Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Ny.

S DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN : ASMA BRONKIALE

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas: PKK Kegawat Daruratan


Dosen Pembimbing : Lestari, M.Kep

MUHAMMAD SYAHPUTRA
NIM : P07520217032

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MEDAN


JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D IV
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP PENYAKIT
1.   Pengertian Asma
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas
yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang
oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat
karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang
(Almazini, 2012)
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa
saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada
anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan
(Saheb, 2011)
 Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan
banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan
hiperresponsivitas saluran napas yang menimbulkan gejala episodik berulang
berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk terutama malam hari dan atau
dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi saluran napas yang luas,
bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan
(Sundaru, 2013). Kesimpulan asma merupakan gangguan pada saluran pernafasan
yang dapat menyebabkan seseorang sulit untuk bernafas dan dapat menyebabkan
kematian apabila tidak ditangani secara cepat.

2. Anatomi dan Fisologi


a.     Hidung
Hidung atau naso atau  nasal merupakan saluran udara  yang pertama,
mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi).
Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk  menyaring  udara,  debu,  dan 
kotoran  yang  masuk  ke  dalam lubang hidung.
b.     Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan
dan jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung,
dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Di sebelah belakang terdapat
epiglotis( empang tenggorok) yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan
makanan.
c.      Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak
sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian
vertebra servikal dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya. Pangkal tenggorokan
itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorokan yang biasanya disebut epiglotis,
yang terdiri dari tulang-tulang  rawan  yang  berfungsi  pada  waktu  kita  menelan 
makanan menutupi laring.
d.     Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk
oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk
seperti kuku kuda (huruf C) sebelah dalam diliputi  oleh  selaput  lendir  yang 
berbulu  getar    yang  disebut  sel bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang
trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang terdiri dari jarigan ikat yang dilapisi oleh otot
polos. Fungsi utama dari trakea adalah untuk menyediakan saluran napas yang jelas
untuk udara masuk dan keluar dari paru-paru.
e.     Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah
yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur
serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus itu berjalan ke
bawah dan ke samping ke arah tampuk paru-paru. Fungsi utama bronkus mirip
seperti “pipa” yang membawa masuk dan keluar udara dari dan ke paru-paru.
Bronkus tidak berfungsi sebagai tempat pertukaran gas
f.       Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
(gelembung hawa atau alveoli). Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri
dari 3 lobus (belahan paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus
inferior.

- Fungsi paru-paru yang pertama adalah sebagai organ respirasi Respirasi


untuk pertukaran gas karbon diaksida dan oksigen
- Karena saat bernapas kita mengeluarkan limbah karbon diaksida maka fungsi
paru-paru adalah bagian dari sistem ekskresi.
- Mengendalikan pH darah dengan cara mengubah tekanan karbon dioksida.
- Menyaring gumpalan darah yang terbentuk dalam vena.
- Mempengaruhi konsentrasi beberapa zat biologis dan obat-obatan yang
digunakan dalam pengobatan dalam darah.
- Mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II oleh enzim angiotensin-
converting.
- Dapat berfungsi sebagai lapisan pelindung jantung dari guncangan.

3. Etiologi
a.   Factor ekstrinsik (asma imunologik/asma alergi)
- Reaksi antigen-antibodi
- Inhalasi allergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)
b.   Factor instrinsik (asma nonimunoligik/asma non alergi)
- Infeksi (influenza virus)
- Fisik ( cuaca dingin, perubahan temperature)
- Iritan : bahan kimia
- Polusi udara : karbondioksida,asap rokok, parfum
- Emosional : takut, cemas dan tegang
- Aktifitas yang berlebihan juga dapat menjadi factor pencetus ( suriadi, 2011)

4. Patofisiologi
(Almazini, 2012)
5. Manifestasi klinis
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat
hiperaktifitas bronkus, obstruksi jalan nafas dapat refersible secara spontan maupun
dengan pengobatan gejala – gejala asma antara lain :
- Bising Mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoscop.
- Batuk produktif, sering pada malam hari
- Nafas atau dada seperti tertekan (Halim, 2012)

6. Komplikasi
- pneumotorak
- bronchitis
- gagal nafas
- efisiema subkutis
- ateletasis

7. Pemeriksaan Diagnostik
- spirometri : melihat respon pengobatan dengan bronkodilator
- pemeriksaasn sputum : sputum eisinofil sangat karakteristik untuk asma
- uji profokasi bronkus : untuk menunjukkan adanya hiperaktifitas bronkus
- foto torax :melihat komplikasi asama

8. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


a)    Penatalaksanaan Medis
(1)   Terapi Obat
Penatalaksanaan medis pada penderita asma bisa dilakukan dengan
pengguaan obat-obatan asma dengan tujuan penyakit asma dapat dikontrol
dan dikendalikan.
Menurut AAAI (Amerika Academy of Allergy, Asthma & Immunology)
penggolongan obat asma (Hadibroto & Alam, 2006) adalah sebagai berikut:
a)  Obat-obat anti peradangan (preventer)

- Usaha pengendalian asma dalam jangka panjang


- Golongan obat ini mencegah dan mengurangi peradangan, pembengkakan
saluran napas, dan produksi lendir
- Cara kerjanya adalah dengan mengurangi sensitivitas saluran pernapasan
terhadap pemicu asma yang berupa alergen.
- Penggunaannya harus teratur dalam jangka panjang
- Daya kerja lambat/gradual, biasanya mengambil waktu sekitar dua minggu
baru terlihat efektivitasnya ayang terukur.

