Anda di halaman 1dari 7

LEMBAR JAWABAN

AKUNTANSI MANAJEMEN

NAMA: Arifah Dea Riwinda


NIM : 12010118140263
KELAS : G
NO. ABSENSI :
EMAIL, WA : arifahriwinda@gmail.com / 082221102524

JAWABAN:

SOAL 1

SOAL 2

SOAL 3

Just-in-Time (JIT) bukan hanya teknik manufaktur tetapi juga filosofi manufaktur yang
memengaruhi hubungan perusahaan dengan pemasok, pelanggan, dan karyawannya. Dua dasar
dasar filosofi ini adalah penghapusan apa pun yang tidak menambah nilai bagi pelanggan, dan
perbaikan berkelanjutan. Dengan demikian, penekanannya adalah pada pemanfaatan sumber
daya secara efisien, di mana sumber daya dapat mencakup waktu, materi, dan orang. Kegiatan
JIT meliputi pengaturan dan pengurangan waktu tunggu, minimalisasi inventaris, keterlibatan
karyawan dalam proses pengambilan keputusan, pengaturan kerja sama dengan pemasok, dan
fokus pada pemenuhan kebutuhan pelanggan.
Dampak JIT terhadap:
A) Persediaan
Salah satu masalah dalam akuntansi yang dapat dihilangkan dengan penggunaan pemanufakturan
JIT adalah kebutuhan untuk menentukan biaya produk dalam rangka penilaian persediaan. Jika
terdapat persediaan, maka persediaan tersebut harus dinilai, dan penilaiannya mengikuti aturan-
aturan tertentu untuk tujuan pelaporan keuangan. Dalam JIT diusahakan persediaan nol (atau
paling tidak pada tingkat yang tidak signifikan), sehingga penilaian persediaan menjadi tidak
relevan untuk tujuan pelaporan keuangan.Dalam JIT, keberadaan penentuan harga pokok produk
hanya untuk memuaskan tujuan manajerial. Manajer memerlukan informasi biaya produk yang
akurat untuk membuat berbagai keputusan misalnya:
 penetapan harga jual berdasar cost-plus
 analisis trend biaya
 analisis profitabilitas lini produk
 perbandingan dengan biaya para pesaing
 keputusan membeli atau membuat sendiri, dsb.
B) Tata letak pabrik

Tata letak JIT menekan pemborosan berupa perpindahan (movement), sehingga kita
menginginkan tata letak fleksible untuk menekan perpindahan material dan orang. Tata letak
yang fleksibel akan dapat memindahkan material secara langsung ke tempat dimana dibutuhkan.
Taktik tata letak JIT meliputi :
 Membangun sel kerja untuk rumpun/ famili produk
 Meminimalkan jarak
 Mendesain ruang yang kecil untuk persediaan
 Meningkatkan komunikasi pegawai
 Menggunakan rencana “poka-yoke”
 Membangun peralatan yang fleksibel dan gampang dipindahkan
 Melatih tenaga kerja secara lintas keterampilan (beberapa jenis keterampilan agar lebih
fleksibel

C) Jasa pendukung
JIT memerlukan akses yang cepat dan mudah terhadap jasa pendukung. Oleh karena itu,
departemen jasa yang dibentuk untuk melayani secara terpusat semua departemen produksi perlu
diperkecil skalanya dan karyawannya dibebani tugas untuk sevara langsung mendukung produksi
dalam cell tertentu.
D) kepedulian terhadap mutu
JIT manufacturing menuntut ketepatan waktu produksi yang menyerahkan produk akhir kepada
customer maupun produk antara dari satu tahap produksi ketahap produksi selanjutnya. Untuk
menghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi mutu yang dijanjikan kepada customer
dibutuhkan pengendalian penyeluruhan atau total quality control (TQS). TQS merupakan konsep
pengendalian yang meletakan tanggung jawab pengendalian di punda setiap karyawan yang
terlibat dalam proses pembuatan produk, sejak desai sampai proses produksi, sampai produk
mencampai pembeli. Tanggung jawab pengendalian produk bukan hanya menjadi tanggung
jawab fungsi pengendalian mutu ( Departemen Pengendalian Mutu). Konsep pengendalian mutu
tradisional menitikberatkan pada identifikasi kesalaha, bukan pada pencegahan terjadinya
kesalahan. Konsep ini menggunakan pendekatan acceptable quality level (AQL), yang dapat
menerima produk rusak atau cacat sampai tingkat tertentu.

