Anda di halaman 1dari 76

BAB VII

KETERPADUAN STRATEGI
PENGEMBANGAN KOTA AMBON
7.1 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

Berdasarkan amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,


kabupaten/kota wajib menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota yang
ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/kota. Dalam penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta
Karya, beberapa yang perlu diperhatikan dari RTRW Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:
(1). Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) yang didasari sudut kepentingan:
a. Pertahanan keamanan
b. Ekonomi
c. Lingkungan hidup
d. Sosial budaya
e. Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi
(2). Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:
a. Arahan pengembangan pola ruang:
 Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya
 Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan
RTH.
b. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan
prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, Rusunawa, maupun
Agropolitan.
(3). Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya yang harus
diperhatikan mencakup ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung,
kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana.
(4). Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya
untuk bidang Cipta Karya.

Dan berdasarkan Perda Nomer 24 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Ambon, bahwa Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) diperlukan sebagai dasar
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya. Pada pembangunan infrastruktur skala kawasan,
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya diarahkan pada lokasi KSK, dan diharapkan
keterpaduan pembangunan dapat terwujud. Tabel 7.1 memaparkan identifikasi arahan RTRW
Kabupaten/Kota untuk Bidang Cipta Karya, Tabel 7.2 memaparkan identifikasi Kawasan Strategis
Kabupaten/Kota (KSK), serta Tabel 7.3 memaparkan identifikasi indikasi program khusus untuk
Bidang Cipta Karya. Jika RTRW di kabupaten/kota belum disahkan, maka

Hal - 1
Tabel 7.1
Arahan RTRW Kabupaten/Kota untuk Bidang Cipta Karya

Hal - 2
Hal - 3
Hal - 4
Hal - 5
Tabel 7.2
Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) berdasarkan RTRW

Hal - 6
7.2 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) disusun berdasarkan Undang-Undang


No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam undang-undang
tersebut, RPJM Daerah dinyatakan sebagai penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah
yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat
arah kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program
Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan
disertai dengan rencana- rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang
bersifat indikatif.

Penyusunan RPI2-JM tentu perlu mengacu pada rencana pembangunan daerah yang tertuang
dalam RPJMD agar pembangunan sektor Cipta Karya dapat terpadu dengan pembangunan bidang
lainnya. Oleh karena itu, ringkasan dari RPJMD perlu dikutip dalam RPI2-JM CK seperti visi, misi,
serta arahan kebijakan bidang Cipta Karya di daerah
Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) setidaknya berisi:
 Kebijakan Pembangunan Daerah (berupa visi dan misi, strategi, arah kebijakan, program, serta
kebutuhan anggaran, khususnya untuk pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya)
 Kebijakan Keuangan Daerah (berupa strategi keuangan dan arah kebijakan keuangan)
 Indikator Kinerja (berupa indikator umum dan agenda prioritas)

7.3 Arahan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung

Penyusunan Perda Bangunan Gedung diamanatkan pada Peraturan Pemerintah No. 36 tahun
2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, yang
menyatakan bahwa pengaturan dilakukan oleh pemerintah daerah dengan penyusunan Peraturan
Daerah tentang Bangunan Gedung berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi dengan memperhatikan kondisi kabupaten/kota setempat serta penyebarluasan peraturan
perundang-undangan, pedoman, petunjuk, dan standar teknis bangunan gedung dan
operasionalisasinya di masyarakat.

Perda Bangunan Gedung mengatur tentang persyaratan administrasi dan teknis bangunan gedung.
Salah satunya mengatur persyaratan keandalan gedung, seperti keselamatan, kesehatan,
kenyamanan dan kemudahan. Persyaratan ini wajib dipenuhi untuk memberikan perlindungan rasa
aman bagi pengguna bangunan gedung dalam melakukan aktifitas di dalamnya dan sebagai
landasan operasionalisasi penyelenggaraan bangunan gedung di daerah. Utamanya untuk daerah
rawan bencana, Perda Bangunan Gedung sangat penting sebagai payung hukum di daerah dalam
menjamin keamanan dan keselamatan bagi pengguna. Ketersediaan Perda BG bagi kabupaten/kota
merupakan salah satu prasyarat dalam prioritas pembangunan bidang Cipta Karya di kabupaten/kota

Peraturan Daerah tentang


Bangunan Gedung setidaknya berisi:
 Ketentuan fungsi bangunan gedung
 Persyaratan bangunan gedung
 Penyelenggaraan bangunan gedung
 Peran masyarakat dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung

Hal - 7
7.4 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI- SPAM)
Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun 2007, Rencana Induk Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20 tahun) yang merupakan bagian
atau tahap awal dari perencanaan air minum jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan
berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa
tahapan dan memuat komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya. RI-SPAM dapat berupa
RI- SPAM dalam satu wilayah administrasi maupun lintas kabupaten/kota/provinsi. Penyusunan
rencana induk pengembangan SPAM memperhatikan aspek keterpaduan dengan prasarana dan
sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga unit pelayanan dalam rangka perlindungan dan
pelestarian air

Tabel 7.4.1 Rencana Pengembangan SPAM Kota Ambon


Desa/
No Kecamatan Eksisting Rencana
Kelurahan
1 NUSANIWE Desa Latuhalat Jumlah Penduduk 9177 jiwa Meningkatkan pelayanan air
Jumlah KK 1938 melalui peningkatan sambungan
Terdiri dari 32 RT dan 14 RW ke rumah-rumah warga
Sistem pelayanan air bersih di desa Meningkatkan debit ketersediaan
Latuhalat merupakan HiPAM dengan air sehingga jam layanan air
memanfaatkan Sumber Waimikar bersih bertambah
(broncapt) dan Air Tanah (pompa) Optimalisasi broncapt waimikar
Tingkat pelayanan air belum sepenuhnya Penambahan hidran untuk
melayani sambungan ke masing-masing beberapa RT yang belum/kurang
rumah, akan tetapi terlayani air (RT 401, 402)
menggunakan kran dan hidran umum.
Sambungan langsung diprioritaskan untuk
fasiitas-fasilitas umum seperti Kantor
Desa, Gereja, Puskesmas
dan Sekolah
Penggiliran air di masing-masing
reservoir/hidran/kran umum sebagai
upaya pemenuhan air bersih dengan
ketersediaan debit yang kecil
Desa Seilale Jumlah Penduduk 1302 Jiwa Peningkatan pelayanan air
Jumlah KK 340 KK dengan cara meningkatkan
Terdiri dari 3 RW dan 7 RT jumlah sambungan ke rumah-
Sistem pelayanan air bersih rumah warga
menggunakan HiPAM dengan Peningkatan debit ketersediaan
memanfaatkan sumur bor yang disalurkan air dengan menambah beberapa
pada titik sumur bor baru
reservoir dan kran umum Tingkat pelayanan saat ini
Penggiliran air sebagai upaya optimal untuk 2 RW saja,
pemenuhan air bersih dengan sehingga perlu ada penambahan
ketersediaan debit yang kecil untuk RW 3
Desa Jumlah Penduduk 3073 Jiwa Meningkatkan pelayanan air
Nusaniwe Jumlah KK 510 KK melalui sambungan ke rumah-
Terdiri dari 2 Dusun 4 RW dan 16 RT rumah warga
(Erie, Airlow) Beberapa daerah memiliki
Sistem pelayanan air bbersih potensi air tanah yang cukup

Hal - 8
Desa/
No Kecamatan Eksisting Rencana
Kelurahan
menggunakan HIPAM dengan baik, (RW 2 dap 3) sehingga
memanfaatkan Sumber Waihoa Kecil dapat dimanfaatkan
(broncapt) dan disalurkan pada beberapa sebagaidaerah untuk mengebor
reservoir yang ada (4 reservoir untuk air bersih
melayani 4 RW)
Penggiliran air sebagai upaya
pemenuhan air bersih dengan
ketersediaan debit yang kecil
Desa Jumlah Penduduk 4845 jiwa Peningkatan debit air dengan
Amahusu Jumlah KK 1150 KK memanfaatkan sumber-sumber
Terdiri dari 3 Dusun, 8 RW dan 22 RT air yang ada
(Dusun Wakang, Dusun Nahel, Gn Nona) Perbaikan pipa/jaringan transmisi
Terlayani air bersih dari PDAM, HIPAM (upaya perawatan)
Daerah yang sulit air ada di Gunung Nona Membentuk kelembagaan air
( RT 004/05 dan RT 005/04) sehingga kelembagaan yang ada
Eksisting saat ini masyarakat di Gunung saat ini (masyarakat) lebih
Nona membeli air dari mobil tanki terkelola
Terdapat potensi sumber air (Kebun Rata, Melestarikan kawasan-kawasan
Air Berbunyi, Wai Iner, Batu Panjang) tangkapan air (Gunung Nona,
Nahel)
Kel. Nusaniwe Jumlah Penduduk 6728 Jiwa Peningkatan pelayanan air bagi
Jumlah KK 1886 KK masyarakat yang belum memiliki
Terdiri dari 7 RW dan 22 RT akses, minimal dengan
Pelayanan air oleh PDAM dan swakelola membangun kran
masyarakat (sumur bor, reservoir, kran komunal/reservoir (RW 5, 6 dan
umum) 7)
Tidak terdapat keluhan yang signifikan Membentuk kelembagaan
HIPAM sehingga upaya
pengelolaan air lebih optimal
Pelestarian daerah-daerah
resapan air
Kel. Benteng Jumlah Penduduk 14507 Jiwa Peningkatan pelayanan air
Jumlah KK 2914 KK bersih dengan meningkatkan
Terdiri dari 8 RW 35 RT debit/ketersediaan air yang ada
Pelayanan air bersih telah terlayani oleh Terdapat daerah-daerah
PDAM kantung air yang
Permasalahan yang ada, adalah berpotensial untuk dilakukan
penggiliran air mengingat debit air pengeboran air sebagai sumber
(Wainitu) digunakan untuk melayani air tanah
beberapa kelurahan sekaligus

Desa Jumlah Penduduk 6705 Jiwa Peningkatan pelayanan air


Urimessing Jumlah KK 1509 KK bersih di Dusun Seri dan Kusu-
Terdiri dari 4 Dusun, 5 RW dan 31 RT Kusu Seri dengan cara
(Kusu-Kusu, Seri, Mahia, Tuni) meningkatkan debit air,
Pelayanan air bersih di Dusun Mahia dan hidran/kran umum
Tuni telah terlayani jaringan PDAM Memanfaatkan sumber
Untuk Dusun Kusu-Kusu Sereh dan Waipui yang belum
Dusun Seri telah ada program digunakan untuk

Hal - 9
Desa/
No Kecamatan Eksisting Rencana
Kelurahan
bantuan pemerintah dengan melayani masyarakat
memanfaatkan sumber air yang ada Mengoptimalkan tingkat
Terdapat Perusahaan Air Minum Wai Seri pelayanan sumber air bersih
di Dusun Seri yang telah memberikan yang telah ada (S Laweru,, Mata
kontribusi cukup baik bagi Air Gendi dan Wai Seri) dengan
pemenuhan kebutuhan air bersih untuk cara perbaikan broncapt dan
warga sekitar bangunan air
Potensi Sumber Air antara lain, S Laweru, lainnya sebagai upaya
Mata Air Gendi, Wai Seri, dan Waipui perawatan
Reboisas/ penghilauan untuk
kawasan-kawasan tangkapan air
Kel. Kudamati Jumlah Penduduk 18106 Jiwa Peningkatan pelayanan untuk
Jumlah KK 3177 KK warga masyarakat yang belum
Terdiri dari 7 RW 43 RT mendapat akses air bersih
Telah terlayani oleh jaringan PDAM (daerah kaki gunung)
Terdapat Sumber Wainitu dan Air Keluar Optimalisasi pemanfaatan
sumber air Keluar
Kel. Wainitu Jumlah Penduduk 7828 jiwa Meningkatkan pelayanan
Jumlah KK 625 KK jaringan air bersih ke rumah-
Terdiri dari 6 RT dan 27 RW rumah
Telah terlayani oleh PDAM Melakukan uji kualitas air bersih
Keluhan masyarakat adalah kualitas air terkait keluhan warga
yang menurun masyarakat yang ada
Indikasi pencemaran air akibat sumber air Memperbaiki system
yang terletak di bawah kawasan purifikasi/pengolahan air bersih
permukiman sehingga rawan Memberntuk HIPAM sebagai
pencemaran upaya pengawasan dan
pengendalian penggunaan air
bersih
Kel. Jumlah Penduduk 4131 Jiwa Meningkatkan pelayanan
Manggadua Terdiri clad 4 RW 10 RT jaringan air bersih ke rumah-
Sumber air yang ada dan telah rumah atau dengan kran umum
dimanfaatkan : Sumber Air Keluar Mengelola dan menjaga daerah
Telah terlayani oleh PDAM dan HIPAM tangkapan air serta areal
sempadan mata air
Kel. Jumlah Penduduk 1913 Jiwa Meningkatkan pelayanan
Urimessing Jumlah KK 635 KK jaringan air bersih
Terdiri dari 4 RW dan 14 RT Mengelola dan menjaga daerah
Terlayani oleh jaringan PDAM tangkapan air
Tidak terdapat keluhan yang cukup
signifikan
Kel. Waihaong Jumlah Penduduk 6413 Jiwa Meningkatkan pelayanan
Jumlah KK 1011 KK jaringan air bersih
Terdiri dari 4 RW dan 14 RT Mengelola dan menjaga daerah
Sumber Air Putri tangkapan air serta areal
Telah terlayani oleh PDAM sempadan mata air
Tidak terdapat keluhan yang cukup
signifikan dari masyarakat
Kel. Silale Jumlah Penduduk 5127 Jiwa Meningkatkan pelayanan

Hal - 10
Desa/
No Kecamatan Eksisting Rencana
Kelurahan
Jumlah KK 802 KK jaringan air bersih
Terdiri dari 4 RW dan 14 RT Mencoba mengkaji areal areal
Terlayani oleh PDAM potensial pemanfaatan air tanah
Tidak terdapat keluhan yang cukup ( RW 1 dan RW 2)
signifikan
Terdapat beberapa daerah potensial air
tanah

2 SIRIMAU Desa Soya Jumlah Penduduk 8878 Jiwa Pengembangan sumber air untuk
Terdir i dari 9 RW dan 18 RT (Kopertis, pemanfaatan pemenuhan
Kayu Putih dan Soya Atas) kebutuhan air di desa sekitar
Pernenuhan air bersih dilakukan secara Peningkatan jaringan air bersih
swadaya oleh masyarakat ke rumah-rumah warga (Ds Soya
Potensi sumber air yang ada Kayu putih, Atas)
Soya Atas, Kopertis, Batu Gosok, Mata Pemanfaatan sumber air yang
Tujuh, Wailani, Ma Uang, belum termanfaatkan (Ma Uang
Salawaku Salawaku, Batu Gosok)
Beberapa sumber air dikelola dan
dimanfaatkan untuk melayani beberada
desa lain
Kel. Waihoka Jumlah Penduduk 4443 Jiwa Peningkatan kualitas dan
Jumlah KK 1-187 KK kuantitas debit air untuk
Terdiri dari 4 RW dan 15 RT pelayanan ke rumah-rumah
Pelayanan air dilakukan oleh PT DSA, warga
mengingat wilayah Kec Sirimau adalah Meningkatkan kontinuitas
wilayah Konsesi PT DSA pelayanan air bersih yang ada
Tidak terdapat keluhan yang cukup
signifikan (selain akses air bersih yang
bergiliran)
Kel Karang Jumlah Penduduk 9174 Jiwa Peningkatan kualitas dan
Panjang Jumlah KK 1976 KK kuantitas debit air untuk
Terdiri dari 6 RW 21 RT pelayanan ke rumah-rumah
Pelayanan air dilakukan oleh PT DSA warga
Tidak terdapat keluhan yang signifikan Meningkatkan kontinuitas
pelayanan air bersih yang ada
Kel. Batu Meja Jumlah Penduduk 13063 Peningkatan kualitas dan
Jumlah KK 1882 KK kuantitas debit air untuk
Terdiri dari 7 RW 31 RT pelayanan ke rumah-rumah
Pelayanan air dilakukan oleh PT DSA dan warga
swakelola oleh masyarakat Pengendalian guns lahan di
menggunakan sumber air mata tujuh sekitar kawasan mata air
Tidak terdapat keluhan yang cukup Reboisasi kawasan mata air
signifikan Pembentukan lembaga
pengefola air yang bertujuan
untuk mengawasi dan mengelola
penggunaan air serta sumber air
yang ada di Kel Batu Meja
Kel. Batu Jumlah Penduduk 8104 jiwa Peningkatan kualitas dan
Gajah Jumlah KK 1305 Jiwa kuantitas debit air untuk

Hal - 11
Desa/
No Kecamatan Eksisting Rencana
Kelurahan
Terdiri dari 4 RW 22 RT pelayanan ke rumah-rumah
Pelayanan air bersih dilakukan oleh PT warga
DSA dan swakelola oleh masyarakat Pengendalian guna lahan di
dengan menggunakan sumber batu gajah sekitar kawasan mata air
Terdapat pula badan sungai batu gajah Pelestarian kawasan sungai
yang masih bisa dimanfaatkan (sebagai sehingga dapat dimanfaatkan
cuci dan mandi) untuk alternative sumber air
bersih
Peningkatan kualitas dan
kuantitas debit air untuk
pelayanan ke rumah-rumah
warga

Kel. Ahusen Jumlah Penduduk 4695 Jiwa Peningkatan kualitas dan


Jumlah KK 798 KK kuantitas debit air untuk
Terdiri dari 5 RW dan 16 RT pelayananan ke rumah-rumah
Pelayanan air bersih dilakukan oleh PT
DSA dan swadaya oleh masyarakat
dengan menggunakan air tanah
Kel. Honipopu Jumlah Penduduk 7711 Jiwa Peningkatan kualitas dan
Jumlah KK 2088 KK kuantitas debit air untuk
Terdiri dari 4 RW dan 22 RT pelayananan ke rumah-rumah
Pelayanan air bersih dilakukan oleh PT
DSA dan swadaya masyarakat dengan
cara membeli air pada mobil tanki
Kel. Uritetu JUmlahPenduduk 5566 Jiwa Peningkatan kualitas dan
Jumlah KK 1069 KK kuantitas debit air untuk
Terdiri dari 4 RW dan 16 RT pelayananan ke rumah-rumah
Palayanan air bersih dilakukan oleh PT
DSA dan swadaya masyarakat
Kel. Rijali Jumlah Penduduk 6899 Jiw Peningkatan kualitas dan
Jumlah KK 980 KK kuantitas debit air untuk
Terdiri dari 5 RW dan 18 RT pelayananan ke rumah-rumah
Pelayanan air bersih dilakukan oleh PT
DSA dan Swadaya masyarakat (beli
air/air tanah)
Kel. Amantelu Jumlah Penduduk 8599 Jiwa Peningkatan kualitas dan
Jumlah KK 1209 KK kuantitas debit air untuk
Terdiri dari 6 RW dan 20 RT pelayananan ke rumah-rumah
Pelayanan air bersih dilakukan oleh PT
DSA dan Swadaya masyarakat
Kel. Batu Jumlah Penduduk 49113 Jiwa Peningkatan kualitas dan
Merah Jumlah KK 7379 KK kuantitas debit air untuk
Terdiri dari 8 RW dan 23 RT pelayananan ke rumah-rumah
Terdapat sumber air besar, yang Pengamanan daeah sekitar
digunakan sebagai sumber air PT DSA Pengelolaan daerah resapan air
dan melayani beberapa kelurahan di Membentuk lembaga pengelola
sekitar air bersih masyarakat
Pelayanan air bersih dilakukan oleh PT

Hal - 12
Desa/
No Kecamatan Eksisting Rencana
Kelurahan
DSA dan swadaya oleh masyarakat
(pembangunan broncapt dan reservoir
serta kran-kran umum)
Kel. Pandan JUmlah penduduk 6495 jiwa Peningkatan kualitas dan
Kasturi Jumlah KK 2083 KK kuantitas air bersih
Terdiri dari 22 RW dan 90 RT
Pelayanan air bersih dilakukan oleh PT
DSA
Desa Hative Jumlah Penduduk 5545 Jiwa Peningkatan kualitas dan
Kecil Jumlah KK 1446 KK kuantitas air bersih
Terdiri dari 5 RW dan 27 RT
Pelayanan air bersih dilakukan oleh PT
DSA swakelola oleh masyarakat
Desa Galala Jumlah Penduduk 1777 Jiwa Peningkatan kualitas dan
Jumlah KK 352 KK kuantitas air bersih
Terdiri dari 2 RW dan 5 RT Daerah potensial/ kantung-
Pelayanan air bersih dilakukan oleh PT kantung air di RW 1, sehingga
DSA dan swadaya masyarakat (sumur dapat dilakukan upaya
bor, membeli air pada mobil tanki dan pengeboran sebagai sumber air
penyedia air) tanah baru

3 Leitimur Desa Leahari Jumlah Penduduk 607 Jiwa Peningkatan kualitas dan
Selatan Jumlah KK 167 KK kuantitas air bersih
Pelayanan air bersih dilakukan oleh Eksplorasi daerah-daerah
swadaya masyarakat dengan potensial air bersih
menggunakan mata air sebagai sumber Membangun instalasi
air bersihnya (kepala air/saringan air) perpompaan untuk menarik air
Permintaan masyarakat agar jaringan air ke daerah-daerah tinggi
bersih dapat menjangkau sarana-sarana
umum seperti gereja,
sekolah dan kantor desa (mengingat
fasilitas umum tersebut topografinya lebih
tinggi daripada mata air yang
ada)
Desa Rutong Jumlah Penduduk 785 Jiwa Peningkatan kualitas dan
Jumlah KK 180 KK kuantitas air untuk sambungan
Pelayanan air bersih menggunakan rumah
system kran komunal menggunakan air
bor dan mata air
Desa Hutumuri Jumlah Penduduk 3992 Jiwa Peningkatan kualitas dan
Jumlah KK 957 KK kuantitas air
Pelayanan air bersih dengan Pengembangan kelembagaan
menggunakan Sumber Wailea, untuk pengelola air bersih
disalurkan ke kran-kran umur tersedia di
beberapa titik desa
Tidak terdapat keluhan yang signifikan
dari masyarakat
Desa Naku Jumlah Penduduk 721 Jiwa Peningkatan kualitas dan
Jumlah KK 148 KK kuantitas air bersih

