Anda di halaman 1dari 26

MODUL DARING

MIKROTEKNIK

Oleh:
Dra. Sri Wahyuni, M.Kes
Dr. Elly Purwanti, MP

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas


segala limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis bisa menyelesaikan
penyusunan Modul untuk mata kuliah Mikroteknik ini. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan rasa terimakasih yang sebesarnya kepada jajaran
pimpinan/dekanat di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan, Universitas
Muhammadiyah Malang yang telah mengadakan program penulisan modul
untuk dosen di lingkungan FKIP UMM. Tak lupa penulis ucapkan rasa
terimakasih kepada tim pengembang daring FKIP (Tim pengembang LMS, tim
pedoman penulisan modul daring, dan tim pe-review modul daring) yang sudah
memberikan arahan dalam penulisan modul ini
Tujuan Penulisan modul daring mikroteknik ini adalah untuk membantu
para mahasiswa pendidikan biologi yang sedang menempuh mata kuliah
mikroteknik agar mencapai kompetensi yang diharapkan. Selain tu juga dapat
digunakan sebagai petunjuk, gambaran pemahaman kepada berbagai pihak yang
tertarik pada bidang pembuatan preparat mikroteknikmetode mikroteknik
Tumbuhan.
Modul ini disusun sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan perkuliahan
mata kuliah Mikroteknik. Modul ini berisikan 6 bab materi yang disajikan dalam
Unit 1 sampai Unit 6 yaitu 1) Unit I Spesimen, Alat Dan Bahan Mikrotehnik 2)
Unit 2 Metode Mikrotehnik Tumbuhan 3) Unit 3 Metode Mikrotehnik Hewan 4)
Unit 4 Metode Parafin 5) Unit 5 Metode Pewarnaan Jaringan 6) Unit 6
Penelaahan, penyajian data dan pengembangan preparat mikroteknik.
Penulis sangat mengaharapkan kritik dan saran guna perbaikan dan
penyempurnaan lebih lanjut. Harapan penulis Modul ini dapat bermanfaat dan
dimanfaatkan bagi kita semua. Amin.
Malang, 1 Oktober 2020

Penyusun
MModo
I
PENDAHULUAN

Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) prodi untuk matakuliah Mikroteknik


meliputi sikap, ketrampilan umum, ketrampilan khusus dan pengetahuan ialah:
S9 Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang
keahliannya secara mandiri
KU2 Mampu menunjukkan kinerja mandiri bermutu dan terukur
KU5 Mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks
penyelesaian masalah di bidang keahliannya, berdasarkan hasil
analisis terhadap informasi dan data.
KK8 Mampu menerapkan konsep biologi dan teknologi kependidikan
dengan memanfaatkan kemajuan IPTEKS untuk membuat produk-
produk pembelajaran dalam mendukung terselenggaranya
pembelajaran biologi.
KK9 Mampu mengaplikasikan pengetahuan biologi sesuai perkembangan
IPTEK pada berbagai bidang entrepreneurship berorientasi life skill
P1 Mampu menguasai konsep teoritis IPTEK biologi serta terapannya
dalam pembelajaran
P6 Menguasai konsep, prinsip, dan aplikasi pengelolaan dan
keselamatan kerja atau belajar di laboratorium
P8 Menguasai pengetahuan faktual tentang fungsi dan manfaat
teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi yang
relevan untuk pengembangan mutu pendidikan
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) Mikroteknik yaitu :

M1 Mampu menguasai konsep mikroteknik, berbagai metode


mikroteknik dan proses pembuatannya secara mandiri dengan
benar dan bertanggung jawab (S9,P1,P6,P8)
M2 Mampu mengembangkan preparat mikroteknik secara mandiri
maupun kelompok, dengan teliti dan bertanggungjawab
(S9,KU2,KU5,KK8,KK9)

