A. Anti Mitosis
Kanker merupakan penyakit atau kelainan pada tubuh sebagai akibat dari sel-sel tubuh yang tumbuh dan
berkembang secara abnormal, diluar kewajaran dan sangat liar. Keadaan kanker terjadi jika sel-sel
normal berubah dengan pertumbuhan yang sangat cepat, sehingga tidak dapat dikendalikan oleh tubuh
dan tidak berbentuk. Kanker dapat terjadi disetiap bagian tubuh.
Karsinoma
Karsinoma adalah jenis kanker yang berasal dari sel yang melapisi permukaan tubuh atau permukaan
saluran tubuh, misalnya jaringan epitel seperti sel kulit, testis, ovarium, kelenjar mukus, sel melanin,
payudara, leher rahim, kolon, rektum, lambung, pankreas, dan esofagus.
Limfoma
Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan yang membentuk darah, misalnya jaringan limfe,
lakteal, limfa, berbagai kelenjar limfe, timus, dan sumsum tulang belakang.
Leukemia
Leukemia tidak membentuk masa tumor, tetapi memenuhi pembulu darah dan mengganggu fungsi sel
darah normal.
Sarkoma
Sarkoma merupakan kanker jaringan penunjang yang berada dibawah permukaan tubuh seperti jaringan
ikat, termasuk sel-sel yang ditemukan di otot dan tulang.
Giloma
Giloma adalah kanker susunan saraf, misalnya sel glia (jaringan penunjang) disusunan saraf pusat.
Karsinoma in situ
Ini adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sel epitel abnormal yang masih terbatas didaerah
tertentu sehingga masih dianggap lesi prainvasif ( kelainan/luka yang belum menyebar ).
Dalam beberapa hal, sel kanker mirip sel embrio misalnya dari proses pembelahan sel. Pada
pembelahan mitosis sama sama memulai pada periode tumbuh (G1), kemudian fase S ( sintesa DNA)
lalu ke fase tumbuh kedua (G2) sebelum terjadi mitosis berikutnya. Hal ini, bahwa sel kanker
sebagaimana sel dideferesnsiasi ialah sel kanker sering memperlihatkan protein yang khas juga terdapat
pada perkembangan sel normal alfa fetoprotein (AFP) dan antigen karsinoembrio (CFA).
Mitosis
terdiri dari penebalan kromosom serta sitokinesis, pembelahan aktual sitoplasma untuk membentuk dua
sel anak. Meskipun pembelahan merupakan proses yang berkelanjutan, pembelahan dibagi menjadi
empat subfase : profase, metafase, anafase, dan telofase.
1. Profase
a. Kromosom menebal menjadi pilinan yang kuat dan besar, serta menjadi terlihat. Setiap kromosom
berisi dua kromatid yang disatukan oleh sentromer. Kromatid akan menjadi kromosom dalam generasi sel
berikutnya.
b. Pasangan sentriol berpisah dan mulai bergerak kesisi nukleus yang berlawanan, digerakkan dengan
perpanjangan mikotubulus yang terbentuk diantara sentriol. Setelah sampai disisi nukleus, sentriol
membentuk benang spidel mitosis polar.
c. Nukleolus melebur dan membran nuklear menghilang. Sehingga memungkinkan spindel memasuki
nukleus. Mikrotubulus pendek yang muncul dari kinetochore, struktur pada sentromer, sekarang dapat
berinteraksi dengan benangspindel polar, menyebabkan kromosom bergerak dengan cepat.
d. Mikrotubulus lain menyebar keluar sentriol untuk membentuk aster.
2. Metafase
a. Kromosom ( pasangan kromatid ) berbaris pada bidang metafase atau bidang ekuator sel, disebut
demikian karena posisinya bersilangan dari satu sisi kesisi lainnya pada spindel.
b. Sentromer pada semua kromosom daling berikatan.
c. Kinetochore memisah dan kromatid bergerak menjauh.
3. Anafase
a. Akibat perubahan panjang mikrotubulus di tempat perlekatannya, pasangan kromatid ( sekarang
dianggap sebagai satu kromosom ) bergerak dari bidang ekuator kesetiap kutub.
b. Akhir anafase ditandai dengan adanya dua set kromosom lengkap yang berkumpul pada kutub sel.
Organel sitoplasma, yang sebelumnya telah bereplikasi, juga tersebar merata dikedua kutub.
4.Telofase
a. Dua nuklei kembali terbentuk disekitar kromosom. Kromosom kemudian terurai dan melebur. Membran
nuklear dan nukleolus terbentuk kembali.
b. Sitokinesis adalah pembelahan sitoplasma. Alur pembelahan yang berada tepat dipertengahan antara
kedua masa kromosom, mulai membelah sitoplasma, berlanjut disekitar sel dan membelah sel tersebut
menjadi dua sel yang terpisah.