b)      Obat-obat pelega gejala berjangka panjang


Obat-obat pelega gejala berjangka panjang dalam nama generik yang
ada di pasaran adalah salmeterol hidroksi naftoat (salmeterol xinafoate) dan
teofilin (theophylline).
(1)   Salmeterol
Obat ini adalah bronkodilator yang bekerja perlahan dimana obat ini
bekerja dengan mengendurkan oto-otot yang mengelilingi saluran
pernapasan. Obat ini paling efektif bila dikombinasikan dengan suatu obat
kortikosteroid hirup, dan tidak dapat berfungsi sebagai pelega seketika
dalam hal terjadi serangan asma.
Obat ini umumnya bekerja setelah setengah jam dan daya kerjanya
bertahan hingga 12 jam. Obat ini disajikan dalam bentuk obat hirup dosis
terukut dan obat hirup bubuk kering. Obat ini tidak dapat digunakan untuk
anak-anak di bawah 12 tahun.
(2)   Teofilin
Obat ini termasuk satu golongan dengan kafein (zat aktif yang terdapat
dalam secangkir kopi) dan termasuk bronkodilator yang lama daya
kerjanya. Efek samping obat ini sama seperti kafein sehingga tidak
dianturkan untuk pasien hiperaktif.
(3)     Albuterol Sulfat atau Salbutamol.
Bronkolidarot yang paling populer dan disajikan dalam bentuk obat hirup
dosis terukur, obat hirup bubuk kering, larutan untuk alat nebulizer, sirup,
tablet biasa, tablet lepas-tunda (extended-reliase).
c)   Obat-obat pelega gejala asma (reliever/bronkodilator)
Misalnya salbutamol [Ventolin®], terbutaline [Bricanyl®], formoterol
[Foradil®, Oxis®], dan salmeterol [Serevent®] secara cepat
mengembalikan saluran napas yang menyempit yang terjadi selama
serangan asma ke kondisi semula. Obat pereda/pelega biasanya tersedia
dalam bentuk inhaler berwarna biru atau abu-abu.
d)   Obat-obatan kortikosteroid oral
Kortikosteroid oral adalah obat yang ampuh untuk mengatasi
pembengkakan dan peradangan yang mencetuskan serangan asma. Obat
ini membutuhkan enam hingga delapan jam untuk bekerja, sehingga makin
cepat digunakan makin cepat pula daya kerja yang dirasakan.

b)     Penatalaksanaan Keperawatan


Penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan pada penderita asma
adalah sebagai berikut, yaitu memberikan penyuluhan (pendidikan kesehatan),
pemberian cairan, fisiotherapy, dan beri O 2 bila perlu.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.     Pengkajian Keperawatan Asma
1.   Pengkajian Primer Asma
a.     Airway
Peningkatan sekresi pernafasan Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing
b.     Breathing
Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung, takipneu/bradipneu,
retraksi. Menggunakan otot aksesoris pernafasan Kesulitan bernafas :
diaforesis, sianosis
c.      Circulation
Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi, Sakit kepala,
Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, Papiledema, Urin output
meurun
d.     Dissability
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan
neurologi dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.
2.   Pengkajian Sekunder Asma
a.    Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun
strategi pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi baik antar individu
maupun pada diri individu itu sendiri (pada saat berbeda), dari tidak ada
gejala sama sekali sampai kepada sesak yang hebat yang disertai
gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan.
Pada serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi,
keluhan dan gejala tak ada yang khas. Keluhan yang paling umum ialah :
Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang timbul secara tiba-tiba dan dapat
hilang segera dengan spontan atau dengan pengobatan, meskipun ada
yang berlangsung terus untuk waktu yang lama.
b.     Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung
diagnosis asma dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga
berguna untuk mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma,
meliputi pemeriksaan :
1)     Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara
bicara, tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan,
penggunaan otot-otot pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir
dan posisi istirahat klien.
2)     Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor
kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim,
serta adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji
warna rambut, kelembaban dan kusam.
3)     Thorak
a)     Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya
peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat
dan irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.
b)     Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
c)      Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan
diafragma menjadi datar dan rendah.
d)     Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih
dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan
Wheezing.
c.      Sistem pernafasan
1)     Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan
seterusnya menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi
kental. Warna dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau
kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder.
2)     Frekuensi pernapasan meningkat
3)     Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
4)     Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang
memanjang disertai ronchi kering dan wheezing.
5)     Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada
inspirasi bahkan mungkin lebih.
6)     Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter
anteroposterior rongga dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.
Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot
bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi
suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan cuping hidung.
7)     Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat
dan dangkal dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent
chest), sianosis.

d.     Sistem kardiovaskuler


1)     Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
2)     Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan tekanan darah sistolik
lebih dari 10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih daripada 5
mmHg, pada asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau lebih.
3)     Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan
irama jantung.
B.   DIAGNOSA KEPERAWATAN  

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea,


peningkatan produksi mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler
– alveolar
3. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus..
4. Nyeri akut; ulu hati berhubungan dengan proses penyakit.
5. Cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa takut sufokasi.