Sub-CPMK atau kemampuan akhir yang direncanakan Mikroteknik


meliputi :
L1 Mampu menjelaskan specimen, alat dan bahan mikroteknik
L2 Mampu menganalisis preparat mikroteknik tumbuhan
2
I.3 Mampu menganalisis preparat mikroteknik hewan
I.4. Mampu menganalisis metode paraffin
I.5 Mampu menganalisis metode Pewarnaan Mikroteknik
I.6 Mampu mengembangkan Preparat Mikroteknik
Modul ini berisi 6 Unit materi yaitu Unit 1 Spesimen alat dan bahan
mikroteknik; Unit 2 Metode mikroteknik tumbuhan; Unit 3 . Metode mikroteknik
hewan; Unit 4 Metode Parafin; Unit 5. Metode Pewarnaan Mikroteknik, Unit 6
Pengembangan Preparat Mikroteknik. Adapun tujuan pembelajaran pada masing-
masing Unit sebagai berikut :adalah sebagai berikut :
Tujuan Pembelajaran Unit 1 adalah Setelah mempelajari materi dan
melakukan berbagai aktivitas melalui laman LMS, mahasiswa dapat : (1)
menjelaskan spesimen mikroteknik, sumber dan jenis sediaan, cara pengambilan
sample dengan benar (2) membedakan jaringan normal dan patologis, dengan teliti
(3) menjelaskan alat dan bahan yang dipakai untuk membuat preparat mikroteknik
(4) menjelaskan embrio dan kultur jaringan (5) mengidentifikasi jaringan yang
hidup dan yang telah diawetkan.
Tujuan Pembelajaran Unit 2 : Setelah mempelajari materi dan melakukan
berbagai aktivitas melalui laman LMS, mahasiswa dapat : (1) menjelaskan
metode Squash, Pollen, dan Maserasi dengan benar (2) menjelaskan metode,
wholemounth dan Section tumbuhan dengan benar (3) menganalisis preparat
mikroteknik tumbuhan dengan teliti.
Tujuan Pembelajaran Unit 3 : Setelah mempelajari materi dan melakukan
berbagai aktivitas melalui laman LMS, mahasiswa dapat : (1) menjelaskan metode
Apus dan Rentang dengan benar (2) menjelaskan metode, Wholemounth dan
Section tumbuhan dengan benar (3) menganalisis preparat mikroteknik hewan
dengan teliti (4) membedakan proses pembuatan preparat wholemount hewan dan
tumbuhan dengan teliti.
Tujuan Pembelajaran Unit 4 : Setelah mempelajari materi dan melakukan
berbagai aktivitas melalui laman LMS, mahasiswa dapat : (1) menjelaskan
metode paraffin dan tahapan-tahapan proses pembuatannya dengan urut (2)
menjelaskan setiap tahapan metode paraffin dengan benar (3) menjelaskan
proses narcose, dissecting/collecting, washing, aerasi, fiksasi, dehidrasi secara
teliti. (4) menjelaskan proses clearing, infiltrasi, impregnasi/embedding,
blocking, sectioining, afixing, deparafinisasi,staining, mounting dan labelling
3
dengan benar. (5) membedakan metode parafin pada tumbuhan dengan metode
parafin pada hewan dengan teliti (6) menganalisis metode parafin secara
bertanggung jawab.
Tujuan Pembelajaran Unit 5 : Setelah mempelajari materi dan melakukan
berbagai aktivitas melalui laman LMS, mahasiswa dapat : (1) menjelaskan
metode staining dan tujuan pewarnaan dengan benar (2) membedakan antara
pewarnaan non vital, supravital dan vital dengant teliti (3) mengelompokkan zat
warna berdasarkan sifat, asal, kemampuan mewarnai, komposisi zat warna
dengan teliti.(4) menjelaskan persiapan yang harus dilakukan sebelum
pewarnaan dan pengolahan zat warna dengan teliti (5) menganalisis beberapa
teknik mewarnai jaringan. dengan benar (6) menjelaskan teknik pewarnaan
Tulang
Tujuan Pembelajaran Unit 6 : Setelah mempelajari materi dan melakukan
berbagai aktivitas melalui laman LMS, mahasiswa dapat : (1) menelaah preparat
mikroteknik dengan teliti (2) menyajikan data hasil praktikum mikroteknik
dengan benar (3) menghasilkan Artikel/atlas/buku Mikroteknik
Adapun ringkasan materi yang disajikan di setiap unit sebagai berikut :
UNIT 1. SPESIMEN, ALAT DAN BAHAN MIKROTEKNIK
1.1 Spesimen Mikrotehnik
1.2 Sumber dan Jenis Sediaan dari Tumbuhan
1.3 Sumber dan Jenis Sediaan dari Hewan
1.4 Cara Pengambilan Sampel
1.5 Jaringan Normal dan Patologis
1.6 Alat-alat Mikroteknik
1.7 Bahan-Bahan Mikroteknik
1.8 Embrio dan Kultur Jaringan
1.9 Jaringan yang Hidup dan yang telah Diawetkan

UNIT 2 METODE MIKROTEKNIK TUMBUHAN


2.1 Metode Squash
2.2 Metode Pollen
2.3 Metode Maserasi
4
2.4 Metode wholemounth tumbuhan
2.5 Metode Section tumbuhan
UNIT 3 METODE MIKROTEKNIK HEWAN
3.1 Metode Apus
3.2 Metode Rentang
3.3 Metode Gosok
3.4 Metode Supravital
3.5 Metode wholemounth Hewan
3.6 Metode Section Hewan
UNIT 4 METODE PARAFIN
4.1 Metode paraffin dan urutan tahapan proses pembuatannya
4.2 Pembiusan (Narcose)
4.3 Pengambilan Organ /Diseksi (collecting)
4.4 Pencucian (Washing)
4.5 Fiksasi (Fixation)
4.6 Penarikan udara dari jaringan (Aerasi)/ khusus tumbuhan
4.7 Dehidrasi (Dehydration)
4.8 Pembeningan /penjernihan(Clearing)
4.9 Infiltrasi (infiltration)
4.10 Pembenaman (Impregnasi/Embedding)
4.11 Pengecoran (Blocking)
4.12 Pemotongan jaringan (Sectioning)
4.13 Afiksasi (Afixing)
4.14 Deparafinisasi
4.15 Pewarnaan (Staining)
4.16 Perekatan (Mounting)
4.17 Pelabelan (Labelling)
UNIT 5 METODE PEWARNAAN JARINGAN
5.1 Tujuan pewarnaan
5.2 Pewarnaan Vital, supravital dan Vital
5.3 Penggolongan Zat warna ( berdasarkan Sifat, asal, kemampuan mewarnai,
komposisi Zat Warna, Struktur jaringan)
5.4 Hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum pewarnaan & Pengolahan zat warna
5
5.5 Beberapa teknik/cara pewarnaan
5.6 Metode Pewarnaan tulang
UNIT 6 PENGEMBANGAN PREPARAT MIKROTEKNIK
6.1 Penelaahan Preparat
6.2 Penyajian Data Mikroteknik
6.3 Analisis Artikel/atlas/buku berbasis mikroteknik
6.4 Pembuatan Artikel/atlas/buku berbasis mikroteknik

UNIT 1
SPESIMEN, ALAT DAN BAHAN
MIKROTEKNIK

6
1.1 Capaian Pembelajaran
1.1.1 Sub-CPMK
Mampu menjelaskan specimen, alat dan bahan mikroteknik

1.1.2 Tujuan Pembelajaran


Tujuan Pembelajaran Unit 1 : Setelah mempelajari materi dan melakukan
berbagai aktivitas melalui laman LMS, mahasiswa dapat :
(1) menjelaskan spesimen mikroteknik, sumber dan jenis sediaan, cara
pengambilan sample dengan benar
(2) membedakan jaringan normal dan patologis, dengan teliti
(3) menjelaskan alat dan bahan yang dipakai untuk membuat preparat
mikroteknik
(4) menjelaskan embrio dan kultur jaringan
(5) mengidentifikasi jaringan yang hidup dan yang telah diawetkan

1.2 Materi Pembelajaran


1.2.1.Spesimen Mikroteknik
Pengetahuan struktur anatomi suatu jaringan tumbuhan atau hewan, dapat
dilakukan dengan mengamati dan menelaah specimen secara mikroteknik atau
disebut juga sebagai specimen jaringan ( histologi). Specimen dalam telaah histologi,
merupakan bagian yang sangat kecil dari suatu organisme, dengan ukuran mikron,
sehingga bisa ditelaah apabila menggunakan bantuan alat yaitu mikroskop.