Terdapat perbedaan penting antara sel normal dan sel kanker yang mencerminkan kekacauan siklus sel.
Sel normal dalam pertumbuhan dan perkembangannya diatur dan terkontrol secara genetik, sedangkan
sel kanker tidak. Sel kanker bersifat metastatik (menyebar ke tempat lain dan menimbulkan pertumbuhan
baru) sedangkan sel normal tidak (Campbell, 1999).
2. Antibiotik
a) Bleomisin
b) Daktinomisin
c) Dauksorubisin
d) Idarubisin
e) Pilkamisin
3. Alkali
a) Karmustin dan lomustin
b) Siklofosfamid dan ifosfamid
c) Mekloretamin
d) Streptozotocin
4. Inhibitor mikrotubulus
a) Navelbin
b) Pacilatex
c) Vinblasttin
d) Vinkristin
5. Hormon steroid
a) Aminoglutetamid
b) estrogen
c) flutamid
d) goserelin
e) leuprolid
f) prednison
g) tamoksifen
6. lain-lain
a) aspraginesa
b) cisplatin
c) etoposid
d) interfenon
e) prokarbazin
b) Antibiotika
Antibiotika ialah persenyawaan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme atau sel. Caranya
ialah dengan mengikat kepada DNA, sehingga DNA itu tidak dapatberfungsi untuk membuat RNA. Tanpa
produksi RNA, maka sintesa protein/enzim tidak dapat terjadi. Antibiotika yang dipakai sebagai obat
kanker diantaranya ialah: adriamycin, dactinomycin, daunorubicin, mythramycin dan bleomycin.
c) Persenyawaan steroid
Pemberian hormon steroid dalam dosis yang tidak fisiologis menimbulkan ketidak-seimbangan
hormonhormon didalam badan. Ternyata hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan sel-sel kanker. dalam
jaringanjaringan yang peka kepada hormon. Mekanisme kerja hormon itu uniuk mempengaruhi
pertumbuhan selsel belumlah jelas . Ada yang berpendapat bahwa pengaruh hormon itu pada membran
sel yang mempunyai receptor-receptor untuk stimulasi pertumbuhan. Hormon-hormon yang dipakai
dalam pengobatan kanker ialah: androgen (testosteron propionat, fluoxymesterone), estrogen
(diethylstilbestrol, ethynil estradiol), progestin (hydroxyprogesteron caproate, 6-
methylhydroxyprogesteron), persenyawaan adrenal cortex (cortisone acetate, prednisone,
dexamethasone, methylprednisolone, hydrocortisone).
e) Inhibitor Mikrotubulus Gelendong mitotik merupakan bagian tulang rangka intraseluler yang lebih
besar (sitoskeleton) yang perlu untuk gerakan internal dalam sitoplasma sel-sel eukariotik. Gelendong ini
terdiri dari kromatin dan suatu sistim mikrotubulus dari tubulin protein. Gelendong mitotik perlu untuk
pembelahan DNA menjadi dua sel anak yang dibentuk ketika sel eukariotik membelah.
B. Uji Toksikologi
Pada awal mulanya toksikologi didefinisikan sebagai ilmu tentang racun. Pada saat itu pengertian racun
masih dipisahkan dengan makanan. Bahan pangan atau zat kimia yang dengan jelas berbahaya bagi
tubuh disebut racun, sedangkan yang bermanfaat bagi tubuh disebut makanan.
Untuk meneliti berbagai macam efek, uji toksikologi dibagi menjadi tiga kategori yaitu :
Belakangan ini telah banyak pengujian tentang toksisitas yang dikembangkan untuk pencarian produk
alam yang potensial sebagai bahan antineoplastik, metode pengujian tersebut antara lain simple brench-
Top Bioassay (terdiri dari Brine Shrimp lethality Test, Lemna Minor Bioassay dan Crown-Gall Potato Disc
Bioassay) dan pengujian pada sel telur Bulu Babi.