C. RENCANA KEPERAWATAN  ASMA 

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA


NO INTERVENSI  (NIC)
KEPERAWATAN HASIL  (NOC)
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan NIC :
nafas tidak efektif keperawatan selama 3 x Airway Management
berhubungan
24 jam, pasien mampu : Buka jalan nafas, guanakan teknik
dengan
tachipnea, Respiratory status : chin lift atau jaw thrust bila perlu.
peningkatan Ventilation Posisikan pasien untuk
produksi mukus,
Respiratory status : Airway memaksimalkan ventilasi
kekentalan
sekresi dan patency Identifikasi pasien perlunya
bronchospasme. Aspiration Control, pemasangan alat jalan nafas
Dengan kriteria hasil : buatan.
Mendemonstrasikan batuk Keluarkan sekret dengan batuk
efektif dan suara nafas atau suction
yang bersih, tidak ada Auskultasi suara nafas, catat
sianosis dan dyspneu adanya suara tambahan
(mampu mengeluarkan Lakukan suction pada mayo
sputum, mampu bernafas Berikan bronkodilator bila perlu
dengan mudah, tidak ada Berikan pelembab udara Kassa
pursed lips) basah NaCl Lembab
Menunjukkan jalan nafas Atur intake untuk cairan
yang paten. mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan NIC :
pertukaran gas keperawatan selama 3 x
berhubungan Airway Management
24 jam, pasien mampu :
dengan
Respiratory Status : Gas
perubahan Buka jalan nafas, gunakan teknik
membran kapiler exchange
chin lift atau jaw thrust bila perlu
– alveolar Respiratory Status :
Posisikan pasien untuk
ventilation
memaksimalkan ventilasi
Vital Sign Status
Identifikasi pasien perlunya
Dengan kriteria hasil :
pemasangan alat jalan nafas
Mendemonstrasikan
buatan
peningkatan ventilasi dan
Pasang mayo bila perlu
oksigenasi yang adekuat
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Memelihara kebersihan
Keluarkan sekret dengan batuk
paru paru dan bebas dari
atau suction
tanda tanda distress
Auskultasi suara nafas, catat
pernafasan
adanya suara tambahan
Mendemonstrasikan batuk
Lakukan suction pada mayo
efektif dan suara nafas
Berika bronkodilator bial perlu
yang bersih, tidak ada
Barikan pelembab udara
sianosis dan dyspneu
Atur intake untuk cairan
(mampu mengeluarkan
mengoptimalkan keseimbangan.
sputum, mampu bernafas
Monitor respirasi dan status O2
dengan mudah, tidak ada
Respiratory Monitoring
pursed lips)
Monitor rata – rata, kedalaman,
Tanda tanda vital dalam
irama dan usaha respirasi
rentang normal
Catat pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
  
3 Pola Nafas tidak Setelah dilakukan tindakan NIC :
efektif
berhubungan keperawatan selama 3 x
dengan Airway Management
24 jam, pasien mampu :
penyempitan
Respiratory status :
bronkus Buka jalan nafas, guanakan teknik
Ventilation
chin lift atau jaw thrust bila perlu
Respiratory status : Airway
Posisikan pasien untuk
patency
memaksimalkan ventilasi
Vital sign Status
Lakukan suction pada mayo
Dengan Kriteria Hasil :
Berikan bronkodilator bila perlu
Mendemonstrasikan batuk
Berikan pelembab udara Kassa
efektif dan suara nafas
basah NaCl Lembab
yang bersih, tidak ada
Atur intake untuk cairan
sianosis dan dyspneu
mengoptimalkan keseimbangan.
(mampu mengeluarkan
Monitor respirasi dan status O2
sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada
Terapi Oksigen
pursed lips).
  Bersihkan mulut, hidung dan secret
Menunjukkan jalan nafas
trakea
yang paten (klien tidak
  Pertahankan jalan nafas yang
merasa tercekik, irama
paten
nafas, frekuensi
  Atur peralatan oksigenasi
pernafasan dalam rentang
  Monitor aliran oksigen
normal, tidak ada suara
  Pertahankan posisi pasien
nafas abnormal).
 Tanda Tanda vital dalam
Vital sign Monitoring
rentang normal (tekanan
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
darah, nadi, pernafasan)
Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
 

