ANAK JALANAN Fix
ANAK JALANAN Fix
ANAK JALANAN
Karya : Raka Dimas Saputra
Pemain
Butet = pengamen
Bowo = pengamen
Jamal = pengamen
Simbok = Penjual warteg
Jaelani = petugas
Ridwan = petugas
Komandan
BABAK I
(Muncul butet dan bowo menyanyikan lagu anak jalanan)
Jamal : Dapat berapa kita hari ini ?
Butet : Sebentar, aku hitung dulu. ( Menghitung uang recehan, penghasilan mereka )
(Bowo masuk dengang muka murung)
Butet : Eh, bowo dapet berapa kamu hari ini? Kenapa kenapa mukamu jelek amat? Ada apa?
Bowo : ya allah, udah sore gini baru dapet segini. Kalu gini terus aku nggak kuat.
Jamal : sudah dong wo, mbok disyukuri aja. Susahnya hidup dikota besar emang seperti ini.
Bowo : Iya, aku tau tapi kalau seperti ini terus gimana aku bisa ngbahagiain nenekku yang
sebatang kara dikampung, aku takut tidak bisa membahagiakan dia dipenghujung usianya.
2
Jamal : huss kamu tuh, udah jalani aja yang penting kamu terus berusaha keras dan terus
mendokakn nenekmu semoga terus diberikan kesehatan dan bisa dapat pengasilan yang banyak
untuk nenekmu.
Butet : Eh, Wo,, syukuri penghasilan kita hari ini. Zaman sekarang itu cari pekerjaan emang
susah! Apalagi kita yang ijazah Cuma lulusan smp. Yang bisa kita lakukan ya cuma bersyukur
dan lakukan yang terbaik
Jamal : iya wo, bener tuh kata butet. Yang penting kita bekerja dengan penghasilan yang halal
dantidak merugikan orang lain.
Butet : emang kamu dapet berapa hari ini wo?
Bowo : tigabelas ribu rupiah!!
Jamal : Berarti kita bisa makan sama-sama sebungkus nasi pecel dong …
Butet : udah nggk papa, bisa makan aja udah alhamdulillah yang penting kita makan uang halal.
Jamal : haha bener kamu tet, daripada dapat uang milyaran tapi dari uang haram.
Jamal : ya bukan Cuma itu juga sih, ya intinya lebih baik kita seperti ini tapi hidup kita jujur.
Mbok pesen nasi pecel tiga sama teh anget tiga.
Mbok :iya mas, mas-masnya ini baru ya, ngamen didaerah sini?
Simbok : ya nggak papa, tapi kalau masih baru didaerah ini lebih hati-hati saja.
Jamal : “Mbok, tadi pagi ada truk dan petugas satpol PP. Sekarang pada kemana yaa mereka?
Jamal : “Oh, saya pikir sampai malam jaga di sini agar jalanan lancar.”
Simbok : “Biasalah, kalau disini setelah mereka diberi sebungkus rokok dari setiap pedagang
yang biasa mangkal di sini, mereka bubar deh.”
Butet : “Sebungkus rokok dari setiap pedagang bisa membubarkan satpol PP?”
3
Simbok : “Iya, Mas. Mereka gitu setiap hari, kalau sudah dikasih jatah rokok, pergi
deh.” Percakapan berakhir dengan datangnya sepiring baso tahu hangat. Luar biasa ya Satpol
PP….
Tiba-tiba dua orang petugas datang dari sebuah sisi panggung, bergegas sambil meniup
peluitnya. Setelah kejar-kejaran, akhirnya anak-anak itu terperangkap di salah satu pojok.
Jaelani : Eh, eh, mau lari kemana kalian, hah ?!
Bertiga : Maaf pak, apa salah kami ?!
Ridwan : Sudah sering dikasih tahu masih bandel juga, memangnya kalian mau jadi jagoan ya ?!
Bowo : Ampun pak, kami sungguh tidak mengerti.
Jaelani : Kalian dilarang ngamen di sekitar tempat ini, tahu !!
Jamal : Maaf pak, kami tidak tahu, pak !
Ridwan : Dasar anak gondrong, kamu …
Butet : Betul pak, kami bener-bener tidak tahu. Baru pertama kali ini kita bertiga ngamen disini,
bisanya kami ngamen dijatinangor!