E) penggunan komputer dalam teknologi manufaktur


Teknologi informasi maju yang diterapkan dalam proses pengolahan produk menjadikan
perusahaan manufactur fleksibel dalam memberikan respon terhadap perubahan kebutuhan pasar.

SOAL 4
Aktivitas tidak bernilai tambah (non value added) adalah suatu aktivitas yang tidak menambah
nilai di mata pelanggan karena dapat menciptakan pemborosan (waste) di perusahaan. Aktivitas
hilangnya nilai ini akan berdampak kepada meningkatnya biaya produksi.
Pengelolaan aktivitas dengan menghilangkan pemborosan untuk meningkatkan nilai bagi
pelanggan, merupakan salah satu alasan mengapa perusahaan menerapkan lean manufacturing.
Lean production atau lean manufacturing adalah sebuah cara berpikir, filosofi, metode dan
strategi manajemen dengan mengadaptasi metode Toyota Production Systems (TPS) untuk
meningkatkan efisiensi di lini manufaktur atau produksi.
Toyota mengembangkan TPS setelah Perang Dunia II, dengan kondisi bisnis yang sangat
berbeda dibandingkan dengan Ford dan General Motor (GM). Sementara Ford dan GM lebih
mengutamakan produksi masal, skala ekonomis, dan peralatan-peralatan besar untuk
memproduksi suku cadang sebanyak dan semurah mungkin, pasar Toyota pasca perang Jepang
sangatlah terbatas. Toyota juga memproduksi berbagai jenis kendaraan pada assembly line yang
sama, untuk memuaskan pelanggannya. Kemudian, kunci dari operasi mereka adalah
fleksibilitas. Hal inilah yang membantu Toyota membuat penemuan penting: ketika Anda
memperpendek lead time dan berfokus untuk menjaga lini produksi fleksibel, Anda akan
memperoleh kualitas yang lebih baik, tanggapan pelanggan yang lebih baik, produktivitas lebih
baik, dan penggunaan peralatan dan ruangan yang lebih baik. Sementara produksi masal
tradisional Ford terlihat bagus ketika Anda menghitung biaya per piece pada mesin individu, apa
yang diinginkan pelanggan lebih bervariasi dibanding cost-effectively yang pabrikan tradisional
tawarkan. Fokus Toyota di tahun 1940 dan 1950-an adalah pengurangan waste time dan material
dari setiap langkah pada proses produksi dari bahan mentah hingga barang jadi, ditujukan untuk
mendapatkan kondisi yang sama di kebanyakan perusahaan saat ini, yaitu: kebutuhan akan
kecepatan, kefleksibelan proses untuk memberikan apa yang diinginkan pelanggan, pada saat
mereka memerlukan, pada kualitas terbaik dan harga yang terjangkau.
SOAL 5
PERBANDINGAN SISTEM JUST INTIME DENGAN SISTEM TRADISIONAL

JIT TRADISIONAL

1. Sistem tarikan 1. Sistem dorongan


2. Persediaan tidak signifikan 2. Persediaan signifikan
3. Basis pemasok sedikit 3. Basis pemasok banyak
4. Kontrak jangka panjang dengan 4. Kontrak jangka pendek dengan pemasok
pemasok
5. Pemanufakturan berstruktur departemen
5. Pemanufakturan berstruktur seluler
6. Karyawan terspesialisasi
6. Karyawan berkeahlian ganda
7. Jasa tersentralisasi
7. Jasa terdesentralisasi
8. Keterlibatan karyawan rendah
8. Keterlibatan karyawan tinggi
9. Gaya manajemen sebagai pemberi
9. Gaya manajemen sebagai penyedia perintah
fasilitas
10. Acceptable quality level (AQL)
10. Total quality control (TQC)

