Globalisasi diambil dari kata “global” yang berarti universal. Globalisasi
adalah proses yang menyeluruh dimana setiap orang tidak terikat oleh negara atau batas-batas wilayah, artinya setiap individu dapat terhubung dan saling bertukar informasi dimanapun dan kapanpun melalui media elektronik maupun cetak. Dengan adanya globalisasi,membuat batasan-batasan antar masyarakat dunia semakin kecil. Seluruh orang di dunia bisa mengakses apapun tanpa ada batasan. Semua bisa terhubung dengan terjadinya globalisasi. Dengan adanya globalisasi meningkatkan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (televisi, film & musik). Muncul masalah bersama seperti inflasi regional juga merupakan ciri-ciri terjadinya globalisasi.
Globalisasi memengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, salah
satunya bidang budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.
1. Pengaruh Globalisasi terhadap Sistem Budaya di Indonesia
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang
bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi. Dalam hal kebudayaan, globalisasi juga setidaknya memberi pengaruh yang cukup besar. Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini dipengaruhi oleh teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang dengan sangat cepat. Kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi justru bisa menjadi boomerang tersendiri dan menjadi suatu masalah untuk sebuah kebudayaan terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Simon Kemoni, sosiolog asal Kenya mengatakan bahwa globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Dalam proses alami ini, setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya mereka dengan perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan menghindari kehancuran. Terkait dengan seni dan budaya, seorang penulis asal Kenya bernama Ngugi Wa Thiong’o menyebutkan bahwa perilaku dunia Barat, khususnya Amerika Serikat, yang berusaha untuk menghancurkan tradisi dan bahasa pribumi sehingga bangsa-bangsa tersebut kebingungan dalam upaya mencari indentitas budaya nasionalnya. Globalisasi kebudayaan sangat mudah berkembang dan cepat di Indonesia hal ini terjadi karena mudahnya untuk mengakses kebudayaan yang ada di luar Indonesia. Negara-negara maju yang mempunyai tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih baik dari pada negara berkembang membuat mereka yang menguasai dunia mulai dari bidang ekonomi, politik bahkan sosial budaya. Akibatnya negara-negara berkembang seperti Indonesia merasa khawatir akan takutnya ketinggalan arus globalisasi dan pengaruh budaya luar terhadap jati diri Indonesia. Budaya dari luar yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa bisa melunturkan kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia. 2. Dampak Negatif Globalisasi Pada Sistem Sosial Budaya Indonesia
Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap
perkembangan budaya bangsa Indonesia, baik maupun buruk. Sisi buruknya, globalisasi membuat kita bisa mengetahui kebudayaan-kebudayaan dari negara luar yang terkadang membuat kita mulai mencampuraduk-kan budaya luar dengan budaya asli kita atau bahkan kita melupakan kebudayaan kita. Misalnya, anak kecil zaman sekarang sangat sedikit yang mengetahui lagu-lagu asli dari Indonesia seperti “Ampar-Ampar Pisang”, “Ayam den Lapeh”, “Tokecang”, dan lain-lain. Mereka lebih sering mendengarkan lagu-lagu pop luar negri yang diputar melalui radio,aplikasi streaming musik maupun televisi yang terkadang bertema cinta dan belum pantas untuk seumuran mereka. Dampak globalisasi dari sisi buruk juga tidak hanya mempengaruhi anak- anak, remaja maupun orang dewasa pun juga dapat terpengaruh oleh globalisasi. Misalnya, dari cara berpakaian, sekarang ini remaja maupun orang dewasa seperti sudah terbiasa mengikuti cara berpakaian orang luar terutama orang barat yang memiliki kebudayaan 180° dengan kita. Kebudayaan barat memiliki cara berpakaian secara bebas & terbuka. Mereka berpakaian sesuka hati mereka untuk mengekspresikan diri mereka. Orang Indonesia, mengetahui hal ini dari internet atau social media pun mengikuti gaya mereka, berpakaian terbuka yang mana berbeda dengan kebudayaan timur yang kita anut