Anda di halaman 1dari 20

BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi
Coronary Artery Disease (CAD) atau penyakit arteri koroner atau disebut juga
penyakit jantung koroner (Coronary Heart Disease/CHD) adalah istilah umum
untuk penumpukan plak di arteri jantung yang bisa menyebabkan serangan
jantung (AHA, 2015)
Coronary Artery Disease (CAD) atau penyakit arteri koroner adalah suatu
kondisi dimana terjadi pembentukan atau penumpukan plak di arteri jantung
(Lewis et al, 2014)

B. Etiologi
Menurut Udjianti (2010), etiologi CAD meliputi:
1. Penyebab paling umum CAD adalah aterosklerosis. Aterosklerosis
digolongkan sebagai akumulasi sel-sel otot halus, lemak, dan jarigan konektif
di sekitar lapisan intima arteri. Suatu plak fibrous adalah lesi khas dari
aterosklerosis. Lesi ini dapat bervariasi ukurannya dalam dinding pembuluh
darah, yang dapat mengakibatkan obstruksi aliran darah parsial maupun
komplet. Komplikasi lebih lanjut dari lesi tersebut terdiri atas plak fibrous
dengan deposit kalsium, disertai oleh pembentukan thrombus.Obstruksi pada
lumen mengurangi atau menghentikan aliran darah kepada jaringan di
sekitarnya.
2. Penyebab lain adalah spasme arteri koroner. Penyempitan dari lumen
pembuluh darah terjadi bila serat otot halus dalam dinding pembuluh darah
berkontraksi (vasokontriksi). Spasme arteri koroner dapat menggiring
terjadinya iskemik aktual atau perluasan dari infark miokard. Penyebab lain di
luar ateroskelorik yang dapat mempengaruhi diameter lumen pembuluh darah
koroner dapat berhubungan dengan abnormalitas sirkulasi. Hal ini meliputi

1
hipoperfusi, hipovolemik, polisitemia, dan masalah-masalah atau gangguan
katup jantung.

Menurut Mayo Clinic (2017), faktor risiko penyakit arteri koroner meliputi:
1. Usia.
Cukup bertambah tua meningkatkan risiko arteri yang rusak dan menyempit.
2. Riwayat keluarga.
Riwayat keluarga penyakit jantung dikaitkan dengan risiko penyakit arteri
koroner yang lebih tinggi, terutama jika seorang kerabat dekat
mengembangkan penyakit jantung pada usia dini.
3. Merokok.
Orang yang merokok memiliki peningkatan risiko penyakit jantung secara
signifikan.
4. Tekanan darah tinggi.
Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan pengerasan
dan penebalan arteri Anda, mempersempit saluran yang melaluinya darah bisa
mengalir.
5. Kadar kolesterol darah tinggi.
Kadar kolesterol tinggi dalam darah dapat meningkatkan risiko terbentuknya
plak dan aterosklerosis. Kolesterol tinggi dapat disebabkan oleh tingkat tinggi
low-density lipoprotein (LDL), yang dikenal sebagai kolesterol "jahat".
Tingkat rendah lipoprotein densitas tinggi (HDL), yang dikenal sebagai
kolesterol "baik", bisa menjadi tanda aterosklerosis.
6. Diabetes.
Diabetes dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit arteri koroner.
Diabetes tipe 2 dan penyakit arteri koroner memiliki faktor risiko yang sama,
seperti obesitas dan tekanan darah tinggi.
7. Kegemukan atau obesitas.
Kelebihan berat badan biasanya memperburuk faktor risiko lainnya.
8. Tidak aktif secara fisik

2
Kurang olahraga juga dikaitkan dengan penyakit arteri koroner dan beberapa
faktor risikonya juga.
9. Tegangan tinggi.
Stres yang tidak henti-hentinya dalam hidup dapat merusak arteri dan juga
memperburuk faktor risiko penyakit arteri koroner lainnya.

