berisikan tanaman perdu dapat
disediakan sebagai pengganti pagar yang
ditempatkan pada GSP
Penempatan bangku duduk didesain menyatu
dengan penempatan titik-titik hijau
Lampu Penerangan Jalan Umum ditempatkan
pada sisi jalur pejalan kaki pada jarak
maksimum 0 meter, dan ditempatkan secara
terpadu dengan lampu penerangan pejalan kaki
pada jarak 15 meter
Pada desain street furniture disediakan space
untuk sponsor sebagai media promosi
ATURAN WAJIB
Aturan Anjuran Tata Bangunan
Aturan Anjuran Tata Lingkungan
Aturan Anjuran Tata Visual
RUMAJA Ruang Manfaat Jalan
RUMIJA Ruang Milik Jalan Jalan
RUWASJA Ruang Pengawasan Jalan
BLOK 5 (PERMUKIMAN)
A B C
PERUNTUKAN LAHAN MAKRO Permukiman
PERUNTUKAN LAHAN MIKRO Lantai 1 Hunian
Lantai 2 :Permukiman
KOEFISIEN DASAR BANGUNAN 60% (Perdagangan & Jasa)
(KDB)
KOEFISIEN LANTAI BANGUNAN Maks. 2.1
(KLB)
KOEFISIEN DASAR HIJAU (KDH) Min. 30%
KETINGGIAN BANGUNAN 2 Lantai
MAKSIMAL
GARIS SEMPADAN BANGUNAN Min. 5 Meter
(GSB)
PERPETAKAN LAHAN • Luas kapling/persil tipe kecil 120 - 160M2
• Luas kapling/persil tipe sedang 161 - 200M2
• Luas kapling/persil tipe besar > 201M2
Hal - 59
A B C
JARAK BEBAS BANGUNAN • Jarak bebas samping bangunan renggang
minimum 2 M.
• Jarak bebas samping bangunan rapat adalah 0
M.
• Jarak bebas belakang bangunan minimum10%
dari panjang pekarangan belakang
• Jarak bebas bangunan deret lebih dari 60 M.
dengan blok bangunan berikutnya yang
berfungsi sebagai jalur darurat/rencana jalan
BENTUK DAN TATA MASA Bangunan boleh ditambah/diperluas ke arah
BANGUNAN horizontal dan vertikal hingga mencapai KDB
dan KLB yang dipersyaratkan
Setback bangunan minimum 1 m dari GSB
Ketinggian lantai bangunan 3 – 3.5meter
Penggunaan atap gabungan antara pelana
dengan perisai
Tata bangunan persimpangan dirancang dengan
konsep bangunan sudut (hook) akses dan view
diarahkan lebih dari 1.
ORIENTASI BANGUNAN Bangunan berorientasi tegak lurus menghadap
jalan
PENGOLAHAN FASAD • Pengolahan fasad kombinasi elemen transparan
BANGUNAN dengan elemen masif seperti dinding dan kolom
• Elemen transparan minimal 50-60% berupa
berupa jendela yang difungsikan sebagai
pencahayaan alami
• Pemilihan warna tone soft / lembut selaras
dengan lingkungan
BAHAN ATAP BANGUNAN Penggunaan material atap menggunakan
genteng dan tidak diperkenankan penggunaan
material atap seng dan asbes
Penggunaanlisplank kayu sebagai pembentuk
karakter kawasan
Penggunaan material lainnya diupayakan yang
ramah lingkungan, tidak rentan terhadap
bencana, serta mudah dalam perawatan dan
pembersihan
SIRKULASI PEJALAN KAKI Jalur perkerasan jalan / Pedestrain 4.8 M. lajur,
jenis perkerasan Beton Bertulang
PARKIR Parkir wajib disediakan di dalam persil (off-street
parking), pada bagian depan bangunan.
Penggunaan material grass block atau paving
block pada area parkir yang disediakan
Parkir sepeda disediakan berdekatan dengan
halte
RUANG TERBUKA & TATA HIJAU Diperkenankan menggunakan pagar, tetapi
dengan ketinggian maks 1M, dan tidak masif
Tinggi pembatas pekarangan samping dan
belakang untuk bangunan renggang maksimal 3
m di atas permukaan tanah pekarangan
Hal - 60
A B C
RTH disediakan dari masing-masing rumah
harus menyediakan 2 pohon peneduh atau tidak
menebang pohon eksisting (yang ada)
Jenis vegetasi untuk RTH pada koridor jalan
berupa pohon peneduh dan pengarah, dipilih
vegetasi yang cukup rindang namun tidak
menutupi fasad bangunan, dapat berupa Pohon
Palem Botol.