Mikroteknik atau teknik histology adalah ilmu mempersiapkan sediaan berupa


organ, jaringan, sel, dari tumbuhan atau hewan untuk diamati dan ditelaah. Telaah
specimen membutuhkan bantuan mikroskop, mikroskop dibutuhkan karena sediaan
tidak mampu dilihat dan diamati dengan mata telanjang. Ada berbagai jenis
mikroskop sebagai alat bantu telaah specimen, tergantung tujuan dan focus bagian –
bagian specimen. Definisi sediaan mikroskopik, dengan pemahaman yang mudah
adalah obyek materi yang akan diamati , ditelaah struktur selnya, jaringan atau organ
makhluk hidup, dengan dilekatkan pada obyect glass dan diamati dengan bantuan
mikroskop.

Hirarki kehidupan pada makhluk hidup, baik tumbuhan maupun hewan dimulai

7
dari sel,-jaringan- organ -- organisme. Penjelasannya adalah suatu
organisme (individu) , baik tumbuhan maupun hewan, merupakan suatu unit
kehidupan yang lengkap. Organisme tersusun atas sistem organ. Sistem organ pada
tumbuhan: 1).Sistem pengangkutan, sistem organ tumbuhan ini meliputi pembuluh
kayu dan pembuluh tapis yang terdapat pada berkas pembuluh yang terletak di akar,
batang, dan daun. 2). Sistem pernapasan, meliputi organ stomata (mulut daun) dan
sistem pembuluh pengangkut.3).Sistem reproduksi (perkembangbiakan), meliputi
organ putik, benang sari, bakal buah dan bakal biji.

Sistem organ hewan dan manusia pada umumnya terdiri dari : 1) Sistem
pernapasan (respirasi) : Sistem organ ini berfungsi untuk memperoleh oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida melalui pertukaran gas. Organ-organ pernasapan
meliputi hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan paru-paru. 2) Sistem
transportasi (pengangkutan) dan sirkulasi (peredaran darah), Sistem organ ini
berfungsi untuk mengangkut zat-zat yang dibutuhkan untuk kegiatan tubuh dan
mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh. Organ peredaran darah adalah
jantung dan pembuluh darah. 3) Sistem pengeluaran zat sisa (ekskresi), Sistem ini
berfungsi untuk mengeluarkan zat-zat sisa metabolism yang bila tidak dikeluarkan
akan bisa meracuni tubuh. Organ pengeluaran utama dalam sistem ekskresi manusia
dan hewan antara lain adalah ginjal, kandung kemih, ureter, uretra, hati, kulit, dan
paru-paru. 4).Sistem pencernaan: Sistem pencernaan berfungsia mengubah makanan
dari bentuk kasar menjadi zat makanan yang dapat diserap oleh usus. Sistem
pencernaan meliputi organ mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar,
hati, dan pancreas. 5). Sistem koordinasi: Sistem ini berfungsi mengatur dan
mengoordinasikan segala aktivitas tubuh. Sistem koordinasi ada dua macam, yaitu
sistem saraf dan sistem hormone. Pada sistem saraf, reaksi terhadap rangsangan
relative cepat, sedangkan pada sistem hormon reaksinya lebih lambat tetapi
berurutan dalam waktu yang sama. Sistem saraf meliputi organ saraf dan otak.6).
Sistem gerak (otot), Otot merupakan alat gerak aktif. Pada umumnya hewan
memiliki kemampuan untuk bergerak. Gerakan tersebut disebabkan karena kerja
sama antara otot dan tulang. Tulang tidak dapat berfungsi sebagai alat gerak jika
tidak digerakkan oleh otot. Otot mampu menggerakkan tulang karena mempunyai
kemampuan berkontraksi. 7). Sistem reproduksi Sistem ini berfungsi untuk