C. Patofisiologi
Aterosklerosis pembuluh koroner merupakan penyebab penyakit arteri
koronaria yang paling sering ditemukan. Aterosklerosis menyebabkan
penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteri koronaria, sehingga secara
progresif mempersempit lumen pembuluh darah. Bila lumen menyempit maka
resistensi terhadap aliran darah akan meningkat dan membahayakn aliran
darah miokardium. Bila penyakit ini semakin berlanjut, maka penyempitan
lumen akan diikuti perubahan pembuluh darah yang mengurangi kemampuan
pembuluh untuk melebar. Dengan demikian keseimbangan antara penyediaan
dan kebutuhan oksigen menjadi tidak stabil sehingga membahayakan
miokardium yang terletak di sebelah distal dari daerah lesi.
Lesi biasanya diklasifikasikan sebagai endapan lemak, plak fibrosa,
dan lesi komplikata.
1. Endapan lemak
Terbentuk sebagai tanda awal aterosklerosis, dicirikan dengan
penimbunan makrofag dan sel otot-otot polos terisi lemak (terutama
kolesterol) pada daerah tunika intima (lapisan terdalam arteri). Endapan
lemak mendatar dan bersifat non-obstruktif dan mungkin terlihat oleh
mata telanjang sebagai bercak kekuningan pada permukaan endotel
pembuluh darah.
2. Plak fibrosa (plak ateromatosa) merupakan daerah penebalan tunika
intima yang meninggi dan dapat diraba yang mencermikan lesi paling
khas aterosklerosis lanjut dan biasanya tidak timbul hingga usia dekade
ketiga. Biasanya, plak fibrosa berbentuk kubah dengan permukaan opak

3
dan mengilat yang menyembul ke arah lumen sehingga menyebabkan
obstruksi. Plak fibrosa terdiri atas inti pusat lipid dan debris sel nekrotik
yang ditutupi oleh jaringan fibromuskuler mengandung sel-sel otot polos
dan kolagen. Plak fibrosa biasanya terjadi di tempat percabangan, lekukan
dan penyempitan arteri.
3. Lesi lanjut atau komplikata terjadi bila suatu plak fibrosa rentan
mengalami gangguan akibat kalsifikasi, nekrosis sel, peradarahan,
trombosis, atau ulserasi dan dapat menyebabkan infark miokardium.

D. Manifestasi Klinik
Menurut [ CITATION Lew14 \l 1057 ], manifestasi klinik yang biasa terjadi pada
kasus CAD meliputi:
1. Nyeri dada
Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus, terletak dibagian
bawah sternum dan perut atas, adalah gejala utama yang biasanya muncul.
Nyeri akan terasa semakin berat sampai tidak tertahankan. Rasa nyeri yang
tajam dan berat, biasa menyebar kebahu dan lengan biasanya lengan kiri.
Tidak seperti nyeri angina, nyeri ini muncul secara spontan (bukan setelah
kerja berat atau gangguan emosi) dan menetap selama beberapa jam sampai
beberapa hari dan tidak akan hilang dengan istirahat maupunnitrogliserin.
Pada beberapa kasus nyeri bisa menjalar ke dagu dan leher.
2. Perubahan pola EKG
a. Normal pada saat istirahat, tetapi bisa depresi pada segmen ST.
Gelombang T inverted menunjukkan iskemia, gelombang Q menunjukkan
nekrosis
b. Distrimia dan Blok Jantung. Disebabkan kondisi yang mempengaruhi
sensitivitas sel miokard ke impuls saraf seperti iskemia,
ketidakseimbangan elektrolit dan stimulus sarat simpatis dapat berupa
bradikardi, takikardi, premature ventrikel, contraction (ventrikel ekstra
systole), ventrikel takikardi dan ventrikel fibrilasi