4 Nyeri akut; ulu Setelah dilakukan tindakan NIC :


hati berhubungan
dengan proses keperawatan selama 3 x Pain Management
penyakit.
24 jam,pasien mampu : Lakukan pengkajian nyeri secara
Pain Level(tingkat nyeri), komprehensif termasuk lokasi,
Pain control(control nyeri), karakteristik, durasi, frekuensi,
Comfort level(tingkat kualitas dan faktor presipitasi.
kenyamanan). Observasi reaksi nonverbal dari
Dengan Kriteria Hasil : ketidaknyamanan.
Mampu mengontrol nyeri Gunakan teknik komunikasi
(tahu penyebab nyeri, terapeutik untuk mengetahui
mampu menggunakan pengalaman nyeri pasien.
tehnik nonfarmakologi Kaji kultur yang mempengaruhi
untuk mengurangi nyeri, respon nyeri.
mencari bantuan, Skala Evaluasi pengalaman nyeri masa
nyeri 1-2) lampau.
  Melaporkan bahwa nyeri Evaluasi bersama pasien dan tim
berkurang dengan kesehatan lain tentang
menggunakan manajemen ketidakefektifan kontrol nyeri masa
nyeri lampau.
Mampu mengenali nyeri Bantu pasien dan keluarga untuk
(skala, intensitas, frekuensi mencari dan menemukan
dan tanda nyeri) dukungan.
Menyatakan rasa nyaman Kontrol lingkungan yang dapat
setelah nyeri berkurang mempengaruhi nyeri seperti suhu
Tanda vital dalam rentang ruangan, pencahayaan dan
normal kebisingan.
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.
Tingkatkan istirahat.
Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil.
  Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri.
5 Cemas Setelah dilakukan tindakan NIC :
berhubungan
keperawatan selama 3 x Anxiety Reduction (penurunan
dengan kesulitan 24 jam, pasien mampu : kecemasan).
bernafas dan
Anxiety control Gunakan pendekatan yang
rasa takut
sufokasi. Coping menenangkan.
Impulse control Nyatakan dengan jelas harapan
Dengan Kriteria Hasil : terhadap pelaku pasien.
Klien mampu Jelaskan semua prosedur dan apa
mengidentifikasi dan yang dirasakan selama prosedur.
mengungkapkan gejala Pahami prespektif pasien terhadap
cemas situasi stres.
Mengidentifikasi, Temani pasien untuk memberikan
mengungkapkan dan keamanan dan mengurangi takut.
menunjukkan tehnik untuk Dorong pasien untuk
mengontol cemas mengungkapkan perasaan,
Vital sign dalam batas ketakutan, persepsi Instruksikan
normal pasien menggunakan teknik
Postur tubuh, ekspresi relaksasi.
wajah, bahasa tubuh dan Barikan obat untuk mengurangi
tingkat aktivitas kecemasan.
menunjukkan
berkurangnya kecemasan

DAFTAR PUSTAKA
Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat.
Jakrta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika
Sundaru H. 2013 Apa yang Diketahui Tentang Asma, JakartaDepartemen Ilmu
Penyakit Dalam, FKUI/RSCM
Suriadi. 2011,Asuhan Keperawatan pada Anak,Jakarta : ISBN
Halim Danukusantoso, 2012. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru, Jakarta, Penerbit
Hipokrates , 2012

LAPORAN KASUS
Kasus :
Ny. S berusia 64 tahun, masuk IGD RS Poltekkes Medan pada tanggal 29
September 2020, pukul 10.00 Wib dengan keluhan sesak nafas. Ny S datang
bersama keluarganya, saat pemeriksaan TTV didapatkan hasil, TD : 150 / 90 mmHg,
HR : 98 x/m, RR : 37 x/m, T : 37,6 0C ditemukan suara nafas ronchi dan whezzing
dikedua lapang paru klien, retraksi dada dangkal, terlihat otot bantu pernafasan
dengan tingkat kesadaran Compos mentis.

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Identitas Klien
Namaklien : Ny. S
No register : 101191
Usia : 64 tahun
Tanggal masuk : 29 Januari 2020 (jam 10.00)
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
Jenis kelamin : Perempuan
Diagnosa medis : Asma Bronkhiale
Tanggal Pengkajian : 29 Januari 2020 (jam 10.10)

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn.M
Umur : 45 Tahun
Jenis kelamin : laki – laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Jl. Bunga Ncole, Kec. Medan Tuntungan
Hub dengan klien : Anak

2. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Ds :Klien mengeluh sesak nafas
2. Riwayat kesehatan sekarang
Ds :klien mengatakan habis bersih-bersih rumah, tiba tiba jatuh dan klien
sulit untuk bernafas ( sesak nafas klien kambuh).
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Ds :Klien mengatakan punya penyakit asma pada tahun 2013 dan klien
tidak rutin memeriksakannya ke poliklinik, bila asmanya kambuh klien
hanya membeli obat yang ada di warung.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Ds : Keluarga klien mempunyai riwayat penyakit asma yaitu ayah klien.

Genogram

Keterangan:
= laki-laki
= perempuan
= laki-laki yang meninggal
= perempuan yang meninggal
= pasien
= tinggal satu rumah

5. Riwayata alergi
Ds :klien mengatakan tidak ada alergi obat,makanan,minuman namun
asma klien kambuh bila klien terkana debu dan kena angin malam.
3. PENGKAJIAN PRIMER
a. Pengkajian primer
1) Airway (A)
Jalan nafas bersih, tidak ada sumbatan jalan nafas , sedikit ada
secret dan adanya pernafasan cuping hidung.
2) Breating (B)
Terdengar suara ronchi dan whezzing dikedua lapang paru klien.
Klien terlihat sesak nafas, retraksi dada dangkal, terlihat otot bantu
pernafasan, nafas cepat, Rr : 37 x/m.
3) Circulasi (C )
Akral dingin, klien terlihat pucat, capillary refil > 3 detik, TD : 150 /
90 mmHg, N : 98 x/m. S : 37,60C
4) Dissability (D )
Kesadaran komposmentis, GCS E4-M6-V5, klien tidak mengeluh
nyeri.

4. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Keadaan umum
Ds :klien tampak lemah dan terlihat cemas / ketakutan
2. Kesadaran
Do :Composmentis E:4 V:5 M:6
3. Tanda –tanda Vital
Do :
- Tekanan darah : 150/90 mmHg
- Pernafasan : 37 X/menit
- Nadi : 98 X/menit
- Suhu : 37,6°C
- Spo2 : 102 %

4. Berat Badan
Do :
- BB : 50 Kg
- TB : 150 cm
5. Kepala
Inspeksi :Distribusi rambut tidak merata, rambut sedikit kotor, rambut
berwarna hitam dan beruban, tidak ada hematom maupun lesi
dikepala.
Palpasi : Tidak ada hematom maupun lesi, tidak ada nyeri tekan pada
kepala.
6. Mata
Inspeksi : Mata simetris, reflek pupil normal, pupil isokor, sklera non
ikterik, konjungtiva hiperemis.
Palpasi : Sklera non ikterik, konjungtiva hiperemis.
7. Hidung
Inspeksi : lubang hidung simetris, dan sedikit ada serumen.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada hidung.
8. Telinga
Inspeksi : Tidak ada kemerahan, telinga simetris, lubang telinga cukup
bersih.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada daun telinga maupun tulang
mastoid.
9. Mulut dan Tenggorokan
Inspeksi : Bibir pucat, Sianosis (+)mukosa lembab, tidak ada stomatitis
dan leukopakia, ada karies gigi, tidak ada gusi bengkak, tidak
terlihat pembengkakan tonsil.
10. Leher
Inspeksi : Terlihat otot bantu pernafasan, tidak ada pembengkakan
kelenjar tiroid dan tonsil.
Palpasi : Tidak teraba pembengkakan kelenjar tiroid dan tonsil,
11. Dada/ paru
(1). Paru
Inspeksi : Bentuk simetris, Gerakan dada Simetris
Palpasi : stemfremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor eluruh lapang paru
Auskultasi : terdengar whezzing dan ronkhy.
(2). Jantung
Inspeksi : Terlihat ictus cordis di ICS ke 5 digaris midclavicula
sinistra.
Palpasi : Teraba ictus cordis di ICS ke 5 digaris midclavicula sinistra.
Perkusi : Suara perkusi dullnes
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, suara lup-dup

12. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada distensi abdomen, tidak ada strie, umbilkal tidak
menonjol, tidak ada kolostomi.
Auskultasi : terdengar peristaltik dengan frekuensi 5 x/menit
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan epigastrik dan titik Mc Burney point,
tidak ada pembesaran hepar, lien dan limfe
Perkusi : suara perkusi thympani
13. Ekstremitas
Atas : Ekstermitas atas normal kekuatan otot 5 pada kedua tangan.
Bawah : Ekstermitas bawah normal dengan kekuatan otot 5 pada
kedua kaki, akral dingin.
14. Kulit
Palpasi : Akral dingin, tidak ada lesi dikulit.

5. HASIL LABORATORIUM
Hasil Lab tanggal 29 September 2020 pukul 16.00 WIB
Pemeriksaan Hasil Normal
Hemoglobin 12,4 gr% 12 – 16 gr%
A Leukosit 6800 µ/l 4300 – 11400 µ/l
Trombosit 435.000 150.000 – 450.000
HCT/HMT 36 % 37 %
Glukosa sesaat 141 mg/dl 76 – 110 mg/dl
SGOT 14
SGPT 17
Cholesterol Ttl 234 mg/dl 50 – 220 mg/dl
HDL Chlorest 70 mg/dl 55 – 65 mg/dl
LDL Chlorest 154 <150 mg/dl
Tryglyserida 49 mg/dl <200 mg/dl
CK-MB 12
LDH 70 µ/l <480 µ/l
Urea 5 mg/dl 15 – 45 mg/dl
Creatinine 0,6 mg/dl 0,6 – 1,3 mg/dl

Pemeriksaan Analisa Gas Darah :


Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
PO2 102 mmHg 80 – 100 mmHg
PCO2 52 mmHg 35 – 45 mmHg
PH 7,20 7,35 – 7,45
HCO3 36 mmFQ/dl 22 – 26 mmFQ/dl
BE 2 - 2 (-) + 2
SHO2 102 % 95 – 100 %

Terapi
- RL + Aminophilin 20 Tpm
- O2 kanul binasal 4 liter/menit
- Ventolin per 8 jam
- Fexotid per 8 jam
- ISDN 3 X 1/2
- CPG 1 X 1
- Diovan 1 x 40

6. DATA FOKUS

Data Subjektif Data Objektif


- Klien mengeluh sulit Klien terlihat sesak nafas, terdengar suara ronchi
untuk bernafas di
dan whezzing dikedua lapang paru klien., retraksi
campur dengan
keadaan panas dan dada dangkal, terlihat otot bantu pernafasan, nafas
gerah diseluruh
cepat, Rr : 37 x/m.
tubuhnya
Akral dingin, klien terlihat pucat, capillary refil > 3
detik, TD : 150 / 90 mmHg, N : 98 x/m. S : 37,60C
Jalan nafas bersih, tidak ada sumbatan jalan nafas
dan adanya pernafasan cuping hidung, sedikit ada
secret, Sianosis (+)
- Klien mengeluh
Pemeriksaan AGDA :
sesak nafas dan - PCO2 : 52 mmHg (35 – 45 mmHg)
merasa sangat lelah
- PH : 7,20 (7,35 – 7,45)
- HCO3 : 36 mmFQ/dl (22 – 26 mmFQ/dl)

- Klien merasa lemah Klien tampak cemas, dibuktikan dengan bertanya


dan takut akan akan
Tanya akan keadaan dirinya
kondisi dirinya
Kesadaran komposmentis, GCS E4-M6-V5, klien
tidak mengeluh nyeri.
BB : 50 Kg
TB : 150 cm