8
perkembangbiakan. Pada wanita terdiri atas organ ovarium yang menghasilkan ovum
atau sel telur, sedangkan pada laki-laki berupa testis sebagai organ yang
menghasilkans sperma. Ovarium dan testis juga menghasilkan hormone-hormon
yang berfungsi untuk menghasilkan hormon kelamin seperti progesterone,
testosterone, dan estrogen. 
Dalam tingkatan organisasi kehidupan, sistem-sistem organ ini pada akhirnya
akan membentuk organisme/individu. Berdasarkan biologi dan ekologi, organisme
adalah tingkat organisasi kehidupan yang terakhir berupa kumpulan molekul-
molekul yang saling mempengaruhi sehingga berfungsi secara stabil dan memiliki
sifat hidup. Sistem memiliki organ, jaringan dan sel yang fungsi dan hubungannya
merupakan ciri khas sesuatu individu maupun spesies. Dalam bentuk kehidupan
yang paling sederhana, suatu organisme dapat terdiri dari satu sel.
Organ adalah susunan bagian dari suatu organisme, tugas dan prosesnya
melakukan fungsi tertentu ataupun kesatuan fungsi yang erat kaitannya. Misal,
pembuluh darah adalah organ yang fungsinya membawa atau mengalirkan darah.
Kemudain hati adalah organ yang mempunyai banyak fungsi, hati memiliki berbagai
fungsi bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Fungsi hati mulai dari
menghancurkan racun didalam darah, menghasilkan protein, hingga membantu
proses pencernaan. Organ pada tumbuhan, misal daun adalah organ dengan fungsi
yang paling utama adalah sebagai tempat untuk mengolah zat makanan yang
dimiliki. Proses pengolahan inilah yang disebut dengan fotosintesis. Fotosintesis
adalah suatu proses biokimia pembentukan karbohidrat dari bahan anorganik yang
dilakukan oleh tumbuhan
Jaringan adalah kumpulan sel yang mempunyai fungsi tertentu yang khas bagi
perkembangannya. Jaringan pada Hewan, sebagai contoh, jaringan epitelia dapat
terdiri dari satu atau beberapa lapisan sel yang telah berkembang dan membentuk
lapisan penutup jenis jaringan lainnya. Jaringan otot terdiri dari sel-sel yang
mengkhususkan diri sebagai unit-unit kontraktil dan secara kesatuan mereka
membentuk otot. Otot sebagai suatu organ, terdiri dari sejumlah jaringan
penghubung yang berfungsi sebagai penunjang, saluran darah untuk mensuplai
makanan, urat saraf untuk menggerakannya, dengan demikian jaringan otot adalah
jenis jaringan yang secara khas mampu berkontraksi. Demikian pula berbagai jenis
kelenjer sebagai organ terdiri dari jaringan kelenjer yang fungsinya menghasilkan
9
getah kelenjer, yang ditunjang oleh saluran-saluran darah dan bagian-bagian saraf.
Jaringan tumbuhan adalah kumpulan sel-sel dengan tugas dan fungsi tertentu
pada tumbuhan. Berbeda dengan jaringan hewan, jaringan tumbuhan terdiri dari sel-
sel meristem. Meristem analog dengan sel-sel punca (stem cells) pada hewan.
Organisme bertalus, seperti alga (ganggang) dan fungi (jamur), tidak memiliki
perbedaan jaringan, meskipun mereka dapat membentuk struktur-struktur khas mirip
organ, seperti tubuh buah dan sporofor, pada tumbuhan lumut akan berbeda, lumut
dapat dikatakan telah memiliki jaringan tetapi lumut belum memiliki jaringan
pembuluh yang jelas.
Dalam biologi, sel adalah kumpulan materi paling sederhana yang dapat hidup
dan merupakan unit penyusun semua makhluk hidup. Suatu sel dapat merupakan
organisme yang lengkap, ataupun sejumlah sel dapat bergabung membentuk suatu
jaringan, kombinasi susunannya membentuk organ-organ. Bentuk-bentuk kehidupan
berderajat tinggi sekalipun dimulai dari satu sel. Pada hewan (walau tidak dijumpai
pada tumbuhan), terdapat beberapa jenis sel yang tidak bergabung membentuk
sesuatu jaringan, akan tetapi tetap sebagai sel-sel yang bebas melayang di dalam
darah ataupun pada jenis cairan tubuh lainnya.
Bila suatu organisme hanya terdiri dari satu sel, makan dinamakan organisme
uniseluler. Sedangkan yang terbentuk oleh kumpulan sel-sel yang berbeda fungsinya
dinamakan organisme multiseluler. Organisme multiseluler memiliki berbagai jenis
sel yang membentuk sejumlah jaringan yang berbeda, seperti misalnya jaringan
epitelia, otot saraf, kelenjer dan jaringan penghubung pada hewan, sedangkan pada
tumbuhan membentuk jaringan meristem, pelindung, dasar dan konduktif.
Organisme uniseluler, walau dalam jumlah yang besar sekalipun, tidak tepat untuk
disebut jaringan, tetapi diistilahkan koloni. Karena setiap sel tersebut dapat
berfungsi sebagai suatu unit kehidupan yang bebas, satu sel merupakan satu individu
dan tidak mempunyai perbedaan yang khas bagi jaringan sejati

1.2.2.Sumber dan Jenis Sediaan dari Tumbuhan


Setiap organisme hidup ataupun hasil proses pertumbuhannya merupakan
sumber bahan mikroteknik. Bakteri serta berbagai jenis organisme uniseluler

10
lainnya dapat termasuk di dalamnya, karena organisme uniseluler sangat sering di
jumpai erat hubungannya baik dengan jenis jaringan yang masih hidup maupun yang
telah mati. Dalam arti luas, bahan yang hidup maupun yang pernah hidup, baik
sebagian maupun seluruhnya, dapat dijadikan bahan untuk pengamatan secara
mikroskopis dan dapat dianggap sebagai suatu spesimen mikroteknik.

Klasifikasi praktis bahan sediaan mikroteknik, adalah bahan yang berasal dari
hewan atau tumbuhan dapat dibedakan sebagai bahan yang lunak dan keras, normal
atau yang bersifat patologis. Suatu spesimen mungkin saja berisi campuran jaringan
lunak dan keras, sedang bagian lainnya dapat normal atau justru patologis sifatnya,
seperti adanya tumor pada tulang. Pada umumnya, suatu jaringan lunak dapat
diproses untuk pembuatan sayatan tanpa perlakuan khusus guna mengeluarkan atau
melunakkan bagian-bagian yang keras. Dari sekian banyak jaringan hewan, maka
kelenjar, tulang rawan yang tidak berkalsium, kulit, otot, saraf dan saluran darah
adalah contoh-contoh jaringan lunak, sedang tulang, gigi, tulang rawan berkalsium,
kitin (pada serangga dan arachnidea) dan berbagai struktur pada kulit seperti sisik,
tangkai bulu dan lempeng-lempeng berkapur termasuk jaringan keras. Jenis-jenis
jaringan keras tersebut biasanya memerlukan perlakuan tertentu, seperti misalnya
dekalsifikasi tulang, sehingga memungkinkan pemotongan dengan mikrotom biasa.

Pada bahan yang berasal dari tumbuhan, tingkat kekerasan jaringan tumbuhan
pada umumnya ditentukan oleh tingkat pertumbuhannya, dalam hal ini berkaitan
dengan derajat pengayuan (lignifikasi)nya. Beberapa varietas tumbuhan, terutama
jenis musiman dan jenis tumbuhan tahunan tropis tertentu, hanya membentuk sedikit
jaringan kayu, dan jenis tumbuhan tahunan tropis tertentu, hanya membentuk sedikit
atau tidak berkayu sama sekali. Jenis pohon dan semak membentuk batang dan
cabang berkayu, secara histologi dikategorikan sebagai jaringan keras, namun
demikian species –species tumbuhan tersebut mempunyai jaringan lunak yang
terdapat pada ujung-ujung ranting dan akar pada periode musim pertumbuhan
mereka.

1.2.3 Sumber dan Jenis Sediaan dari Hewan


Jaringan tumbuhan berbeda dengan jaringan hewan, dicirikan sel-sel
penyusunnya berbeda pada dindingnya. Perbedaan sel hewan dan sel tumbuhan yang
utama adalah dilihat dari dinding selnya. Sel tumbuhan memiliki dinding sel,
11
sementara sel hewan tidak memiliki dinding sel. Dinding sel pada tumbuhan
berfungsi mempertahankan bentuk sel dan memberikan perlindungan terhadap sel.
Dinding sel ini terdiri dari selulosa dan hemiselulosa. Sementara sel hewan tidak
memiliki dinding sel. Sel hewan hanya memiliki membran plasma sebagai batas
terluar sel hewan.