1. Sistem tarikan dibanding sistem dorongan 


Sistem tarikan adalah system penentuan aktivitas-aktivitas berdasar atas permintaan konsumen,
baik konsumen internal maupun konsumen eksternal. Sebagai contoh dalam perusahaan
pemanufakturan permintaan konsumen melalui aktivitas penjualan menentukan aktivitas
produksi, dan aktivitas produksi menentukan aktivitas pembelian.System dorongan adalah
system penentuan aktivitas-aktivitas berdasar dorongan aktivitas-aktivitas sebelumnya.
Pembelian bahan melalui aktivitas pembelian mendorong aktivitas produksi, dan aktivitas
produksi mendorong aktivitas penjualan.
2. Persediaan tidak signifikan dibanding persediaan signifikan
Karena JIT menggunakan system tarikan maka dapat mengurangi persediaan menjadi tidak
signifikan atau sangat sedikit dan bahkan mencita-citakan nol. Sebaliknya, dalam system
tradisional, karena menggunakan system dorongan maka persediaan jumlanya signifikan sebagai
akibat jumlah bahan yang dibeli melebihi kebutuhan produksi, jumlah produk yang diproduksi
melebihi permintaan konsumen dan perlu adanya persediaan penyangga. Persediaan penyangga
diperlukan jika permintaan konsumen melebihi jumlah produksi dan jumlah bahan yang
digunakan untuk produksi melebihi jumlah bahan yang dibeli.
3. Basis pemasok sedikit dibanding basis pemasok banyak
JIT hanya menggunakan pemasok dalam jumlah sedikit untuk mengurangi atau mengeliminasi
aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah, memperoleh bahan yang bermutu tinggi dan berharga
murah. Sedangkan system tradisioanl menggunakan banyak pemasok untuk memperoleh harga
yang murah dan mutu yang baik, tapi akibatnya banyak aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah
dan untuk memperoleh harga yang lebih murah harus dibeli bahan dalam jumlah yang banyak
atau mungkin dengan mutu yang rendah.
4. Kontrak jangka panjang dibanding kontrak jangka pendek
JIT menerapkan kontrak jangka panjang dengan beberapa pemasoknya guna membangun
hubungan baik yang saling menguntungkan sehingga dapat dipilih pemasok yang memasok
bahan berharga murah, bermutu tinggi, berkinerja pengiriman tepat waktu dan tepat jumlah serta
dapat mengurangi frekuensi pemesanan. Sedangkan tradisional menerapkan kontrak-kontrak
jangka pendek dengan banyak pemasok sehingga untuk memperoleh harga murah harus dibeli
dalam jumlah yang banyak atau mungkin mutunya rendah.
5. Struktur seluler dibanding struktur departemen
Struktur seluler dalam JIT adalah pengelompokan mesin-mesin dalam satu keluarga, biasanya
kedalam struktur semilingkaran atau huruf “U” sehingga satu sel tertentu dapat digunakan untuk
melakukan pengolahan satu jenis atau satu keluarga produk tertentu secara berurutan. Setiap sel
pemanufakturan pada dasarnya merupakan pabrik mini atau pabrik di dalam pabrik. Penggunaan
struktur seluler ini dapat mengeliminasi aktivitas, waktu, dan biaya yang tidak bernilai tambah. 
Sedangkan struktur departemen dalam system departemen adalah struktur pengolahan produk
melalui beberapa departemen produksi sesuai dengan tahapan-tahapannya dan memerlukan
beberapa departemen jasa yang memasok jasa bagi departemen produksi. Akibatnya struktur
departemen menimbulkan aktivitas-aktivitas serta waktu dan biaya-biaya tidak bernilai tambah
dalam jumlah besar.
6. Karyawan berkeahlian ganda dibanding karyawan terspesialisasi
System JIT yang menggunakan system tarikan waktu “bebas” harus digunakan oleh karyawan
struktur seluler untuk berlatih agar berkeahlian ganda sehingga ahli dalam berproduksi dan
dalam bidang-bidang jasa tertentu misalnya pemeliharaan pencegahan, reparasi, setup, inspeksi
mutu. Sedangkan pada system tradisional system karyawan terspesialisasi berdasarkan
departemen tempat kerjanya misalnya departemen produksi atau departemen jasa. Karyawan
pada departemen jasa terspesialisasi pada aktivitas penangan bahan, listrik, reparasi, dan
pemeliharaan, karyawan pada departemen produksi terspesialisasi pada aktivitas pencampuran,
peleburan, pencetakan, perakitan, dan penyempurnaan.
7. Jasa terdesentralisasi dibanding jasa tersentralisasi
System tradisional mendasarkan pada system spesialisasi sehingga jasa tersentralisasi pada
masing-masing departemen jasa. Sedangkan pada system JIT jasa terdesentralisasi pada masing-
masing struktur seluler, para karyawan selain selain ditugaskan untuk berproduksi tapi juga harus
ditugaskan pada pekerjaan jasa yang secara langsung mendukung produksi si struktur selulernya.
8. Keterlibatan tinggi dibanding keterlibatan rendah
Dalam system tradisional, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan relative rendah karena
karyawan fungsinya melaksanakan perintah atasan. Sedangkan dalam system JIT manajemen
harus dapat memberdayakan para karyawannya dengan cara melibatkan mereka atau member
peluang pada mereka untuk berpartisipasi dalam manajemen organisasi. Menurut pandangan JIT,
peningkatan keberdayaan dan keterlibatan karyawan dapat meningkatkan produktviitas dan
efisiensi biaya secara menyeluruh. Para karyawan dimungkinkan untuk membuat keputusan
mengenai bagaimana pabrik beroperasi.
9. Gaya pemberi fasilitas dibanding gaya pemberi perintah
System tradisional umumnya menggunakan gaya manajemen sebagai atasan karena fungsi
utamanya adalah memerintah para karyawannya untuk melaksanakan kegiatan. Sedangkan pada
system JIT memerlukan keterlibatan karyawan sehingga mereka dapt diberdayakan, maka gaya
maanjemen yang cocok adalah sebagai fasilitator dan bukanlah sebagai pemberi perintah.
10. TQC dibanding AQL
TQC (Total Quality Control) dalam JIT adalah pendekatan pengendalian mutu yang mencakup
seluruh usaha secara berkesinambungan dan tiada akhir untuk menyempurnakan mutu agar
tercapai kerusakan nol atau bebas dari kerusakan. Produk rusak haruslah dihindari karena dapat
mengakibatkan penghentian produksi dan ketidakpuasan konsumen.AQL (Accepted Quality
Level) dalam system tradisional adalah pendekatan pengendalian mutu yang memungkinkan atau
mencadangkan terjadinya kerusakan namun tidak boleh melebihi tingkat kerusakan yang telah
ditentukan sebelumnya.