Jarak tanam vegetasi pada koridor jalan adalah
setiap 10 m
Tanaman penghias atau tanaman sisipan
dengan model pot bunga dapat disediakan
menyatu dengan elemen pelengkap jalan
lainnya, seperti tempat sampah dan PJU
UTILITAS BANGUNAN DAN Jaringan air bersih diletakkan di dalam ducting
LINGKUNGAN bersama dengan jaringan utilitas lainnya
Setiap bangunan harus memiliki septictank dan
peresapan untuk pengolahan limbah
Setiap pekarangan harus dilengkapi saluran
pembuangan air hujan yang cukup besar dan
mempunyai kemiringan yang cukup
Saluran drainase/selokan 0.6X0.6 M
Jaringan telepon dan segala macam jaringan
kabel seperti fiber optic telepon seluler
diletakkan di dalam ducting
Jaringan listrik diletakkan di udara dengan
ketinggian sesuai standarisasi PLN
Penyediaan tempat sampah umum harus
tertutup dan memisahkan sampah organik dan
anorganik dalam suatu wadah yang didesain
dengan baik (sesuai standar Dinas PU) dan
ornamen yang bercirikan dan mencitrakan
nuansa khas local (Motif Salawuku)
Penyediaan pipa-pipa hydrant ditempatkan
setiap jarak 200 m pada sisi jalur pejalan kaki
dan terhubung dengan jaringan PDAM terkait
pengaman kebakaran
Setiap bangunan harus menyediakan Alat
Pemadam Api Ringan (APAR)/Hydrant Portable
yang ditempatkan pada posisi yang mudah
dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil,
serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan
PERLETAKAN TATA INFORMASI Setiap desain papan informasi pertandaan
(SIGNAGE) (signage) pada kawasanharus mengikuti warna
dan ornamen yang bercirikan dan mencitrakan
nuansa khas local (Motif Salawuku)
Penempatan papan informasi pertandaan
(signage) pada bangunan tidak boleh
menghalagi fasad bangunan, terutama
Hal - 61
A B C
pencahayaan
Papan informasi pertandaan (signage) berupa
nama bangunan dan nomor persil ditempatkan
pada dinding depan bangunan untuk
memudahkan pencarian alamat
Papan informasi berupa reklame komersial
dipasang pada tiang-tiang PJU yang sudah
disediakan dengan desain yang menyatu
dengan karakter kawasan
Penempatan rambu lalu lintas di sebelah kiri
menurut arah lalu lintas dan tidakmenghalangi
pergerakan pejalan kaki
PERLETAKAN STREET Setiap desain street furniture pada
FURNITURE kawasanharus mengikuti warna dan ornamen
yang bercirikan dan mencitrakan nuansa khas
local (Motif Salawuku)
Penempatan halte setiap jarak 300 m
Peletakan tempat sampah umum didesain
terlindung pada tiap jarak 50 m sebagai bagian
dari kelengkapan jalan dan tidak boleh
menggangu sirkulasi pejalan kaki dengan
menciterakan nuansa local (Motif Salawuku)
Bak bunga berisikan tanaman perdu dapat
disediakan sebagai pengganti pagar yang
ditempatkan pada GSP
Penempatan bangku duduk didesain menyatu
dengan penempatan titik-titik hijau
Lampu Penerangan Jalan Umum ditempatkan
pada sisi jalur pejalan kaki pada jarak
maksimum 0 meter, dan ditempatkan secara
terpadu dengan lampu penerangan pejalan kaki
pada jarak 15 meter
Pada desain street furniture disediakan space
untuk sponsor sebagai media promosi
Hal - 62
2.5 PANDUAN PERANCANGAN RTH KAWASAN
ATURAN WAJIB
Aturan Anjuran Tata Bangunan
Aturan Anjuran Tata Lingkungan
Aturan Anjuran Tata Visual
RUMAJA Ruang Manfaat Jalan
RUMIJA Ruang Milik Jalan Jalan
RUWASJA Ruang Pengawasan Jalan
Hal - 63
A B C
Penggunaanlisplank kayu sebagai pembentuk
karakter kawasan
Penggunaan material lainnya diupayakan yang
ramah lingkungan, tidak rentan terhadap
bencana, serta mudah dalam perawatan dan
pembersihan
SIRKULASI KENDARAAN Tidak ada sirkulasi bagi kendaraan di dalam
area ruang terbuka
Fasilitas pejalan kaki berupa jalur pejalan kaki
dengan lebar 1.8 m disediakan di sekeliling
ruang terbuka
Perkerasan jalur pejalan kaki menggunakan
material ubin PC dan dikombinasikan dengan
ubin teksturpemandu untuk kebutuhan kaum
difabel
SIRKULASI PEJALAN KAKI Penggunaan material batu koral sikat untuk jalur
pedestrian yang sekaligus didesain sebagai jalur
refleksi
Perletakan ramp adalah pada jalan masuk
menuju area dalam ruang terbuka dengan
kemiringan maksimal 17%
Penggunaan ramp untuk kontinuitas pergerakan
sehingga nyaman bagi siapapun termasuk
manula dan difabel
PARKIR Parkir disediakan di dalam area RTH (off-street
parking).