1.2.4.Cara Pengambilan Sampel


a. Jenis jaringan normal
Spesimen berasal dari hewan maupun tumbuhan besar akan dipotong-potong
dalam ukuran yang sesuai untuk dipakai pada porses penyanyatan selanjutnya. Hasil
penyayatan yang sesuai, biasanya diperoleh dari blok-blok jaringan yang hanya
berukuran beberapa milimeter saja. Untuk tujuan tertentu seringkali diperlukan
spesimen berukuran dalam sentimeter, namun spesimen berukuran mikron, akan
memudahkan analisis lebih detail.
Pada waktu membedah dan memisahkan spesimen dari jaringan, organ maupun
organisme, hendaknya dilakukan dengan hati-hati untuk menghindarkan terjadinya
luka, kerusakan maupun sobekan. Pemotongan sebaiknya menggunakna pisau silet
baru, bermata satu. Jika skalpel yang dipakai, gunakanlah skalpel yang tajam, tidak
berkarat. Bila menggunakan gunting untuk memotong, maka di tempat pemotongan
biasanya terjadi kerusakan yang memerlukan trimming (perautan) sedikit demi
sedikit dengan silet. Teknik tertentu lainnya terkadang memerlukan pemecahan
ataupun penggerusan yang biasanya tidak dilakukan pada penyiapan blok-blok
jaringan. Sebagian besar jaringan hewan umumnya lebih alot dan ulet serta lebih
tahan terhadap perlakuan yang lebh kasar bila dibandingkan dengan jenis jaringan
tumbuhan yang hidup. Jaringan tumbuhan lebih bersifat agak rapuh, mudah belah
maupun rusak.

b. Spesimen berasal dari hewan


Jaringan hewan dapat diambil dari makhluk yang akan dijadikan sediaan, selagi
masih dalam keadaan hidup. Setelah mengalami pembiusan maupun hewannya baru
saja mati, sesegera mungkin dimasukkan dalam larutan fiksatif. Organ-organ dengan
struktur halus seperti hati, jantung, buah pinggang, testis tikus atau kelinci dapat
secara utuh langsung dimasukkan ke dalam larutan fiksatif sebelum dipotong atau
12
disayat dalam ukuran yang sesuai. Untuk usus, bila dikehendaki pemotongan dengan
ukuran lebih dari satu sentimeter panjangnya, maka sebaiknya dilakukan
penginjeksian larutan fiksatif sesuai prosedure. Jenis otot maupun saraf segera
direntang pada waktu fiksasi. Untuk itu, dapat dipakai misalnya batang gelas
berbentuk U (lihat gambar 1.1). Tulang vertebrata yang berukuran kecil dapat
difiksasi secara utuh, sedang untuk berukuran besar, agar dapat mengawetkan
sumsum di dalamnya dengan sempurna, sebaiknya dilakukan pemotongan baik
melintang maupun membujur berukuran 5 – 10 mm terlebih dahulu. Cairan fiksatif
mengandung formalin atau yang mengandung 10 – 15% larutan formalin sudah
cukup sesuai untuk memfiksasikan tulang maupun jenis jaringan yang memerlukan
proses dekalsifikasi. Formalin mempunyai daya penetrasi sangat kuat, tapi
melindungi bagian-bagian lembut sediaan terhadap daya kerja cairan
pendekalsifikasi yang digunakan.
Jenis hewan tingkat rendah , seperti anabaena, paramesium, hidra, cacing
ataupun jenis serangga umumnya memerlukan jenis perlakan khusus. Kebanyakan
jenis hewan tersebut langsung dimasukkan ke dalam cairan fiksatif dengan fungsi
sekaligus mematikan, walaupun ada yang memerlukan pembiusan terlebih dahulu
agar spesimen mendekati keadaan aslinya. Bahan pembius yang umum digunakan
adalah kloroform, eter, alkohol, mentol, kloreton, kloral hidrat, kokain, ataupun
garam magnesium. Setelah pembiusan specimen dapat dimasukkan dalam cairan
fiksatif untuk proses selanjutnya.

c. Spesimen berasal dari tumbuhan


Spesimen tumbuhan, bila pada tahap pertumbuhan/ fase vegetatif maupun pada
tahap perkembangan/ fase reproduktif dapat diperoleh langsung dari rumah kaca,
kebun maupun ladang. Botol berisi larutan fiksasi harus dipersiapkan pada waktu
pengambilan atau pengumpulan spesimen. Apabila tidak tersedia larutan fiksatif,
tumbuhan atau bagian–bagian tumbuhan yang akan dijadiakan specimen, secepatnya
disimpan dalam air sebelum dilakukan proses fiksasi. Banyak jenis tumbuhan yang
langsung layu begitu dipotong, maka saat akan mengambil bahan specimen harus
tahu karakteristik specimen, untuk hal ini sebaiknya disiapkan dahulu cairan fiksatif
pada waktu pengumpulan bahan spesimen tersebut. Tanaman yang besar atau
bagiannya haruslah terlebih dahulu dipotong atau disayat dan melalui serangkaian
13
proses perlakuan sebelum diamati dan ditelaah secara mikroskopis. Untuk dapat
menjadi spesimen mikroskopis diperlukan beberapa syarat seperti spesimen tersebut
hendaklah tipis, berwarna untuk dapat dilihat serta dalam medium pengawet..
Sayatan spesimen sebaiknya berukuran milimeter saja karena selulosa tumbuhan
umumnya menghalangi penetrasi cairan fiksatif yang digunakan. Ukuran yang bisa
teramati dengan jelas, dengan ketebalan 1-2 mm.