4
3. Sesak napas
Keluhan ini timbul sebagai tanda mulainya gagal jantung dimana jantung
tidak mampu memompa darah ke paru-paru sehingga oksigen di paru-paru
juga berkurang.
4. Diaphoresis
Pada fase awal infark miokard terjadi pelepasan katekolamin yang
meningkatkan stimulasi simpatis sehingga terjadi vasokonstriksi pembuluh
darah perifer sehingga kulit akan menjadi lembab, dingin, dan berkeringat.
5. Pusing
Pusing juga merupakan salah satu tanda dimana jantung tidak bisa memompa
darah ke otak sehingga suplai oksigen ke otak berkurang.
6. Kelelahan
Kelelahan disebabkan karena jantung kekurangan oksigen akibat
penyempitan pembuluh darah.
7. Mual dan muntah
Nyeri yang dirasakan pada pasien dengan penyakit jantung adalah di dada
dan di daerah perut khususnya ulu hari tergantung bagian jantung mana yang
bermasalah. Nyeri pada ulu hati bisa merangsang pusat muntah. Area infark
merangsang refleks vasofagal.
E. Klasifikasi Coronary Artery Disease (CAD) atau Coronary Heart Disease
(CHD)
1. Angina pektoris Stabil/Stabil Angina Pektoris
Penyakit Iskemik disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan
dan suplai oksigen miokard. Di tandai oleh rasa nyeri yang terjadi jika
kebutuhan oksigen miokardium melebihi suplainya. Iskemia Miokard dapat
bersifat asimtomatis (Iskemia Sunyi/Silent Ischemia), terutama pada pasien
diabetes. Penyakit ini sindrom klinis episodik karena Iskemia Miokard
transien. Laki-laki merupakan 70% dari pasien dengan Angin Pektoris dan
bahkan sebagian besar menyerang pada laki-laki ±50 tahun dan wanita 60
tahun.

5
2. Angina Pektoris Tidak Stabil/Unstable Angina Pectoris
Sindroma klinis nyeri dada yang sebagian besar disebabkan oleh
disrupsi plak ateroskelrotik dan diikuti kaskade proses patologis yang
menurunkan aliran darah koroner, ditandai dengan peningkatan frekuensi,
intensitas atau lama nyeri, Angina timbul pada saat melakukan aktivitas
ringan atau istirahat, tanpa terbukti adanya nekrosis Miokard.
3. Angina Varian Prinzmetal
Arteri koroner bisa menjadi kejang, yang mengganggu aliran darah ke
otot jantung (Iskemia). Ini terjadi pada orang tanpa penyakit arteri koroner
yang signifikan, Namun dua pertiga dari orang dengan Angina Varian
mempunyai penyakit parah dalam paling sedikit satu pembuluh, dan
kekejangan terjadi pada tempat penyumbatan. Tipe Angina ini tidak umum
dan hampir selalu terjadi bila seorang beristirahat - sewaktu tidur. Anda
mempunyai risiko meningkat untuk kejang koroner jika anda mempunyai :
penyakit arteri koroner yang mendasari, merokok, atau menggunakan obat
perangsang atau obat terlarang (seperti kokain). Jika kejang arteri menjadi
parah dan terjadi untuk jangka waktu panjang, serangan jantung bisa
terjadi.
4. Infark Miokard Akut
Nekrosis Miokard Akut akibat gangguan aliran darah arteri koronaria yang
bermakna, sebagai akibat oklusi arteri koronaria karena trombus atau
spasme hebat yang berlangsung lama. Infark Miokard terbagi 2 :
a. Non ST Elevasi Miokardial Ifark (NSTEMI)
b. ST Elevasi Miokardial Infark (STEMI)

F. Komplikasi
Menurut Institute for Quality and Efficiency in Health Care (2017),
komplikasi CAD meliputi:
1. Aritmia merupakan yang paling sering ditemui. Aritmia yaitu gangguan
dalam irama jantung yang bisa menimbulkan perubahan eloktrofisiologi