sejak dulu yang harus berpakaian sopan, tertutup namun tetap elegan. Terkadang, cara mereka berpakaian sudah sangat kelewat batas dan tidak senonoh dan tidak menyesuaikan dengan keadaan setempat. Memang, itu merupakan hak mereka dalam mengekspresikan diri mereka tetapi lebih baik lagi untuk tidak melupakan kebudayaan timur yang sudah lama dianut oleh Indonesia. Sopan,tertutup namun tetap elegan. Pada sisi bahasa, sekarang ini banyak orang Indonesia yang lebih bangga menggunakan bahasa Inggris dalam berbicara sehari-hari dibandingkan menggunakan bahasa Indonesia. Orang yang berbicara menggunakan bahasa Inggris dianggap lebih berpendidikan dan terlihat keren. Disatu sisi itu baik karena bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang harus kita kuasai. Namun, kita harus bisa menyeimbangkan kapan kita berbicara menggunakan bahasa Inggris dan kapan harus berbicara menggunakan bahasa Indonesia. 3. Dampak Positif Globalisasi Pada Sistem Sosial Budaya Indonesia
Dari dampak baik, dengan adanya globalisasi membuat negara luar
mengetahui kebudayaan Indonesia untuk dipelajari seperti kesenian dan tari-tarian Indonesia yang beraneka ragam. Berkembangnya sistem teknologi dan informasi memberi kita informasi seluas mungkin, misalnya kita bisa mengetahui apa saja yang terjadi di luar negara kita dengan cepat melalui media, entah itu media elektronik ataupun cetak. Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu, ketika kerajaan Inggris menggelar pernikahan untuk Pangeran Harry dan Meghan Markle,tanpa adanya teknologi informasi dan komunikasi seperti sekarang ini, kita tidak akan mengetahui bila kerajaan Inggris sedang menggelar Royal Wedding saat itu juga. Itulah globalisasi, kita bisa mengetahui apapun yang terjadi di luar sana tanpa ada batasan. Dengan adanya internet kita bisa mendapatkan hiburan apa saja. Kita bisa menonton acara tekevisi yang ada di Amerika, Korea, Jepang dan lain lain hanya menggunakan parabola yang ada di rumah kita tanpa harus pergi ke negara tersebut. Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas. Hal ini membuat kita terkadang melupakan kesenian tradisional Indonesia. Tetapi, kita bisa memanfaatkan teknologi komunikasi tersebut yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat, misalnya saja kesenian tradisional “Ketoprak” yang dipopulerkan ke layar kaca oleh kelompok Srimulat.
Salah satu keberhasilan penyebaran kebudayaan Barat ialah meluasnya
anggapan bahwa ilmu dan teknologi yang berkembang di Barat merupakan suatu yang universal. Masuknya budaya barat (dalam kemasan ilmu dan teknologi) diterima dengan `baik`. Pada sisi inilah globalisasi telah merasuki berbagai sistem nilai sosial dan budaya Timur (termasuk Indonesia) sehingga terbuka pula konflik nilai antara teknologi dan nilai-nilai ketimuran.
4. Melestarikan Budaya Daerah
Mampunya kita untuk mengakses budaya dari luar seluas mungkin
dikhawatirkan bisa menghilangkan eksistensi budaya daerah kita. Maka peran kita sebagai masyarakat ialah melestarikan budaya daerah masing-masing dengan cara membentuk sebuah komunitas pecinta budaya, memberikan wawasan kepada masyarakat awam mengenai budaya kita yang sangat beragam terutama kepada anak kecil. Mengajarkan anak-anak mengenai budaya Indonesia sejak dini diyakini bisa meningkatkan kecintaannya kepada budaya sendiri dan mampu menerima arus globalisasi tanpa melupakan jati diri bangsa.
Dalam menyikapi globalisasi peran pemerintah juga diperlukan disini.
Pemerintah perlu mengembalikan fungsi pemerintah sebagai pelindung dan pengayom kesenian-kesenian tradisional tanpa harus turut campur dalam proses estetikanya. Memang diakui bahwa kesenian rakyat saat ini membutuhkan dana dan bantuan pemerintah sehingga sulit untuk menghindari keterlibatan pemerintah dan bagi para seniman rakyat ini merupakan sesuatu yang sulit pula membuat keputusan sendiri untuk sesuai dengan keaslian (originalitas) yang diinginkan para seniman rakyat tersebut. Oleh karena itu pemerintah harus ‘melakoni’ dengan benar-benar peranannya sebagai pengayom yang melindungi keaslian dan perkembangan secara estetis kesenian rakyat tersebut tanpa harus merubah dan menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan politik.