Penggunaan material grass block atau paving
block pada area parkir yang disediakan
Parkir sepeda disediakan berdekatan dengan
halte
RUANG TERBUKA & TATA HIJAU Jarak tanam vegetasi pada RTH adalah setiap
10 m
Penggunaan jenis vegetasi lokal dan beragam
namun beradaptasi tinggi, yaitu berupa pohon
tahunan atau musiman, tanaman bunga, semak,
perdu, serta penutup tanah
Penggunaan material grass block dan paving
block untuk elemen keras (hard space), seperti
plaza dan area senam
Tanaman penghias atau tanaman sisipan
dengan model pot bunga dapat disediakan
menyatu dengan elemen pelengkap jalan
lainnya, seperti tempat sampah dan PJU
Tidak diperkenankan jenis vegetasi yang
beracun, berduri, berdahan mudah patah, dan
perakaran yang tidak kuat
Pembatas hanya dimungkinkan sebagai bagian
dari desain untuk menciptakan ruang-ruang di
dalam ruangterbuka dan harus berupa pagar
tanaman dengan ketinggian 60 cm
Hal - 64
A B C
UTILITAS BANGUNAN DAN Jaringan air bersih diletakkan di dalam ducting
LINGKUNGAN bersama dengan jaringan utilitas lainnya
Bangunan Pendukung memiliki septictank dan
peresapan untuk pengolahan limbah
RTH harus dilengkapi saluran pembuangan air
hujan yang cukup besar dan mempunyai
kemiringan yang cukup
Jaringan telepon dan segala macam jaringan
kabel seperti fiber optic telepon seluler
diletakkan di dalam ducting
Jaringan listrik diletakkan di udara dengan
ketinggian sesuai standarisasi PLN
Penyediaan tempat sampah umum harus
tertutup dan memisahkan sampah organik dan
anorganik dalam suatu wadah yang didesain
dengan baik (sesuai standar Dinas PU) dan
ornamen yang bercirikan dan mencitrakan
nuansa khas local (Motif Salawuku)
Penyediaan pipa-pipa hydrant ditempatkan
setiap jarak 200 m pada sisi jalur pejalan kaki
dan terhubung dengan jaringan PDAM terkait
pengaman kebakaran
PERLETAKAN TATA INFORMASI Setiap desain papan informasi pertandaan
(SIGNAGE) (signage) pada kawasanharus mengikuti warna
dan ornamen yang bercirikan dan mencitrakan
nuansa khas local (Motif Salawuku)
Papan informasi berupa reklame komersial
dipasang pada tiang-tiang PJU yang sudah
disediakan dengan desain yang menyatu
dengan karakter kawasan
PERLETAKAN STREET Setiap desain street furniture pada
FURNITURE kawasanharus mengikuti warna dan ornamen
yang bercirikan dan mencitrakan nuansa khas
local (Motif Salawuku)
Penempatan halte setiap jarak 300 m
Peletakan tempat sampah umum didesain
terlindung pada tiap jarak 30 m sebagai bagian
dari kelengkapan jalan dan tidak boleh
menggangu sirkulasi pejalan kaki dengan
menciterakan nuansa local (Motif Salawuku)
Penempatan bangku duduk didesain menyatu
dengan penempatan titik-titik hijau
Lampu Penerangan Jalan Umum ditempatkan
pada sisi jalur pejalan kaki pada jarak
maksimum 0 meter, dan ditempatkan secara
terpadu dengan lampu penerangan pejalan kaki
pada jarak 15 meter
Pada desain street furniture disediakan space
untuk sponsor sebagai media promosi
Hal - 65
7.7 Arahan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman
(RP2KP)
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman merupakan suatu dokumen
strategi operasional dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang sinergi
dengan arah pengembangan kota, sehingga dapat menjadi acuan yang jelas bagi penerapan
program-program pembangunan infrastruktur Cipta Karya. RP2KP memuat arahan kebijakan dan
strategi pembangunan infrastruktur permukiman makro pada skala kabupaten/kota yang berbasis
pada rencana tata ruang (RTRW) dan rencana pembangunan (RPJMD). RP2KP memiliki beberapa
fungsi, yaitu:
a. sebagai acuan bagi implementasi program-program pembangunan permukiman dan infrastruktur
perkotaan, sehingga dapat terintegrasi dengan program-program pembangunan lainnya yang
telah ada;
b. Sebagai dokumen induk dari semua dokumen perencanaan program sektoral bidang Cipta
Karya di daerah;
c. Sebagai salah satu acuan bagi penyusunan RPI2-JM;
d. Sebagai sarana untuk integrasi semua kebijakan, strategi, rencana pembangunan dan
pengembangan kawasan permukiman yang tertuang di berbagai dokumen; dan
e. Sebagai dokumen acuan bagi penyusunan kebijakan yang terkait dengan pembangunan
permukiman dan infrastruktur perkotaan
Hal - 66
penduduk. Pengembangan atau penataan lingkungan permukiman tersebut dilakukan untuk
memperbaiki kondisi fisik, lingkungan, sosial, ekonomi dan estetika kota, sehingga wilayah pesisir
Kota Ambon tersebut tidak hanya menjadi kawasan pusat perdagangan tetapi juga dapat menjadi
kawasan wisata dan kawasan permukiman penduduk yang sehat dan layak huni. Kemudian pada
wilayah pusat kota, konsep, pengembangan permukiman yang dilakukan adalah dengan melakukan
penataan permukiman dan revitalisasi infrastruktur permukiman terutama pada wilayah khusus dan
penting seperti kompleks pernerintahan, perkantoran dan perdagangan serta layah permukiman
bantaran sungai.