6
otot-otot jantung. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai
perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel.
Misalnya perangsangan simpatis akan meningkatkan kecepatan denyut
jantung. Jika jantung tidak mendapat oksigen yang cukup maka bagian dari
jaringan jantung yang mengatur detak jantung akan rusak. Hal tersebut
dapat menyebabkan denyut jantung menjadi tidak teratur selain itu dapat
menyebabkan jantung berdebar, kelelahan dan pusing.
2. Gagal Jantung Kongestif merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi
miokard. Disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kiri akan menimbulkan
kongesti pada vena pulmonalis sedangkan pada disfungsi ventrikel kanan
akan menimbulkan kongesti pada vena sistemik.
3. Syok kardikardiogenik yang diakibatkan oleh disfungsi nyata ventrikel kiri
sesudah mengalami infark yang massif. Timbulnya lingkaran setan
perubahan hemodinamik progresif hebat yang irreversible yaitu penurunan
perfusi perifer, penurunan perfusi koroner, peningkatan kongesti paru yang
bisa berakhir dengan kematian.
4. Disfungsi Otot Papillaris. Disfungsi iskemik atau rupture nekrotik otot
papilaris akan mengganggu fungsi katup mitralis. Inkompetensi katup
mengakibatkan aliran balik dari ventrikel kiri ke atrium kiri sebagai akibat
pengurangan aliran ke aorta dan peningkatan kongesti pada atrium kiri dan
vena pulmonalis.
5. Ventrikuler Aneurisma. Aneurisma ini biasanya terjadi pada permukaan
atrium atau apek jantung. Aneurisma ventrikel akan mengembang bagaikan
balon pada setipa sistolik, teregang secara pasif oleh sebagian curah
sekuncup. Aneurisma ventrikel dapat menimbulkan 3 masalah yaitu gagal
jantung kongestif kronik, embolisasi sistemik dari thrombus mural dan
aritmia ventrikel refrakter.
6. Perikarditis Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang
langsung berkontak dengan pericardium menjadi kasar, sehingga
merangsang permukaan pericardium dan menimbulkan reaksi peradangan.

7
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap dan kimia darah yang meliputi : profil lipid
(kolesterol total, trigliserida, dan lipoprotein)
2. Elektrokardiogram (EKG)
Elektrokardiogram mencerminkan aktivitas listrik jantung yang disadap
dari berbagia sudut pada permukaan kulit. Perubahan pada
elektrokardiografi secara konsisten akibat iskemia atau infark akan
nampak pada lead tertentu.
3. Sinar-X Dada dan Fluoroskopi
Pemeriksaan sinar-X atau rontgen dada dilakukan untuk menentukan
ukuran, kontur dan posisi jantung. Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan
adanya kalsifikasi jantung dan perikardial dan menunjukkan adanya
perubahan fisiologis sirkulasi pulmonal. Pemeriksaan ini tidak membantu
diagnosis infark miokard akut namun dapat menguatkan adanya
komplikasi tertentu. Pemeriksaan fluoroskopi dapat memberikan
gambaran visual jantung pada luminescent x-ray screen. Pemeriksaan ini
memperlihatkan denyut jantung dan pembuluh darah serta sangat tepat
untuk mengkaji kontur jantung yang tidak normal.
4. Cardiac Stress Testing
Normalnya, arteri koroner akan berdilatasi sampai 4x dari diameter
normalnya untuk meningkatkan aliran darah yang membawa nutrisi dan
oksigen. Arteri yang tersumbat oleh plak akan menurunkan aliran darah ke
miokardium dan menyebabkan iskemik. Tes toleransi jantung yang terdiri
dari tes toleransi latihan (treadmill) dan tes toleransi pengobatan
(pharmacologic stress test) membantu untuk :
a. Mendiagnosis CAD
b. Membantu mendiagnosis penyebab nyeri dada
c. Menentukan kapasitas fungsional jantung setelah Infark Miokard atau
pembedahan jantung.
d. Mengakji efektivitas terapi pengobatan antiangina dan antidisritmia