Hal - 13
Desa/
No Kecamatan Eksisting Rencana
Kelurahan
Terdiri dari 4 RT Pengembangan kelembagaan
Pelayanan air bersih menggunakan Pembangunan broncapt di
sumber air dari Desa Soya sumber-sumber desa
Potensi air bersih meliputi wai Kinaroang Uji kualitas air bersih mata air
dan Anihang terpilih
Telah ads program PU Provinsi untuk
perbaikan sumber-sumber air bersih
Desa Kilang Jumlah Penduduk 954 Jiwa Peningkatan kualitas dan
Jumlah KK 219 KK kuantitas air bersih
Terdiri dari 6 RT Pengamanan sumber-sumber
Pelayanan air bersih swadaya dari mata air yang ada
masyarakat Pengendalian guna lahan di
Potensi air bersih terdapat Sumber Ilang sekitar sumber mata air
Alang, Pengembangan kelembagaan
Terdapat sungai untuk digunakan Uji kualitas air bersih yang belum
sebagai cuci dan mandi warga, (belum termanfaatkan
bisa digunakan sebagai air minum) Pembangunan instalasi
Keluhan masyarakat adalah masalah pengolahan air bersih
kontinuitas air bersih, (hal ini wajar dan
umum terjadi di Kota
Mengingat kondisi sumber air yang
sedikit, sehingga perlu penggiliran air)
Desa Hukurila Jumlah Penduduk 550 Jiwa Peningkatan kualitas dan
Jumlah KK 144 KK kuantitas air bersih dengan cara
Terdiri dari 3 RT memanfaaatkan debit-debit air
Pelayanan air bersih menggunakan yang belum termanfaatkan
sumur bor (di RT 3) atas hasil program Pengamanan daerah sekitar
P2KP mata air/sumber air
Transmisi air dilakukan secara bergiliran Pengembangaan kelembagaan
sebagaimana yang terjadi di beberapa air
desa di Kota Amban Pembangunan
Potensi air bersih adalah Sepriha, Broncapt/bangunan air untuk
Leimang (RT 3) dan Wei Waah pemanfaatan sumber air
Desa Ema Jumlah penduduk 835 Jiwa Peningkatan kualitas dan
Jumlah KK 400 KK kuantitas air bersih untuk
Pelayanan air bersih dilakukan secara sambungan ke rumah-rumah dan
swadaya oleh masyarakat sarana umum yang ada
Potensi air bersih cukup melimpah Pengamanana daerah sekitar
mengingat debit yang cukup besar mata air
terdapat sumber air di Desa Ema Pengembangan kelembagaan air
meliputi Wei Majapahit dan Waitepreu
yang juga digunakan sebasai daerah
wisata
Desa Hatalai Jumlah Penduduk 958 Jiwa Peningkatan kualitas dan
Jumlah KK 238 Jiwa kuantitas air bersih untuk
Terdiri dari 6 RT sambungan rumah-rumah
Pelayanan air bersih menggunakan Instalasi perpompaan untuk
reservoir dan pemanfaatan sumber air mengakomodir 2 RT yang belum
hasil dari program P2KP terlayani secara baik

Hal - 14
Desa/
No Kecamatan Eksisting Rencana
Kelurahan
Potensi air bersih meliputi Huhung, Pengamanan daerah sekitar
Kayali, dan Wei Kinaroang (wai mata air mengingat sumber air
Kinaroang dimanfaatkan pula oleh desa yang ada juga dimanfaatkan oleh
Kilang dan Naku) desa-desa lain
Terdapat 2 RT yang kesulitan air
mengingat lokasinya berada di atas/lebih
tinggi dari sumber yang ada

4 BAGUALA Desa Latta JUmlah penduduk 1290 Jiwa Peningkatan kualitas dan
Jumlah KK 325 KK kuantitas air bersih untuk
Terdiri dari 4 RW dan 12 RT sambungan rumah-rumah
Sumber air bersih -berasal dari air tanah Ekspolasi daerah-daerah
(menggunakan sumur bor) di lima RT , potensial pengeboran air
yaitu RT-1 RT 4. RT 5, RT 7, RT 9 dan Pengamanan daerah-daerah
RT 10 dengan sumber pendanaan dari resapan air
program P2KP Pembentukan,fungsi
RT yang belum terlayani air bersih adalah kelembagaan selain sebagai
RT 3 (RW 1) , RT 8 (RW 2) , RT 9 (RW 3) pengelota air bersih, tapi juga
, RT 10, RT 11. berfungsi sebagai pengawas
12 (RW 4). daerah-daerah resapan air
Potensi air tanah cukup tinggi, mengingat
daerah Kecamatan Baguala hingga Teluk
Amnon merupakan daerah tangkapan air
Kel. Lateri Jumlah Penduduk 4493 Jiwa Pengembangan jaringan air
Jumlah KK 830 KK bersih untuk daerah yang belum
Terdiri dari 5 RW.dan 26 RT terlayani secara
Daerah yang mengalami sulit air adalah optimal (RW 1 dan 2)
RW 3, RT 4, RT 5, dan RT 6, RW 1, (RT Pengawasan daerah-daerah
1, RT 2, dan RT 3) RTH dan Kawasan Resapan Air
Sumber air terlayani oleh PDAM, program
P2KP (menggunakan reservoir dan
pompa) serta sumur secara
swadaya oleh masyarakat
Sesuai arahan RTRW, daerah Kelurahan
Lateri akan diarahkan sebagai daerah
permukiman penduduk.
Desa Halong Jumlah Penduduk 10107 Jiwa Pembuatan bak penampung
Jumlah KK 1815 KK untuk menampung ivapan air
Terdiri dari 13 RW dan 45 RT dari mata air yang dimanfaatkan
Pelayanan air bersih sebagian dilayani mobil tangki, beserta
oleh PDAM, sebagian secara swadaya instalasi
oleh masyarakat pengolahannya agar
Terdapat pula usaha air minum warga, dapat dimanfaatkan
yang dimanfaatkan mobil-mobil tangki air secara lebih optima
untuk mengambil air dan
didistribusikan/diperjual belikan pada
masyarakat yang belum terlayani air
Desa Passo Jumlah Penduduk 18862 Jiwa Pengembangan kuantitas dan
Jumlah KK 3826 KK kualitas air bersih

Hal - 15
Desa/
No Kecamatan Eksisting Rencana
Kelurahan
Terdiri dari 13 RW dan 63 RT Optimalisasi peanfaatan sumber
Pelayanan air bersih menggunakan air waimahu
sumber air Waimahu, yang merupakan Pengkajian Waitonahitu dan
bantuan dari pemerintah untuk kemudian Waiyori untuk dijadikan sumber
dibangun reservoir dank ran-kran umum, air baku altemative
mengingat jaringan PDAM masih belum Pelestarian kawasan-kawasan
melayani sempadarimata air dan areal
sebagian wilayah di Desa Passo resapan air
RT yang sudah terlayani antara lain Pembentukan/pengembangan
adalah RT 017, RT 018, RT 019, RT 020, kekembagaan masyarakat terkait
RT 021, RT 022, RT 023, RT pengelolaan
024, dan RT 040 (sumber air waimahu serta pengawasan penggunaan
terletak di RT 040) air bersih
Sumber surnber air yang ada di Desa
Passo adalah Sumber Waimahu,
Waitonahitu dan Waiyori
Desa Negeri Jumlah Penduduk 1556 Jiwa Pengembangan jaringan
Lama Jumlah KK 693 KK pelayanan untuk warga
Terdiri dari 4 RW dan 8 RT masyarakat yang belum
Pelayanan air bersih menggunakan air mendapat akses air bersih, baik
tanah/air bor dan telah terlayani oleh dengan menggunakan kran
PDAM umum ataupun sambungan
Tidak terdapat keluhan yang cukup rumah
signifikan dari warga masyarakat (kecuali
masalah kontinuitas air bersih
yang merupakan permasalahan utama
untuk penyediaan air bersih di Kota
Ambon terkait sedikitnya sumber
air yang termanfaatkan)
Desa Nania Jumlah Penduduk 2401 Jiwa Pengembangan jaringan
Jumlah KK 1457 KK pelayanan untuk warga
Terdiri dari 3 RW dan 12 RT masyarakat yang belum
Pelayanan air bersih oleh PDAM dan juga mendapat akses air bersih, baik
swadaya masyarakat dengan dengan menggunakan kran
menggunakan air tanah (sumur) umum ataupun sambungan
Potensi di Desa Nania adalah banyaknya rumah
daerah-daerah kantung air yang bisa Pengelolaan dan pengawasan
dimanfaatkan sebagai daerah-daerah tangkapan air
sumber air baku untuk pelayanan
masyarakat (hal yang sama untuk
sebagian bestir wilayah di Kecamatan
Teluk Ambon dan Kecamatan Baguala,
dimana banyak terdapat kantung-kantung
resapan air
Desa Waiheru Jumlah Penduduk 6105 Jiwa Pengembangan jaringan
Jumlah KK 2813 KK pelayanan air bersih untuk
Terdiri dari 9 RW dan 24 RT masyarakat yang belum
Pelayanan air bersih oleh PDAM dan mendapatkan akses, dengan
Swakelola (HIPAM) oleh masyarakat, cara menggunakan kran umum

Hal - 16
Desa/
No Kecamatan Eksisting Rencana
Kelurahan
dimana memanfaatkan sumber air ataupun sambungan rumah
Waiheru dan waitongkau Perbaikan reservoir dan
broncaptering untuk
mengoptimalkan penampungan
air bersih
Pelestarian kawasan sempadan
mata air dan areal resapan air
Pengembangan kelembagaan
pada masyarakat

5 Teluk Desa Hunuth Jumlah Penduduk 1463 Jiwa Pengembangan jaringan


Ambon Jumlah KK 375 KK pelayanan air bersih
Terdiri dari 3 RW dan 11 RT Perbaikan system perpompaan
Pelayanan air bersih diiakukan secara untuk melayani daerah-daerah
swakelola oleh masyarakat (mats air di dengan topografi tinggi
RT 302) dan swadaya, dengan membuat Pembentukan/pengembangan
sumur bor, mengingat daerah ini mudah fungsi kelembagaan
untuk mendapatkan air bersih Pengawasan terhadap kawasan
Daerah-daerah yang belum terlayani sekitar mata air dan daerah
adalah RT 301 (daerah pegunungan) resapan air
mengingat air tidak bisa naik serta kurang
optimal (dalam haI kontnuitas
sebagaimana yang banyak terjadi di
wilayah Kota Ambon)
Desa Poka Jumah Penduduk 2063 Jiwa Pengembangan jaringan
Jumlah KK 817 KK pelayanan air bersih untuk
Terdiri dari 4 RW 26 RT masyarakat yang belum
Jenis pelayanan air bersih di Desa Poka mendapatkan akses, dengan
dengan menggunakan Sumur bor (13 cara menggunakan kran umum
RT), Sumur Galian (1 RT) ataupun sambunga rumah
dan menggunakan sungai (6 RT). Pengembangan kelembagaan
Untuk wilayah yang membutuhkan untuk mengelola pemakaian air
penanganan air bersih ada di RT bersih komunal (yang
002/005, RT 003/05, RT 002/001, RT menggunakan pompa air)
006/01 RT 003/03 dan RT 003/06. Sumber air alternative yang
dapat dimanfaatkan adalah air
tanah, sedangkan sungai hanya
dapat dimanfaatkan untuk
keperluan cuci atau mandi
Kel. Tihu Jumlah Penduduk 796 jiwa Pengembangan jaringan
Terdiri dari 5 RW dan 15 RT perpipaan, untuk meminimalisir
Pelayanan air bersih rata-rata diiayani penggunaan sumur tanah
secara swadaya oleh masyarakat dengan (sebagai upaya untuk mencegah
menggunakan air tanah yakni melalui terjadinya penurunan muka
sumur bor atau sumur gali mengingat tanah)
daerah dataran di Kelurahan Tihu Pengelolaan daerah resapan ar
memiliki banyak tampungan air
Desa Rumah Jumlah Penduduk 5067 Jiwa Pengembangan jaringan
Tiga Jumlah KK 2449 KK perpipaan untuk meminimalisir

Hal - 17
Desa/
No Kecamatan Eksisting Rencana
Kelurahan
Terdiri dari 16 RW dan 55 RT penggunaan sumur tanah (sumur
Pelayanan air bersih secara swadaya warga)
oleh masyarakat (beli air, sumur warga) Pengelolaan daerah resapan air
dan secara swakelola (oleh masyarakat Pengembangan kelembagaan
hipam melalui program-program
pemerintah) dengan memanfaatkan
potensi sumber air bersih yang ada
Potensi sumber air adalah air tanah dan
mata air
Desa Wayame Jumlah Penduduk 4792 Jiwa Pengembangan jaringan untuk
Jumlah KK 1200 KK pelayanan masyrakat yang
Terdiri dari 10 RW dan 21 RT belum memiliki akses dengan
Pelayanan air bersih dengan peningkatan kran umum ataupun
menggunakan air tanah yang dikelola sambungan rumah
oleh PDAM dan sebagian melalui Pelestarian daerah-daerah
swakelola masyarakat (Hipam) dengan resapan den sempadan meta air
program-program bantuan pemerintah Pengembangan kelembagaan
Daerah yang mengalami keluhan air
bersih adalah RT 001, RT 003, RT 004
dan RT 012
Potensi sumber air adalah bak asrama
dari mata air di RT 5 dan RT 6
Dua buah mata air di dusun Kranjang dan
pemanfaatan kali wayame (untuk cuci dan
mandi)
Selain itu sekitar 3 km dari kali wayame,
terdapat sumber air tapi belum
dimanfaatkan mengingat jarak
yang cukup jauh dari permukiman
Desa Hative Jumlah Penduduk 19168 jiwa Pengembangan jaringan untuk
Besar Jumlah KK 1120 KK pelayanan masyarakat yang
Terdiri dari 6 RW dan 25 RT belum memiliki akses air bersih
Pelayanan air bersih umumnya secara (daerah gunung)
swadaya oleh masyarakat dengan Pelestarian daerah-daerah
menggunakan sumur-sumur dan membeli resapan air den sempadan mata
air air
Untuk pelayanan secara swakelola, telah
dilakukan berdasarkan program bantuan
pemerintah (Hipam)
dengan memanfaatkan sumber waiyohu
Desa Tawiri Jumlah Penduduk 3629 Jiwa Pengembangan jaringan untuk
Jumlah KK 1870 KK pelayanan masyarakat yang
Terdiri dari 8 RW dan 24 RT belum memiliki akses air bersih
Pelayanan air bersih secara swadaya Pelestarian daerah resapan air
oleh masyarakat dengan menggunakan den sempadan mata air
sumur-sumur gali/sumur
dan juga swakelola masyarakat untuk
HIPAM yang melayani beberapa RT

Hal - 18
Desa/
No Kecamatan Eksisting Rencana
Kelurahan
Desa Laha Jumlah Penduduk 10862 Jiwa Pengembangan jaringan untuk
Jumlah KK 2245 KK pelayanan masyarakat yang
Terdiri dari 6 RW dan 18 RT belum memiliki akses air bersih
Pelayanan air bersih secara swadaya Pelestarian daerah
oleh masyarakat dengan menggunakan resapan/tangkapan air
sumur-sumur gali
Pelayanan swakelola dengan
menggunakan hipam

Tabel 7.4.2 Rencana Pengembangan SPAM


Zona Kebutuhan Debit Sumber Air Rencana Pengembangan
No
Pengembangan Tahun Debit Nama Debit
1 Zona 1 2013-2017 254.2 A/P I (PDAM) 10 Pemeliharaan dan perlindungan
kawasan mata air yang telah
Kecamatan 2018-2022 324.4 dimanfaatkan oleh kota Ambon
A/P 2A (PDAM) 10
Sirimau (PDAM dan PT DSA), yaitu Batu
2023-2017 414.0 A/P 4 (PDAM) 10 Gajah, Air Besar, Air Panas dan
A/P 6 (PDAM) 10 Wainiuw
A/P 7 (PDAM) 5 Pembangunan broncaptering
A/P Skip serta stud! kelayakan mata air
5
(PDAM) alternative (kolam sampe, air
Batu Gajah batu setan, wai sila, wai ruhu)
10
(PDAM) Perawatan dan pemeliharaan
Air Besar (PT jaringan pipa yang telah ada
20
DSA) Pembangunan Hidran Umum,
Air Pana I (PT Sumur dangkal, Penampungan
10
DSA) Air Hujan (PAH), serta
Air Panas II (PT Penyediaan Mobil Tangki Air
20
DSA) untuk melayani daerah-daerah
Walniuw (PT yang tidak bisa dijangkau
27
DSA) dengan sistem perpipaan.
Sungai Waai
5
Hoka
Kolam Sampe 5
Air Batu Setan 5
Total 152

2 Zona II 2013-2017 163.1 A/P - 1 A Pemeliharaan dan perlindungan


10
(PDAM) kawasan mata air yang telah
Kecamatan 2018-2022 208.1 A/P - 11 dimanfaatkan oleh kota Ambon,
5
Nusaniwe (PDAM) yaitu Air Salobar, Air Keluar
2023-2017 265.6 Air Salobar serta mata air Waipompa
10 Pembangunan broncaptering
(PDAM)
Wainitu 86 serta studi kelayakan mata air
Air Keluar 20 alternative (kali batu gajah, mata
Waipompa 30 air silale, wai eri, air berbunyi,

Hal - 19
Zona Kebutuhan Debit Sumber Air Rencana Pengembangan
No
Pengembangan Tahun Debit Nama Debit
Air Amahusu 10 laweru dan mata air pancoran
Kali Batu Gala 5 tuju)
Mata Air Perawatan dan pemeliharaan
5 jaringan pipa yang telah ada
Pancoran Tuju
Air Berbunyi/ Pembangunan Hidran Umum,
5 Sumur dangkal, Penampungan
Kebun Rata
Air Hujan (PAH), serta
Penyediaan Mobil Tangki Air
untuk melayani daerah-daerah
yang tidak bisa dijangkau
Total 186 dengan sistem perpipaan,
meliputi Desa Silale, Desa
Latulahat, Desa Urimesing dan
Desa Nusaniwe.

3 Zona III 2013-2017 17.1 Sungai Waai 5 Pembangunan broncaptering


Kinaroan serta studi kelayakan mata air
Kecamatan 2018-2022 21.8 10 alternative (air besar Naku, Wal
Air Basar Naku
Leitimur Selatan Majapahit, Air Basaar Hutumuri,
2023-2017 27.8 Air Basar 12 Hutung, Kinaroan)
Waal Majapahit 5 Perawatan dan pemeliharaan
Air Basar 5 jaringan pipa yang telah ada
Hutumuri (system perpipaan
Kali Taisapu 5 komunal/hidran yang telah
dilaksanakan sebelumnya
melalui program hibah danp
rogram bantuan macam PUP
Pembangunan Hidran Umum,
Sumur dangkal, Penampungan
Total 42 Air Hujan (PAH), serta
Penyediaan Mobil Tangki Air
untuk melayani daerah-daerah
yang tidak bisa
dijangkau dengan sistem
perpipaan.

4 Zona IV 2013-2017 81.3 A/P Waiheru 30 Pemeliharaan dan perlindungan


Kecamatan 2018-2022 103.8 kawasan mata air yang telah
A/P 9 5
Baguala dimanfaatkan oleh kota Ambon
2023-2017 132.5 A/P 10 5 (waiheru, A/P Lateri)
A/P Lateri 5 Pembangunan broncaptering
A/P Negeri serta studi kelayakan mata air
5 alternative (Air Besar, sumber-
Lama
Air Basar 5 Hative;-Waai-T-onioi-Waal-
Waai Heru 30 Salak-)
Perawatan dan pemeliharaan
jaringan pipa yang telah ada
Total 85 Pembangunan Hidran Umum,
Sumur dangkal, Penampungan

Hal - 20
Zona Kebutuhan Debit Sumber Air Rencana Pengembangan
No
Pengembangan Tahun Debit Nama Debit
Air Hujan (PAH), serta
Penyediaan Mobil Tangki Air
untuk melayani daerah-daerah
yang tidak bisa dijangkau
dengan sistem perpipaan.

5 Zona V 2013-2017 80.5 AP-8 5 Pembangunan broncaptering


Kecamatan 2018-2022 109.1 A/P-5A serta studi kelayakan mata air
5
Teluk Ambon alternative
2023-2017 139.9 A/P-5B 5 Perawatan dan pemeliharaan
A/P-5 5 jaringan pipa yang telah ada
Waai Ila 5 (sumur bor wayame)
Air Batu Koneng 10 Pembangunan Hidran Umum,
Sumur dangkal, Penampungan
Air Hujan (PAH), serta
Penyediaan Mobil Tangki Air
Total 35 untuk melayani daerah-daerah
yang tidak bisa dijangkau
dengan sistem perpipaan.

7.4.3 Rencana Penurunan Kebocoran


Rencana Penurunan Kebocoran ini mengacu pada kebijakan masing-masing system pengelola air
yang terdapat di Kota Ambon. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa, system pengelolaan air di
Kota Ambon dibagi menjadi 3 macam system yaitu, system perpipaan PDAM, system perpipaan Non-
PDAM dan juga system non perpipaan.
Terkait dengan rencana penurunan kebocoran, untuk PDAM sendiri saat ini memiliki tingkat
kebocoran yang cukup besar, yakni sekitar 63%. Oleh sebab itu perlu ada upaya -penururnan-
kebocoran-dengart- Cara -perbaikan system-perpipaan untuk masalah teknis, dan juga peningkatan.
kualitas SDM untuk masalah non teknis. Target ke depan adalah penurunan kebocoran hingga tahap
yang diperbolehkan, yakni kisaran 10-15 %.
Untuk system perpipaan Non-PDAM, yang saat ini dikelola oleh PT. PDAM diketahui bahwa tingkat
kebocoran yang ada saat ini mencapai 24%. Adapun target perancanaan dari DSA sendiri adalah
penurunan hingga 10% untuk tahun 2014. Oleh sebab itu diharapkan bagi PT DSA, mampu
memenuhinya dan mengoptimalkan kinerja teknisnya hingga tahun rencanaan yang ada (2027)
Sedangkan untuk system non-perpipaan, saat ini yang ada di masyarakat bukanlah kebocoran,
melainkan idle capacity, atau air yang belum termanfaatkan. Oleh karena itu, target perencanaan ke
depan adalah untuk mengoptimalkan penggunaan-penggunaan air/tangkapan air bagi masyarakat
melalui system pemberdayaan dan pengembangan masyarakat. Sehingga masyarakat lebih sadar
akan pentingnya melestarikan air bersih.