Jaelani : Baru pertama-baru pertama, eh, kalian kira kita berdua buta apa ?! Sudah sering aku
lihat kalian pada genjrang-genjreng di sekitar sini …
Bowo : Barangkali bukan kami, pak !
Ridwan : Pokoknya aku tidak mau tahu, yang jelas malam ini kalian bertiga yang kami tangkap.
Sekarang, ayo ikut ke kantor. Ayo cepat, cepat, cepat …!!
Bertiga : Tapi pak, bukan kami, sungguh bukan kami …
Ketiga anak itu digiring oleh petugas, mereka semua keluar.
BABAK II
(Selanjutnya mereka ditahan sementara dikantor satpol pp)
Jamal : iya, lebih apesnya lagi uang buat kita makan disita.
Butet : semoga aja kita tidak dipulangkan ke daerah asal kita atau dimasukkan kepenampungan
anak.
Jamal: huuss ngawur, ngawur kamu orang kita juga baru pertama kali ini ngamen didaerah sini
kok.
4
Bowo : Nggak usah ngomong sembarangan kamu tet, apa kata nenekku nanti
Butet : Eh tpi penampungan itu kan lebih enak to wo. Setidaknya makan dicukupi, mandi bisa
teratur, dan tidur bisa nyenyak.
Jamal : Sama saja ni, makan, mandi, tidur disini meskipun di emperan toko, ini tidak kurang dari
manusiawi. Lebih bebas, sebebas udara malam. Mau cari apa wong cilik seperti kita, bisa makan
kenyang dan tidur pulas saja sudah senang, tidak banyak neko-neko. Meski demikian, orang
kecil seperti selalu menjadi korban, melalui menanggung beban, selalu terusir dan terbuang, dan
selalu menderita.
Butet : tapi kalau gini trus kan kita bisa repot terus.
Bowo : kalau kita nggak mau repot kita nggak akan bisa sukses.
Butet : tapikan kalau dikejar-kejar sama satpol pp. Alasanya mengganggu ketertiban,
kenyamanan umum inilah itulah, lagian kita jug ngamennya ngakk pernah rusuh!
Bowo : Memang sudah nasib kita ni. Selalu ditendang dan diusir.
Jamal : Udah nggak papa tet, yang penting kita bisa membuktikan kalau kita ini nggak pernah
bikin keributan, tidak mengganggu ketertiban dan dan yang penting kita caruit yang halal.
Mending kit berdoa saja semoga kita bisa segera dikeluarkan.
Ridwan : Nah, Berhubung komandan kami sedang barbahagia dan karena data kalian memang
belum pernah ada didaerah sini kalian dibebaskan. Tapi ingat, jangan sekali-sekali kulihat lagi
kalian ngamen di tempat itu lagi. Berisik tahu !! Bapak pejabat yang rumahnya dekat situ empet
matanya ngeliatin kamu-kamu semua… ngerti, nggak ?!
Bertiga : Ngerti bang, eh, pak !
Jamal : Oh iya pak, kami boleh mintuang kami kembali?
Butet : Iya pak soalnya itu buat kami makan hari ini.
Jaelani : Mohon Maaf tidk bisa, Karena kalian mengamen didaerah sini tnpa ijin.
Jaelani : sudah, cepat segera pergi. Apa kalian mau masuk sel lagi?
Jaelani : ada apa komandan, katanya anda sedang berbahagia. Tapi kenapa terlihat gundah
gualana seperti itu?
Komandan: Begini, aku sedang bingung nih. Besok anakku yang nomor dua akan berulang
tahun. Dan kami ingin sedikit ada perayaan di rumah, karena dia ingin mengundang beberapa
temannya. Selain makan-makan ala kadarnya, aku juga minta seorang pemusik, organ tunggal
untuk memeriahkannya. Tapi dasar apes, tadi pagi dia telpon, katanya nggak bisa tampil karena
bapaknya meninggal. Nah, aku jadi bingung mencari gantinya ?! Kira-kira kamu punya kenalan
yang bisa nyanyi nggak ?!
Jaelani : Kenalan ? Rasanya nggak ada komandan.
Komandan: Atau, tolong cari tahu deh !
Jaelani : Baik komandan. ( Hendak berbalik, tiba-tiba ingat sesuatu ) Maaf komandan,
bagaimana kalau pengamen yang baru saja keluar kita suruh tampil di rumah komandan
gimana?!