d. Jenis jaringan patologis


Penyakit akan menyebabkan terjadinya kelainan pada jaringan, organ. Kelaian
akibat penyakit bisa ditelaah tingkat kerusakannya secara anatomis melalui teknik
penelaahan jaringan patologis. Baik spesimen hewan maupun tumbuhan umumnya
memerlukan penelaahan secara mikroskopis untuk dapat mengidentifikasikan jenis
penyakit yang menyebabkan kelainan jaringan. Tumor dan infeksi merupakan
penyebab utama terjadinya kelainan pada jaringan. Tumor pada manusia, hewan
maupun tumbuhan umunya tidak menular pada manusia, sehingga tidak berbahaya
dalam menanganinya. Bagian utama atau tertua sesuatu tumor biasanya merupakan
jaringan yang sudah mati atau dalam proses kematian, sehingga bagian tersebut
bukan merupakan bagian yang baik untuk menelaah perbedaan pertumbuhan normal
dan tidak normal.
Jaringan yang terinfeksi sangat parah sebaiknya diperlakukan dengan sangat
hati-hati, hindari sentuhan langsung dan bagian yang tidak terpilih sebagai specimen,
tidak dibuang secara sembarangan. Setelah specimen terfiksasi keseluruhan, tisu atau
jaringan tidak lagi berbahaya, sehingga bisa dilanjut untuk proses berikutnya.

e. Embrio dan kultur jaringan


Specimen berasal dari embrio hewan dimungkinkan untuk mendapat hasil
mikroteknik yang baik. Melalui sayatan melintang embrio tersebut dapat dilakukan
penelaahan berbagai jenis jaringan (otot, saraf, epitelia, penghubung) sebagaimana
yang terdapat pada hewan dewasa. Embrio berukuran kecil dapat difiksasi secara
utuh. Embrio mamalia umumnya dikeluarkan dari rahim dan selaput pembungkusnya
untuk kemudian dimasukkan ke dalam cairan fiksatif. Embrio jenis hewan piaraan
(babi, kambing dan lain-lain) pada tahap akhir (tahap fetal), akan terlalu besar untuk
difiksasi secara utuh, sehingga memerlukan pemilihan dan penyayatan bagian
14
jaringan yang dikehendaki. Embrio tikus dan mencit memungkinkan untuk difiksasi
secara utuh baik pada tahap fetal maupun yang baru lahir.
Embrio burung dan reptil harus terlebih dahulu dikeluarkan dari telur setelah
berumur satu hari atau lebih masa inkubasinya. Cara yang ditempuh dapat dilakukan
sebagai berikut: siapkan potongan kaca berukuran setengah kaca preparat ataupun
dengan ukuran lebih kecil. Setelah diketahui kedudukan embrio dengan bantuan
cahaya maka kulit telur pada bagian yang berongga dikupas. Kemudian seluruh telur
dicelupkan dalam larutan garam saline 0,75% sambil menuangkan isi telur, bagian
merah telur yang berongga berisi embrio umumnya akan selalu berada pada bagian
sebelah atas. Dengan menggunakan sebelas gelas preparat embrio diangkat ke atas,
setelah terlebih dahulu dilakukan pemotongan selaput seputar embrio (garis tengah
2,5 cm). Setelah diangkat, selaput pembungkus (membran vitelin) diambil, lalu
selaput embrio dikuakkan dengan menggunakan pinset. Dengan bantuan ketas tisu,
selaput tadi diusahkan agar tetap terentang dengan baik pad pemukaan separuh gelas
preparat tersebut. Fiksasi dilakukan dengan tetap memeprtahankan agar bagian yang
berisi embrio berada pada bagian sebelah atas.

Embrio tumbuhan merupakan bagaian yang hidup dari biji. Embrio dalam akan
tetap dalam keadaan tidak aktif sampai tiba saatnya embryo tersebut dirangsang
untuk mulai tumbuh oleh rangsangan, kelembaban maupun suhu yang sesuai.
Banyak jenis biji yang berkulit keras, sehingga memerlukan cara yang tepat dalam
melepas kulit keras tersebut agar dapat mengeluarkan embrio yang akan difiksasi.
Embrio tumbuhan berasl dari jenis-jenis kacang-kacangan yang diambil dari kebun
akan merupakan bahan sediaan yang cocok bagi pemula. Biji kacang-kacangan
tersebut dapat dilunakkan terlebih dahulu dengan jalan melakukan peredaman dalam
air selama semalam. Embrio dikeluarkan setelah terlebih dahulu mengiris kulit
pembungkus, membuka keping (kontiledon) serta melepas bagian yang melekat pada
kedua kotiledon tersebut. Butir-butir jagung juga merupakan sumber siapan yang
baik untuk penelaahan embrio. Kecermatan juga diperlukan dalam melepas bagian
yang keras sebelum mengeluarkan embrio yang terkandung di dalamnya.

Kultur jaringan, baik yang berasal dari satu sel maupun bagian kecil hewan
ataupun tumbuhan, yang ditumbuhkan dan dipeihbj jihijjjjhara dalam sesuatu media
nutrisi, dapat pula dijadikan bahan sediaan mikroteknik.
15
f. Makhluk/jaringan yang hidup dan yang telah diawetkan.

Sebagaimana kita ketahui, mikroteknik merupakan cara atau teknik yang


hasilnya dapat dipakai untuk menunjang ilmu-ilmu baik zoologi maupun botani,
terutama: anatomi, embriologi serta histologi. Kita seringkali berpendapat bahwa
mokroteknik senantiasa berurusan dengan proses yang mencakup mematikan
makhluk hidup serta mempersiapkannya bagi penelaahan dengan bantuan mikroskop.
Pada kenyataannya tidaklah selamanya demikian. Makhluk/jaringan hidup dapat pula
dipakai sebagai bahan siapan untuk dipelajari dengan bantuan mikroskop. Teknik-
teknik tertentu telah pula dirancang para ahli guna maksud tersebut.

1.3. ALAT DAN KHEMIKALIA


1.3.1 Alat – alat
Beberapa peralatan dan bahan yang akan digunakan dalam mikroteknik antara
lain : mikroskop, mikrotom, slide, gelas penutup, staining jar, oven, penangas air,
alkohol, pewarna eosin dan/atau hematoksilin, dan lain-lain.