1. Dengan berdasarkan pemikiran bahwa efek farmakologi adalah toksikologi sederhana pada dosis yang
rendah dan sebagian besar senyawa antitumor adalah sitotoksik, maka Brine Shrimp Lethality
Test dapat digunakan sebagai uji pendahuluan senyawa antitumor. Senyawa yang mempunyai
kemampuan membunuh sel kanker dalam kultur sel. Pengujian ini adalah pengujian letalitas yang
sederhana dan tidak spesifik untuk aktifitas tumor, tetapi merupakan indikator toksisitas yang baik dan
menunjukan korelasi yang kuat dengan pengujian antitumor lainnya seperti uji sitotoksitas dan uji
leukemia tikus. Karena kesederhanaan prosedur pengerjaan, biaya yang rendah serta korelasinya
terhadap pengujian toksisitas dan pengujian antitumor menjadikan Brine Shrimp Lethality Test sebagai uji
hayati pendahuluan untuk aktifitas antitumor yang sesuai dan dapat dilakukan secara rutin di
Laboratorium dengan fasilitas sederhana. Uji toksisitas sebagai skrining awal dapat dilakukan dengan
berbagai metode antara lain adalah metode Brine Shrimp Lethality Test (BST). Metode BST adalah suatu
metode uji guna untuk menentukan toksisitas suatu senyawa bahan alam dengan cepat, murah dan
cukup akurat untuk penapisan ekstrak bahan aktif dengan menggunakan hewan uji Artemia Salina Leach
yang berumur 48 jam.
2. Metode BST juga digunakan untuk mendeteksi keberadaan senyawa toksik dalam proses isolasi
senyawa dari bahan alam yang berefek sitotoksik dengan menetukan harga LC50 dari senyawa aktif.
Metode BST dapat digunakan dari berbagai system uji seperti uji pestisida, mitotoksin, polutan, anastetik,
komponen seperti morfin, karsinogenik dan ketoksikan dari hewan dan tumbuhan laut serta senyawa
racun dari tumbuhan darat.
3. Lemna Minor Bioassay terutama digunakan sebagai uji pendahuluan terdapat bahan yang dapat
menghambat dan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Dengan pengujian ini dapat diamati bahwa
senyawa antitumor alami juga dapat menghambat pertumbuhan Lemna, walaupun korelasinya dengan
pengujian antitumor lainnya kurang baik. Oleh karena itu pengujian ini lebih diarahkan untuk mencari
herbisida dan stimulant pertumbuhan tanaman baru.
4. Crown-Gall Potato Bioassay merupakan metode pengujian toksisitas yang relative cepat
pengerjaannya, tidak mahal, tidak memerlukan hewan percobaan serta menunjukkan korelasi yang
sangat baik dengan uji antitumor lainnya. Crown-Gall merupakan suatu penyakit neoplastik pada
tumbuhan yang disebabkan bakteri gram negative Agrobacterium tumefaciens yang selanjutnya
menyebabkan pertumbuhan jaringan tumor secara otonom dan tidak dipengaruhi oleh mekanisme kontrol
normal tumbuhan. Pengujian dilakukan dengan mengukur kemampuan suatu senyawa menghambat
pertumbuhan tumor Crown-Gall pada umbi kentang yang diinfeksikan dengan bakteri Agrobacterium
tumefaciens.
Brine Shimp Lethality Test
Brine Shrimp Lethality test (BST) merupakan salah satu metode untuk menguji bahan-bahan yang
bersifat sitotoksik. Metode ini menggunakan larva Artemia salina Leach sebagai hewan coba. Uji
toksisitas dengan metode BST ini merupakan uji toksisitas akut dimana efek toksik dari suatu senyawa
ditentukan dalam waktu singkat setelah pemberian dosis uji. Prosedurnya
dengan menentukan nilai LC50 dari aktivitas komponen aktif tanaman terhadap larva Artemia salina
Leach. Suatu ekstrak dikatakan aktif sebagai antikanker berdasarkan metode BST jika harga LC < 1000
μg/ ml. Penelitian Carballo dkk menunjukkan adanya hubungan yang konsisten antara sitotoksisitas dan
letalitas Brine shrimp pada ekstrak tanaman. Metode BST dapat dipercaya untuk menguji aktivitas
toksikologi dari bahan-bahan alami.
Tumbuhan seperti benalu (Macrosolen cochinchinesis), buah makasar (Bruea javanica (L.) Merr.), dan
tapak dara (Catharanthus roseus) mengandung senyawa-senyawa metabolit sekunder jenis alkaloid yang
memiliki potensi sebagai antikanker.Senyawa alkaloid yang berpotensi sebagai anti kanker pada
tumbuhan benalu yaitu β-amyrin, yang berfungsi menghambat S180 dan sel kanker JTC-26. Sedangkan
pada buah makasar, alkaloid yang berpotensi sebagai antikanker yaitu jenis brucamarinedan yatamine,
dimana alkaloid jenis ini dapat mengobati kanker saluran pencernaan,kanker payudara, dan kanker leher
rahim. Sementara pada tumbuhan tapak daramengandung 70 jenis alkaloid, dimana ada beberapa jenis
yang berpotensi sebagai antikanker yaitu vinblastine dan vincristine yang dapat digunakan untuk
mengobati leukimia limfostik akut (LLA), leukimia monositik akut (LMA), kanker kelenjar getah bening.