Komandan: Pengamen ?!
Jaelani : Iya, komandan !
Komandan:Pengamen yang barusan?
Komandan: Oh, begitu. Ehm, boleh juga. Tapi apa mereka bisa bernyanyi dengan baik ?! Jangan-
jangan mereka hanya bisa nyanyi sepotong-sepotong saja, kan di jalan mereka nggak pernah
nyanyi utuh ?!
Jaelani : Oh ya, ya ?!Bagus kok komandan sewaktu saya mau menagkapmya saya sempat
mendengarkan nanyian mereka dari jauh?!
Komandan:yakin bagus?
Jaelani : Yakin komandan.
Komandan : bagus, saya akan kasih dp untuk mereka. ( mengegeluarkan amplop) kalau mereka
tidak bisa kalian kasihkan saja uangitu kepada mereka atau anak jalanan lainnya dan tolong
doakan anak saya semoga panjang umur. Sudah saya sedikit lelah saya keruangan saya dulu,
untuk kalian segera cari mereka.
(komandan Out)
Jaelani : iya juga ya, barangkali mereka kesana lagi, Tapi ngomong-ngomong, berapa ya isi
amplop ini ?!
Ridwan : Maksud kamu ?
Jaelani : Iya, amplop yang diberikan komandan untuk anak-anak itu.
Ridwan : Huss, ini amanat tahu !!
Jaelani : Eeeh, aku kan cuma pengen tahu isinya doang.
Ridwan : Iya, ya. Apa ya, kira-kira isinya ?
Jaelani : Makanya, buruan buka, biar kita tidak penasaran.
Ridwan : Tapi dosanya kita bagi dua, ya ?!
Jaelani : Dosa-dosa, buruan ah ! ( Ridwan mengeluarkan dan membuka amplop ). Berapa banyak
? ( Ridwan menghitung )
Ridwan : Tiga ratus ribu !!
Jaelani : Tiga ratus ribu ?! Wah banyak juga, ya !
Ridwan : Iya, banyak …
Jaelani : Bagaimana kalau kita meminjamnya?
Ridwan : Meminjam bagaimana maksud kamu ?
Jaelani : Ya, kita kan tidak mencuri atau merampoknya, kita hanya meminjamnya. Ya, hitung-
hitung ongkos pengantaran. Nanti kalau kita ada rezeki kita kembaliin kepada mereka. Anu,
ngomong-ngomong perutku sudah keroncongan, nih !!
Ridwan : Tapi kan...
Jaelani : Udah... nggak pappa besok kalu kita ketemu bocah-bocah itu kita ganti.
Jaelani : Bilang aja mereka nggak mau ngamen gampangkan, orang komandan juga bilang
kalaupun mereka nggak bisa uang itu tetap dikasih mereka kok!!
BABAK III
7
Jamal : Tenaang aku sudah memecahkan celenganku buat makan kita bertiga?
Bowo : hah!! bukannya kamu baru-baru ini ya menabungnya? Emang sudah dapat berapa?
Jamal : tiga puluh ribu, tapi tidak apa-apa yang penting hari ini kit bisa makan
Bowo : mending jangan mal, kamu baru nabung, kita hari ini nggak usah makan
Jamal :Iya mbok,orang kita bru pertama kali ngamen daerah sini!
Jamal : Saya juga nggak tau mbok, katanya sih komandannya lagi bahagia makanya kita
langsung dibebasin.
Jamal : Udah santai aja. Yang penting hari ini kita bisa makan besok kita cari lagi. Mbok saya
pesen nasi pecel 3 teh hangat tiga.
Mbok : Ok
Jamal : Udah Nggak usah ngeluh tidak baik kalau kita tak henti-hentinya mengeluh sementara
masalah yang lebih penting pada waktu ini sedang gawat menantang kita. Dalam seruan serikat
kerja kitapun telah dinyatakan demi menghadapi revolusi dan soal-soal lainnya yang
menyangkut negara kita yang sedang mengalami krisis moneter untuk yang kedua kaliny harus
turut aktif dan bersiap siaga untuk segala apa saja dan yang terpenting tentu saja perhatian kita.
Butet : seandainya kita dilahirkan sebagai orang kaya, kita pasti nggak bakalan kayak gini
Bowo : kalau kita jadi orang kaya, kita nggak bakalan bisa kenal. Sudahlah nggak usah
menghayal aneh-aneh.