Hal - 67
Program Rencana Revitalisapi Permukiman Pada Kawasan Perdagangan
Pada kawasan perdagangan seperti pada wilayah, pesisir, banyak terdapat rumah tinggal
yang bercampur dengan fungsi perdagangan (toko). Kondisi bangunan rumah toko
tersebut sebagian besar sudah tua dan kurang terawatt. Apabila kondisi kawasan
perdagangan ini tidak diperhatikan, maka bangunan yang ada tidak akan lagi menunjang
aktivitas perdagangan yang ada serta akan mengganggu kondisi estetika lingkungan Kota
Ambon. Diperlukan regulasi dan rencana penataan yang sesuai sehingga pada kawasan
perdagangan tersebut menjadi kawasan ekonorTv vital soft layak huni.
Program Penertiban Ungkungan Permukiman Selmiang Bantaran Sungai dan Kawasan
Pesisir
Pada saat ini di Kawasan Pusat Kota banyak terdapat lingkungan kumuh dan padat
penduduk terutama berada di sepanjang bantaran sungai dan wilayah pesisir pantai.
Kondisi permukiman tersebut cukup buruk sehingga diperkkakan menurunkan kualitas
lingkungan hidup dan memperburuk estetika lingkungan kota. Program penertiban
permuMman kumuh dan padat penduduk ini perlu dilaksanakan sebagai salah satu upaya
untuk menunjang konsep waterfront city, yaitu menciptakan kawasan pesisir yang indah,
bersih, sejahtera dan teratur sehingga mampu memberikan manfaat bagi perkembangan
kota secara, umum. Program penertiban ini juga dilakukan karena pada lingkungan
permukiman yang ads di Kota Ambon sebagian terdiri dart bangunan atau perumahan
yang berstatus ilegal. Program penertiban ini dapat dilaksanakan dilakukan dengan
memberikan insentif kepada pemilik atau penghuni bangunan atau rumah pada kawasan
bantaran sungai dan sungai yang mau berpindah dari kawasan permukiman tersebut.
Insentif yang diberikan dapat berupa pemberian prioritas bantuan atau fasilitasi sewa
pada rusunawa yang direncanakan akan dibangun serta keringanan pajak pada lokasi
permukiman penduduk yang baru, sehingga penduduk tidak lagi membangun rumah atau
bangunan pada bantaran sungai dan pesisir pantai.
B. Air Bersih
Program yang dapat dilakukan dalam upaya penanganan permasalahan bidang air bersih dan
air minum di Kawasan Pusat Kota, yaitu:
Program Penyediaan Sarana Air Bersih Komunal
Program pengembangan atau penyediaan sarana air bersih komunal ini ditujukan pada
daerah atau lingkungan permukiman yang kumuh dan padat penduduk dimana
lingkungan tersebut notabene juga dihuni oleh penduduk berpenghasilan rendah.
Program penyediaan sarana air bersih komunal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
air bersih penduduk. Dengan tersedianya air yang bersih berkualitas make kondisi
kesehatan penduduk secara umum diharapkan meningkat serta biaya hidup dalam satu
keluarga juga dapat ditekan.
Salah satu bentuk pelaksanaan program penyediaan sarana air bersih komunal ini adalah
penyediaan kran umum dan tendon umum ataupun sumur artesis yang dimanfaatkan oleh
beberapa keluarga dalam satu lingkungan permukiman. Pelaksanaan program ini juga
diawali dengan pelaksanaan uji kualitas dan potensi air tanah yang akan digunakan
terutama, di wilayah pesisir, karena pada sebagian lingkungan permukiman penduduk
tersebut kualitas airnya mulai menurun. Penyediaan sarana air bersih komunal dapat
diletakkan pada lokasi yang mudah dicapai penduduk dan memilki ruang yang cukup
untuk tempat berkumpuinya penduduk dalam jumlah yang besar.
Hal - 68
Program Pengembangan dan Revitalisasi Janngan Air Bersih
Program pengembangan dan revitalisasi jaringan air bersih ditujukan pada penyediaan
kebututm air bersih bagi penduduk pada setiap lingkungan permukiman yang ada di
kawasan pusat kola ini. Program pengembangan jaringan dilakukan pada, wilayah-
wilayah yang belum terlayani jaringan perpipaan air bersih, sementara program
revitalisasi jaringan air bersih ini ditujukan pada lingkungan permukiman yang
memerlukan peningkatan kondisi atau perbaikan jaringan air bersih akibat kerusakan atau
kurang berfungsinya jaringan air bersih. Sampai saat ini, salah satu permasalahan yang
terjadi pada sistem pelayanan jaringan perpipaan air bersih saat ini adalah kontinuitas
suplai air bersih kepada penduduk. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan juga oleh
pemerintah daerah dan PDAM, terkait program peningkatan pelayanan air bersih
terutama pada jam-jam penggunaan puncak sehingga penduduk tidak lagi kesulitan
memperoleh air bersih.