Hal - 21
7.5 Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK)

Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk
percepatan pembangunan sektor sanitasi suatu Kota/Kabupaten, yang berisi potret kondisi sanitasi
kota saat ini, rencana strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK
disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota didukung fasilitasi dari pemerintah pusat dan
pemerintah provinsi. Dalam menyusun SSK, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota berpedoman pada
prinsip:
a. Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi);
b. Berskala kota dan lintas sector (air limbah, drainase, persampahan);
c. Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan
d. Menggabungkan pendekatan „top down‟ dengan „bottom up’.

7.5.1 Tahapan Pengembangan Sanitasi


Tahapan pengembangan sanitasi di Kota Ambon dilakukan untuk mengidentifikasi sistem sanitasi
yang paling sesuai untuk suatu kawasan dan membantu perumusan program dan kegiatan yang
paling sesuai dengan kondisi kawasan tersebut. Sistem sanitasi ditentukan berdasarkan pentahapan
implementasi jangka pendek (1-2 tahun), jangka menengah (5 tahun), dan jangka panjang (10-15
tahun).
Beberapa factor yang mempengaruhi pentahapan pengembangan sanitasi di Kota Ambon adalah (1)
faktor pengelolaan (peraturan, pengelolaan kelembagaan, pengaturan O&M, kepemilikan aset); (2i)
faktor fisik wilayah (kepadatan penduduk, pemanfaatan lahan, dan topografi); (3) faktor keuangan dan
pendanaan (kapasitas fiskal, dukungan, dan mekanisme pendanaan).Selain itu beberapa factor yang
memjadi pertimbangan dalam pemilihan teknologi adalah (1) lingkungan (risikokesehatan,
pemanfaatan air tanah dan air permukaan); (2) budaya dan perilaku (tingkat kesadaran,
keterampilanmanajemen masyarakat); dan (3) biaya investasi dan berulang (keterjangkauan,
ketepatan teknologi).
Berdasarkan hal-hal di atas, tahapan pengembangan sanitasi di Kota Ambon dilakukan dengan
memperhitungkan pula komponen kepadatan penduduk, sebagai gambaran factual kompleksitas
perkotaan (urban) dan non perkotan (rural), dimana manusia menjadi unsur yang penting dalam
pengelolaan sanitasi. Sehubungan dengan itu, maka kepadatan penduduk di Kota Ambon
terdistribusi dalam 5 kategori sebagaimana Tabel 7.5.1.a. dan Peta 7.5.1.

Tabel 7.5.1.a. Kepadatan Penduduk di Kota Ambon


Indikator(Org/ Prosentase
No Kepadatan
ha) Wilayah Penduduk
1 Rural < 25 34% 17.93%
2 Peri Urban 25-100 14% 11.50%
3 Urban Low 100-175 28% 46.00%
4 Urban Medium 175-250 10% 7.50%
5 Urban High >250 14% 16.70%
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Mengacu kepada 7.5.1.a tersebut, dan Peta 7.5.1. penduduk Kota Ambon dengan kepadatan tinggi
(urban high) terkosentrasi pada 7 kelurahan/desa/negeri (14%), yaitu 6 Kelurahan di Kawasan Pusat

Hal - 22
Kota, yaitu Kelurahan Nusaniwe, Wainitu, Kudamati, Waihaong, Silale, dan Rijali, serta Desa Nania.
Kepadatan penduduk tersebut, dibarengi dengan factor-faktor lainnya, termasuk budaya dan perilaku
masyarakat, menjadi pertimbangan untuk penentuan tahapan dan zona pengembangan sanitasi.

7.5.2 Tahapan Pengembangan Sub Sektor Air Limbah Domestik


Tahapan pengembangan air limbah domestic, berdasarkan hasil analisis, menggunakan system on-
site, dan system off-site (Tabel 7.5.2.b dan Peta 7.5.2.b), yang terbagi dalam beberapa zona.
Mengacu kepada Peta 7.5.1.b, Zona I merupakan zona pengelolaan limbah domestic menggunakan
system off site, yang terkonsentrasi pada kawasan Pusat Kota Ambon dan Kawasan Passo.Saat ini
system off site skala kota belum ada (Tabel 7.5.2.b), dan dalam jangka menengah sampai jangka
panjang direncanakan akan dibangun pada 3 kawasan, khususnya di Pusat Kota dan Passo, ketika
tidak terkendala dengan kesiapan lahan.
Zona II merupakan pengelolaan limbah domestic menggunakan system setempat individual (on-site),
yang terkonsentasi di semua kawasan rural, khususnya Negeri Amahusu sampai Latuhalat, Negeri
Urimessing, Negeri Soya, semua Negeri di Kecamatan Leitimur Selatan, dan Negeri Hative Besar
sampai Negeri Laha. Saat ini pada kawasan ini terdapat 74% jamban individual yang sehat, dan
dalam jangka panjang direncanakan dibangun sampai 100%, mengingat kepadatan penduduk dan
bangunan cenderung rendah dan jarang.
Zona III, merupakan pengelolaan limbah secara on-site, baik secara individual maupun komunal
khususnya MCK++, yang terkonsentasi dari Kawasan Negeri Halong sampai Lateri, dan
Waiherusampai Wayame, serta kawasan-kawasan tertentu di Zona I.

Tabel 7.5.2.b. Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kota Ambon


Cakupan Target Cakupan Layanan
No Sistem Layanan Jangka Jangka Jangka
Eksisting (%) Pendek Menengah Panjang
A Sistem On-site
1 Individual (tangki septik) 74% 80% 85% 100%
2 Komunal (MCK, MCK++)
1. Kec. Nusaniwe 442 KK 519 KK 800 KK 800 KK
2. Kec. Sirimau 747 KK 850 KK 1.000 KK 1.000 KK
3. Kec. T.A. Baguala 93 KK 284 KK 400 KK 400 KK
4. Kec. Teluk Ambon 80 KK 150 KK 300 KK 300 KK
B Sistem Off-site
1 Skala Kota 0 0 1 Kawasan 3 Kawasan
2 Skala Kawasan 2 Lokasi 3 5 Kawasan 10
Kawasan Kawasan
Sumber: Hasil Analisis, 2012

Sementara itu, pengelolaan air limbah domestic dengan system off-site, di Kawasan Pusat Kota (Peta
7.5.2.c) menunjukan bahwa Zona 1 yang merupakan prioritas jangka pendek sampai menengah,
terkonsentasi di Pusat Kota Ambon, khususnya di kelurahan Wainitu, Silale, Waihaong, Ahusen, Batu
Meja, Uritetu dan Rijali. Zona 2 merupakan prioritas jangka menengah ke panjang terkonesntasi di
Negeri Batu Merah, Kelurahan Amantelu, Kelurahan Karang Panjang, dan Kelurahan Mangga Dua.
Sedangkan Zona 3 diupayakan untuk optimal jangka panjang, meliputi Kelurahan Pandan Kasturi,
Desa Galala, Negeri Hative Besar; Kelurahan Waihoka, Mangga Dua, Kudamati, dan Benteng.

Hal - 23
Pada sisi lain pengelolaan air limbah domestic dengan system off-site, di Kawasan Passo (Peta
7.5.2.d) menunjukan bahwa Zona 1 yang merupakan prioritas jangka pendek, terkonsentasi di tengah
Negeri Passo.Zona 2 merupakan prioritas jangka menengah ke panjang terkonesntasi di kawasan
permukiman Negeri Lama, Nania, dan pengungsi di Wai Yori.Sedangkan Zona 3 diupayakan untuk
optimal jangka panjang, meliputi permukiman-permukiman di pinggiran Kawasan Passo tersebut.

Hal - 24
Peta 7.5.1.A. Peta Sebaran Kepadatan Penduduk Kota Ambon

Hal -
25
Peta 7.5.2.b. Peta Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik – Sistem Onsite KotaAmbon

Hal -
26
Peta 27.5.2.c. Peta Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik – Sistem Offsite Kawasan Pusat Kota Ambon

Hal -
27
Hal -
Peta 7.5.2.d.. Peta Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik – Sistem Offsite Kawasan Passo

28
7.5.3 Tahapan Pengembangan Sub Sektor Persampahan
Tahapan pengembangan persampahan, berdasarkan hasil analisis, menggunakan system local,
langsung dan tidak langsung (Tabel 7.5.3.c dan Peta 7.5.3.e), yang terbagi dalam beberapa zona,
yaitu pelayanan penuh jangka pendek, jangka tengah, dan jangka panjang.
Mengacu kepada Peta 7.5.3.e, Zona I merupakan zona pelayanan penuh jangka pendek, yaitu
pelayanan penuh secara langsung harian terhadap permukiman yang terkonsentrasi dari Laha
sampai dengan Pusat Kota.Zona 2 adalah zona layanan penuh sampai jangka menengah, yang
terkonsentrasi pada Negeri-Negeri di Kecamatan Nusaniwe.Sedangkan Zona 3 terkonsentasi pada
beberapa kawasan pegunungan di Negeri Soya, dan Negeri-Negeri pegunungan di Kecamatan
Leitimur Selatan, dengan lebih berorientasi pada pengolahan sampah berbasis masyarakat.

Tabel 7.5.3. Tahapan Pengembangan PersampahanKota Ambon


Target Cakupan Layanan (%)
Cakupan Layanan
No Sistem Jangka Jangka Jangka
Eksisting (%)
Pendek Menengah Panjang
A Penanganan
Langsung
1 Kawasan Komersil 10% 20% 40% 80%
2 Pengolahan Berbasis 5% 10% 30% 75%
Masyarakat
B Penanganan Tidak
Langsung
1 Permukiman 60% 70% 80% 100%
2 Pasar/ Terminal 70% 80% 100% 100%
3 Jalan 30% 40% 80% 100%
4 Tempat Sosial, Sarana 50% 60% 80% 100%
Umum lain
Sumber: Hasil Analisis, 2012

Jika mengacu kepada tahapan pengembangan persampahan Kota Ambon (Tabel 2.3), maka
penanganan sampah secara langsung masih tergolong kecil, yaitu 10% untuk kawasan komersil, dan
5% untuk pengolahan berbasis masyarakat. Adanya anggapan bahwa sampah adalah urusan
Pemerintah Kota Ambon, masih perlu terus dirubah, sehingga masyarakat merasa bertanggung
jawab untuk bersama-sama mengelola sampahnya perlu terus didorong.Karena itu diharapkan dalam
jangka panjang penanganan langsung kawasan komersil mencapai 80%, dan pengolahan berbasis
masyarakat mencapai 75%.
Pada sisi lain, penanganan tidak langsung (Tabel 2.3), melalui pengangkutan oleh mobil layanan
sampah sampah menjadi kebutuhan utama, khususnya di permukiman, pasar/ terminal, jalan, tempat
social, dan sarana umum lainnya. Hal ini menyebabkan biaya operasional pelayanan sampah setiap
tahunnya meningkat.Penanganan secara tidak langsung akan efektif, ketika pemilahan sampah
dilakukan. Karena itu terus didorong pengolahan sampah yang baik, dengan pemilahan dari sumber
sampah.

Hal - 29
Peta 7.5.3. Peta Tahapan Pengembangan Persampahan Kota Ambon

Hal -
30
7.5.4 Tahapan Pengembangan Sub Sektor Drainase
Tahapan pengembangan darianse, berdasarkan hasil analisis, (Tabel 7.5.4 dan Peta 7.5.4), yang
terbagi dalam beberapa zona, yaitu pelayanan penuh jangka pendek, jangka tengah, dan jangka
panjang.
Mengacu kepada Peta 7.5.4, Zona I merupakan zona pelayanan penuh jangka pendek sampai
menengah, dengan cakupan sampai 90% kawasan, yang terdistribusi pada kawasan Pusat Kota dan
kawasan Passo. Zona 2, merupakan pelayanan jangka menengah, dan Zona 3, merupakan
pelayanan jangka menengahdan panjang, dengan masing-masing cakupan pelayanan sampai 70%
kawasan. Zona 4 merupakan pelayanan jangka panjang, meliputi kawasan negeri-negeri di
kecamatan Nusaniwe, Kecamatan Leitimur Selatan, Negeri Soya, Negeri Hative Besar, Negeri Tawiri,
dan Negeri Laha. Penanganan darianse pada Zona 4, merupakan penanganan berbasis masyarakat.

Tabel 7.5.4.Tahapan Pengembangan Drainase Kota Ambon


Target CakupanLayanan (%)
CakupanLayanan
No Sistem Jangka Jangka Jangka
Eksisting (%)
Pendek Menengah Panjang
1 TERSIER 75 80 90 100
2 SEKUNDER 80 85 95 100
3 PRIMER 85 90 95 100

Mengacu kepada tahapan pengembangan drainase (Tabel 7.5.4), maka system pengembangan
drainase adalah tersier, sekunder, dan primer, yang dipadukan pada setiap zona. Diharapkan
sampai jangka panjang, penanganan drainase telah optimal 100%, sesuai cakupan pelayanan
masing-masing sesuai Peta 7.5.4.

Hal - 31
Peta 7.5.4. Peta Tahapan Pengembangan Drainase Kota Ambon

Hal -
32
7.6 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

Berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan, RTBL didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan
yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan,
serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan
panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman
pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan

KAWASAN PASSO

7.6.1 Konsep elemen Perancangan

Tabel 7.6.1 Program Bangunan & Lingkungan Kawasan Passo


No. Isu Pengembangan Konsep Manfaat
1 SISTEM TRANSPORTASI MENCIPTAKAN KORIDOR EFISIENSI DAN KEAMANAN
• Kondisi jalan yang rusak • Jalan yang lebih besar dilengkapi • Berorientasi pada
• Tidak ada jalur pejalan kaku jalur pejalan kaki yang aman dan manusia (pengembangan
yang aman dan nyaman nyaman jalur pejalan kaki, jalur
• Kebutuhan sirkulasi dan • Memisahkan sirkulasi kendaraan sepeda, dan angkutan
sistem transportasi yang lebih dengan jalur pejalan kaki umum massal)
baik • Pilihan moda transportasi lebih • Efisiensi penggunaan
• Polusi udara dan kebisingan banyak bahan bakar kendaraan
• 90% pengguna jalan adalah • Keterpaduan sistem prasarana bermotor
mobil dan utilitas • Mengurangi polusi udara
• Penggunaan material yang dan kebisingan
berkelanjutan
2 SISTEM RUANG TERBUKA DAN MENCIPTAKAN LINKAGE RUANG KENYAMANAN DAN
RTH TERBUKA DAN RUANG TERBUKA KESEIMBANGAN LINGKUNGAN
HIJAU
• Tidak ada kenyamanan dan • Mengembangkan koridor hijau • Mengurangi
keamanan pengguna jalan jalan ketergantungan
karena tidak ada buffer hijau • Mengembangkan node-node penggunaan kendaraan
sebagai peredam polusi udara berupa ruang terbuka sebagai titik bermotor dan berorientasi
dan kebisingan transit dalam radius yang nyaman pada pejalan kaki
• Keterbatasan ruang untuk bagi pejalan kaki dengan waktu • Mengurangi polusi udara
bermain dan melakukan jarak tempuh 10 menit dan kebisingan
aktivitas luar ruangan, padahal • Menjaga fungsi lindung sungai • Mempertahankan
banyak terdapat ruang-ruang dan menjadikannya ruang terbuka keanekaragaman hayati
terbuka hijau
3 LINGKUNGAN PERMUKIMAN MENCIPTAKAN KEBERLANJUTAN TEMPAT TINGGAL YANG
LINGKUNGAN DENGAN TATA LAYAK
BANGUNAN YANG BAIK
• Kondisi infrastruktur yang • Mengembangkan infrastruktur • Meningkatnya kesadaran
buruk: air bersih minim, sistem terpadu dan saling terintegrasi dan kepedulian
drainase dan sanitasi buruk, • Pengelolaan limbah/sampah masyarakat terhadap
kurangnya manajemen perkotaan dengan prinsip lingkungan
pengelolaan sampah yang mengurangi sampah/limbah, • Mengurangi resiko banjir
baik mengembangkan proses daur
ulang dan meningkatkan nilai
ambah (konsep 3R);
• Mendorong peran aktif
masyarakat dalam meningkatkan
kualitas lingkungan

Hal - 33
Konsep Penangaan
Kawasan Passo merupakan kawasan yang berkembang dengan cepat maka perlu dilakukan 3
(tiga) pendekatan utama yaitu :
1. Perkembangan baru fungsi perdagangan skala besar, serta mixuse guna mendukung
CBD baru & Pengendalian perkembangan fungsi terbangun pada koridor arteri Jl.
Woltermonginsi di & Jl. Leowatimena
2. Revitalisasi kawasan sempadan pantai sebagai destinasi wisata & konservasi area bakau
serta lahan belum terbangun untuk fungsi lindung
3. Peningkatan kualitas blok permukiman

Hal - 34
7.6.2 Sistem Ruang Terbuka Dan Tata Hijau
Penataan sistem ruang terbuka dan pola tata hijau bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan
kota dengan menyediakan lingkungan yang aman, sehat dan menarik serta berwawasan ekologis.
Pada prinsipnya penataan sistem ruang terbuka diatur melalui pendekatan desain tata hijau yang
membentuk karakter lingkungan serta memiliki peran penting baik secara ekologis, rekreatif dan
estetis bagi lingkungan sekitarnya, dan memiliki karakter terbuka sehingga mudah diakses sebesar-
besarnya oleh publik, termasuk masyarakat difabel dan lanjut usia.
Konsep dasar penataan sistem ruang terbuka dan tata hijau:
 Membentuk jaringan tautan (linkage) melalui komponen-komponen utama RTH sebagai satu
kesatuan sistem RTH;
 Menciptakan ruang terbuka publik yang berkualitas untuk mewadahi aktivitas sosial masyarakat
dan membuat kawasan menjadi lebih hidup. Ruang-ruang terbuka tersebut dapat berupa taman-
taman umum (public parks), mulai dari taman-taman lingkungan (community parks) pada skala
ruang Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Kelurahan hingga Kecamatan, bahkan taman
kota (city parks) pada skala kota;
 Menciptakan RTH yang dapat menambah karakter dan nilai kualitas lingkungan, sesuai dengan
kebutuhan dan kepentingannya;
 Mengembangkan vegetasi sebagai elemen yang mempertegas ruang, baik sebagai elemen
pengarah, penghubung, maupun pengalir pergerakan.

Prinsip Penataan
A Koridor
Koridor Jalan • Pengembangan koridor sebagai ruang terbuka publik mampu menciptakan
kreatifitas dan identitas koridor
Koridor Sungai • Penataan sempadan sungai sebagai ruang terbuka untuk aktivitas sosial
• Penggunaan vegetasi peneduh dengan perakaran kuat yang berfungsi sebagai
buffer pengaman ekologis sungai
B Ruang Terbuka • Pengembangan ruang terbuka terdiri dari hard and soft lansekap yang seimbang
• Pengembangan vegetasi beragam, disamping menjaga fungsi ekologis juga
sebagai elemen arsitektural
C Persimpangan • Pengembangan vegetasi rendah pada daerah bebas pandang (perdu)

7.6.3 Rencana Penataan Kawasan


Rencana penataan Kawasan Passo selaras dengan Visi Kawasan Passoyaitu :“Liveable place In
The New CBD of Ambon City with integrated activities in the green environment‟ diterjemahkan
sebagai kawasan yang layak huni dalam konsteks pusat distrik perdagangan kota ambon yang
terintegrasi dengan wawasan lingkungan, dengan pertimbangan prinsip-prinsip utama yaitu :
Tata guna lahan Keberagamanan fungsi yang selaras dengan lingkungan
Intensitas pemanfaatan Intensitas bangunan yang selarasproporsi RTH yang seimbang
ruang
Sistem sirkulasi dan Sistem sirkulasi yang mudah, nyaman, aman dan menerus dan
penghubung terpadu dengan sistem RTH
Tata massa bangunan Tata bangunan yang berorientasi bagi pajalan kaki
Sistem ruang terbuka dan Keterkaitan ruang terbuka dan tata hijau sebagai ruang
tata hijau integrasi sosial antar komunitas namun tetap memiliki fungsi
ekologis
Tata kualitas lingkungan Suasana lingkungan yang festive sehingga terwujud “sense of

Hal - 35
place”
Sistem prasarana dan utilitas Sistem utilitas yang terpadu (integrated) dalam sistem
lingkungan prasarana (infrastruktur) kawasan

Prinsip-prinsip diatas diturunkan pada 7(tujuh) program penataan kawasan yaitu :


1) Penataan koridor jalan Arteri Jl. Leo Watimena, dengan pendekatan perancangan pengendalian
pembangunan
Dengan fungsi utama sebagai koridor perdagangan – jasa akan diarahkan sebagai koridor jalan
arteri yang berkaarakter lokal, koridor yang atraktif saat dilintasi kendaraan dan koridor yang
memiliki identitas yang kuat sehingga dapat menciptakan pengalaman ruang bagi warga kota.
2) Penataan koridor jalan kolektor Jl. Sisingamangaraja, dengan pendekatan perancangan
pengendalian pembangunan
Dengan fungsi utama sebagai koridor perdagangan – jasa, pelayanan umum, akan diarahkan
sebagai koridor yang aktif, koridor yang atraktif dan koridor yang memiliki identitas yang kuat
sehingga dapat menciptakan pengalaman ruang bagi warga kota.
3) Penataan RTH publik passo, dengan pendekatan pembangunan baru & peningkatan kualitas ;
Pengembangan RTH mengoptimalkan lahan kosong sebagai media aktif rekreasi kota,
pedestrian, jalur hijau serta kegiata luar ruangan. Tema yang akan digunakan adalah ” fun city”
atau ”Taman wisata”, dimana elemen tradisionalitas kota ambon & kawasan passo akan dikemas
menjadi atraksi wisata yang unik.
4) Penataan bangunan sepanjang koridor jalan arteri, dengan pendekatan perancangan
pengendalian pembangunan
5) Penataan area sempadan pantai& sempadan sungai, dengan pendekatan perancangan
konservasi & pengendalian pembangunan serta konservasi & preservasi Peningkatan kualitas
infrastruktur lingkungan permukiman , dengan pendekatan perancangan peningkatan kualitas
Dengan konsep penanganan Urban renewal yaitu dengan prinsip restrukturisasi kawasan.
Dimana beberapa fungsi yang ada pada kawasan ini antara lain permukiman dan berbagai
pelayanan pendukung permukiman, ruang terbuka hijau publik, ruang terbuka biru kota, dan
ruang terbuka hijau sempadan sungai.