Mikroskop.
Mikroskop merupakan sebuah alat untuk mengamati sediaan mikroskopik. Ada
beberapa macam tipe mikroskop yang umum digunakan yaitu mikroskop
monokuler, binokuler, dan stereomikroskop. Stereomikroskop ditujukan untuk
pengamatan mikro-anatomi. Mikroskop binokuler dan monokuler ditujukan untuk
pengamatan sediaan pada suatu slide. Perbedaan kedua mikroskop terletak pada
jumlah lensa okuler. Mikroskop monokuler memiliki lensa okuler tunggal.
Mikroskop ini lebih mudah untuk digunakan tetapi bidang pandangnya kurang jelas.
Mikroskop binokuler memiliki lensa okuler berjumlah 2 buah. Keistimewaan
mikroskop binokuler adalah hasil bidang pandang yang lebih dalam.

16
Stereomikroskop Mikroskop monokuler Mikroskop binokuler

Mikrotom. Mikrotom adalah alat untuk membuat irisan preparat atau sediaan.
Alat ini dilengkapi dengan pisau tajam yang terbuat dari baja murni. Beberapa bagian
penting pada mikrotom antara lain : kunci pengaman, tuas pemutar, tempat pisau,
ukuran irisan, dan tempat blok paraffin / preparat yang akan diiris. Pisau mikrotom
dapat diasah kembali jika tumpul. Setelah selesai dipakai pisau harus dibersihkan
dari sisa paraffin dengan menggunakan kapas yang dibasahi dengan xilol. Untuk
mengambil pita irisan preparat yang terbentuk pada permukaan pisau, harus
dilakukan dengan menggunakan kuas.

Mikrotom:

a. Tuas pemutar
b. Skala ukuran tebal tipis
irisan
c. Kunci pengaman
d. Tempat spesimen
e. Tempat pisau

Slide dan gelas penutup. Slide atau gelas preparat digunakan untuk
menempatkan irisan preparat, sedangkan gelas penutup digunakan untuk menutup
preparat sehingga dapat diamati dibawah mikroskop. Slide atau gelas benda terdiri
dari beberapa macam : slide biasa (polos), frosted slide (salah satu ujungnya
berwarna putih keruh, untuk menuliskan nama preparat), atau slide concave
(dibagian tengahnya cekung untuk membuat preparat utuh yang cukup tebal. Gelas
penutup / cover glass juga terdiri dari beberapa macam ukuran dan bentuk. Ada yang
berbentuk bulat, bujur sangkar atau persegipanjang.

17
Slide polos Frosted slide Slide concave

Penutup bujur sangkar Penutup bulat Berbagai ukuran


penutup

Oven, heater, dan water bath. Oven digunakan sebagai alat untuk mencairkan
paraffin. Selama proses infiltrasi atau pemasukkan paraffin ke dalam jaringan,
paraffin harus berada dalam kondisi cair. Suhu yang digunakan umumnya 60 – 70 ºC.
Heater atau pemanas digunakan untuk membantu mencairkan paraffin. Water bath
atau penangas air merupakan alat bantu yang digunakan dalam proses penempelan
pita preparat ke atas slide. Suhu air yang hangat akan membantu meregangkan pita
preparat yang berkerut sehingga preparat akan menempel dengan sempurna.

Oven Heater

18
Penangas air Staining jar

Staining jar. Staining jar merupakan wadah berbentuk seperti stoples segi
empat yang berguna dalam proses pewarnaan. Dalam satu staining jar dapat berisi 10
buah slide. Selama proses pewarnaan umumnya slide akan dicelupkan beberapa saat
atau dalam waktu tertentu ke dalam zat pewarna, zat pencuci yang berupa alkohol,
atau cairan penjernih.
Peralatan lainnya.
Alat-alat lainnya yang digunakan selama proses pembuata sediaan adalah:
seperangkat alat untuk proses fiksasi, kuas, pinset, pipet, pisau, silet, sonde, kaca
benda dengan penutupnya, seperangkat alat untuk proses pewarnaan.

1.3.2 Khemikalia
Bahan-bahan yang digunakan dalam mikroteknik meliputi : aquadest, fiksatif,
dehindran, penjernih, pewarna paraffin, alkohol, fiksatif, aquadest, dan zat pewarna.
.
a. Fiksatif
Tujuan utama fiksasi adalah mem berikan perlakuan tertentu terhadap

elemen-elemen jaringan, terutama inti sel atau nukleinya, sehingga dapat diawetkan

dalam kondisi yang sedikit banyak mendekati keadaan aslinya. Selain itu, fiksasi

juga mencegah terjadinya kerusakan jaringan yang disebabkan oleh

mikroorganisme maupun perusakan oleh jenis enzim yang terkandung dalam

jaringan itu sendiri, yang dikenal dengan autolisis.

Dengan kata lain, fiksasi bertujuan untuk:

 Mematikan (menghentikan proses-proses metabolisme) jaringan dengan cepat

sehingga keadaannya sedikit banyak mendekati keadaan aslinya.

 Mencegah autolisis
19
 Menaikkan daya pewarnaan karena adanya bahan-bahan keras (mordant) yang

merupakan komponen cairan fiksatif.

Pada garis besarnya, berdasarkan komposisi bahannya, sesuatu fiksatif dapat

dikelompokkan menjadi:

Cairan fiksatif tunggal.

- Formalin (HCHO)

- Alkohol

- Asam pikrat (Acidum picricum, picric acid, (NO2)3 C6H2OH)

- Kalium bikromat (Pottasium bicromate, P. dichromate, K2Cr2O7)

- Asam asetat (Acetic acid, CH3 COOH)

- Asam kromat (Chromic acid), Merupakan acidator kuat yang tidak boleh dicampur

- Mercurie chlorida (Hg Cl,

- Osmium tetroksida (Osmium tetroxide, Osmic acid)

Fiksatif majemuk (campuran, paduan)

Umumnya berupa campuran dari beberapa fiksatif tunggal,.disusun dalam formula agar

dapat diperolch yang sesuai keinginan dan tujuan. Biasanya fiksatif campuran ini

dituliskan sesuai dengan nama penemu formulanya.