C. Drainase
Program yang dapat dilakukan dalam upaya penanganan permasalahan bidang drainase di
Kawasan Pusat Kota, yaitu:
Program Pengembangan dan Revitalisasi Saluran Drainase Permukiman
Program pengembangan dan revitalisasi saluran drainase permukiman ditujukan pada
penyediaan dan perbaikan saluran drainase pada lingkungan permukiman penduduk di
kawasan pusat kota. Penyediaan saluran drainase dilakukan pada lingkungan
permukiman penduduk yang belum dilengkapi dengan saluran sehingga limpasan air
hujan dan air limbah tidak menggenang pada badan jalan dan akhirnya dapat merusak
perkerasan jalan. Pada lingkungan permukiman yang kumuh dan padat penduduk, tipe
saluran drainase yang dapat disediakan adalah saluran semi tertutup dimana saluran
terbuka digunakan pada saluran di lingkungan rumah sementara untuk saluran yang
menghubungkan dengan sungai atau saluran primer dibangun dengan tipe tertutup.
Kemudian program kegiatan revitalisasi saluran drainase dilakukan pada saluran-saluran
yang mengalami kerusakan atau tidak berfungsi secara maksimal. Hal tersebut
disebabkan banyak saluran draiase yang banyak tersumbat sampah, tanaman ataupun
material padat (batu, tanah dan pasir), serta saluran drainase yang ada sudah tidak lagi
menampung limpasan air karena dimensi saluran lebih kecil dari pada volume limpasan
air.
D. Persampahan
Program yang dapat dilakukan dalam upaya penanganan permasalahan bidang persampahan
di Kawasan Pusat Kota, yaitu:
Program Penyediaan Sarana Persampahan
Program penyediaan sarana persampahan ini perlu. dilakukan mengingat kondisi saat ini
menunjukkan terdapat beberapa lingkungan permukiman penduduk di kawasan pusat
kota yang belum dilengkapi dengan sarana atau tempat pembuangan sampah yang
cukup memadai. Sehingga pada lingkungan permukiman tersebut, lokasi pengumpulan
sampah yang bersifat komunal berada di badan jalan ataupun trotoar. Meskipun pada
akhirnya timbunan sampah tersebut diangkut dan dibuang di lntalasi Pengolahan Sampah
Terpadu, namun kondisi timbunan sampah pada saat belum terangkut dapat
Hal - 69
menimbulkan bau sementara juga masih terdapat sampah yang tidak terangkut dan
berserakan di badan jalan.
Oleh karena itu, dalam pengembangan kedepan salah satu langkah dasar yang perlu
dilakukan untuk menyelesaikan masalah persampahan di Kawasan pusat kota ini adalah
program penyediaan sarana persampahan pada tap lingkungan permukiman. Upaya ini
dilakukan dalam bentuk penyediaan sarana persampahan berupa bak sampah, tong
sampan, keranjang sampah, kontainer sampah serta yang paling panting adalah tempat
pengumpulan sampah sementara (TPS) yang dilengkapi dengan bangunan permanen.
Program Sosialisasi Pemilahan Sampan Pada Tiap Rumah Tangga
Program sosialisasi pemilihan sampah berdasar jenis sampah pada tingkat rumah tangga
perlu dilakukan di kawasan permukiman pusat kota ini. Kondisi yang ada saat ini,
menunjukkan bahwa sampah yang dihasilkan oleh penduduk dalam proses
pengumpulannya masih menjadi satij sehingga pada saat proses pengolahan sampah di
IPST akan terjadi timbunan sampah yang tidak dapat digunakan dalam jumlah yang
sangat besar.
Dalam proses pemilahan sampah di tingkat rumah tangga, sampah dapat dipilah atas
sampah organik dan sampah anorganik. Proses pemilahan .sampah ini pada akhimya
berguna untuk mereduksi atau mengurangi volume timbulan sampah yang akan
disalurkan dimana sampah yang masih bisa dipakai kembali (reuse) tidak perlu dibuang
sementara sampah yang organik yang . umu,mnya tidak dapat dipakai kembali
dikumpulkan di tempat pembuangan sampah lingkungan atau komunal.
E. Sanitasi
Program yang dapat dilakukan dalam upaya penanganan pemiasalahan bidang sanitasi di
Kawasan Pusat Kota, yaitu:
Program Penyediaan Sarana Sanitasi Komunal
Program penyediaan sarana sanitasi komunal ini ditujukan terutama pada lingkungan
permukiman kumuh dan padat penduduk. Pada kawasan permukiman kumuh dan padat
penduduk tersebut, umumnya lingkungan perumahan tidak difengkapi dengan sarana dan
prasarana penunjang karena keterbatasan lahan dan juga kemampuan masyarakat untuk
menyediakan sarana dan prasarana lingkungan yang memadai juga tergolong rendah.
Salah satu prasarana permukiman yang tidak tersedia adalah sanitasi. Tidak tersedianya
fasilitas sanitasi mampu mempengaruhi kondisi lingkungan karena pencemaran
lingkungan diperkirakan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah
penduduk yang membuang air limbah secara langsung ke saluran lingkungan atau sungai
yang ada disekitarnya. Oleh karena itu, dalam program ini dilakukan penyediaan fasilitas
sanitasi komunal yang dapat dimanfaatkan oleh beberapa keluarga dalam satu
lingkungan. Fasilitas sanitasi komunal ini pada umumnya berupa WC umum atau kamar
mandi umum. Kegiatan penyediaan fasilitas sanitasi lingkungan atau komunal juga telah
dilakukan dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri.