7.6.4 Rencana Penggunaan Lahan Makro


Beberapa dasar pertimbangan rencana peruntukan lahan Kawasan Passo yaitu :
 Mewadahi dinamika perkembangan penggunaan lahan, kemampuan pertumbuhan kawasan dan
kebutuhan pengembangan destinasi baru kota mengantisipasi bangkitan pergerakan yang
melintas di jalan arteri.
 Dinamika perkembangan kea rah sempadan sungai & pantai perlu dikenaalikan agar tercita
lingkungan yang seimbang
 Dinamika perkembangan kawasan sebagai dampak aglomerasi fasilitas pendidikan, perdagangan
skala kota, dan permukiman kepadatan sedang

Rencana penggunaan lahan dikawasan passo diarahkan untuk mendukung pengembangan koridor
sebagai penghubung kawasan CBD kota ambon, dimana arahannya sebagai berikut :
A. Pengembangan fungsi perdagangan & jasa pada koridor jalan arteri & kolektor (jl.Leo
watimena &jl. Sisingamangaraja) diarahkan untuk pengembangan perdagangan & jasa
dengan pendekatan perancangan pengendalian pembangunan baru
Sebagai bentuk aktualisasi dari pengembangan koridor jalan arteri dan kolektor kota sesuai
dengan arahan RTRW Kota Ambon dan upaya perubahan citra kota sebagai CBD baru kota
yang menarik. Arahan umum pengembangan koridor dengan fungsi perdagangan-jasa dan
perkantoran ini antara lain :

Hal - 36
 Pengembangan koridor development, diharapkan pengembangan ini akan mampu menjadi
pendukung CBD baru kota.
 Pengembangan street wall koridor yang berbeda sesuai dengan fungsi& hirarki koridor
tersebut, diharapkan menimbulkan makna ruang yang berbeda dan menciptakan identitas
koridor.
 Arahan pengembangan koridor dilakukan untuk menjabarkan arahan pada RTRW Kota,
dimana arahan pengembangan koridor di tekankan pada pendetailan dari arahan GSB
koridor jalan arteri dan kolektor kota
Pengembangan blok perdagangan – jasa dan perkantoran skala besar yang berlokasi pada
koridor Jl. Leo Watimena dimasa yang akan datang akan menjadi koridor perdagangan – jasa
dan perkantoran dengan luas kavling besar. Dengan rencana parkir off street di dalam kavling
bangunan dan ruang terbuka hijau sebagai elemen peneduh dan buffer pelindung.
Pengembangan blok perdagangan – jasa dan perkantoran skala kecil/kawasan dan pendukung
sector pariwisata yang berlokasi pada Koridor Jl. Woltermonginsidi & Jl. Sisingamangaraja, blok
ini dimasa yang akan datang akan menjadi koridor perdagangan – jasa pendukung skala
kawasan & pendukung pariwisata. Dengan rencana parkir off street di dalam kavling bangunan
pada sebagaian kavling besar, parkir on street pada bangunan kavling sedang dan ruang
terbuka hijau sebagai elemen peneduh dan buffer pelindung.Pada Jl. Sisingamangaraja
frontage bangunan dibuat aktif dipergunakan untuk aktivitas resto dan cafe serta alokasi lahan
untuk PKL yang tertata dan indah dengan tetap mempertimbangkan aspek keamanan jalan.

B. Mengembalikan fungsi lindung setempat yaitu sempadan pantai & sempadan sungai
Dinamika perkembangan pembangunan kearah sungai & sempadan pantai harus dikendalikan
dengan pengembangan batas fisik berupa jalan inspeksi guna membatasi fungsi. Pengendalian
dilakukan sesuai dengan ketentuan sempadan pantai klasifikasi A dengan ketentuan lebar
sempadan minimal 30 – 75 meter perlu ditertibkan dan ketentuan untuk sempadan sungai di
kawasan perkotaan dengan kondisi sungai tidak bertanggul adalah 10 meter dari tepi sungai/
garis air.

C. Pengembangan RTH publik & RTH unit lingkungan


Kebutuhan kawasan akan ruang terbuka hijau public dan upaya pemenuhan RTH Kota 30%
merupakan dasar pengembangan blok RTH ini, maka berikut adalah arahan umum
pengembangan fungsi ruang terbuka. Rencana fungsi tata hijau di Kawasan diarahkan pada
pengembangan 4 (empat) fungsi utama ruang terbuka yaitu :
Fungsi Sosial budaya yaitu :
 Untuk mewadahi aktivitas warga kota yang adaptif untuk berbagai kegiatan, nyaman, aman
dan sehat.
 Untuk ruang sosialisasi warga kota dalam merencanakan, memelihara dan mengembangkan
lingkungannya
 Untuk ruang tumbuh kembang anak, dimana orang tua dapat melihat anaknya bermain
Fungsi utilitas yaitu :
 Untuk zona retensi banjir dan area pengaman (buffer) sungai dan area konservasi vegetasi
alami
 Untuk zona perdagangan, jasa dan perkantoran akan di kembangkan area terbuka untuk
parkir sebagai area komunal dan parkir di area privat.

Hal - 37
Fungsi ekologis yaitu:
 Untuk kawasan konservasi vegetasi alami yang ada di kawasan dan dipertahankan, terdapat
beberapa vegetasi alami yaitu jenis mangrove dan taman sungai lainnya.
 Untuk area resapan air hujan dan run-off, berfungsi sebagai area konservasi air tanah
Fungsi ekonomi, sebagai ruang aktif pendukung sector perdagangan-jasa, dimana ruang
didepan bangunan dengan fungsi tersebut menjadi frontage untuk perdagangan dan jasa.

D. Pengendalian perkembangan fungsi prmukiman


Pengembangan fungsi permukiman pada kawasan di kawasan psso, dengan prinsip lingkungan
permukiman yang layak, hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menciptakan lingkungan
permukiman yang lebih baik dengan pengembangan konsep sustainable social struktur yaitu
pengembangan struktur lingkungan permukiman yang saling terkoneksi dengan jalan
lingkungan, pada setiap titik simpul pertemuan atau pusat lingkungan antar RT ditempatkan
ruang komunitas (community space) untuk bersosialisasi antar warga (ruang ini memanfaatkan
potensi lahan yang ada semaksimal mungkin), kemudian pada pusat lingkungan atau simpul
aktivitas antara 2(dua) RW di kembangkan RTH pusat unit lingkungan/ neigbourhood open
space warga (ruang ini memanfaatkan potensi lahan yang ada semaksimal mungkin).

7.6.5 Rencana Penggunaan Lahan Mikro


Tingginya kebutuhan dan nilai lahan di Kawasan Koridor jalan arteri Jl. Leowatimena menjadikan
kebutuhan mendasar pengembangan ruang vertical pada kawasan ini. Keragaman fungsi ruang
perlu dipertimbangkan guna memperoleh manfaat guna lahan maksimal di masa yang akan
datang.Rencana penggunaan lahan mikro dikawasan passo diarahkan untuk mengantisipasi nilai
lahan yang meningjkat pada koridor. Dengan arahan pengembangan vertikal 2- 3 lantai pada
koridor.

7.6.6 Rencana Intensitas Pemanfaatan lahan


Recana intensitas pemanfaatan lahan pada Kawasan Passomerupakan upaya pengendalian massa,
dan ketinggian bangunan untuk menjaga kesan CBD bersatu dan berbaur dengan dasar tipologi
bangunan deret dan tunggal. Rencana intensitas pemanfaatan lahan juga diarahkan untuk
menciptakan keserasian dengan bangunan-bangunan bergaya tradisional, dengan tujuan penataan
keserasian koridor dengan banguan bergaya tradisional, antara lain :
a) Bangunan baru harus dapat secara proporsi pengisi ruang kosong, pada blok jalan arteri
b) Bangunan baru tinggi sebaiknya memperhatikan ligkungan sekitar agar tidak terjadi
pembayangan
c) Bangunan baru harus memiliki set back
d) Bangunan baru harus dapat proposional, dengan banguan bergaya tradisional

A. Blok Perdagangan dan Jasa


Blok Koridor Perdagangan dan Jasa terdiri dari koridor jl.Leo watimena & jl. Sisingamangaraja.
Penataan koridor ini diharapkan akan mampu menjadi koridor yang representative dengan
fungsi pemanfaatanya & dapat meningkatkan citra kawasan kota lama.
Rencana intensitas pemanfaatan lahan Blok Koridor Perdagangan dan Jasa memiliki KDB
maksimum 70%, KLB 1.4 Adapun KDH minimum pada Blok Koridor Perdagangan dan Jasa ini
adalah 30%.

B. Blok Permukiman
Blok Permukiman yang terdiri dari (1) pengendalian perkembangan kepadatan blok permukiman
swadaya kepadatan tinggi dengan program peningkatan kualitas infrastruktur permukiman, (2)

Hal - 38
pengendalian kepadatan sedang blok permukiman formal dan (3) pengembangan blok hunian
vertikal/Rusun sebagai perwujudan pola pemanfaatan lahan permukiman kepadatan tinggi
dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW). Rencana intensitas pemanfaatan lahan pada Blok
Permukiman adalah KDB maksimum 60%, KLB 1.2, adapun KDH minimum pada Blok
Permukiman ini adalah 20%.

C. Blok Ruang Terbuka Hijau (RTH)


Blok ruang terbuka hijau kawasan terdiri dari (1) Penataan RTH sempadan jalan jalan artari &
kolektor dengan penambahan pohon peneduh sehingga area menjadi teduh; (2)
Pengembangan RTH sempadan sungai &pantai, dan Pengenbangan Rencana intensitas
pemanfaatan lahan Blok Ruang Terbuka Hijau (RTH) memiliki KDB maksimum 5%untuk sarana
dan prasarana pendukung, KLB 0,05 dengan KDH 95%, kecuali pada kawasan RTH public
dengan pengembangan fungsi wisata / perdagangan diperbolehkan KDB 40% dengan KDH
60%.

D. Blok Koridor Sempadan Sungai


Rencana intensitas pemanfaatan lahan Blok Koridor Sungai& sempadan paintai,diarahkan KDB
maksimum 2% untuk sarana dan prasarana pendukung, KLB 0,02dan KDH 98%.

Tabel Intensitas Pemanfaatan Lahan Kawasan Passo


Zona/ Sub Zona KDB Maksimum KLB Maksimum KDH
Fungsi Jalan Fungsi Jalan
Arteri Kolektor Lokallingk. Arteri Kolektor Lokal,
lingk.
Sempadan sungai 2% 2% 2% 0.02 0.02 0.02 98%
RTH Taman unit 15% 15% 15% 0.3 0.3 0.3 80%
lingkungan/Kota
RTH permakaman 5% 5% 5% 0.05 0.05 0.05 95%
Perumahan - - - - - -
kepadatan sedang
Landed (luas persil 60% 60% 60% 1,2 1,2 1,2 10%
150-350m2)
Perumahan - - - - - -
kepadatan rendah
Perumahan landed 40% 50% 60% 1,2 1,2 1,2 20%
Perdagangan dan
Jasa
Perdagangan dan 70% 70% 70% 2,1 (Luas 1,4 (Luas 1,4 (Luas 20%
Jasa Skala lantai lantai Lantai
Kecamatan maksimum maksimum maksimum
2 2
- Pusat kecamatan 10.000 2.500 m ) 1.250 m )
2
- Eceran aglomerasi m)
(pusat
belanja/mall) luas
lantai maksimum
10.000 m2.
- Eceran
tunggal/took, luas
lantai maksimum
2.500 m2.
Perdagangan dan 70% 70% 70% 2,1 (Luas 2,1 (Luas 1,4 (Luas 20%
Jasa Skala lantai lantai Lantai
lingkungan maksimum maksimum maksimum

Hal - 39
Zona/ Sub Zona KDB Maksimum KLB Maksimum KDH
Fungsi Jalan Fungsi Jalan
Arteri Kolektor Lokallingk. Arteri Kolektor Lokal,
lingk.
2 2 2
- Eceran aglomerasi 2.500 m ) 1.250 m ) 400 m )
(pusat
belanja/mall), luas
lantai maksimum
2
2.500 m .
Perdagangan dan 70% 70% 70% 2,1 2,1 1,4 20%
Jasa Linier
RTNH Publik
Lapangan OR 50% 60% 60% 1,5 1,2 1,2 25%
Tempat Parkir 50% 60% 60% 0,5 0,5 0,5 10%
Peruntukan Khusus
IPAL 50% 60% 60% 2,0 1,8 1,8 25%
Sumber : Hasil Rencana Tahun 2014

7.6.7 Rencana Ruang Terbuka Hijau


Rencana ruang terbuka hijau dilakukan untuk mencapai RTH kota 30% hal ini dilakukan dengan
pengembangan RTH publik aktif untuk mewadahi aktivitas warga kota dan menciptakan green path
untuk menciptakan kenyamanan pada koridor. Adapun rencana ruang terbuka hijau kawasan antara
lain :
 RTH sempada jalan arteri & kolektor (Jl. Leowtimena, Jl. Sisingamngaraja & Jl. Wlter monginsidi)
 RTH Sempadan Sungai & sempadan pantai
 RTH Publik Kota

7.6.8 Rencana Sirkulasi Kendaraan & parkir


Rencana sirkulasi & sistem penghubung Kawasan Passp terdiri dari rencana sirkulasi pejalan kaki &
rencana kendaraan, dimana kedua rencana ini berorientasi pada kebutuhan sirkulasi sehari-hari dan
sirkulasi perlintasan jlan arteri.
Rencana sirkulasi kendaraaan dan parkir kawasan bertujuan untuk pengembangan koridor jalan
sesuai dengan hirarki & kelas jalan serta kebutuhan pengembangan koridor yang menarik untuk
memperkuat citra kota.serta rencana pengembangan parkir off street mengingat koridor adalah jalan
arteri & hambatan samping harus dikendalikan.

A. Rencana sirkulasi kendaraan


Rencana sirkulasi kendaraan di kawasan ini antara lain :
a) Penataan koridor Jl. Leowatimena diarahkan sesuai dengan kaidah pengaturan jalan arteri
primer, dengan perlakuan khusus pada persimpangan antara Jl. Leowatimena – Jl.
Woltermonginsidi sebagai pintu gerbang masuk ke area yang perlintasanya lokal, konsep
traffic calming digunakan untuk memperlambat sirkulasi kendaraan yang melintas dengan
memberikan material yang berbeda dan elevasi yang berbeda pada permukaan Jl.
Leowatimena;
b) Penataan Koridor Jl. Sisingamangaraja & Jl. Woltermongisidi sebagai koridor utama masuk
internal kawasan sesuai dengan kaidah pengaturan jalan lokal primer, adapun arahan
penggunaan ruang manfaat jalan adalah 2 jalur 2 arah;
c) Penertiban parkir on street pada koridor jalan Jl. Leowatimena &Jl. Leowatimena – Jl.
Woltermonginsidi dan penataan ruang parkir pada persil bangunan perdagangan, kemudian
pengembangan parkir komunal pada area koridorkota;

Hal - 40
Tabel Rencana pengembangan jaringan jalan
No. Jalan/ Koridor RUMAJA GSB (m)
1 Jl. Leowatimena 24 12,5
2 Jl. Woltermonginsidi 16 8
3 Jl. Sisingangaraja 16 8
Sumber : Hasil Rencana Tahun 2014

B. Rencana sistem transit & jalur kendaraan wisata


Rencana sistem transit & jalur kendaraan kawasan passo ini antara lain:
1) Rencana jalur angkutan umum yang dari Kota Ambon – CBD baru akan diarahkan melintas
gerbang utama dan pengembangan shelter untuk berhenti, kemudian warga akan
melanjutkan dengan kendaran shulte internal kawasan atau berjalan kaki menuju zona transisi
untuk memperoleh informasi kendaraan serta untuk berkelililing ;
2) Pengembangan sistem dan sarana titik transit berupa shelter/halte pada koridor yang
ditempatkan dalam radius yang nyaman bagi pejalan kaki, yaitu setiap jarak ± 250 meter;
3) Shelter/halte didesain secara unik sesuai dengan kearifan budaya lokal;
4) Shelter/halte didesain kompak dengan jalur pejalan kaki dan jalur sepeda.

7.6.9 Rencana Sirkulasi Pejalan Kaki


Rencana sirkulasi pejalan kaki kawasan passo diaarahlan pada pengembangan rencana
pengembangan sirkulasi pejalan kaki pada koridor jalan, Koridor jalan arteri & kolektor (jl.Leo
watimena &jl. Sisingamangaraja)sehingga tercipta kawasan yang erteha.
a) Penataan jalur pejalan kaki pada koridor jl.Leo watimena & jl. Sisingamangarajadengan
pengaturan penggunaan ruang pejalan kaki, buffer hijau sebagai pengaman terlebih dahulu baru
kemudian jalur pejalan kaki. Sehingga pejalan kaki terlindungi dan tidak terjadi konflik antara
pengendara dan pejalan kaki.
b) Penataan jalur pejalan kaki Koridor jl.Woltermongindisi & jl. Sisingamangarajasebagai jalur
pejalan kaki internal dalam kawasan untuk menghubungkan antara objek – objek yang ada di
kawasan, kemudian pada setiap jarak 250 m di letakan shelter dilengkapi dengan tempat duduk
yang berfungsi untuk beristirahat & menunggu angkutan;
c) Penataan jalur pejalan kaki Koridor jl.Woltermongindisi & jl. Sisingamangarajasebagai jalur
pejalan kaki internal dalam kawasan untuk menghubungkan antara fungsi-fungsi perkotaan yang
ada di kawasan, kemudian pada setiap jarak 250 m di letakan shelter dilengkapi dengan tempat
duduk yang berfungsi untuk beristirahat;

7.6.10 Rencana Utilitas


Rencana utilitas kawasan diperoleh dari hasil diskusi dengan warga yang terdapat di kawasan passo
& hasil proyeksi kebutuhan prasarana kawasan sebagai berikut.
Tabel Rencana Prasaana Kawasan Passo
No. Rencana Peningkata Kualitas Prasarana Lingkungan
1 Normalisasi parit lingkungan sepanjang sungai & pembuatan saluran drainase lingkungan
2 Penataan drainase dan pengendalian banjir di sekitar bantaran jl.Leo watimena & jl.
Sisingamangaraja
3 Penataan drainase dan pengendalian banjir.di koridor jalan jl.Leo watimena & jl.
Sisingamangaraja

Hal - 41
No. Rencana Peningkata Kualitas Prasarana Lingkungan
4 Pengadaan TPS di beberapa titik setiap 250 m sepanjang jl.Leo watimena & jl.
Sisingamangaraja, serta jalan-jalan protokol
5 Perlu membangun IPA dikawasan mangkupalas yang sumber airnya bisa berasal dari mata
air perbukitan ataupun air tanah/sumur bor, Lingkungan permukiman di kelurahan setempat.
6 Peningkatan infrastruktur jalan & perencanaan drainase di Lingkungan permukiman di
kelurahan setempat
7 Peningkatan kualitas drainase lingkungan dengan pembutaan saluran baru yang lebih
besar, normalisasi parit kota & pengembangan RTH unit lingkungan untuk resapan air.
Pada Kawasan pemukiman masyarakat di ujung jalan persimpanngan antara jl.Leo
watimena & jl. Sisingamangaraja
9 Pengangkutan sampah dan sosialiasi program sanitasi lingkungan/ lingkungan layak huni
No. Rencana Pengembangan Baru Prasarana Lingkungan
1 Pengembangan sistem pengolahan air limbah terpadu di kawasan prioritas
2 Pengembangan sistem pelayanan air bersih dengan pengembangan jaringan PDAM pada
seluruh blok
3 Pembuatan kelembagaan pengelola sampah kawasan dan Pengembangan Lahan ex lahan
TPS Terpadu sebagai pusat pengolahan sampah composting dan pusat kegiatan komunitas
sampah (green community) hasil pendekatan partisipasi masyarakat.
4 Pengembangan sistem jaringan listrik & telepon diletakkan di udara dengan ketinggian
sesuai standarisasi PLN.
5 Pengembangan sistem proteksi kebaakaran dengan
 Arahan setiap bangunan harus menyediakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)/Hydrant
Portable yang ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai
dan diambil, serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan;
 Aplikasi 1 (satu) fire alarm box dipasang di setiap RT pada lokasi yang strategis dan
mudah dijangkau oleh masyarakat sekitar;
 Aplikasi 1 (satu ) hidrant halaman/hydrant pillar ditempatkan setiap jarak 200 m pada sisi
jalur pedestrian dan terhubung dengan jaringan PDAM terkait pengaman kebakaran;
5 Pengadaan PJU untuk jalan dan lampu penerangan untuk area pejalan kaki di seluruh blok
Sumber : Hasil Rencana Tahun 2014