7. ANALISA DATA

No Data Fokus Etiologi Problem


1. DS : Klien mengeluh sulit untuk
bernafas di campur dengan keadaan
panas dan gerah diseluruh tubuhnya

DO :
Klien tampak sulit bernafas terdengar
suara nafas ronchi dan whezzing
perubahan Gangguan
dilapang paru kanan dan kiri
membran kapiler – pertukaran gas
Bibir klien tampak pucat, Sianosis (+)
alveolar
Klien tampak gelisah dan bercucuran
keringat
TD : 150 / 90 mmHg, N : 98 x/m. S :
37,60C

Pemeriksaan AGDA :
- PCO2 : 52 mmHg (35 – 45 mmHg)
- PH : 7,20 (7,35 – 7,45)
- HCO3 : 36 mmFQ/dl (22 – 26
mmFQ/dl)

2. DS : klien mengeluh sesak nafas dan


merasa sangat lelah Alergi Pola Nafas tidak
DO : efektif
Spasme otot
 Klien tampak sesak bronkhiolus
 RR : 37 x/ menit
Penyempitan
 Retraksi dada dangkal, terlihat otot bronkus
bantu pernafasan
Takipnea
 Adanya pernafasan cuping
Hidung.

3 DS : Klien merasa lemah dan takut


akan kondisi dirinya kesulitan bernafas Cemas
DO : dan adanya rasa
 Klien tampak cemas takut sufokasi.
 Klien bertanya Tanya tentang
keadaan dirinya
 Akral dingin, klien terlihat pucat,
capillary refil > 3 detik,

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler
– alveolar ditandai dengan klien tampak sulit bernafas dan gelisah, terdengar
suara nafas ronchi dan whezzing dilapang paru kanan dan kiri, bibir pucat
Sianosis (+), pemeriksaan AGDA :PCO2 : 52 mmHg (35 – 45 mmHg), PH :
7,20 (7,35 – 7,45), HCO3 : 36 mmFQ/dl (22 – 26 mmFQ/dl)
2. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus, takipnea
ditandai dengan klien tampak sesak, RR : 37 x/menit Retraksi dada dangkal,
terlihat otot bantu pernafasan, adanya pernafasan cuping Hidung
3. Cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa takut sufokasi
ditandai dengan klien tampak cemas, Akral dingin, klien terlihat pucat,
capillary refil > 3 detik, TD : 150 / 90 mmHg, N : 98 x/m. S : 37,6 0C

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
N Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi  (NIC)
o Keperawatan Hasil  (NOC)
1. Gangguan Setelah dilakukan tindakan NIC : Airway Management
pertukaran gas
keperawatan selama 3 x - Buka jalan nafas, gunakan teknik
berhubungan
dengan 24 jam, pasien mampu : chin lift atau jaw thrust bila perlu
perubahan
Respiratory Status : Gas - Posisikan pasien untuk
membran
kapiler – exchange memaksimalkan ventilasi
alveolar
Respiratory Status : - Identifikasi pasien perlunya
ventilation pemasangan alat jalan nafas buatan
Vital Sign Status - Pasang mayo bila perlu
Dengan kriteria hasil : - Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Mendemonstrasikan - Keluarkan sekret dengan batuk atau
peningkatan ventilasi dan suction
oksigenasi yang adekuat - Auskultasi suara nafas, catat
Memelihara kebersihan adanya suara tambahan
paru paru dan bebas dari - Lakukan suction pada mayo
tanda tanda distress - Berika bronkodilator bial perlu
pernafasan - Barikan pelembab udara
Mendemonstrasikan batuk - Atur intake untuk cairan
efektif dan suara nafas mengoptimalkan keseimbangan.
yang bersih, tidak ada - Monitor respirasi dan status O2
sianosis dan dyspneu Respiratory Monitoring
(mampu mengeluarkan - Monitor rata – rata, kedalaman,
sputum, mampu bernafas irama dan usaha respirasi
dengan mudah, tidak ada - Catat pergerakan dada,amati
pursed lips) kesimetrisan, penggunaan otot
Tanda tanda vital dalam tambahan, retraksi otot
rentang normal supraclavicular dan intercostal
- Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
  

2. Pola Nafas Setelah dilakukan tindakan NIC : Airway Management


tidak efektif
keperawatan selama 3 x - Buka jalan nafas, guanakan teknik
berhubungan
dengan 24 jam, pasien mampu : chin lift atau jaw thrust bila perlu
penyempitan
Respiratory status : - Posisikan pasien untuk
bronkus
Ventilation memaksimalkan ventilasi
Respiratory status : Airway - Lakukan suction pada mayo
patency - Berikan bronkodilator bila perlu
Vital sign Status - Berikan pelembab udara Kassa
Dengan Kriteria Hasil : basah NaCl Lembab
Mendemonstrasikan batuk - Atur intake untuk cairan
efektif dan suara nafas mengoptimalkan keseimbangan.
yang bersih, tidak ada - Monitor respirasi dan status O2
sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan Terapi Oksigen
sputum, mampu bernafas - Bersihkan mulut, hidung dan secret
dengan mudah, tidak ada trakea
pursed lips). - Pertahankan jalan nafas yang paten
Menunjukkan jalan nafas - Atur peralatan oksigenasi
yang paten (klien tidak - Monitor aliran oksigen
merasa tercekik, irama - Pertahankan posisi pasien
nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang Vital sign Monitoring
normal, tidak ada suara - Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
nafas abnormal). - Catat adanya fluktuasi tekanan
 Tanda Tanda vital dalam darah
rentang normal (tekanan - Monitor VS saat pasien berbaring,
darah, nadi, pernafasan) duduk, atau berdiri
 