 Larutan Bouin

 Larutan Formal saline

 Larutan Zenker

 Larutan Helly

 Larutan Flemming

 Larutan FAA

b. Dehidran
20
Dehidrasi adalah "proses mengeluarkan air dari dalam jaringan/tisu dengan
menggunakan bahan-bahan kimia tertentu". Dehidrasi merupakan langkah penting yang
memerlukan perlakuan yang prosesnya tidak terputus-putus. Kesalahan yang terjadi akan
mengakibatkan terhalangnya proses penanaman dalam parafin (embedding) yang
merupakan proses lanjutan setelah proses dehidrasi tersebut, karena mungkin tisu akan
menjadi keras dan rapuh. Beberapa dehidrant yang biasa digunakan adalah :
Dehidran yang umum digunakan pada mikroteknik bagi metode paraffin adalah
 Alkohol
 Dioxan
 N- Butil Alkohol
 Minyak Anilin
 Minyak Bergamot
 Minyak Kayu Cedar
c.Penjernihan
Tujuan utama proses penjernihan ini adalah menggantikan tempat alkohhol
dalam tisu yang telah mengalami proses. dehidrasi dengan suatu solven atau, medium
penjernih menjelang proses penanaman sebelum dilakukan proses penyayatan. Memang
benar bahwa proses penjernihan ini erat kaitannya dengan tisu yang akan menjadi jernih
atau transparan.. Beberpa larutan penjernih yang sering digunakan adalah :
 Minyak Anilin
 Benzene
 Karbon Tetraklorida
 Karbon Bisulfida
 Minyak Cedar
 Kloroform
 Minyak Cengkeh
 Xylene ( Xelol)

d. Infiltrasi
Yang dimaksud dengan infiltrasi yaitu usaha menyusupkan media penanaman
(embedding media) ke dalarn tisu dengan jalan menggantikan kedudukan dehidran, dan
21
bahan penjernih (clearing agents).
Media penanaman/embedding yang umurn dipakai adalah parafin. Parafin dibedakan
berdasarkan titik didihnya, jadi ada yang bertitik didih 480C, 50C, 560C dan 580C. Untuk
jenis tisu hewan biasanya digunakan parafin bertitik didih 580C. Proses infiltrasi dilakukan
dalam oven

e. Zat Warna
Pewarnaan bertujuan agar dapat mempertajam atau memperjelas berbagai elemen tisu,
terutama sel-seInya, sehingga dapat dibedakan dan ditelaah dengan mikroskop. Tanpa
pewarnaan, tisu akan transparan sehingga sukar untuk melakukan penelaahan melalui
mikroskop. Zat Warna yang sering digunakan dalam mikroteknik
 Safranin
 Hematoxillin
 Basic Fuchin
 Janus green
 Neutral red
 Malory Acid Fuchsin
 Anilin blue

1.4. Kegiatan Pembelajaran (KB)


Unit 1 ini mempelajari Specimem mikroteknik, Sumber serta jenis bahan sediaan, Alat
pada proses mikroteknik dan khemikalian yang digunakan, yang teridiri dari 2 KB
1.4.1 Kegiatan Pembelajaran 1
Pada Unit 1 KB 1 ini mahasiswa mempelajari materi 1) Sumber serta jenis bahan
sediaan, 2) Cara pengambilan specimen jaringan tumbuhan, jaringan hewan, jaringan
patologis, embryo atau hasil kultur
1.4.1.1 Koneksi
1. Selama ini, para mahasiswa praktikum yang menggunakan preparat awetan mikroskopis,
apakah sudah tahu,, bagaimana membuat preparat mikroskopis, cara pengambilan
bahannya,? Apakah beda cara mengambil bahan dari tumbuhan dan hewan? Jelaskan
pertanyaan tersebut

22
2 Proses membuat preparat mikroskopis, tergantung tujuan analisis, bagaiman kalo
jaringan yang akan dianalsis adalah jaringan pathogen? Jelaskan
3 Bagiamana pula bila ingin meenganalisis proses pertumbuhan suatu jaringan atau
organ? Preparat apa yang akan dijadikan bahan? Bagaimana cara mengambilanya
4 Preparat yang sudah menjadi fossil, bagaimana cara mengambil bahannya?

1.3.1.2 Tugas
Setelah membaca unit 1, tugas mandiri, carilah link video tentang proses-proses pembuatan
preparat awetan secara mikroskopis, terutama pada sesi cara mendapatkan bahan, alat
yang dibutuhkan dan dan khemikalia yang dibutuhkan untuk mengawetkan bahan
1. Analisis materi yang ada di video yang anda temukan
2. Unggah hasil pekerjaan sebagai Produk Unit 1 KB 1_Individu

1.3.1.3 Diskusi
Buatlah kelompok, perkelompok terdiri 4 mhs. Pembentukan kelompok terserah PJ yang
mengatur. Tugas perkelompok membahas dan menganalisis tujuan pembuatan preapart
mikroskopis, kegunaan membuat preparat mikroskopis, cara mendapatkan bahan dan
kesulitan/kendala yang mungkin akan didapatkan
Produk Unit 1 KB 1_Kelompok. Diunggah di laman LMS atau wa group klas

3.3.1.4 Refleksi

23
Setelah mahasiswa mempelajari unit 1, mengerjakan tugas dan berdiskusi, adakah kendala
kendala yang ditemui dalam materi unit 1. Tuliskan di laman LMS

1.3.2 Kegiatan Pembelajaran 2


Pada Unit 1 KB 2 ini mahasiswa mempelajari materi alat dan bahan yang digunakan
pada pembuatan sediaan mikroteknik
1.3.2.1 Koneksi
1. Pada Unit 1 KB 1 anda sudah mempelajari bahan-bahan yang akan diproses pada
pembuatan preparat awetan. Sekarang ceritakan alat dan bahan yang dibutuhkan dan
kegunaan masing-masing alat dan bahan tersebut?

1.3.2.2 Tugas
Setelah membaca modul 1, dari video di tugas 1, amati alat dan bahan yang dibutuhkan
unutk proses pengambilan bahan, analisis apa beda bila bahan dari tumbuhan, hewan,
jaringan patologis, embryo atau hasil kultur jaringan, analisis perbedaan dan persamaan
alat ataupun bahan yang digunakan
Produk Unit 1 KB 2_Individu, diunggah di LMS
1.3.2.2 Refleksi
Setelah mahasiswa mempelajari modul, mengerjakan tugas dan berdiskusi, adakah kendala
kendala yang ditemui dalam memahami materi alat dan bahan untuk membuata preparat
mikroskopis? Tuliskan di laman LMS

24
25

Anda mungkin juga menyukai