7.6.11 Rencana Tata Kualitas Lingkungan


A. Rencana papan informasi penanda (signage) di Kawasan Passo antara lain:
 Rencana papan informasi penanda (signage) meliputi nama bangunan, reklame/komersial,
petunjuk sirkulasi, dan papan informasi;
 Nama bangunan sebagai tanda identitas suatu bangunan tidak boleh mengganggu
pandangan terhadap kualitas selubung bangunan, tidak boleh melebihi/mengganggu
domain publik;
 Papan informasi berupa reklame/komersial perlu memperhatikan aspek estetis yang dapat
memperkuat identitas lingkungan, pemasangannya tidak mengganggu keamanan dan
keselamatan terkait konsentrasi pemakai jalan, serta konstruksinya kuat dan memenuhi
syarat teknis;
 Papan informasi berupa reklame komersial antara lain dipasang pada tiang-tiang PJU yang
sudah disediakan dengan desain yang menyatu dengan karakter kawasan;
 Petunjuk sirkulasi sebagai rambu lalu-lintas sekaligus sebagai pengatur dan pengarah
dalam pergerakan disesuaikan dengan standar bentuk dan penempatannya;
 Papan informasi sebagai tempat untuk informasi kegiatan atau keterangan-keterangan
kondisi/keadaan lingkungan diletakkan pada setiap blok berdekatan dengan tempat
pemberhentian kendaraan/halte;

Hal - 42
 Setiap desain papan informasi pertandaan (signage) pada kawasanharus mengikuti warna
dan ornamen yang bercirikan dan mencitrakan nuansa khas lokal yang ditetapkan pada
masing-masing blok.
B. Rencana elemen pelengkap jalan (street furniture) di Kawasan Passo:
 Penataan street furniture pada Kawasan Passo terdiri dari halte/shelter, tempat sampah,
pot bunga, tempat duduk, lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) dan pejalan kaki, dan
papan informasi;
 Penataan halte/shelter antara lain:
 Peletakan halte/shelter diarahkan pada tiap jarak 200 m;
 Peletakan halte/shelter harus dibuat senyaman mungkin dan tidak menggangu
sirkulasi pejalan kaki;
 Bangunan halte/shelter harus dilengkapi dengan nama halte dan diperkenankan untuk
memasang reklame.
 Bentuk dan tampilan halte/shelter dirancang bercirikan dan mencitrakan nuansa khas
lokal;
 Bangunan halte/shelter tidak menutupi dan mendominasi bangunan dan lingkungan di
sekitarnya.
 Penataan tempat sampah antara lain:
 Peletakan tempat sampah umum ditetapkan pada tiap jarak 25 m;
 Peletakan tempat sampah umum tidak boleh menggangu sirkulasi pejalan kaki;

7.6.12 PANDUAN PERANCANGAN PUSAT SPN


ATURAN WAJIB
Aturan Anjuran Tata Bangunan
Aturan Anjuran Tata Lingkungan
Aturan Anjuran Tata Visual
RUMAJA Ruang Manfaat Jalan
RUMIJA Ruang Milik Jalan Jalan
RUWASJA Ruang Pengawasan Jalan

BLOK 1 (PUSAT PSN)


A B C
PERUNTUKAN LAHAN MAKRO Pendidikan, Perdagangan & Jasa
PERUNTUKAN LAHAN MIKRO Lantai 1 :Pendidikan / Perdagangan / Jasa
Lantai 2 :Pendidikan / Perkantoran / Hunian
Lantai 3 :Perkantoran / Hunian
KOEFISIEN DASAR BANGUNAN  70% Untuk Perdagangan & Jasa
(KDB)  40% Untuk Pendidikan
KOEFISIEN LANTAI BANGUNAN 1.2 – 2.1
(KLB)
KOEFISIEN DASAR HIJAU (KDH) Min. 30%
KETINGGIAN BANGUNAN  3 Lantai (Perdagangan & Jasa)
MAKSIMAL  2 Lantai Pendidikan
GARIS SEMPADAN BANGUNAN  Min. 5 Meter (perdagangan & Jasa)
(GSB)  Min. 15 Meter (Pendidikan
PERPETAKAN LAHAN • Luas kapling/persil tipe kecil 120 - 160M2
• Luas kapling/persil tipe sedang 161 - 200M2
• Luas kapling/persil tipe besar > 201M2

Hal - 43
A B C
JARAK BEBAS BANGUNAN • Jarak bebas samping bangunan renggang
minimum 2 M.
• Jarak bebas samping bangunan rapat adalah 0
M.
• Jarak bebas belakang bangunan minimum10%
dari panjang pekarangan belakang
• Jarak bebas bangunan deret lebih dari 60 M.
dengan blok bangunan berikutnya yang
berfungsi sebagai jalur darurat/rencana jalan

BENTUK DAN TATA MASA  Bangunan boleh ditambah/diperluas ke arah


BANGUNAN horizontal dan vertikal hingga mencapai KDB
dan KLB yang dipersyaratkan
 Setback bangunan minimum 1 m dari GSB
 Ketinggian lantai bangunan 3 – 3.5meter
 Penggunaan atap gabungan antara pelana
dengan perisai
 Tata bangunan persimpangan dirancang dengan
konsep bangunan sudut (hook) akses dan view
diarahkan lebih dari 1.
ORIENTASI BANGUNAN Bangunan berorientasi tegak lurus menghadap
jalan
PENGOLAHAN FASAD • Pengolahan fasad kombinasi elemen transparan
BANGUNAN dengan elemen masif seperti dinding dan kolom
• Elemen transparan minimal 50-60% berupa
berupa jendela yang difungsikan sebagai
pencahayaan alami
• Untuk Perdagangan dan Jasa elemen
transparan minimal 60-75% berupa berupa
jendela kaca
• Pemilihan warna tone soft / lembut selaras
dengan lingkungan
BAHAN ATAP BANGUNAN  Penggunaan material atap menggunakan
genteng dan tidak diperkenankan penggunaan
material atap seng dan asbes
 Penggunaanlisplank kayu sebagai pembentuk
karakter kawasan
 Penggunaan material lainnya diupayakan yang
ramah lingkungan, tidak rentan terhadap
bencana, serta mudah dalam perawatan dan
pembersihan
SIRKULASI KENDARAAN  Jalur perkerasan jalan 6 M. dengan 2(dua) lajur,
masing-masing lajur memiliki lebar 3 M, lebar 1
M pada bahu jalan kedua sisi jalan dan jenis
perkerasan aspal hotmix
 Ruwasja Min.26 M.
 Rumija 16 M.

Hal - 44
A B C
 Rumaja 8 M.
 Pada area persimpangan disediakan zona
tertentu (Ruang Henti Khusus sepeda motor dan
zona selamat area persimpangan)
 Pada area sekolah disediakan zona selamat
penyeberangan dengan warna dan tanda
tertentu)
SIRKULASI PEJALAN KAKI  Fasilitas pejalan kaki berupa jalur pejalan kaki
dengan lebar 2.4M.
 Jalur pejalan kaki memiliki batas yang jelas
berupa kanstein atau batas penghalang dengan
level ketinggian maks 17 cm dari permukaan
aspal
 Perkerasan jalur pejalan kaki menggunakan
material tegel 30x30 dan dikombinasikan
dengan ubin tekstur pemandu untuk kebutuhan
kaum difabel
 Penggunaan ramp untuk kontinuitas pergerakan
sehingga nyaman bagi siapapun termasuk
manula dan difabel
 Perletakan ramp adalah pada jalan masuk
menuju bangunan dan pada area penyebrangan
(zebra cross) dengan kemiringan maksimal 17%
PARKIR  Parkir wajib disediakan di dalam persil (off-street
parking), pada bagian depan bangunan.
 Penggunaan material grass block atau paving
block pada area parkir yang disediakan
 Parkir sepeda disediakan berdekatan dengan
halte
 Jenis vegetasi untuk RTH pada koridor jalan
berupa pohon peneduh dan pengarah, dipilih
vegetasi yang cukup rindang namun tidak
menutupi fasad bangunan, dapat berupa Pohon
Palem Botol
 Jarak tanam vegetasi pada koridor jalan adalah
setiap 10 m
 Tanaman penghias atau tanaman sisipan
dengan model pot bunga dapat disediakan
menyatu dengan elemen pelengkap jalan
lainnya, seperti tempat sampah dan PJU
 Penggunaan material berongga untuk elemen
keras (hard space) ruang terbuka pada persil
RUANG TERBUKA & TATA HIJAU  Tidak diperkenankan menggunakan pagar
(perdagangan dan jasa)
 Diperkenankan menggunakan pagar (Hunian),
tetapi dengan ketinggian maks 1M, dan tidak
masif
 Tinggi pembatas pekarangan samping dan
belakang untuk bangunan renggang maksimal 3
m di atas permukaan tanah pekarangan

Hal - 45
A B C
UTILITAS BANGUNAN DAN  Jaringan air bersih diletakkan di dalam ducting
LINGKUNGAN bersama dengan jaringan utilitas lainnya
 Setiap bangunan harus memiliki septictank dan
peresapan untuk pengolahan limbah
 Setiap pekarangan harus dilengkapi saluran
pembuangan air hujan yang cukup besar dan
mempunyai kemiringan yang cukup
 Saluran drainase/selokan 0.8X0.8 M
 Saluran penangkap air ditempatkan pada kedua
sisi badan jalan dan ditutup dengan grill 30 cm
 Saluran penghubung antara saluran
drainase/selokan dengan saluran penangkap air
disediakan pada setiap jarak 10 meter
 Jaringan telepon dan segala macam jaringan
kabel seperti fiber optic telepon seluler
diletakkan di dalam ducting
 Jaringan listrik diletakkan di udara dengan
ketinggian sesuai standarisasi PLN
 Penyediaan tempat sampah umum harus
tertutup dan memisahkan sampah organik dan
anorganik dalam suatu wadah yang didesain
dengan baik (sesuai standar Dinas PU) dan
ornamen yang bercirikan dan mencitrakan
nuansa khas local (Motif Salawuku)
 Penyediaan pipa-pipa hydrant ditempatkan
setiap jarak 200 m pada sisi jalur pejalan kaki
dan terhubung dengan jaringan PDAM terkait
pengaman kebakaran
 Setiap bangunan harus menyediakan Alat
Pemadam Api Ringan (APAR)/Hydrant Portable
yang ditempatkan pada posisi yang mudah
dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil,
serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan
PERLETAKAN TATA INFORMASI  Setiap desain papan informasi pertandaan
(SIGNAGE) (signage) pada kawasanharus mengikuti warna
dan ornamen yang bercirikan dan mencitrakan
nuansa khas local (Motif Salawuku)
 Penempatan papan informasi pertandaan
(signage) pada bangunan tidak boleh
menghalagi fasad bangunan, terutama
pencahayaan
 Papan informasi pertandaan (signage) berupa
nama bangunan dan nomor persil ditempatkan
pada dinding depan bangunan untuk
memudahkan pencarian alamat
 Papan informasi berupa reklame komersial
dipasang pada tiang-tiang PJU yang sudah
disediakan dengan desain yang menyatu
dengan karakter kawasan

Hal - 46
A B C
 Penempatan rambu lalu lintas di sebelah kiri
menurut arah lalu lintas dan tidakmenghalangi
pergerakan pejalan kaki
PERLETAKAN STREET  Setiap desain street furniture pada
FURNITURE kawasanharus mengikuti warna dan ornamen
yang bercirikan dan mencitrakan nuansa khas
local (Motif Salawuku)
 Penempatan halte setiap jarak 300 m
 Peletakan tempat sampah umum didesain
terlindung pada tiap jarak 50 m sebagai bagian
dari kelengkapan jalan dan tidak boleh
menggangu sirkulasi pejalan kaki dengan
menciterakan nuansa local (Motif Salawuku)
 Bak bunga berisikan tanaman perdu dapat
disediakan sebagai pengganti pagar yang
ditempatkan pada GSP
 Penempatan bangku duduk didesain menyatu
dengan penempatan titik-titik hijau
 Lampu Penerangan Jalan Umum ditempatkan
pada sisi jalur pejalan kaki pada jarak
maksimum 0 meter, dan ditempatkan secara
terpadu dengan lampu penerangan pejalan kaki
pada jarak 15 meter
 Pada desain street furniture disediakan space
untuk sponsor sebagai media promosi

2.1 PANDUAN PERANCANGAN BLOK PERDAGANGAN DAN JASA KORIDOR JL. WOLTER
MONGINSIDI

ATURAN WAJIB
Aturan Anjuran Tata Bangunan
Aturan Anjuran Tata Lingkungan
Aturan Anjuran Tata Visual
RUMAJA Ruang Manfaat Jalan
RUMIJA Ruang Milik Jalan Jalan
RUWASJA Ruang Pengawasan Jalan

BLOK 2 (PERDAGANGAN DAN JASA KORIDOR JL. WOLTER MONGINSIDI)


A B C
PERUNTUKAN LAHAN MAKRO Perkantoran, Permukiman, Perdangan & Jasa
PERUNTUKAN LAHAN MIKRO Lantai 1 :Perkantoran / Hunian / Perdagangan / Jasa
Lantai 2 :Perkantoran / Perkantoran / Hunian
Lantai 3 :Perkantoran / Hunian
KOEFISIEN DASAR BANGUNAN  70% Untuk Perdagangan & Jasa
(KDB)  60% Permukiman
 40% Permukiman
KOEFISIEN LANTAI BANGUNAN 1.2 – 2.1
(KLB)
KOEFISIEN DASAR HIJAU (KDH) Min. 30%

Hal - 47
A B C
KETINGGIAN BANGUNAN  3 Lantai
MAKSIMAL
GARIS SEMPADAN BANGUNAN  Min. 5 Meter (perdagangan & Jasa)
(GSB)  Min. 15 Meter (Perkantoran)
 Min. 8 Meter (Permukiman)
PERPETAKAN LAHAN • Luas kapling/persil tipe kecil 120 - 160M2
• Luas kapling/persil tipe sedang 161 - 200M2
• Luas kapling/persil tipe besar > 201M2
JARAK BEBAS BANGUNAN • Jarak bebas samping bangunan renggang
minimum 2 M.
• Jarak bebas samping bangunan rapat adalah 0
M.
• Jarak bebas belakang bangunan minimum10%
dari panjang pekarangan belakang
• Jarak bebas bangunan deret lebih dari 60 M.
dengan blok bangunan berikutnya yang
berfungsi sebagai jalur darurat/rencana jalan

BENTUK DAN TATA MASA  Bangunan boleh ditambah/diperluas ke arah


BANGUNAN horizontal dan vertikal hingga mencapai KDB
dan KLB yang dipersyaratkan
 Setback bangunan minimum 1 m dari GSB
 Ketinggian lantai bangunan 3 – 3.5meter
 Penggunaan atap gabungan antara pelana
dengan perisai
 Tata bangunan persimpangan dirancang dengan
konsep bangunan sudut (hook) akses dan view
diarahkan lebih dari 1.
ORIENTASI BANGUNAN Bangunan berorientasi tegak lurus menghadap
jalan
PENGOLAHAN FASAD • Pengolahan fasad kombinasi elemen transparan
BANGUNAN dengan elemen masif seperti dinding dan kolom
• Elemen transparan minimal 50-60% berupa
berupa jendela yang difungsikan sebagai
pencahayaan alami
• Untuk Perdagangan dan Jasa elemen
transparan minimal 60-75% berupa berupa
jendela kaca
• Pemilihan warna tone soft / lembut selaras
dengan lingkungan
BAHAN ATAP BANGUNAN  Penggunaan material atap menggunakan
genteng dan tidak diperkenankan penggunaan
material atap seng dan asbes
 Penggunaanlisplank kayu sebagai pembentuk
karakter kawasan
 Penggunaan material lainnya diupayakan yang
ramah lingkungan, tidak rentan terhadap

Hal - 48
A B C
bencana, serta mudah dalam perawatan dan
pembersihan
SIRKULASI KENDARAAN  Jalur perkerasan jalan 15 M. dengan 4(empat)
lajur, masing-masing lajur memiliki lebar 3.5 M,
dan jenis perkerasan aspal hotmix
 Ruwasja Min.34 M.
 Rumija 24 M.
 Rumaja 15 M.
 Pada area persimpangan disediakan zona
tertentu (Ruang Henti Khusus sepeda motor dan
zona selamat area persimpangan)
 Pada area sekolah disediakan zona selamat
penyeberangan dengan warna dan tanda
tertentu)
SIRKULASI PEJALAN KAKI  Fasilitas pejalan kaki berupa jalur pejalan
kakidengan lebar 2.2M.
 Jalur pejalan kaki memiliki batas yang jelas
berupa kanstein atau batas penghalang dengan
level ketinggian maks 17 cm dari permukaan
aspal
 Perkerasan jalur pejalan kaki menggunakan
material tegel 30x30 dan dikombinasikan
dengan ubin tekstur pemandu untuk kebutuhan
kaum difabel
 Penggunaan ramp untuk kontinuitas pergerakan
sehingga nyaman bagi siapapun termasuk
manula dan difabel
 Perletakan ramp adalah pada jalan masuk
menuju bangunan dan pada area penyebrangan
(zebra cross) dengan kemiringan maksimal 17%
PARKIR  Parkir wajib disediakan di dalam persil (off-street
parking), pada bagian depan bangunan.
 Penggunaan material grass block atau paving
block pada area parkir yang disediakan
 Parkir sepeda disediakan berdekatan dengan
halte
 RTH disediakan pada median jalan dengan
lebar 1 M, dan pada kedua sisi jalan masing-
masing lebar 80 Cm
 Jenis vegetasi untuk RTH pada koridor jalan
berupa pohon peneduh dan pengarah, dipilih
vegetasi yang cukup rindang namun tidak
menutupi fasad bangunan, dapat berupa Pohon
Palem Botol
 Jarak tanam vegetasi pada koridor jalan adalah
setiap 10 m
 Tanaman penghias atau tanaman sisipan
dengan model pot bunga dapat disediakan
menyatu dengan elemen pelengkap jalan
lainnya, seperti tempat sampah dan PJU

Hal - 49
A B C
 Penggunaan material berongga untuk elemen
keras (hard space) ruang terbuka pada persil
RUANG TERBUKA & TATA HIJAU  Tidak diperkenankan menggunakan pagar
(perdagangan dan jasa)
 Diperkenankan menggunakan pagar (Hunian),
tetapi dengan ketinggian maks 1M, dan tidak
masif
 Tinggi pembatas pekarangan samping dan
belakang untuk bangunan renggang maksimal 3
m di atas permukaan tanah pekarangan
UTILITAS BANGUNAN DAN  Jaringan air bersih diletakkan di dalam ducting
LINGKUNGAN bersama dengan jaringan utilitas lainnya
 Setiap bangunan harus memiliki septictank dan
peresapan untuk pengolahan limbah
 Setiap pekarangan harus dilengkapi saluran
pembuangan air hujan yang cukup besar dan
mempunyai kemiringan yang cukup
 Saluran drainase/selokan 1.5X1.5 M
 Saluran penangkap air ditempatkan pada kedua
sisi badan jalan dan ditutup dengan grill 30 cm
 Saluran penghubung antara saluran
drainase/selokan dengan saluran penangkap air
disediakan pada setiap jarak 10 meter
 Jaringan telepon dan segala macam jaringan
kabel seperti fiber optic telepon seluler
diletakkan di dalam ducting
 Jaringan listrik diletakkan di udara dengan
ketinggian sesuai standarisasi PLN
 Penyediaan tempat sampah umum harus
tertutup dan memisahkan sampah organik dan
anorganik dalam suatu wadah yang didesain
dengan baik (sesuai standar Dinas PU) dan
ornamen yang bercirikan dan mencitrakan
nuansa khas local (Motif Salawuku)
 Penyediaan pipa-pipa hydrant ditempatkan
setiap jarak 200 m pada sisi jalur pejalan kaki
dan terhubung dengan jaringan PDAM terkait
pengaman kebakaran
 Setiap bangunan harus menyediakan Alat
Pemadam Api Ringan (APAR)/Hydrant Portable
yang ditempatkan pada posisi yang mudah
dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil,
serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan
PERLETAKAN TATA INFORMASI  Setiap desain papan informasi pertandaan
(SIGNAGE) (signage) pada kawasanharus mengikuti warna
dan ornamen yang bercirikan dan mencitrakan
nuansa khas local (Motif Salawuku)
 Penempatan papan informasi pertandaan
(signage) pada bangunan tidak boleh

Hal - 50
A B C
menghalagi fasad bangunan, terutama
pencahayaan
 Papan informasi pertandaan (signage) berupa
nama bangunan dan nomor persil ditempatkan
pada dinding depan bangunan untuk
memudahkan pencarian alamat
 Papan informasi berupa reklame komersial
dipasang pada tiang-tiang PJU yang sudah
disediakan dengan desain yang menyatu
dengan karakter kawasan
 Penempatan rambu lalu lintas di sebelah kiri
menurut arah lalu lintas dan tidakmenghalangi
pergerakan pejalan kaki
PERLETAKAN STREET  Setiap desain street furniture pada
FURNITURE kawasanharus mengikuti warna dan ornamen
yang bercirikan dan mencitrakan nuansa khas
local (Motif Salawuku)
 Penempatan halte setiap jarak 300 m
 Peletakan tempat sampah umum didesain
terlindung pada tiap jarak 50 m sebagai bagian
dari kelengkapan jalan dan tidak boleh
menggangu sirkulasi pejalan kaki dengan
menciterakan nuansa local (Motif Salawuku)
 Bak bunga berisikan tanaman perdu dapat
disediakan sebagai pengganti pagar yang
ditempatkan pada GSP
 Penempatan bangku duduk didesain menyatu
dengan penempatan titik-titik hijau
 Lampu Penerangan Jalan Umum ditempatkan
pada sisi jalur pejalan kaki pada jarak
maksimum 0 meter, dan ditempatkan secara
terpadu dengan lampu penerangan pejalan kaki
pada jarak 15 meter
 Pada desain street furniture disediakan space
untuk sponsor sebagai media promosi