8
e. Mengidentifikasi disritmia yang terjadi selama latihan fisik
f. Membantu pengembangan program kesegaran jasmani.
Tes toleransi latihan (Treadmill) dilakukan dengan cara pasien berjalan
pada ban berjalan, sepeda statis, atau naik turun tangga. Elektroda EKG
dipasang pada pasien dan pencatatan dilakukan sebelum, selama dan
setelah tes.
Tes toleransi pengobatan dilakukan pada pasien yang tidak dapat
melakukan aktivitas fisik atau treadmill. 2 agen vasodilatasi yaitu
dipyridamole (Persantine) dan adenosine (Adenocard), diberikan melalui
intravena untuk melihat efek dari dilatasi maksimal arteri koronaria.
[ CITATION Lew14 \l 1057 ]
5. Kateterisasi Jantung
Kateterisasi jantung adalah prosedur diagnostik invasif dimana satu
atau lebih kateter dimasukkan ke jantung dan pembuluh darah tertentu
untuk mengukur tekanan dalam berbagai ruang jantung dan untuk
menentukan saturasi oksigen dalam darah. Sejauh ini kateter jantung
paling sering digunakan utnuk mengkaji patensi arteri koronaria pasien
dan untuk menentukan terapi yang diperlukan mis. Percutaneus
transluminal coronary angioplasty (PTCA) atau pembedahan bypass
koroner bila ada aterosklerosis. Selama kateterisasi jantung
elektrokardiogram pasien dipantau dengan osiloskop. Karena pemasukan
kateter ke dalam jantung dapat menyebabkan disritmia fatal, maka
peralatan resusitasi harus siap bila prosedur dijalankan. [ CITATION
Sme102 \l 1057 ]
6. Pencitraan radionuklida
Pemeriksaan radionuklida sangat berguna untuk mendeteksi infark
miokard dan penurunan aliran darah miokradium dan untuk mengevaluasi
fungsi ventrikel kiri. Radioisotop diinjeksikan secara intravena dan
dilakukan pemindaian dengan menggunakan kamera skintilasi gamma.
[ CITATION Sme102 \l 1057 ]

9
H. Penatalaksanaan
Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung.
Yang paling umum diantaranya:
1. Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin.
Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi kemungkinan
gumpalan darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka dari
itu mengurangi resiko serangan jantung.
2. Beta-bloker (e.g. Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol).
Obat ini berfungsi menurunkan konsumsi oksigen dengan
menghambat impuls simpatis ke jantung. Hasilnya terjadi penurunan
frekuensi jantung, tekanan darah, dan waktu kontraktilitas jantung yang
menciptakan suatu keseimbangan antara kebutuhan oksigen jantung dan
jumlah oksigen yang tersedia.
3. Nitrogliserin (e.g. Isosorbide Dinitrate).
Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan kemudian
meningkatkan aliran darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri
dada. Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan
berupa tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk
penghilang nyeri dada secara cepat.
4. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (e.g. Enalapril, Perindopril) and
Angiotensin Receptor Blockers (e.g. Losartan, Valsartan).
Obatan-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung lebih
mudah, dan juga membantu menurunkan tekanan darah.
5. Obatan-obatan penurun lemak (seperti Fenofibrat, Simvastatin,
Atorvastatin, Rosuvastatin).
Obatan-obatan ini menurunkan kadar kolesterol jahat (Lipoprotein
Densitas-Rendah), yang merupakan salah satu penyebab umum untuk
penyakit jantung koroner dini atau lanjut. Obat-obatan tersebut merupakan
andalan terapi penyakit jantung koroner.
6. PCI ( Percutaneus Coronary Intervention ) atau angioplasti koroner

10
Percutaneus Coronary Intervention merupakan suatu prosedur untuk
mengatasi stenosis atau penyempitan di arteri koronaria. Prosedur ini
digunakan untuk mengurangi gejala penyakit arteri koroner seperti nyeri
dada, sesak serta gagal jantung. PCI dapat mencegah terjadinya infark
miokard serta mengurangi angka kematian. Angiplasti merupakan prosedur
yang tidak seinvasif CABG. Kateter yang berbentuk balon dimasukkan ke
arteri koroner yang mengalami gangguan dan diletakkan di antara daerah
aterosklerotik. Balon kemudian dikembangkan dan dikempiskan dengan
cepat untuk memecah plak. Prosedur PCI dilakukan di laboratorium
kateterisasi jantung.[ CITATION Sme102 \l 1057 ]