3. Cemas Setelah dilakukan tindakan NIC :


berhubungan keperawatan selama 3 x - Anxiety Reduction (penurunan
dengan 24 jam, pasien mampu : kecemasan).
kesulitan Anxiety control - Gunakan pendekatan yang
menenangkan.
bernafas dan Coping
- Nyatakan dengan jelas harapan
rasa takut Impulse control terhadap pelaku pasien.
sufokasi. Dengan Kriteria Hasil : - Jelaskan semua prosedur dan apa
Klien mampu yang dirasakan selama prosedur.
mengidentifikasi dan - Pahami prespektif pasien terhadap
mengungkapkan gejala situasi stres.
cemas - Temani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut.
Mengidentifikasi,
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan dan mengungkapkan perasaan,
menunjukkan tehnik untuk ketakutan, persepsi Instruksikan
mengontol cemas pasien menggunakan teknik
Vital sign dalam batas relaksasi.
normal - Barikan obat untuk mengurangi
Postur tubuh, ekspresi kecemasan.
wajah, bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya kecemasan
D. CATATAN PERKEMBANGAN
Diagnosa
Waktu Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan
Rabu, Gangguan pertukaran - Memantau keadaan umum klien Rabu, 30 September 2020 ukul : 14.00 Wib
30 gas berhubungan dan periksa tanda tnda vital klien S : Klien mengatakan masih sulit untuk bernafas
September dengan perubahan - Memposisikan pasien untuk tetapi tidak separah tadi
2020 membran kapiler – memaksimalkan ventilasi O :
alveolar - Melakukan pemeriksaan Analisa Pemeriksaan AGDA :
10.00 Wib Gas Darah pada klien - PCO2 : 52 mmHg (35 – 45 mmHg)
Pemeriksaan AGDA : - PH : 7,20 (7,35 – 7,45)
- PCO2 : 52 mmHg (35 – 45 mmHg) - HCO3 : 36 mmFQ/dl (22 – 26 mmFQ/dl)
- PH : 7,20 (7,35 – 7,45) RR = 34 x/menit
- HCO3 : 36 mmFQ/dl (22 – 26 Klien menggunakan T/h O2 = 5 liter/i
mmFQ/dl) Terdengar suara nafas ronchi dan whezzing
- Membantu klien untuk melakukan dilapang paru kanan dan kiri
batuk efektif A : Masalah belum teratasi
- Mengauskultasi suara nafas, catat P : Intervensi dilanjutkan :
adanya suara tambahan - Pemantauan TTV Klien
- Memberika bronkodilator - Pantau nilai AGDA klien
- Mengatur intake untuk cairan - Monitor respirasi dan status O2
mengoptimalkan keseimbangan. - Pantau intake cairan klien
- Memonitor rata – rata, kedalaman,
irama dan usaha respirasi
- Mencatat pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
Pola Nafas tidak - Melakukan pemantauan TTV klien : Rabu, 30 September 2020 ukul : 14.00 Wib
10.00 Wib efektif berhubungan TD : 150 / 90 mmHg, N : 98 x/m, S : Klien mengatakan masih merasa sesak
dengan penyempitan RR : 37 x/i S : 37,60C O : RR = 34 x/menit
bronkus - Posisikan pasien untuk Klien menggunakan T/h O2 = 5 liter/i
memaksimalkan ventilasi, dengan Terdengar suara nafas ronchi dan whezzing
posisi semi fowler dilapang paru kanan dan kiri
- Melakukan pemberian intake cairan A : Masalah belum teratasi
mengoptimalkan keseimbangan. P : Intervensi dilanjutkan :
- Memonitor respirasi dan status O2 - Pemantauan TTV Klien
- Mengatur peralatan oksigenasi dan - Beri posisi nyaman untuk memaksimalkan
aliran oksigen ventilasi pernafasan
- Monitor respirasi dan status O2