Hal - 51
2.2 PANDUAN PERANCANGAN PERDAGANGAN DAN JASA KORIDOR JL. LEO WATTIMENA

ATURAN WAJIB
Aturan Anjuran Tata Bangunan
Aturan Anjuran Tata Lingkungan
Aturan Anjuran Tata Visual
RUMAJA Ruang Manfaat Jalan
RUMIJA Ruang Milik Jalan Jalan
RUWASJA Ruang Pengawasan Jalan

BLOK 4 (SEMPADAN PANTAI)


A B C
PERUNTUKAN LAHAN Perdangan & Jasa
MAKRO
PERUNTUKAN LAHAN MIKRO Lantai 1 :Perdagangan / Jasa
Lantai 2 :Jasa / Hunian
Lantai 3 :Hunian
KOEFISIEN DASAR  70% (Perdagangan & Jasa)
BANGUNAN (KDB)
KOEFISIEN LANTAI Maks. 2.1
BANGUNAN (KLB)
KOEFISIEN DASAR HIJAU Min. 30%
(KDH)
KETINGGIAN BANGUNAN  3 Lantai
MAKSIMAL
GARIS SEMPADAN  Min. 5 Meter (perdagangan & Jasa)
BANGUNAN (GSB)  Min. 15 Meter (Fasilitas Umum dan Sosial)
PERPETAKAN LAHAN • Luas kapling/persil tipe kecil 120 - 160M2
• Luas kapling/persil tipe sedang 161 - 200M2
• Luas kapling/persil tipe besar > 201M2
JARAK BEBAS BANGUNAN • Jarak bebas samping bangunan renggang minimum
2 M.
• Jarak bebas samping bangunan rapat adalah 0 M.
• Jarak bebas belakang bangunan minimum10% dari
panjang pekarangan belakang
• Jarak bebas bangunan deret lebih dari 60 M.
dengan blok bangunan berikutnya yang berfungsi
sebagai jalur darurat/rencana jalan
BENTUK DAN TATA MASA  Bangunan boleh ditambah/diperluas ke arah
BANGUNAN horizontal dan vertikal hingga mencapai KDB dan
KLB yang dipersyaratkan
 Setback bangunan minimum 1 m dari GSB
 Ketinggian lantai bangunan 3 – 3.5meter
 Penggunaan atap gabungan antara pelana dengan
perisai
 Tata bangunan persimpangan dirancang dengan
konsep bangunan sudut (hook) akses dan view
diarahkan lebih dari 1.
ORIENTASI BANGUNAN Bangunan berorientasi tegak lurus menghadap jalan

Hal - 52
A B C
PENGOLAHAN FASAD • Pengolahan fasad kombinasi elemen transparan
BANGUNAN dengan elemen masif seperti dinding dan kolom
• Elemen transparan minimal 50-60% berupa berupa
jendela yang difungsikan sebagai pencahayaan
alami
• Untuk Perdagangan dan Jasa elemen transparan
minimal 60-75% berupa berupa jendela kaca
• Pemilihan warna tone soft / lembut selaras dengan
lingkungan
BAHAN ATAP BANGUNAN  Penggunaan material atap menggunakan genteng
dan tidak diperkenankan penggunaan material atap
seng dan asbes
 Penggunaanlisplank kayu sebagai pembentuk
karakter kawasan
 Penggunaan material lainnya diupayakan yang
ramah lingkungan, tidak rentan terhadap bencana,
serta mudah dalam perawatan dan pembersihan
SIRKULASI KENDARAAN  Jalur perkerasan jalan 15 M. dengan 4(empat) lajur,
masing-masing lajur memiliki lebar 3.5 M, dan jenis
perkerasan aspal hotmix
 Ruwasja Min.34 M.
 Rumija 24 M.
 Rumaja 15 M.
 Pada area persimpangan disediakan zona tertentu
(Ruang Henti Khusus sepeda motor dan zona
selamat area persimpangan)
 Pada area sekolah disediakan zona selamat
penyeberangan dengan warna dan tanda tertentu)
SIRKULASI PEJALAN KAKI  Fasilitas pejalan kaki berupa jalur pejalan kaki
dengan lebar 2.2M.
 Jalur pejalan kaki memiliki batas yang jelas berupa
kanstein atau batas penghalang dengan level
ketinggian maks 17 cm dari permukaan aspal
 Perkerasan jalur pejalan kaki menggunakan material
tegel 30x30 dan dikombinasikan dengan ubin tekstur
pemandu untuk kebutuhan kaum difabel
 Penggunaan ramp untuk kontinuitas pergerakan
sehingga nyaman bagi siapapun termasuk manula
dan difabel
 Perletakan ramp adalah pada jalan masuk menuju
bangunan dan pada area penyebrangan (zebra
cross) dengan kemiringan maksimal 17%
PARKIR  Parkir wajib disediakan di dalam persil (off-street
parking), pada bagian depan bangunan.
 Penggunaan material grass block atau paving block
pada area parkir yang disediakan
 Parkir sepeda disediakan berdekatan dengan halte
 RTH disediakan pada median jalan dengan lebar 1
M, dan pada kedua sisi jalan masing-masing lebar
80 Cm

Hal - 53
A B C
 Jenis vegetasi untuk RTH pada koridor jalan berupa
pohon peneduh dan pengarah, dipilih vegetasi yang
cukup rindang namun tidak menutupi fasad
bangunan, dapat berupa Pohon Palem Botol
 Jarak tanam vegetasi pada koridor jalan adalah
setiap 10 m
 Tanaman penghias atau tanaman sisipan dengan
model pot bunga dapat disediakan menyatu dengan
elemen pelengkap jalan lainnya, seperti tempat
sampah dan PJU
 Penggunaan material berongga untuk elemen keras
(hard space) ruang terbuka pada persil
RUANG TERBUKA & TATA  Tidak diperkenankan menggunakan pagar
HIJAU (perdagangan dan jasa)
 Diperkenankan menggunakan pagar (Hunian), tetapi
dengan ketinggian maks 1M, dan tidak masif
 Tinggi pembatas pekarangan samping dan belakang
untuk bangunan renggang maksimal 3 m di atas
permukaan tanah pekarangan
UTILITAS BANGUNAN DAN  Jaringan air bersih diletakkan di dalam ducting
LINGKUNGAN bersama dengan jaringan utilitas lainnya
 Setiap bangunan harus memiliki septictank dan
peresapan untuk pengolahan limbah
 Setiap pekarangan harus dilengkapi saluran
pembuangan air hujan yang cukup besar dan
mempunyai kemiringan yang cukup
 Saluran drainase/selokan 1.5X1.5 M
 Saluran penangkap air ditempatkan pada kedua sisi
badan jalan dan ditutup dengan grill 30 cm
 Saluran penghubung antara saluran
drainase/selokan dengan saluran penangkap air
disediakan pada setiap jarak 10 meter
 Jaringan telepon dan segala macam jaringan kabel
seperti fiber optic telepon seluler diletakkan di dalam
ducting
 Jaringan listrik diletakkan di udara dengan
ketinggian sesuai standarisasi PLN
 Penyediaan tempat sampah umum harus tertutup
dan memisahkan sampah organik dan anorganik
dalam suatu wadah yang didesain dengan baik
(sesuai standar Dinas PU) dan ornamen yang
bercirikan dan mencitrakan nuansa khas local (Motif
Salawuku)
 Penyediaan pipa-pipa hydrant ditempatkan setiap
jarak 200 m pada sisi jalur pejalan kaki dan
terhubung dengan jaringan PDAM terkait pengaman
kebakaran
 Setiap bangunan harus menyediakan Alat Pemadam
Api Ringan (APAR)/Hydrant Portable yang
ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan

Hal - 54
A B C
jelas, mudah dicapai dan diambil, serta dilengkapi
dengan pemberian tanda pemasangan
PERLETAKAN TATA  Setiap desain papan informasi pertandaan (signage)
INFORMASI (SIGNAGE) pada kawasanharus mengikuti warna dan ornamen
yang bercirikan dan mencitrakan nuansa khas local
(Motif Salawuku)
 Penempatan papan informasi pertandaan (signage)
pada bangunan tidak boleh menghalagi fasad
bangunan, terutama pencahayaan
 Papan informasi pertandaan (signage) berupa nama
bangunan dan nomor persil ditempatkan pada
dinding depan bangunan untuk memudahkan
pencarian alamat
 Papan informasi berupa reklame komersial dipasang
pada tiang-tiang PJU yang sudah disediakan
dengan desain yang menyatu dengan karakter
kawasan
 Penempatan rambu lalu lintas di sebelah kiri
menurut arah lalu lintas dan tidakmenghalangi
pergerakan pejalan kaki
PERLETAKAN STREET  Setiap desain street furniture pada kawasanharus
FURNITURE mengikuti warna dan ornamen yang bercirikan dan
mencitrakan nuansa khas local (Motif Salawuku)
 Penempatan halte setiap jarak 300 m
 Peletakan tempat sampah umum didesain terlindung
pada tiap jarak 50 m sebagai bagian dari
kelengkapan jalan dan tidak boleh menggangu
sirkulasi pejalan kaki dengan menciterakan nuansa
local (Motif Salawuku)
 Bak bunga berisikan tanaman perdu dapat
disediakan sebagai pengganti pagar yang
ditempatkan pada GSP
 Penempatan bangku duduk didesain menyatu
dengan penempatan titik-titik hijau
 Lampu Penerangan Jalan Umum ditempatkan pada
sisi jalur pejalan kaki pada jarak maksimum 0 meter,
dan ditempatkan secara terpadu dengan lampu
penerangan pejalan kaki pada jarak 15 meter
 Pada desain street furniture disediakan space untuk
sponsor sebagai media promosi

Hal - 55
2.3 PANDUAN PERANCANGAN SEMPADAN PANTAI

ATURAN WAJIB
Aturan Anjuran Tata Bangunan
Aturan Anjuran Tata Lingkungan
Aturan Anjuran Tata Visual
RUMAJA Ruang Manfaat Jalan
RUMIJA Ruang Milik Jalan Jalan
RUWASJA Ruang Pengawasan Jalan

BLOK 4 (SEMPADAN PANTAI)


A B C
PERUNTUKAN LAHAN MAKRO Sempadan Pantai
PERUNTUKAN LAHAN MIKRO Lantai 1 :Permukiman / Zona Sempadan Pantai
KOEFISIEN DASAR BANGUNAN  50% (Perdagangan & Jasa)
(KDB)
KOEFISIEN LANTAI BANGUNAN Maks. 1
(KLB)
KOEFISIEN DASAR HIJAU (KDH) Min. 50%
KETINGGIAN BANGUNAN  2 Lantai
MAKSIMAL
GARIS SEMPADAN BANGUNAN  Min. 5 Meter
(GSB)
GARIS SEMPADAN PANTAI  Min. 100 Meter
PERPETAKAN LAHAN • Luas kapling/persil tipe kecil 120 - 160M2
• Luas kapling/persil tipe sedang 161 - 200M2
• Luas kapling/persil tipe besar > 201M2
JARAK BEBAS BANGUNAN • Jarak bebas samping bangunan renggang
minimum 2 M.
• Jarak bebas samping bangunan rapat adalah 0
M.
• Jarak bebas belakang bangunan minimum10%
dari panjang pekarangan belakang
• Jarak bebas bangunan deret lebih dari 60 M.
dengan blok bangunan berikutnya yang
berfungsi sebagai jalur darurat/rencana jalan

BENTUK DAN TATA MASA  Bangunan boleh ditambah/diperluas ke arah


BANGUNAN horizontal dan vertikal hingga mencapai KDB
dan KLB yang dipersyaratkan
 Setback bangunan minimum 1 m dari GSB
 Ketinggian lantai bangunan 3 – 3.5meter
 Penggunaan atap gabungan antara pelana
dengan perisai
 Tata bangunan persimpangan dirancang dengan
konsep bangunan sudut (hook) akses dan view
diarahkan lebih dari 1.

Hal - 56
A B C
ORIENTASI BANGUNAN Bangunan berorientasi tegak lurus menghadap ke
Pantai
PENGOLAHAN FASAD  Elemen transparanbangunan sempadan pantai
BANGUNAN minimal 60-75% berupa berupa jendela kaca
• Pemilihan warna tone soft / lembut selaras
dengan lingkungan
BAHAN ATAP BANGUNAN  Penggunaan material atap menggunakan
genteng dan tidak diperkenankan penggunaan
material atap seng dan asbes
 Penggunaanlisplank kayu sebagai pembentuk
karakter kawasan
 Penggunaan material lainnya diupayakan yang
ramah lingkungan, tidak rentan terhadap
bencana, serta mudah dalam perawatan dan
pembersihan
SIRKULASI PEJALAN KAKI  Jalur perkerasan jalan / Pedestrian3 M (Jalan
Inspeksi) yang merupakan batas buffer fisik
permukiman sempadan pantai sekaligus
sebagai jalur emergency apabila terjadi bencana
 Pada Jalan Inspeksi, setiap 300 meter
disediakan anjungan dengan ruang terbuka
yang dapat berfungsi sebagai safety zone dan
shelter yang dilengkapi dengan gazebo, tenda
payung pantai
PARKIR  Parkir wajib disediakan di dalam persil (off-street
parking), pada bagian depan bangunan.
 Penggunaan material grass block atau paving
block pada area parkir yang disediakan
 Parkir sepeda disediakan berdekatan dengan
halte
 Tanaman penghias atau tanaman sisipan
dengan model pot bunga dapat disediakan
menyatu dengan elemen pelengkap jalan
lainnya, seperti tempat sampah dan PJU
RUANG TERBUKA & TATA HIJAU  Jenis vegetasi untuk RTH sempadan
pantaiberupa pohon yang kuat dan mampu
menahan ombak sehingga dapat mengurangi
bencana abrasi, dapat berupa Pohon Mangrove
atau Bakau
 Jarak tanam pohon mangroverapat 5 Meter
 Diperkenankan menggunakan pagar (Hunian),
tetapi dengan ketinggian maks 1M, dan tidak
masif disarankan menggunakan pagar kayu atau
bambu
 Tinggi pembatas pekarangan samping dan
belakang untuk bangunan renggang maksimal 1
m di atas permukaan tanah pekarangan
 Penggunaan material berongga untuk elemen
keras (hard space) ruang terbuka pada persil

Hal - 57
A B C
UTILITAS BANGUNAN DAN  Jaringan air bersih diletakkan di dalam ducting
LINGKUNGAN bersama dengan jaringan utilitas lainnya
 Setiap bangunan harus memiliki septictank dan
peresapan untuk pengolahan limbah
 Setiap pekarangan harus dilengkapi saluran
pembuangan air hujan yang cukup besar dan
mempunyai kemiringan yang cukup
 Saluran drainase/selokan 0.5X0.5 M
 Jaringan telepon dan segala macam jaringan
kabel seperti fiber optic telepon seluler
diletakkan di dalam ducting
 Jaringan listrik diletakkan di udara dengan
ketinggian sesuai standarisasi PLN
 Penyediaan tempat sampah umum harus
tertutup dan memisahkan sampah organik dan
anorganik dalam suatu wadah yang didesain
dengan baik (sesuai standar Dinas PU) dan
ornamen yang bercirikan dan mencitrakan
nuansa khas local (Motif Salawuku)
 Penyediaan pipa-pipa hydrant ditempatkan
setiap jarak 200 m pada sisi jalur pejalan kaki
dan terhubung dengan jaringan PDAM terkait
pengaman kebakaran
 Setiap bangunan harus menyediakan Alat
Pemadam Api Ringan (APAR)/Hydrant Portable
yang ditempatkan pada posisi yang mudah
dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil,
serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan
PERLETAKAN TATA INFORMASI  Setiap desain papan informasi pertandaan
(SIGNAGE) (signage) pada kawasanharus mengikuti warna
dan ornamen yang bercirikan dan mencitrakan
nuansa khas local (Motif Salawuku)
 Penempatan papan informasi pertandaan
(signage) pada bangunan tidak boleh
menghalagi fasad bangunan, terutama
pencahayaan
 Papan informasi pertandaan (signage) berupa
nama bangunan dan nomor persil ditempatkan
pada dinding depan bangunan untuk
memudahkan pencarian alamat
 Papan informasi berupa reklame komersial
dipasang pada tiang-tiang PJU yang sudah
disediakan dengan desain yang menyatu
dengan karakter kawasan
 Penempatan rambu lalu lintas di sebelah kiri
menurut arah lalu lintas dan tidakmenghalangi
pergerakan pejalan kaki

Hal - 58
A B C
PERLETAKAN STREET  Setiap desain street furniture pada
FURNITURE kawasanharus mengikuti warna dan ornamen
yang bercirikan dan mencitrakan nuansa khas
local (Motif Salawuku)
 Penempatan halte setiap jarak 300 m
 Peletakan tempat sampah umum didesain
terlindung pada tiap jarak 50 m sebagai bagian
dari kelengkapan jalan dan tidak boleh
menggangu sirkulasi pejalan kaki dengan
menciterakan nuansa local (Motif Salawuku)
 Bak bunga berisikan tanaman perdu dapat
disediakan sebagai pengganti pagar yang
ditempatkan pada GSP
 Penempatan bangku duduk didesain menyatu
dengan penempatan titik-titik hijau
 Lampu Penerangan Jalan Umum ditempatkan
pada sisi jalur pejalan kaki pada jarak
maksimum 0 meter, dan ditempatkan secara
terpadu dengan lampu penerangan pejalan kaki
pada jarak 15 meter
 Pada desain street furniture disediakan space
untuk sponsor sebagai media promosi

2.4 PANDUAN PERANCANGAN PERDAGANGAN PERMUKIMAN

ATURAN WAJIB
Aturan Anjuran Tata Bangunan
Aturan Anjuran Tata Lingkungan
Aturan Anjuran Tata Visual
RUMAJA Ruang Manfaat Jalan
RUMIJA Ruang Milik Jalan Jalan
RUWASJA Ruang Pengawasan Jalan

BLOK 5 (PERMUKIMAN)
A B C
PERUNTUKAN LAHAN MAKRO Permukiman
PERUNTUKAN LAHAN MIKRO Lantai 1 Hunian
Lantai 2 :Permukiman
KOEFISIEN DASAR BANGUNAN  60% (Perdagangan & Jasa)
(KDB)
KOEFISIEN LANTAI BANGUNAN Maks. 2.1
(KLB)
KOEFISIEN DASAR HIJAU (KDH) Min. 30%
KETINGGIAN BANGUNAN  2 Lantai
MAKSIMAL
GARIS SEMPADAN BANGUNAN  Min. 5 Meter
(GSB)
PERPETAKAN LAHAN • Luas kapling/persil tipe kecil 120 - 160M2
• Luas kapling/persil tipe sedang 161 - 200M2
• Luas kapling/persil tipe besar > 201M2

Hal - 59
A B C
JARAK BEBAS BANGUNAN • Jarak bebas samping bangunan renggang
minimum 2 M.
• Jarak bebas samping bangunan rapat adalah 0
M.
• Jarak bebas belakang bangunan minimum10%
dari panjang pekarangan belakang
• Jarak bebas bangunan deret lebih dari 60 M.
dengan blok bangunan berikutnya yang
berfungsi sebagai jalur darurat/rencana jalan
BENTUK DAN TATA MASA  Bangunan boleh ditambah/diperluas ke arah
BANGUNAN horizontal dan vertikal hingga mencapai KDB
dan KLB yang dipersyaratkan
 Setback bangunan minimum 1 m dari GSB
 Ketinggian lantai bangunan 3 – 3.5meter
 Penggunaan atap gabungan antara pelana
dengan perisai
 Tata bangunan persimpangan dirancang dengan
konsep bangunan sudut (hook) akses dan view
diarahkan lebih dari 1.
ORIENTASI BANGUNAN Bangunan berorientasi tegak lurus menghadap
jalan
PENGOLAHAN FASAD • Pengolahan fasad kombinasi elemen transparan
BANGUNAN dengan elemen masif seperti dinding dan kolom
• Elemen transparan minimal 50-60% berupa
berupa jendela yang difungsikan sebagai
pencahayaan alami
• Pemilihan warna tone soft / lembut selaras
dengan lingkungan
BAHAN ATAP BANGUNAN  Penggunaan material atap menggunakan
genteng dan tidak diperkenankan penggunaan
material atap seng dan asbes
 Penggunaanlisplank kayu sebagai pembentuk
karakter kawasan
 Penggunaan material lainnya diupayakan yang
ramah lingkungan, tidak rentan terhadap
bencana, serta mudah dalam perawatan dan
pembersihan
SIRKULASI PEJALAN KAKI  Jalur perkerasan jalan / Pedestrain 4.8 M. lajur,
jenis perkerasan Beton Bertulang
PARKIR  Parkir wajib disediakan di dalam persil (off-street
parking), pada bagian depan bangunan.
 Penggunaan material grass block atau paving
block pada area parkir yang disediakan
 Parkir sepeda disediakan berdekatan dengan
halte
RUANG TERBUKA & TATA HIJAU  Diperkenankan menggunakan pagar, tetapi
dengan ketinggian maks 1M, dan tidak masif
 Tinggi pembatas pekarangan samping dan
belakang untuk bangunan renggang maksimal 3
m di atas permukaan tanah pekarangan