Program Bantuan Penyediaan Sarana Sanitasi Rumah Tangga
Program bantuan penyediaan sarana sanitasi rumah tangga ini ditujukan pada lingkungan
permukiman kumuh dan padat penduduk yang ada di kawasan pusat kota, terutama bagi
rumah tangga yang memiliki penghasilan rendah dan belum memiliki fasilitas sanitasi
pribadi yang layak dan memadai. Program bantuan ini dapat diupayakan dalam bentuk
bantuan dans stimulus untuk pembangunan fisik ataupun bantuan kegiatan pembangunan
Hal - 70
fisik sarana sanitasi secara. langsung. Dengan adanya saran sanitasi yang memadai
pada tiap lingkungan rumah penduduk, diharapkan kualitas kesehatan lingkungan
terutama pada kawasan kumuh dan padat penduduk dapat meningkat.
F. Jalan
Program yang dapat dilakukan dalam upaya penanganan permasalahan bidang jaringan jalan
di Kawasan Pusat Kota, yaitu:
Program Revitalisasi Jaringan Lingkungan
Kondisi jaringan jalan terutama jalan lingkungan yang ada permukiman di Kawasan Pusat
Kota saat ini tergolong sudah cukup baik, meskipun pada beberapa lingkungan
permukiman terdapat jalan lingkungan yang hanya diperkeras dengan semen. Program
revitalisasi jaringan jalan ini ditujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi
jaringan jalan yang mengalami kerusakan ataupun perlu diperkeras dengan bahan
perkerasan yang lebih baik.
Hal - 71
di Kawasan Passo. Namun salah satu prioritas pembangunan yang perlu mendapat perhatian dan
dilaksanakan adalah penanggulangan potensi banjir rob pada wilayah pesisir Kawasan Passo.
Dengan kawasan permukiman yang didukung ketersediaan fasilitas permukiman dan infrastruktur
wilayah yang memadai, diharapkan penduduk mau bertempat tinggal atau bermukim di Kawasan
Passo sehingga beban wilayah pada kawasan pusat kota dapat dikurangi.
7.7.2.2 Rencana Program
Konsep pengembangan Kawasan Passo seagai salah satu kawasan permukiman prioritas Kota
Ambon adalah konsep pengembangan kota baru mandiri, yang dapat diwujudkan melalui beberapa
rencana program pembangunan. Rencana program ini juga didasarkan pada permasalahan kawasan
serta analisa kebutuhan kawasan.
A. Perumahan
Program Penyediaan Kasiba (Kawasan Siap Bangun) dan Lisiba (Lingkungan Siap
Bangun)
Kebijakan pengembangan Kawasan Passo dapat diindikasikan dengan salah satu
program yakni program penyediaan Kasiba (kawasan siap bangun) dan Lisiba
(lingkungan siap, bangun) pada lahan atau ruang kosong yang tersedia untuk kegiatan
pembangunan perumahan atau permukiman baru. Program ini juga dapat menjadi alat
untuk merencanakan lingkungan permukiman baru agar lebih terarah dan terpadu serta
sesuai dengan arah kebijakan pengembangan kota. Lokasi Kasiba (kawasan siap
bangun) yang akan ditetapkan mencakup lokasi yang belum terbangun yang mampu
menampung sekurang-kurangnya 3.000 (tiga ribu) unit bangunan atau apabila lokasi
Kasiba sudah ada permukimannya, maka integrasi antara pembangunan baru dan
permukiman yang sudah ada menampung sekurang-kurangnya 3.000 (tiga ribu) unit
bangunan. Penentuan lokasi Kasiba juga harus mempertimbangkan kondisi fisik wilayah
Passo, dimana sebagian wilayah Passo merupakan wilayah yang rawan banjir sehingga
perumahan atau permukiman yang akan direncanakan tidak mengalami permasalahan
yang sama yakni banjir.
Program Penyediaan/Pembangunan Kawasan Perumahan Bersubsidi bagi PNS, TNI dan
Polri
Program penyediaan atau pembangunan kawasan perumahan bersubsidi bagi PNS, TNI
dan Polri ini menjadi salah satu upaya untuk mengurangi beban aktivitas pengembangan
atau pembangunan kawasan permukiman baru di pusat kota Ambon. Pengembangan
kawasan perumahan bersubsidi pada. Kawasan Passo memiliki keuntungan karena
ketersediaan lahan yang masih cukup luas dan harga lahan yang ada pada umumnya
lebih rendah daripada lahan di kawasan pusat kota. Keberadaan kawasan perurnahan
baru ini diharapkan dapat menarik penduduk untuk tinggal. Meningkatnya penduduk yang
tinggal akan meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana penunjang sehingga pada
akhirnya akan mampu memacu kawasan perumahan lain yang sudah ada di Kawasan
Passo dan pertumbuhan dan perkembangan wilayah dapat meningkat.