11
I. Pathway

12
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan,
pendidikan, alamat, tanggal MRS dan diagnosa medis.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien dengan coronary artery Disease biasanya merasakan nyeri
dada dan dapat dilakukan dengan skala nyeri. Pengkajian nyeri secara
mendalam menggunakan pendekatan PQRST
P
Provocation / provokasi : pemicu terjadinya nyeri
Paliative : apa yang dapat mengurangi nyeri
Q
Quality : bagaimana jenis nyerinya
Quantity : nyerinya terus-menerus atau hilang timbul
R
Regio : area mana dirasakan nyeri
S : Skala nyeri
T : Time : berapa lama nyeri berlangsung
3. Riwayat kesehatan lalu
Pengkajian meliputi riwayat penyakit yang dialami klien sebelumnya
seperti hipertensi atau diabetes millitus, infark miokard atau penyakit
jantung koroner itu sendiri sebelumnya. Serta ditanyakan apakah pernah
MRS sebelumnya.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji pada keluarga, apakah didalam keluarga ada yang menderita
penyakit jantung koroner. Riwayat penderita coronary artery Disease

13
umumnya mewarisi juga faktor-faktor risiko lainnya, seperti abnormal
kadar kolestrol, dan peningkatan tekanan darah.
5. Riwayat psikososial
Pada klien coronary artery Disease biasanya yang muncul pada klien
dengan penyakit jantung koroner adalah menyangkal, takut, cemas, dan
marah, ketergantungan, depresi dan penerimaan realistis.
6. Pola aktivitas dan latihan
Hal ini perlu dilakukan pengkajian pada pasien dengan coronary
artery Disease untuk menilai kemampuan dan toleransi pasien dalam
melakukan aktivitas. Pasien penyakit jantung koroner mengalami
penurunan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien
b. Pemeriksaan fisik :
1) Tanda-tanda vital :
Tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu
2) Tingkat kesadaran
3) Respirasi : pengkajian dilakukan untuk mengetahui secara dini
tanda dan gejala tidak adekuatnya ventilasi dan
oksigenasi.Pengkajian meliputi persentase fraksi oksigen, volume
tidal, frekuensi pernapasan dan modus yang digunakan untuk
bernapas.
4) Sistem kardiovaskuler, pengkajian dengan tekhnik inspeksi,
auskultasi, palpasi, dan perkusi untuk menentukan batas jantung.
Bunyi jantung normal S1 dan S2 dihasilkan oleh penutupan katup
jantung. S1 terjadi karena penutupan katup mitral dan trikuspid
secara bersamaan. S2 dihasilkan oleh penutupan katup aorta dan
pulmonalis. Pada pasien dengan infark dan gagal jantung terdengar
bunyi ke 3 yaitu Gallop. Gallop S3 paling jelas terdengar pada

14
pasien yang berbaring pada sisi kiri. Selain itu pada pasien jantung
dapat ditemukan sianosis perifer, pucat, waktu pengisian kapiler.
5) Sistem gastrointestinal : asukultasi bising usus, palpasi (nyeri dan
adanya distensi)
6) Sistem muskulosletal : kelemahan dan intoleransi aktivitas

B. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis (iskemia)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian

C. Intervensi Keperawatan
Intervensi, luaran dan implementasi menurut SDKI,SLKI dan SIKI
Diagnosa
SLKI SIKI
Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
dengan agen pencedera Setelah dilakukan tindakan observasi
fisik (mis abses, keperawatan selama 3x24 jam di 1. Identifikasi lokasi,
amputasi, luka bakar, harapkan nyeri klien berkurang karakteristik, durasi,
terpotong, mengangkat dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas,
berat, prosedur bedah, a. Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri)
trauma, olahraga (skala 5) 2. Identifikasi skala nyeri
berlebihan) b. Meringis menurun ( skala 5) 3. Identifikasi respon nyeri
c. Sikap Protektif menurun non verbal
( skala 5) 4. Identifikasi faktor yang
d. Gelisah menurun ( skala 5) memperberat dan
e. Kesulitan tidur menurun memperingan nyeri
( skala 5) 5. Identifikasi pengetahuan
tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri
terhadap kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan

15
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
10. Berikan tehnik non
farkologis untuk
mengurangi rasa nyeri
( mis. Hipnterapi,
aromaterapi, tehnik
imajinasi, terapi musik)
11. Fasilitasi istirahat dan tidur
12. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
13. Jelaskan penyebab, perioda
dan pemicu nyeri
14. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
15. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
16. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
17. Ajarkan tehnik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
18. Kolaborasi pemberian
analgetik bila perlu.