Hal - 60
A B C
 RTH disediakan dari masing-masing rumah
harus menyediakan 2 pohon peneduh atau tidak
menebang pohon eksisting (yang ada)
 Jenis vegetasi untuk RTH pada koridor jalan
berupa pohon peneduh dan pengarah, dipilih
vegetasi yang cukup rindang namun tidak
menutupi fasad bangunan, dapat berupa Pohon
Palem Botol.
 Jarak tanam vegetasi pada koridor jalan adalah
setiap 10 m
 Tanaman penghias atau tanaman sisipan
dengan model pot bunga dapat disediakan
menyatu dengan elemen pelengkap jalan
lainnya, seperti tempat sampah dan PJU
UTILITAS BANGUNAN DAN  Jaringan air bersih diletakkan di dalam ducting
LINGKUNGAN bersama dengan jaringan utilitas lainnya
 Setiap bangunan harus memiliki septictank dan
peresapan untuk pengolahan limbah
 Setiap pekarangan harus dilengkapi saluran
pembuangan air hujan yang cukup besar dan
mempunyai kemiringan yang cukup
 Saluran drainase/selokan 0.6X0.6 M
 Jaringan telepon dan segala macam jaringan
kabel seperti fiber optic telepon seluler
diletakkan di dalam ducting
 Jaringan listrik diletakkan di udara dengan
ketinggian sesuai standarisasi PLN
 Penyediaan tempat sampah umum harus
tertutup dan memisahkan sampah organik dan
anorganik dalam suatu wadah yang didesain
dengan baik (sesuai standar Dinas PU) dan
ornamen yang bercirikan dan mencitrakan
nuansa khas local (Motif Salawuku)
 Penyediaan pipa-pipa hydrant ditempatkan
setiap jarak 200 m pada sisi jalur pejalan kaki
dan terhubung dengan jaringan PDAM terkait
pengaman kebakaran
 Setiap bangunan harus menyediakan Alat
Pemadam Api Ringan (APAR)/Hydrant Portable
yang ditempatkan pada posisi yang mudah
dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil,
serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan
PERLETAKAN TATA INFORMASI  Setiap desain papan informasi pertandaan
(SIGNAGE) (signage) pada kawasanharus mengikuti warna
dan ornamen yang bercirikan dan mencitrakan
nuansa khas local (Motif Salawuku)
 Penempatan papan informasi pertandaan
(signage) pada bangunan tidak boleh
menghalagi fasad bangunan, terutama

Hal - 61
A B C
pencahayaan
 Papan informasi pertandaan (signage) berupa
nama bangunan dan nomor persil ditempatkan
pada dinding depan bangunan untuk
memudahkan pencarian alamat
 Papan informasi berupa reklame komersial
dipasang pada tiang-tiang PJU yang sudah
disediakan dengan desain yang menyatu
dengan karakter kawasan
 Penempatan rambu lalu lintas di sebelah kiri
menurut arah lalu lintas dan tidakmenghalangi
pergerakan pejalan kaki
PERLETAKAN STREET  Setiap desain street furniture pada
FURNITURE kawasanharus mengikuti warna dan ornamen
yang bercirikan dan mencitrakan nuansa khas
local (Motif Salawuku)
 Penempatan halte setiap jarak 300 m
 Peletakan tempat sampah umum didesain
terlindung pada tiap jarak 50 m sebagai bagian
dari kelengkapan jalan dan tidak boleh
menggangu sirkulasi pejalan kaki dengan
menciterakan nuansa local (Motif Salawuku)
 Bak bunga berisikan tanaman perdu dapat
disediakan sebagai pengganti pagar yang
ditempatkan pada GSP
 Penempatan bangku duduk didesain menyatu
dengan penempatan titik-titik hijau
 Lampu Penerangan Jalan Umum ditempatkan
pada sisi jalur pejalan kaki pada jarak
maksimum 0 meter, dan ditempatkan secara
terpadu dengan lampu penerangan pejalan kaki
pada jarak 15 meter
 Pada desain street furniture disediakan space
untuk sponsor sebagai media promosi

Hal - 62
2.5 PANDUAN PERANCANGAN RTH KAWASAN

ATURAN WAJIB
Aturan Anjuran Tata Bangunan
Aturan Anjuran Tata Lingkungan
Aturan Anjuran Tata Visual
RUMAJA Ruang Manfaat Jalan
RUMIJA Ruang Milik Jalan Jalan
RUWASJA Ruang Pengawasan Jalan

BLOK 4 (SEMPADAN PANTAI)


A B C
PERUNTUKAN LAHAN MAKRO RTH Aktif dan Pasif
PERUNTUKAN LAHAN MIKRO Taman Skala Kota, Joging Track, Adventure Game,
Area Olahraga, dan Parkir
KOEFISIEN DASAR BANGUNAN 20% (Perdagangan & Jasa)
(KDB)
KOEFISIEN LANTAI BANGUNAN Maks. 0.2
(KLB)
KOEFISIEN DASAR HIJAU (KDH) Min. 70%
KETINGGIAN BANGUNAN  1 Lantai
MAKSIMAL
GARIS SEMPADAN BANGUNAN  15 M (dari As Jalan)
(GSB)
PERPETAKAN LAHAN • Luas kapling/persil tipe kecil 120 - 160M2
• Luas kapling/persil tipe sedang 161 - 200M2
• Luas kapling/persil tipe besar > 201M2
JARAK BEBAS BANGUNAN -
BENTUK DAN TATA MASA  Bentuk bangunan penunjang disesuaikan
BANGUNAN dengan fungsinya sebagai penunjang aktifitas di
dalam ruang terbuka
 Penempatan massa bangunan penunjang tidak
menghalangi pergerakan di dalam ruang
terbuka, ditempatkanpada sisi persil
ORIENTASI BANGUNAN Bangunan penunjang berorientasi ke dalam ruang
terbuka
PENGOLAHAN FASAD • Pengelolaan fasad bangunan penunjang tidak
BANGUNAN mengikat namun tetap serasi dengan lingkungan
• Elemen transparan minimal 60% berupa berupa
jendela yang difungsikan sebagai pencahayaan
alami
• Penggunaansusunan material batu alam
sebagai pembentuk karakter kawasan
ditempatkan pada fasad
• Pemilihan warna tone soft / lembut selaras
dengan lingkungan
BAHAN ATAP BANGUNAN  Penggunaan material atap sesuai dengan
daerah tropis, seperti genteng dan tidak
diperkenankan penggunaan material atap seng
dan asbes

Hal - 63
A B C
 Penggunaanlisplank kayu sebagai pembentuk
karakter kawasan
 Penggunaan material lainnya diupayakan yang
ramah lingkungan, tidak rentan terhadap
bencana, serta mudah dalam perawatan dan
pembersihan
SIRKULASI KENDARAAN  Tidak ada sirkulasi bagi kendaraan di dalam
area ruang terbuka
 Fasilitas pejalan kaki berupa jalur pejalan kaki
dengan lebar 1.8 m disediakan di sekeliling
ruang terbuka
 Perkerasan jalur pejalan kaki menggunakan
material ubin PC dan dikombinasikan dengan
ubin teksturpemandu untuk kebutuhan kaum
difabel
SIRKULASI PEJALAN KAKI  Penggunaan material batu koral sikat untuk jalur
pedestrian yang sekaligus didesain sebagai jalur
refleksi
 Perletakan ramp adalah pada jalan masuk
menuju area dalam ruang terbuka dengan
kemiringan maksimal 17%
 Penggunaan ramp untuk kontinuitas pergerakan
sehingga nyaman bagi siapapun termasuk
manula dan difabel
PARKIR  Parkir disediakan di dalam area RTH (off-street
parking).
 Penggunaan material grass block atau paving
block pada area parkir yang disediakan
 Parkir sepeda disediakan berdekatan dengan
halte
RUANG TERBUKA & TATA HIJAU  Jarak tanam vegetasi pada RTH adalah setiap
10 m
 Penggunaan jenis vegetasi lokal dan beragam
namun beradaptasi tinggi, yaitu berupa pohon
tahunan atau musiman, tanaman bunga, semak,
perdu, serta penutup tanah
 Penggunaan material grass block dan paving
block untuk elemen keras (hard space), seperti
plaza dan area senam
 Tanaman penghias atau tanaman sisipan
dengan model pot bunga dapat disediakan
menyatu dengan elemen pelengkap jalan
lainnya, seperti tempat sampah dan PJU
 Tidak diperkenankan jenis vegetasi yang
beracun, berduri, berdahan mudah patah, dan
perakaran yang tidak kuat
 Pembatas hanya dimungkinkan sebagai bagian
dari desain untuk menciptakan ruang-ruang di
dalam ruangterbuka dan harus berupa pagar
tanaman dengan ketinggian 60 cm

Hal - 64
A B C
UTILITAS BANGUNAN DAN  Jaringan air bersih diletakkan di dalam ducting
LINGKUNGAN bersama dengan jaringan utilitas lainnya
 Bangunan Pendukung memiliki septictank dan
peresapan untuk pengolahan limbah
 RTH harus dilengkapi saluran pembuangan air
hujan yang cukup besar dan mempunyai
kemiringan yang cukup
 Jaringan telepon dan segala macam jaringan
kabel seperti fiber optic telepon seluler
diletakkan di dalam ducting
 Jaringan listrik diletakkan di udara dengan
ketinggian sesuai standarisasi PLN
 Penyediaan tempat sampah umum harus
tertutup dan memisahkan sampah organik dan
anorganik dalam suatu wadah yang didesain
dengan baik (sesuai standar Dinas PU) dan
ornamen yang bercirikan dan mencitrakan
nuansa khas local (Motif Salawuku)
 Penyediaan pipa-pipa hydrant ditempatkan
setiap jarak 200 m pada sisi jalur pejalan kaki
dan terhubung dengan jaringan PDAM terkait
pengaman kebakaran
PERLETAKAN TATA INFORMASI  Setiap desain papan informasi pertandaan
(SIGNAGE) (signage) pada kawasanharus mengikuti warna
dan ornamen yang bercirikan dan mencitrakan
nuansa khas local (Motif Salawuku)
 Papan informasi berupa reklame komersial
dipasang pada tiang-tiang PJU yang sudah
disediakan dengan desain yang menyatu
dengan karakter kawasan
PERLETAKAN STREET  Setiap desain street furniture pada
FURNITURE kawasanharus mengikuti warna dan ornamen
yang bercirikan dan mencitrakan nuansa khas
local (Motif Salawuku)
 Penempatan halte setiap jarak 300 m
 Peletakan tempat sampah umum didesain
terlindung pada tiap jarak 30 m sebagai bagian
dari kelengkapan jalan dan tidak boleh
menggangu sirkulasi pejalan kaki dengan
menciterakan nuansa local (Motif Salawuku)
 Penempatan bangku duduk didesain menyatu
dengan penempatan titik-titik hijau
 Lampu Penerangan Jalan Umum ditempatkan
pada sisi jalur pejalan kaki pada jarak
maksimum 0 meter, dan ditempatkan secara
terpadu dengan lampu penerangan pejalan kaki
pada jarak 15 meter
 Pada desain street furniture disediakan space
untuk sponsor sebagai media promosi

Hal - 65
7.7 Arahan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman
(RP2KP)
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman merupakan suatu dokumen
strategi operasional dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang sinergi
dengan arah pengembangan kota, sehingga dapat menjadi acuan yang jelas bagi penerapan
program-program pembangunan infrastruktur Cipta Karya. RP2KP memuat arahan kebijakan dan
strategi pembangunan infrastruktur permukiman makro pada skala kabupaten/kota yang berbasis
pada rencana tata ruang (RTRW) dan rencana pembangunan (RPJMD). RP2KP memiliki beberapa
fungsi, yaitu:
a. sebagai acuan bagi implementasi program-program pembangunan permukiman dan infrastruktur
perkotaan, sehingga dapat terintegrasi dengan program-program pembangunan lainnya yang
telah ada;
b. Sebagai dokumen induk dari semua dokumen perencanaan program sektoral bidang Cipta
Karya di daerah;
c. Sebagai salah satu acuan bagi penyusunan RPI2-JM;
d. Sebagai sarana untuk integrasi semua kebijakan, strategi, rencana pembangunan dan
pengembangan kawasan permukiman yang tertuang di berbagai dokumen; dan
e. Sebagai dokumen acuan bagi penyusunan kebijakan yang terkait dengan pembangunan
permukiman dan infrastruktur perkotaan

7.7.1 PENGEMBANGAN KAWASAN PUSAT KOTA


7.7.1.1 Konsep Pengembangan
Kawasan Pusat Kota memiliki fungsi dan peran yang cukup signifikan dalam mendukung
pengembangan Kota Ambon. Kawasan Pusat Kota merupakan wilayah pusat kegiatan Kota Ambon
bahkan Propinsi Maluku karena pada kawasan ini wdapat berbagai fungsi pemanfaatan lahan yang
cukup panting, seperti kawasan pemerintahan, kawasan perkantoran, kawasan perdagangan dan
jasa, kawasan pelabuhan dan bandana, serta kawasan permukiman. Kawasan-kawasan tersebut
tidak hanya memiliki skala pelayanan kota akan tetapi beberapa diantaranya memiliki skala
pelayanan satu propinsi. Peran dan fungsi Kawasan Pusat Kota Ambon tersebut tidak diimbangi
dengan perkembangan fisik kota, dimana terdapat banyak permasalahan yang terjadi terutama pada
kawasan permukiman penduduk. Oleh karena itu dalam kegiatan Rencana Pengembangan Kawasan
Permukiman Prioritas (RPKPP) Tahun 2010 ini, Kawasan Pusat Kota yang menjadi bagian wilayah
Kecamatan Sirimau ini dipilih menjadi salah satu kawasan permukiman prioritas yang perlu mendapat
penanganan pada tahap 1.
Beberapa permasalahan yang terjadi di Kawasan Pusat Kota Ambon terutama dalam kaitan dengan
kondisi permukiman, meliputi menurunnya kondisi permukiman pada wilayah pesisir dan bantaran
sungai akibat meningkatnya jumlah permukiman kumuh dan padat penduduk, kemudian menurunnya
fungsi beberapa infrastruktur penunjang permukiman akibat kerusakan ataupun belum tersedia.
Apabila tidak segera ditangani maka, permasalahan yang terjadi saat ini akan menghambat
perkembangan wilayah kota secara umum.
Konsep penanganan permukiman yang dapat dilaksanakan untuk menyelesaikan permasalahan
pada Kawasan Pusat Kota Ambon dapat mengacu pada kebijakan yang telah direncanakan
pemerintah daerah, salah satunya adalah konsep waterfront city. Konsep waterfront city ini
dilaksanakan dengan menekankan pada upaya pengembangan/penataan wilayah pesisir pada
Kawasan Pusat Kota yang notabene terdapat banyak lingkungan permukiman kumuh dan padat

Hal - 66
penduduk. Pengembangan atau penataan lingkungan permukiman tersebut dilakukan untuk
memperbaiki kondisi fisik, lingkungan, sosial, ekonomi dan estetika kota, sehingga wilayah pesisir
Kota Ambon tersebut tidak hanya menjadi kawasan pusat perdagangan tetapi juga dapat menjadi
kawasan wisata dan kawasan permukiman penduduk yang sehat dan layak huni. Kemudian pada
wilayah pusat kota, konsep, pengembangan permukiman yang dilakukan adalah dengan melakukan
penataan permukiman dan revitalisasi infrastruktur permukiman terutama pada wilayah khusus dan
penting seperti kompleks pernerintahan, perkantoran dan perdagangan serta layah permukiman
bantaran sungai.

7.7.1.2 Rencana Program


Konsep pengembangan kawasan permukiman prioritas di pusat kota Ambon yang meliputi konsep
waterfront city dan konsep penataan lingkungan permukiman kota lainnya dapat diwujudkan melalui
beberapa Rencana program. Rencana program ini didasarkan padaa permasalahan kawasan serta
analisa kebutuhan kawasan.
A. Perumahan
Program kegiatan pembangunan yang dapat dilakukan untuk menangani permasalahan
perumahan pada Kawasan Pusat Kota, meliputi:
Program Penyediaan/ Pembangunan Rusunawa
Kegiatan pembangunan perumahan sudah tidak dapat dilaksanakan lagi pada lingkungan
permukiman padat penduduk seperti pada Desa Batumerah dan Kelurahan Rijali karena
tidak tersedia lagi ruang pembangunan. Salah satu program yang dapat dilaksanakan
untuk menyelesaikan permasalahan peningkatan kebutuhan perumahan adalah
pembangunan rusunawa yang dikhususkan untuk penduduk yang mau pindah dari
lingkungan permukiman kumuh yang ada.
Pembangunan rusunawa diharapkan dapet mengatasi permasalahan permukiman padat
penduduk yang ada di kawasan pusat kota ini serta dapat memberikan peluang dalam
menunjang peningkatan kualitas masyarakat, antara. lain:
 Penyediaan tempat hunian yang layak sesuai dengan kebijakan penataan wang dan
program pembangunan,
 Menanggulangi lingkungan permukiman di kawasan perkotaan yang cenderung tidak
sehat (kumuh dan padat penduduk),
 Menjembatani masyarakat yang belum mempunyai rumah tempat tinggal untuk
mendapatkan tempat hunian yang layak huni dengan cara menyewa terutama sesuai
bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Hal - 67
Program Rencana Revitalisapi Permukiman Pada Kawasan Perdagangan
Pada kawasan perdagangan seperti pada wilayah, pesisir, banyak terdapat rumah tinggal
yang bercampur dengan fungsi perdagangan (toko). Kondisi bangunan rumah toko
tersebut sebagian besar sudah tua dan kurang terawatt. Apabila kondisi kawasan
perdagangan ini tidak diperhatikan, maka bangunan yang ada tidak akan lagi menunjang
aktivitas perdagangan yang ada serta akan mengganggu kondisi estetika lingkungan Kota
Ambon. Diperlukan regulasi dan rencana penataan yang sesuai sehingga pada kawasan
perdagangan tersebut menjadi kawasan ekonorTv vital soft layak huni.
Program Penertiban Ungkungan Permukiman Selmiang Bantaran Sungai dan Kawasan
Pesisir
Pada saat ini di Kawasan Pusat Kota banyak terdapat lingkungan kumuh dan padat
penduduk terutama berada di sepanjang bantaran sungai dan wilayah pesisir pantai.
Kondisi permukiman tersebut cukup buruk sehingga diperkkakan menurunkan kualitas
lingkungan hidup dan memperburuk estetika lingkungan kota. Program penertiban
permuMman kumuh dan padat penduduk ini perlu dilaksanakan sebagai salah satu upaya
untuk menunjang konsep waterfront city, yaitu menciptakan kawasan pesisir yang indah,
bersih, sejahtera dan teratur sehingga mampu memberikan manfaat bagi perkembangan
kota secara, umum. Program penertiban ini juga dilakukan karena pada lingkungan
permukiman yang ads di Kota Ambon sebagian terdiri dart bangunan atau perumahan
yang berstatus ilegal. Program penertiban ini dapat dilaksanakan dilakukan dengan
memberikan insentif kepada pemilik atau penghuni bangunan atau rumah pada kawasan
bantaran sungai dan sungai yang mau berpindah dari kawasan permukiman tersebut.
Insentif yang diberikan dapat berupa pemberian prioritas bantuan atau fasilitasi sewa
pada rusunawa yang direncanakan akan dibangun serta keringanan pajak pada lokasi
permukiman penduduk yang baru, sehingga penduduk tidak lagi membangun rumah atau
bangunan pada bantaran sungai dan pesisir pantai.

B. Air Bersih
Program yang dapat dilakukan dalam upaya penanganan permasalahan bidang air bersih dan
air minum di Kawasan Pusat Kota, yaitu:
Program Penyediaan Sarana Air Bersih Komunal
Program pengembangan atau penyediaan sarana air bersih komunal ini ditujukan pada
daerah atau lingkungan permukiman yang kumuh dan padat penduduk dimana
lingkungan tersebut notabene juga dihuni oleh penduduk berpenghasilan rendah.
Program penyediaan sarana air bersih komunal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
air bersih penduduk. Dengan tersedianya air yang bersih berkualitas make kondisi
kesehatan penduduk secara umum diharapkan meningkat serta biaya hidup dalam satu
keluarga juga dapat ditekan.
Salah satu bentuk pelaksanaan program penyediaan sarana air bersih komunal ini adalah
penyediaan kran umum dan tendon umum ataupun sumur artesis yang dimanfaatkan oleh
beberapa keluarga dalam satu lingkungan permukiman. Pelaksanaan program ini juga
diawali dengan pelaksanaan uji kualitas dan potensi air tanah yang akan digunakan
terutama, di wilayah pesisir, karena pada sebagian lingkungan permukiman penduduk
tersebut kualitas airnya mulai menurun. Penyediaan sarana air bersih komunal dapat
diletakkan pada lokasi yang mudah dicapai penduduk dan memilki ruang yang cukup
untuk tempat berkumpuinya penduduk dalam jumlah yang besar.

Hal - 68
Program Pengembangan dan Revitalisasi Janngan Air Bersih
Program pengembangan dan revitalisasi jaringan air bersih ditujukan pada penyediaan
kebututm air bersih bagi penduduk pada setiap lingkungan permukiman yang ada di
kawasan pusat kola ini. Program pengembangan jaringan dilakukan pada, wilayah-
wilayah yang belum terlayani jaringan perpipaan air bersih, sementara program
revitalisasi jaringan air bersih ini ditujukan pada lingkungan permukiman yang
memerlukan peningkatan kondisi atau perbaikan jaringan air bersih akibat kerusakan atau
kurang berfungsinya jaringan air bersih. Sampai saat ini, salah satu permasalahan yang
terjadi pada sistem pelayanan jaringan perpipaan air bersih saat ini adalah kontinuitas
suplai air bersih kepada penduduk. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan juga oleh
pemerintah daerah dan PDAM, terkait program peningkatan pelayanan air bersih
terutama pada jam-jam penggunaan puncak sehingga penduduk tidak lagi kesulitan
memperoleh air bersih.

C. Drainase
Program yang dapat dilakukan dalam upaya penanganan permasalahan bidang drainase di
Kawasan Pusat Kota, yaitu:
Program Pengembangan dan Revitalisasi Saluran Drainase Permukiman
Program pengembangan dan revitalisasi saluran drainase permukiman ditujukan pada
penyediaan dan perbaikan saluran drainase pada lingkungan permukiman penduduk di
kawasan pusat kota. Penyediaan saluran drainase dilakukan pada lingkungan
permukiman penduduk yang belum dilengkapi dengan saluran sehingga limpasan air
hujan dan air limbah tidak menggenang pada badan jalan dan akhirnya dapat merusak
perkerasan jalan. Pada lingkungan permukiman yang kumuh dan padat penduduk, tipe
saluran drainase yang dapat disediakan adalah saluran semi tertutup dimana saluran
terbuka digunakan pada saluran di lingkungan rumah sementara untuk saluran yang
menghubungkan dengan sungai atau saluran primer dibangun dengan tipe tertutup.
Kemudian program kegiatan revitalisasi saluran drainase dilakukan pada saluran-saluran
yang mengalami kerusakan atau tidak berfungsi secara maksimal. Hal tersebut
disebabkan banyak saluran draiase yang banyak tersumbat sampah, tanaman ataupun
material padat (batu, tanah dan pasir), serta saluran drainase yang ada sudah tidak lagi
menampung limpasan air karena dimensi saluran lebih kecil dari pada volume limpasan
air.