Program Perbaikan Kondisi Perumahan
Program perbaikan kondisi perumahan penduduk ini ditujukan pada lingkungan
permukiman penduduk dengan kondisi rumah non permanen dan semi permanen.
Program tersebut perlu dilakukan karena sebagian rumah penduduk yang ada di
Kawasan Passo masih dalam keadaan yang buruk sehingga dapat berpengaruh terhadap
perkembangan fisik maupun psikologis penduduk. Program ini dapat dilaksanakan dalam
bentuk pemberian bantuan dana untuk stimuli kegiatan perbaikan kondisi rumah ataupun
dengan bentuk kelompok swadaya masyarakat yang dibantu pemerintah daerah dalam
Hal - 72
kegiatan perbaikan kondisi lingkungan perumahan penduduk miskin ataupun kurang
mampu.
B. Air Bersih
Program yang dapat dilakukan dalam upaya penanganan permasalahan bidang air bersih dan
air minum di Kawasan Passo, yaittu:
Program Penyediaan Jaringan Air Bersih Lokal
Program penyediaan jaringan air bersih lokal ditaksanakan dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan air bersih penduduk yang ada di Kawasan Passo. Kegiatan
penyediaan jaringan air bersih dilakukan pada lingkungan permukiman penduduk yang
belum memiliki sumber atau prasarana air bersih secara komunal, seperti kran umum
atau tandon umum. Penyediaan jaringan air bersih ini sendiri bersifat lokal dalam arti
bahwa penyediaan air bersih hanya disediakan secara terpisah pada tiap permukiman
yang didasarkan pada potensi kandungan air artesis yang di sekitar lingkungan
permukiman tersebut sehingga kapasitas suplai air bersih yang dibutuhkan .tidak terlalu
besar dan pengelolaannya dapat dilakukan secara swadaya oleh penduduk pada
lingkungan permukiman tersebut. Penyediaan jaringan air bersih lokal ini tidak terintegrasi
sistem jaringan air bersih Kota Ambon sehingga penyediaan sarana dan prasarana
penunjang sistem air bersihnya terpisah dengan sistem air bersih kota.
C. Drainase
Program yang dapat dilakukan dalam upaya penanganan permasalahan bidang drainase di
Kawasan Passo, yaitu:
Program Pengembangan Saluran Drainase Permukiman
Pada beberapa lingkungan permukiman yang ada di Kawasan Passo, kondisi saluran
drainase yang ada cukup buruk sehingga tidak dapat berfungsi secara, maksimal.
Kegiatan penyediaan saluran drainase dilakukan pada lingkungan permukiman yang
beium tersedia saluran sehingga limpasan air hujan dan air limbah rumah tangga tidak
menggenang di badan jalan dan tidak merusak perkerasan badan jalan. Kemudian untuk
kegiatan revitalisasi saluran drainase dilakukan pada saluran yang telah mengalami
kerusakan pada badan saluran ataupun badan saluran yang ada tersumbat sampah dan
material padat sehingga aliran air terhambat serta, saluran drainase yang ada sudah tidak
mampu lagi menampung limpasan air dalam volume yang besar. Kegiatan pembangunan
saluran drainase pada. Kawasan Passo ini juga harus memperhatikan kondisi topografi
wilayah yang tergolong cukup rendah sehingga saluran drainase yang direncanakan pada
akhirnya dapat menanggulangi permasalahan berupa banjir akibat limpasan air laut atau
banjir rob yang sering terjadi.
D. Persampahan
Program yang dapat dilakukan dalam upaya penanganan permasalahan bidang persampahan
di Kawasan Passo, yakni:
Program Sosialisasi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Program sosialisasi pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga perlu diiaksanakan juga
pada penduduk yang tinggal di Kawasan Passo ini. Kondisi di lapangan menunjukkan
bahwa sebagian wilayah Passo masih belum terlayani petugas kebersihan dan sarana
pengumpulan sampah komunal sehingga masih banyak timbunan sampah yang tidak
tertangani di lingkungan perumahan penduduk. Penduduk pada umumnya hanya
Hal - 73
membakar atau mengubur timbunan sampah yang ada. Hal tersebut lambat laun
diperkirakan dapat memberikan dampak yang buruk tehadap kondisi kualitas lingkungan
sekitarnya. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan usaha penduduk
dalam hal penanggulangan dan pengelolaan sampah secara. mandiri.
Beberapa upaya pengekgaan sampah yang dapat disosialisasikan kepada masyarakat,
meliputi pemilahan sampah yang dibedakan menjadi sampah organik dan sampah
anorganik, kemudian usaha pendaur ulangan sampah organik menjadi kompos
(composting) yang dimantaatkan untuk aktivitas pertanian, pemanfaatan sampah
anorganik menjadi kerajinan atau barangbarang yang dapat digunakan kembali,
penyediaan bak atau keranjang sampah secara swadaya di lingkungan permukiman
penduduk, pengumpulan sampah pada lokasi tertentu yang agak jauh dari lingkungan
permukiman sehingga sampah yang ada tidak ditimbun di beberapa tempat yang berbeda
namun dapat terkumpul pada satu lokasi dan dapat dibakar atau ditimbun.