Cemas berhubungan - Melakukan pendekatan yang Rabu, 30 September 2020 ukul : 14.00 Wib
11.00 Wib dengan kesulitan menenangkan pada klien S : Klien mengatakan masih merasa lemas
bernafas dan rasa - Memberi penjelasan tentang semua O : Klien tampak lemas dan cemas
takut sufokasi. prosedur dan apa yang dirasakan Akral dingin, klien terlihat pucat, capillary refil >
selama prosedur. 3 detik, TD : 150 / 90 mmHg, N : 98 x/m. S :
- Memahami prespektif pasien 37,60C
terhadap situasi stres. A : Masalah belum teratasi
- Memberikan dukungan kepada P : Intervensi dilnjutkan
pasien untuk memberikan - Beri pendekatan yang menenagkan bagi klien
keamanan dan mengurangi takut. - Anjurkan keluarga untuk melakukan
- Memberi kesempatan pasien untuk pendampingan pada klien
mengungkapkan perasaan, - Dorong klien untuk mengungkapkan
ketakutan, persepsi Instruksikan perasaan, dan ketakutannya
pasien menggunakan teknik
relaksasi.
Kamis, 01 Pola Nafas tidak - Melakukan pemantauan TTV klien : Kamis, 01 Oktober 2020 pukul : 14.00 Wib
Oktober efektif berhubungan TD : 130 / 90 mmHg, N : 94 x/m, S : Klien mengatakan sesak sudah mulai berkurang
2020 dengan penyempitan RR : 30 x/i S : 36,60C O : RR = 28 x/menit
bronkus - Posisikan pasien untuk Klien menggunakan T/h O2 = 4 liter/i
10.00 Wib memaksimalkan ventilasi, dengan A : Masalah teratasi sebagian
posisi semi fowler P : Intervensi dilanjutkan :
- Melakukan pemberian intake cairan - Pemantauan TTV Klien
mengoptimalkan keseimbangan. - Beri posisi nyaman untuk memaksimalkan
- Memonitor respirasi dan status O2 ventilasi pernafasan
Mengatur peralatan oksigenasi dan - Monitor respirasi dan status O2
aliran oksigen

Kamis, 01 Cemas berhubungan - Memberi penjelasan tentang semua Kamis, 01 Oktober 2020 pukul : 14.00 Wib
Oktober dengan kesulitan prosedur dan apa yang dirasakan S : Klien mengatakan optimis akan sembuh dari
2020 bernafas dan rasa selama prosedur. penyakitnya dan bertanya apakah penyakitnya
takut sufokasi. - Memahami prespektif pasien akan kambuh lagi
11.00 Wib terhadap situasi stres. O : Klien tampak lebih tenang
- Memberikan dukungan kepada TD : 130 / 90 mmHg, N : 92 x/m. S : 36,6 0C
pasien untuk memberikan A : Masalah teratsi sebagian
keamanan dan mengurangi takut. P : Intervensi dilnjutkan
- Memberi kesempatan pasien untuk - Beri pendekatan yang menenagkan bagi klien
mengungkapkan perasaan, - Anjurkan keluarga untuk melakukan
ketakutan, persepsi Instruksikan pendampingan pada klien
pasien menggunakan teknik - Lakukan penkes tentang pencegahan dan
relaksasi. pengobatan penyakit asma

Jumat, 02 Gangguan pertukaran - Memantau keadaan umum klien Jumat, 02 Oktober 2020 ukul : 14.00 Wib
Oktober gas berhubungan dan periksa tanda tnda vital klien S : Klien mengatakan keadaan dirinya saat ini
2020 dengan perubahan - Memposisikan pasien untuk sudah lebih baik, sesak nafas sudah berkurang
membran kapiler – memaksimalkan ventilasi walau terkadang muncul sesaat
10.00 Wib alveolar - Melakukan pemeriksaan Analisa O :
Gas Darah pada klien Pemeriksaan AGDA :
- Membantu klien untuk melakukan - PCO2 : 45 mmHg (35 – 45 mmHg)
batuk efektif - PH : 7,30 (7,35 – 7,45)
- Mengauskultasi suara nafas, catat - HCO3 : 28 mmFQ/dl (22 – 26 mmFQ/dl)
adanya suara tambahan RR = 25 x/menit
- Mengatur intake untuk cairan Klien menggunakan T/h O2 = 3 liter/i
mengoptimalkan keseimbangan. A : Masalah teratasi sebagian
- Memonitor rata – rata, kedalaman, P : Intervensi dilanjutkan :
irama dan usaha respirasi - Pemantauan TTV Klien
- Mencatat pergerakan dada,amati - Monitor respirasi dan status O2
kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal

Pola Nafas tidak - Melakukan pemantauan TTV klien : Jumat, 2 Oktober 2020 pukul : 14.00 Wib
10.00 Wib efektif berhubungan TD : 130 / 90 mmHg, N : 94 x/m, S : Klien mengatakan sesak sudah mulai berkurang
dengan penyempitan RR : 30 x/i S : 36,60C O : RR = 28 x/menit
bronkus - Posisikan pasien untuk Klien menggunakan T/h O2 = 4 liter/i
memaksimalkan ventilasi, dengan A : Masalah teratasi sebagian
posisi semi fowler P : Intervensi dilanjutkan :
- Melakukan pemberian intake cairan - Pemantauan TTV Klien
mengoptimalkan keseimbangan. - Beri posisi nyaman untuk memaksimalkan
- Memonitor respirasi dan status O2 ventilasi pernafasan
Mengatur peralatan oksigenasi dan Monitor respirasi dan status O2
aliran oksigen

Jumat, 02 Cemas berhubungan - Melakukan penkes tentang Jumat, 2 Oktober 2020 pukul : 14.00 Wib
Oktober dengan kesulitan penyakit, penangan dan S : Klien mengatakan sudah lebih nyaman dan
2020 bernafas dan rasa pencegahan penyakit asma paham akan kondisi penyakitnya
11.00 Wib takut sufokasi. - Memberi penjelasan tentang semua O : Klien tampak lebih tenang
prosedur dan apa yang dirasakan TD : 130 / 90 mmHg, N : 92 x/m. S : 36,6 0C
11.00 Wib selama prosedur. A : Masalah teratasi
- Memahami prespektif pasien P : Intervensi dihentikan
terhadap situasi stres.

Anda mungkin juga menyukai