5 tren
1. Kemajuan Teknologi Informasi
Teknologi informasi mencangkup komputer, berbagai peralatan kantor elektronik, ekuipmen
pabrik robotik, dan telekomunikasi. Perkembangan teknologi informasi yang pesat menyebabkan
perubahan besar di berbagai bidang kehidupan manusia. Dalam dunia bisnis, pemanfaatkan
teknologi informasi menyebabkan perubahan yang luar biasa dalam persaingan, produksi,
pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia, penanganan transaksi pertukaran antara
perusahaan dengan customer-nya dan dengan perusahaan lain.
2. Implementasi JIT Manufaktur
Just-in time merupakan manufaktur philosophy yang telah diterapkan di jepang dalam tahun
tujuh puluhan dan baru diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di U.S.A. dua puluh tahun
kemudian. JIT mempunyai dampak signifikan terhadap tingkat sediaan, tata letak pabrik, dan
penyediaan jasa pendukung.
3. Meningkatnya Tuntutan Mutu
JIT manufakturing menuntut ketepatan waktu produksi dan penyerahan produk akhir kepada
customer maupun produk antara dari satu tahap produksi ke tahap produksi berikutnya.
4. Meningkatnya Diversifikasi dan Kompleksitas Produk, serta Semakin Pendeknya
Daur Produk
Banyak perusahaan yang memproduksi berbagai macam kelompok yang masing-masing produk
mengonsumsi sumber daya dengan tingkat yang sangat berbeda satu sama lain. Dengan peralatan
modern yang dikendalikan dengan komputer, pabrik maupun menghasilkan produk yang
komplek yang memerlukan penelusuran biaya yang tidak sederhana ke dalam kos produk.
Pemanfaatan komputer untuk memudahkan desain dan pengetesan hasil desain produk
menyebabkan inovasi produk sangat pesat sehingga daur hidup produk menjadi semakin pendek.
5. Computer- Integrateg Manufakturing
Teknologi informasi maju yang ditetapkan dalam proses pengolahan produk menjadikan
perusahaan manufaktur fleksibel dalam memberikan respon terhadap perubahan kebutuhan
pasar. Komputer memungkinkan digunakannya computer-aided desaign (CAD) dan computer-
aided engineering (CAE) dalam tahap desain produk. Komputer juga mengubah tahap proses
pengolahan produk dengan digunakannya computer-aided manufakturing (CAM), flexible
manufakturing sistem (FMS), dan komputer integrated sistem (CIM).

Anda mungkin juga menyukai