E. Sanitasi
Program yang dapat dilakukan dalam upaya penanganan permasalahan bidang sanitasi di
Kawasan Passo, yaitu:
Program Penyediaan Sarana Sanitasi Komunal
Program pengembangan atau penyediaan sarana sanitasi komunal ini ditujukan untuk
melayani kebutuhan sanitasi (buangan air limbah) pada lingkungan permukiman yang
belum dilengkapi dengan fasilitas sanitasi yang memadai. Tidak tersedianya fasilitas
sanitasi mampu mempengaruhi kesehatan kondisi lingkungan karena volume limbah
buangan yang disalurkan ke sungai akan semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk. Pada Kawasan Passo tersedia lahan yang cukup untuk
kegiatan pembangunan fasilitas sanitasi komunal di lingkungan permukiman penduduk
sehingga fasilitas sanitasi komunal yang disediakan dapat dimanfaatkan oleh beberapa
keluarga dalam satu lingkungan. Fasilitas sanitasi komunal ini pada umumnya berupa WC
umum atau kamar mandi umum.
F. Jalan
Program yang dapat dilakukan dalam upaya penanganan permasalahan bidang jaringan jalan
di Kawasan Passo, yaitu:
Program Peningkatan Kondisi Jalan Lingkungan
Sebagian dari jaringan jalan yang ada di Kawasan Passo masih merupakan jalan tanah,
sementara hanya ruas-ruas jalan utama permukiman yang sudah diperkeras dan dalam
kondisi yang balk. Kondisi jalan lingkungan yang masih buruk tersebut juga membawa
dampak terhadap kondisi lingkungan permukiman yang ada di sekitamya, dimana pada
saat hujan air akan menggenang pada badan jalan sehingga menghambat aktivitas
pergerakan penduduk. Program peningkatan kondisi jaringan jalan ini ditujukan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kondisi perkerasan jalanjalan lingkungan yang
mengalami kerusakan ataupun masih berupa jalan tanah tersebut. Program
pembangunan jalan ini juga akan meningkatkan nilai aksesibilitas Kawasan Passo
sebagai wilayah pengembangan permukiman barn di Kota Ambon.
Hal - 74
7.8 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis
Kabupaten/Kota (RTBL KSK)
Dari RP2KP yang telah disusun kemudian diturunkan ke dalam suatu rencana operasional berupa
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (RTBL KSK),
dimana keduanya tetap mengacu pada strategi pengembangan kota yang sudah ada. RTBL KSK
merupakan rencana aksi program strategis untuk penanganan permasalahan permukiman dan
pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya pada kawasan prioritas di perkotaan. Dalam
konteks pengembangan kota, RTBL KSK merupakan rencana terpadu bidang permukiman dan
infrastuktur bidang Cipta Karya pada lingkup wilayah perencanaan berupa kawasan dengan
kedalaman rencana teknis yang dituangkan dalam peta 1:5000 atau 1:1000. RTBL KSK disamping
berfungsi sebagai alat operasionalisasi dalam penanganan kawasan permukiman prioritas juga
berfungsi sebagai masukan dalam penyusunan RPI2-JM. Oleh karena itu, dalam hal ini RPI2-JM
perlu mengutip matriks rencana aksi program serta peta pengembangan kawasan dalam RTBL
KSK yang didetailkan pada program tahunan.
Tabel 7.4 memaparkan Matriks Strategi Pembangunan Kawasan Prioritas Berdasarkan RTBL KSK,
sebagai masukan bagi penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya, khususnya dalam rangka analisis
pengembangan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK).
Tabel 7.4
Matriks Strategi Pembangunan Kawasan Prioritas Berdasarkan RTBL KSK
DOKUMEN DELINIASI STRATEGI
RENCANA KAWASAN PEMBANGUNAN INDIKASI
KAWASAN PRIORITAS KAWASAN PRIORITAS PROGRAM
RTBL KSK
- RTBL KSK
kawasan ...
- RTBL KSK
kawasan ...
- dst
Berdasarkan dokumen rencana yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat disusun matriks
strategi pembangunan pada skala kabupaten/kota yang meliputi:
a. RTRW Kabupaten/Kota sebagai acuan arahan spasial;
b. RI-SPAM sebagai arahan pengembangan air minum;
c. SSK sebagai arahan pengembangan sektor sanitasi;
d. RP2KP sebagai acuan arahan pengembangan permukiman;
e. Rencana lainnya.
Hal - 75
Tabel 7.5
MATRIKS IDENTIFIKASI RENCANA PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN/KOTA
STATUS (ADA/
PRODUK ARAHAN PROGRAM/
NO TIDAK) *) LOKASI SEKTOR
RENCANA PEMBANGUNAN KEGIATAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Kawasan Strategis -
Rencana Tata Kabupaten/Kota (KSK) -
Ruang Wilayah
1. Indikasi Program
Kabupaten/K ota AM/PLP/
(RTRW K) Bidang Cipta
Bangkim/PB L *)
Karya
Hal - 76