DI SUSUN OLEH :
Menurut kami, kasus tersebut melanggar etika bisnis penerbangan dan peraturan
yang berlaku yaitu Undang-Undang no 17 tahun 2006 pasal 102 dan 103 tentang
kepabean, dan Permendag no 118 tahun 2018 tentang ketentuan barang impor
barang modal dalam keadaan tidak baru. Penumpang yang dipesawatpun tidak
dicatat dalam manifest penumpang umum tetapi memakai money cash crew. Dan
menurut pasal yang tercantum (Permendag no 118 tahun 2018) penumpang yang
tidak tercatat dalam daftar penumpang atau muatan pesawat dapat dijerat pidana.
Akibat kasus tersebut negara mengalami kerugian sebesar 532 juta – 1,5 milyar.
Dan selain itu harga saham GIAA anjlok 5,6 poin / 10,37% dari level Rp.540 per
saham 2 Desember 2019 menjadi Rp.484 per saham 5 Desember 2019. Bukannya
memasukan dana besar bagi negara tapi suntikan dana besar yang terus diminta.
Pihak yang terlibat dalam kasus ini yaitu, Direktur Utama (I Gusti Ngurah
Askara), Direktur Teknik dan Layanan Garuda (Iwan Joeni Arto), Direktur Kargo
dan Pengembangan Usaha (Mohammad Iqbal), dan Direktur Capital Human (Heri
Akhyer).