2) Intoleransi Aktivitas Toleransi Aktivitas Manajemen Energi


Berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi
ketidakseimbangan keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi gangguan
antara suplai dan diharapkan toleransi terhadap fungsi tubuh yang
kebutuhan oksigen aktifitas pasien meningkat dengan mengakibatkan kelelahan
kriteria hasil : 2. Monitor kelelahan fisik
a. Keluhan lelah cukup menurun dan emosional
(skala 4) 3. Monitor pola dan jam
b. Dispnea saat aktifitas menurun tidur
(skala 5) Terapeutik
c. Dispnea setelah aktifitas 4. Sediakan lingkungan
menurun (skala 5) yang nyaman dan rendah

16
d. Perasaan Lemah cukup stimulus
menurun (skala 5) 5. Berikan aktivitas distraksi
e. Sianosis menurun (skala 5) yang menenangkan
Edukasi
6. Anjurkan tirah baring
7. Anjurkan aktivitas secara
bertahap
Kolaborasi
8. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

3) Ansietas berhubungan Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas


dengan ancaman Setelah dilakukan tindakan Observasi
terhadap kematian keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi saat tingkat
diharapkan tingkat ansietas ansietas berubah (misal
berkurang dengan kriteria hasil kondisi, waktu, dan
a. Verbalisasi khawatir akibat stressor)
kondisi yang dihadapi 2. Monitor tanda-tanda
menurun (skala 5) ansietas
b. Perilaku gelisah menurun Terapeutik
( skala 5) 3. Ciptakan suasana
c. Perilaku tegang cukup terapeutik untuk
menurun ( skala 5) menambahkan
d. Pola Tidur cukup membaik kepercayaan
(skala 4) 4. Temani pasien untuk
e. Kontak mata cukup membaik mengurangi kecemasan,
(skala 4) jika memungkinkan
5. Pahami situasi yang
membuat ansietas
6. Dengarkan dengan penuh
perhatian
7. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
8. Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
Edukasi
9. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami

17
10. Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
11. Anjurkan keluarga tetap
bersama pasien, jika perlu
12. Anjurkan
mengungkapkan perasaan
dan persepsi
13. Latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
14. Latih tehnik relaksasi
Kolaborasi
15. Kolaborasi pemberian
obat ansietas jika perlu.

Daftar Pustaka

18
Association, A. H. (2015,). Coronary Artery Disease-Coronary Heart Disease. Diakses 7
desember2019,darihttp://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/More/MyHeartand
StrokeNews/Coronary-Artery-Disease---Coronary-Heart
Disease_UCM_436416_Article.jsp

Alodokter. (2016). Mengenal Makna Prosedur CABG. Retrieved from Alodokter:


https://www.alodokter.com/mengenal-makna-prosedur-cabg

Bulechek, G. M., Butcher, H., Dochterman, J., & Wagner, C. (2016). Nursing
Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam Bahasa Indonesia.
Singapore: Elsevier.

Institute for Quality and Efficiency in Health Care. (2017). Complication of


Coronary Artery Disease. Retrieved from PubMed Health:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedheatlh/PMH0086330/

LeMayo Clinic. (2017, August 4). Coronary Artery disease. Retrieved August 14,
2017, from Mayo clinic: http://www.mayoclinic.org/diseases-
conditions/coronary-artery-disease/symptoms-causes/dxc-20165314

Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M., & Bucher, L. (2014). Medical-surgical nursing
(9 ed.). Missouri: Elsevier.

Price, S. A., & Wilson, L. M. (2013). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit (6
ed., Vol. 1). Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. C., Bare, B. G., & Hinkle, J. L. (2010). Textbook of medical-surgical nursing (12
ed., Vol. 1). Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasioanl Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

19
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

20

Anda mungkin juga menyukai