D. Persampahan
Program yang dapat dilakukan dalam upaya penanganan permasalahan bidang persampahan
di Kawasan Pusat Kota, yaitu:
Program Penyediaan Sarana Persampahan
Program penyediaan sarana persampahan ini perlu. dilakukan mengingat kondisi saat ini
menunjukkan terdapat beberapa lingkungan permukiman penduduk di kawasan pusat
kota yang belum dilengkapi dengan sarana atau tempat pembuangan sampah yang
cukup memadai. Sehingga pada lingkungan permukiman tersebut, lokasi pengumpulan
sampah yang bersifat komunal berada di badan jalan ataupun trotoar. Meskipun pada
akhirnya timbunan sampah tersebut diangkut dan dibuang di lntalasi Pengolahan Sampah
Terpadu, namun kondisi timbunan sampah pada saat belum terangkut dapat

Hal - 69
menimbulkan bau sementara juga masih terdapat sampah yang tidak terangkut dan
berserakan di badan jalan.
Oleh karena itu, dalam pengembangan kedepan salah satu langkah dasar yang perlu
dilakukan untuk menyelesaikan masalah persampahan di Kawasan pusat kota ini adalah
program penyediaan sarana persampahan pada tap lingkungan permukiman. Upaya ini
dilakukan dalam bentuk penyediaan sarana persampahan berupa bak sampah, tong
sampan, keranjang sampah, kontainer sampah serta yang paling panting adalah tempat
pengumpulan sampah sementara (TPS) yang dilengkapi dengan bangunan permanen.
Program Sosialisasi Pemilahan Sampan Pada Tiap Rumah Tangga
Program sosialisasi pemilihan sampah berdasar jenis sampah pada tingkat rumah tangga
perlu dilakukan di kawasan permukiman pusat kota ini. Kondisi yang ada saat ini,
menunjukkan bahwa sampah yang dihasilkan oleh penduduk dalam proses
pengumpulannya masih menjadi satij sehingga pada saat proses pengolahan sampah di
IPST akan terjadi timbunan sampah yang tidak dapat digunakan dalam jumlah yang
sangat besar.
Dalam proses pemilahan sampah di tingkat rumah tangga, sampah dapat dipilah atas
sampah organik dan sampah anorganik. Proses pemilahan .sampah ini pada akhimya
berguna untuk mereduksi atau mengurangi volume timbulan sampah yang akan
disalurkan dimana sampah yang masih bisa dipakai kembali (reuse) tidak perlu dibuang
sementara sampah yang organik yang . umu,mnya tidak dapat dipakai kembali
dikumpulkan di tempat pembuangan sampah lingkungan atau komunal.

E. Sanitasi
Program yang dapat dilakukan dalam upaya penanganan pemiasalahan bidang sanitasi di
Kawasan Pusat Kota, yaitu:
Program Penyediaan Sarana Sanitasi Komunal
Program penyediaan sarana sanitasi komunal ini ditujukan terutama pada lingkungan
permukiman kumuh dan padat penduduk. Pada kawasan permukiman kumuh dan padat
penduduk tersebut, umumnya lingkungan perumahan tidak difengkapi dengan sarana dan
prasarana penunjang karena keterbatasan lahan dan juga kemampuan masyarakat untuk
menyediakan sarana dan prasarana lingkungan yang memadai juga tergolong rendah.
Salah satu prasarana permukiman yang tidak tersedia adalah sanitasi. Tidak tersedianya
fasilitas sanitasi mampu mempengaruhi kondisi lingkungan karena pencemaran
lingkungan diperkirakan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah
penduduk yang membuang air limbah secara langsung ke saluran lingkungan atau sungai
yang ada disekitarnya. Oleh karena itu, dalam program ini dilakukan penyediaan fasilitas
sanitasi komunal yang dapat dimanfaatkan oleh beberapa keluarga dalam satu
lingkungan. Fasilitas sanitasi komunal ini pada umumnya berupa WC umum atau kamar
mandi umum. Kegiatan penyediaan fasilitas sanitasi lingkungan atau komunal juga telah
dilakukan dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri.
Program Bantuan Penyediaan Sarana Sanitasi Rumah Tangga
Program bantuan penyediaan sarana sanitasi rumah tangga ini ditujukan pada lingkungan
permukiman kumuh dan padat penduduk yang ada di kawasan pusat kota, terutama bagi
rumah tangga yang memiliki penghasilan rendah dan belum memiliki fasilitas sanitasi
pribadi yang layak dan memadai. Program bantuan ini dapat diupayakan dalam bentuk
bantuan dans stimulus untuk pembangunan fisik ataupun bantuan kegiatan pembangunan

Hal - 70
fisik sarana sanitasi secara. langsung. Dengan adanya saran sanitasi yang memadai
pada tiap lingkungan rumah penduduk, diharapkan kualitas kesehatan lingkungan
terutama pada kawasan kumuh dan padat penduduk dapat meningkat.
F. Jalan
Program yang dapat dilakukan dalam upaya penanganan permasalahan bidang jaringan jalan
di Kawasan Pusat Kota, yaitu:
Program Revitalisasi Jaringan Lingkungan
Kondisi jaringan jalan terutama jalan lingkungan yang ada permukiman di Kawasan Pusat
Kota saat ini tergolong sudah cukup baik, meskipun pada beberapa lingkungan
permukiman terdapat jalan lingkungan yang hanya diperkeras dengan semen. Program
revitalisasi jaringan jalan ini ditujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi
jaringan jalan yang mengalami kerusakan ataupun perlu diperkeras dengan bahan
perkerasan yang lebih baik.

7.7.2 PENGEMBANGAN KAWASAN PASSO


7.7.2.1 Konsep Pengembangan
Berdasar rencana pembangunan dan penataan ruang Kota Ambon, Kawasan Passo dalam
pengembangan di masa mendatang diarahkan menjadi kawasan pengembangan wilayah perkotaan
dan permukiman yang baru di Kota Ambon. Kawasan Passo ini memiliki karakter yang unik karena
terletak diantara dua teluk yang ada di Pulau Ambon, yakni Teluk Ambon Dalam dan Teluk Baguala
serta sebagian bessar wilayahnya terletak sejajar atau bahkan lebih rendah daripada permukaan air
laut. Kawasan Passo juga memiliki posisi yang strategic dalam wilayah Kota Ambon karena terletak di
jalur persimpangan regional, selain itu terdapat potensi fisik yang cukup mendukung pengembangan
kawasan ini yaitu ketersediaan lahan yang masih cukup luas untuk aktivitas pembangunan. Pada
saat ini beberapa fasilitas pelayanan umum yang penting juga direncanakan dibangun di Kawasan
Passo seperti Terminal Transit Kota Ambon. Namun berdasar kondisi eksisting, terdapat beberapa
permasalahan yang diperkirakan mampu menghambat pengembangan Kawasan secara umum. Oleh
karena itu dalam kegiatan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Tahun
2010 ini, Kawasan Passo yang lenjadi bagian dari wilayah Kecamatan Teluk Ambon Baguala ini
dipilih menjadi salah satu kawasan permukiman prioritas yang perlu mendapat penanganan pada
tahap 1.
Seperti yang telah diketahui bahwa sebagian wilayah dari Kawasan Passo memiliki ketinggian
wilayah yang sejajar atau bahkan lebih rendah daripada permukaan air laut. Hal tersebut menjadi
salah satu permasalahan utama yang dihadapi Kawasan Passo dimana wilayahnya rentan terhadap
ancaman banjir dan genangan teruama banjir rob yang terjadi apabila air laut pasang terlalu tinggi,
permasalahan lain yang terjadi adalah kondisi infrastruktur wilayah penunjang permukiman belum
tersedia secara baik dan memadai di Kawasan Passo ini, karena, masih banyak jalan lingkungan
yang masih berupa jalan tanah, terdapat lingkungan permukiman yang tidak dilengkapi dengan
saluran drainase dan fasilitas sanitasi yang memadai, kemudian jaringan air bersih juga belum
menjangkau seluruh wilayah permukiman. Apabila Kawasan Passo secara serius dikembangan
meniadi kawasan pengembangan perkotaan yang baru, maka permasaiahan yang terjadi harus dapat
diatasi dan diselesaikan oleh seluruh pihak yang terkait.
Untuk menyelesaikan permasalahan yang telah disebutkan sebelumnya, maka konsep
pengembangan atau penanganan permukiman yang dapat diterapkan pada Kawasan Passo adalah
pengembangan kota baru mandiri. Konsep pengembangan ini dilakukan secara komprehensif yang
meliputi seluruh sektor atau bidang yang ada sehingga terjadi integrasi antar bidang atau sektor yang
ada, serta konsep ini juga memanfaatkan potensi luasan lahan atau ruang yang belum dikembangkan

Hal - 71
di Kawasan Passo. Namun salah satu prioritas pembangunan yang perlu mendapat perhatian dan
dilaksanakan adalah penanggulangan potensi banjir rob pada wilayah pesisir Kawasan Passo.
Dengan kawasan permukiman yang didukung ketersediaan fasilitas permukiman dan infrastruktur
wilayah yang memadai, diharapkan penduduk mau bertempat tinggal atau bermukim di Kawasan
Passo sehingga beban wilayah pada kawasan pusat kota dapat dikurangi.
7.7.2.2 Rencana Program
Konsep pengembangan Kawasan Passo seagai salah satu kawasan permukiman prioritas Kota
Ambon adalah konsep pengembangan kota baru mandiri, yang dapat diwujudkan melalui beberapa
rencana program pembangunan. Rencana program ini juga didasarkan pada permasalahan kawasan
serta analisa kebutuhan kawasan.
A. Perumahan
Program Penyediaan Kasiba (Kawasan Siap Bangun) dan Lisiba (Lingkungan Siap
Bangun)
Kebijakan pengembangan Kawasan Passo dapat diindikasikan dengan salah satu
program yakni program penyediaan Kasiba (kawasan siap bangun) dan Lisiba
(lingkungan siap, bangun) pada lahan atau ruang kosong yang tersedia untuk kegiatan
pembangunan perumahan atau permukiman baru. Program ini juga dapat menjadi alat
untuk merencanakan lingkungan permukiman baru agar lebih terarah dan terpadu serta
sesuai dengan arah kebijakan pengembangan kota. Lokasi Kasiba (kawasan siap
bangun) yang akan ditetapkan mencakup lokasi yang belum terbangun yang mampu
menampung sekurang-kurangnya 3.000 (tiga ribu) unit bangunan atau apabila lokasi
Kasiba sudah ada permukimannya, maka integrasi antara pembangunan baru dan
permukiman yang sudah ada menampung sekurang-kurangnya 3.000 (tiga ribu) unit
bangunan. Penentuan lokasi Kasiba juga harus mempertimbangkan kondisi fisik wilayah
Passo, dimana sebagian wilayah Passo merupakan wilayah yang rawan banjir sehingga
perumahan atau permukiman yang akan direncanakan tidak mengalami permasalahan
yang sama yakni banjir.
Program Penyediaan/Pembangunan Kawasan Perumahan Bersubsidi bagi PNS, TNI dan
Polri
Program penyediaan atau pembangunan kawasan perumahan bersubsidi bagi PNS, TNI
dan Polri ini menjadi salah satu upaya untuk mengurangi beban aktivitas pengembangan
atau pembangunan kawasan permukiman baru di pusat kota Ambon. Pengembangan
kawasan perumahan bersubsidi pada. Kawasan Passo memiliki keuntungan karena
ketersediaan lahan yang masih cukup luas dan harga lahan yang ada pada umumnya
lebih rendah daripada lahan di kawasan pusat kota. Keberadaan kawasan perurnahan
baru ini diharapkan dapat menarik penduduk untuk tinggal. Meningkatnya penduduk yang
tinggal akan meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana penunjang sehingga pada
akhirnya akan mampu memacu kawasan perumahan lain yang sudah ada di Kawasan
Passo dan pertumbuhan dan perkembangan wilayah dapat meningkat.
Program Perbaikan Kondisi Perumahan
Program perbaikan kondisi perumahan penduduk ini ditujukan pada lingkungan
permukiman penduduk dengan kondisi rumah non permanen dan semi permanen.
Program tersebut perlu dilakukan karena sebagian rumah penduduk yang ada di
Kawasan Passo masih dalam keadaan yang buruk sehingga dapat berpengaruh terhadap
perkembangan fisik maupun psikologis penduduk. Program ini dapat dilaksanakan dalam
bentuk pemberian bantuan dana untuk stimuli kegiatan perbaikan kondisi rumah ataupun
dengan bentuk kelompok swadaya masyarakat yang dibantu pemerintah daerah dalam

Hal - 72
kegiatan perbaikan kondisi lingkungan perumahan penduduk miskin ataupun kurang
mampu.

B. Air Bersih
Program yang dapat dilakukan dalam upaya penanganan permasalahan bidang air bersih dan
air minum di Kawasan Passo, yaittu:
Program Penyediaan Jaringan Air Bersih Lokal
Program penyediaan jaringan air bersih lokal ditaksanakan dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan air bersih penduduk yang ada di Kawasan Passo. Kegiatan
penyediaan jaringan air bersih dilakukan pada lingkungan permukiman penduduk yang
belum memiliki sumber atau prasarana air bersih secara komunal, seperti kran umum
atau tandon umum. Penyediaan jaringan air bersih ini sendiri bersifat lokal dalam arti
bahwa penyediaan air bersih hanya disediakan secara terpisah pada tiap permukiman
yang didasarkan pada potensi kandungan air artesis yang di sekitar lingkungan
permukiman tersebut sehingga kapasitas suplai air bersih yang dibutuhkan .tidak terlalu
besar dan pengelolaannya dapat dilakukan secara swadaya oleh penduduk pada
lingkungan permukiman tersebut. Penyediaan jaringan air bersih lokal ini tidak terintegrasi
sistem jaringan air bersih Kota Ambon sehingga penyediaan sarana dan prasarana
penunjang sistem air bersihnya terpisah dengan sistem air bersih kota.
C. Drainase
Program yang dapat dilakukan dalam upaya penanganan permasalahan bidang drainase di
Kawasan Passo, yaitu:
Program Pengembangan Saluran Drainase Permukiman
Pada beberapa lingkungan permukiman yang ada di Kawasan Passo, kondisi saluran
drainase yang ada cukup buruk sehingga tidak dapat berfungsi secara, maksimal.
Kegiatan penyediaan saluran drainase dilakukan pada lingkungan permukiman yang
beium tersedia saluran sehingga limpasan air hujan dan air limbah rumah tangga tidak
menggenang di badan jalan dan tidak merusak perkerasan badan jalan. Kemudian untuk
kegiatan revitalisasi saluran drainase dilakukan pada saluran yang telah mengalami
kerusakan pada badan saluran ataupun badan saluran yang ada tersumbat sampah dan
material padat sehingga aliran air terhambat serta, saluran drainase yang ada sudah tidak
mampu lagi menampung limpasan air dalam volume yang besar. Kegiatan pembangunan
saluran drainase pada. Kawasan Passo ini juga harus memperhatikan kondisi topografi
wilayah yang tergolong cukup rendah sehingga saluran drainase yang direncanakan pada
akhirnya dapat menanggulangi permasalahan berupa banjir akibat limpasan air laut atau
banjir rob yang sering terjadi.
D. Persampahan
Program yang dapat dilakukan dalam upaya penanganan permasalahan bidang persampahan
di Kawasan Passo, yakni:
Program Sosialisasi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Program sosialisasi pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga perlu diiaksanakan juga
pada penduduk yang tinggal di Kawasan Passo ini. Kondisi di lapangan menunjukkan
bahwa sebagian wilayah Passo masih belum terlayani petugas kebersihan dan sarana
pengumpulan sampah komunal sehingga masih banyak timbunan sampah yang tidak
tertangani di lingkungan perumahan penduduk. Penduduk pada umumnya hanya

Hal - 73
membakar atau mengubur timbunan sampah yang ada. Hal tersebut lambat laun
diperkirakan dapat memberikan dampak yang buruk tehadap kondisi kualitas lingkungan
sekitarnya. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan usaha penduduk
dalam hal penanggulangan dan pengelolaan sampah secara. mandiri.
Beberapa upaya pengekgaan sampah yang dapat disosialisasikan kepada masyarakat,
meliputi pemilahan sampah yang dibedakan menjadi sampah organik dan sampah
anorganik, kemudian usaha pendaur ulangan sampah organik menjadi kompos
(composting) yang dimantaatkan untuk aktivitas pertanian, pemanfaatan sampah
anorganik menjadi kerajinan atau barangbarang yang dapat digunakan kembali,
penyediaan bak atau keranjang sampah secara swadaya di lingkungan permukiman
penduduk, pengumpulan sampah pada lokasi tertentu yang agak jauh dari lingkungan
permukiman sehingga sampah yang ada tidak ditimbun di beberapa tempat yang berbeda
namun dapat terkumpul pada satu lokasi dan dapat dibakar atau ditimbun.
E. Sanitasi
Program yang dapat dilakukan dalam upaya penanganan permasalahan bidang sanitasi di
Kawasan Passo, yaitu:
Program Penyediaan Sarana Sanitasi Komunal
Program pengembangan atau penyediaan sarana sanitasi komunal ini ditujukan untuk
melayani kebutuhan sanitasi (buangan air limbah) pada lingkungan permukiman yang
belum dilengkapi dengan fasilitas sanitasi yang memadai. Tidak tersedianya fasilitas
sanitasi mampu mempengaruhi kesehatan kondisi lingkungan karena volume limbah
buangan yang disalurkan ke sungai akan semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk. Pada Kawasan Passo tersedia lahan yang cukup untuk
kegiatan pembangunan fasilitas sanitasi komunal di lingkungan permukiman penduduk
sehingga fasilitas sanitasi komunal yang disediakan dapat dimanfaatkan oleh beberapa
keluarga dalam satu lingkungan. Fasilitas sanitasi komunal ini pada umumnya berupa WC
umum atau kamar mandi umum.
F. Jalan
Program yang dapat dilakukan dalam upaya penanganan permasalahan bidang jaringan jalan
di Kawasan Passo, yaitu:
Program Peningkatan Kondisi Jalan Lingkungan
Sebagian dari jaringan jalan yang ada di Kawasan Passo masih merupakan jalan tanah,
sementara hanya ruas-ruas jalan utama permukiman yang sudah diperkeras dan dalam
kondisi yang balk. Kondisi jalan lingkungan yang masih buruk tersebut juga membawa
dampak terhadap kondisi lingkungan permukiman yang ada di sekitamya, dimana pada
saat hujan air akan menggenang pada badan jalan sehingga menghambat aktivitas
pergerakan penduduk. Program peningkatan kondisi jaringan jalan ini ditujukan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kondisi perkerasan jalanjalan lingkungan yang
mengalami kerusakan ataupun masih berupa jalan tanah tersebut. Program
pembangunan jalan ini juga akan meningkatkan nilai aksesibilitas Kawasan Passo
sebagai wilayah pengembangan permukiman barn di Kota Ambon.

Hal - 74
7.8 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis
Kabupaten/Kota (RTBL KSK)

Dari RP2KP yang telah disusun kemudian diturunkan ke dalam suatu rencana operasional berupa
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (RTBL KSK),
dimana keduanya tetap mengacu pada strategi pengembangan kota yang sudah ada. RTBL KSK
merupakan rencana aksi program strategis untuk penanganan permasalahan permukiman dan
pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya pada kawasan prioritas di perkotaan. Dalam
konteks pengembangan kota, RTBL KSK merupakan rencana terpadu bidang permukiman dan
infrastuktur bidang Cipta Karya pada lingkup wilayah perencanaan berupa kawasan dengan
kedalaman rencana teknis yang dituangkan dalam peta 1:5000 atau 1:1000. RTBL KSK disamping
berfungsi sebagai alat operasionalisasi dalam penanganan kawasan permukiman prioritas juga
berfungsi sebagai masukan dalam penyusunan RPI2-JM. Oleh karena itu, dalam hal ini RPI2-JM
perlu mengutip matriks rencana aksi program serta peta pengembangan kawasan dalam RTBL
KSK yang didetailkan pada program tahunan.

Tabel 7.4 memaparkan Matriks Strategi Pembangunan Kawasan Prioritas Berdasarkan RTBL KSK,
sebagai masukan bagi penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya, khususnya dalam rangka analisis
pengembangan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK).

Tabel 7.4
Matriks Strategi Pembangunan Kawasan Prioritas Berdasarkan RTBL KSK
DOKUMEN DELINIASI STRATEGI
RENCANA KAWASAN PEMBANGUNAN INDIKASI
KAWASAN PRIORITAS KAWASAN PRIORITAS PROGRAM

(1) (2) (3) (4)

RTBL KSK
- RTBL KSK
kawasan ...
- RTBL KSK
kawasan ...
- dst

7.9 Integrasi Strategi Pembangunan Kabupaten/Kota dan Sektor

Berdasarkan dokumen rencana yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat disusun matriks
strategi pembangunan pada skala kabupaten/kota yang meliputi:
a. RTRW Kabupaten/Kota sebagai acuan arahan spasial;
b. RI-SPAM sebagai arahan pengembangan air minum;
c. SSK sebagai arahan pengembangan sektor sanitasi;
d. RP2KP sebagai acuan arahan pengembangan permukiman;
e. Rencana lainnya.

Hal - 75
Tabel 7.5
MATRIKS IDENTIFIKASI RENCANA PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN/KOTA

STATUS (ADA/
PRODUK ARAHAN PROGRAM/
NO TIDAK) *) LOKASI SEKTOR
RENCANA PEMBANGUNAN KEGIATAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Kawasan Strategis -
Rencana Tata Kabupaten/Kota (KSK) -
Ruang Wilayah
1. Indikasi Program
Kabupaten/K ota AM/PLP/
(RTRW K) Bidang Cipta
Bangkim/PB L *)
Karya

Hal - 76

Anda mungkin juga menyukai