8
Jamal : Ya, untuk apa? Untuk apa kita melamun? Untuk apa kita mengkhayal? Apakah dulu
bangsa kita ada yang mengendarai mobil? Sepedapun hanya satu dua orang saja yang
memilikinya. Kalaupun dulu ada itulah mereka para bangsawan, para priyayi dan para amtenar
yang hanya mementingkan perut sendiri saja. Sekarang lihatlah ke jalan raya.
Bowo : betul lihatlah zaman sekarang Pemuda-pemuda kita berkeliaran dengan sepeda
motor.sedangkan kita bisa mendengarkan lagu-lagu dari radio udah bahagia.
Jamal : Sebab itu kita tidak perlu mengeluh, apalagi melamun dan mengkhayal, sekarang yang
penting kita bekerja, bekerja yang keras.
Bowo : alah...... kalau kamu bisa mikir ngapain kamu menghayal? Kita bekerja dan bekerja keras
untuk keluarga dan anak-anak kita kelak, janan sampai anak kita susah seperti kita.
Butet : Tapi kalau masih ada korupsi? Anak kita akan tetap hanya kebagian debu-debunya saja
dari motor yang lewat di jalan raya.
Simbok : Heh kalian bertiga nggak usah sok-sokan ngurusin negara, ngurusin diri sendiri ja
nggak bisa. (sambil memberikan pesanannya)
Jamal : Ya, sekarang kejahatan merajalela. Semua orang bagai diajar mencuri dan
menipu.Sekarang kita sukar mempercayai orang mereka hanya percaya sama uang dan kita
jangan sampai seperti itu.
Bowo : Bahkan kita takkan percaya lagi pada kucing. Kucing sekarang takut pad tikus dan tikus
sekarang besar-besar, malah ada yang lebih besar daripada kucing, dan adapula tikus yang
panjangnya satu setengah meter dan empat puluh kilogram beratnya. Tapi yang lebih pahit kalau
kucing jadi tikus alias kucing sendiri sama kurang ajarnya dengan tikus.
Jamal : Dan tikus-tikus jaman sekarang berani berkeliaran di depan mata pada siang hari bolong.
(tiba-tiba Komandan dan anak buah itu muncul di warteg simbok untuk makan)
(Bowo Butet dan Jamal ketakutan) (Jaelani dan ridwan panik)
Komandan : kalian mau kemana? Bukannya kalian pengamen yang kemaren tertangkap itu ya?
Nggak perlu taakut kami kesini bukan untuk menangkap kalian lagi pula kalian juga tidak sedang
mengamen dan kami juga tidak sedang bertugas. Sini duduk saya ingin berbicara kepada kalian.
Komandan : Kenapa kalian tidak mau berangkat keulangtaun anak saya? Padahal saya akan
ngasih uang tambahan kalau kalian berangkat.
Komandan : Loh Ridwan Jaelani kepapa kalian tidak duduk dan memesan makanan?(berbicara
kepada Ridwan dan jaelani)
Komandan : Iya Kalau kalian mau mengisi acara diulang tahun saya, saya akan tambahkan uang
yang saya kasih kemaren.
Bowo : Hah? Kapan Bapak menyuruh kami untuk mengisi acara acara diulang tahun anak
bapak?
Komandan : Loh kemaren kan saya menyuruh dua anggota saya ini untuk menemui kalian, tapi
katanya kalian tidak mau.
Butet : mohon maaf pak tapi dari kemaen, tidak ada yang menemui kami.
Komandan : Jangan bohong ya kalian, saya ini paling tidak suka dibohongi.
Komandan : Kalian ini Masih muda sudah belajar tidak jujur. Kenapa tidak ungnya tidak
dikasih? Bikin malu saja!!!
Koamandan : sudah tidak usah membantah!!! Saya adalah orang yang paling benci pada
ketidakjujuran, saya muak. Saya menyesal sekali melihat penipu semuda kau. Tapi saya terlanjur
muak. Saya benci, kau tahu? Gaji saya sedikit, tapi saya tak mau menipu atau mencuri. Ini bukan
soal nominal tapi bagi saya kejahatan tetap kejahatan, dan saya benci, yang melakukan perbuatan
hina itu adalah manusia bukan anjing. Dan lebih menyesal lagi kalau yang melakukan semua itu
adalah orang yang saya percaya.
Ridwan : Iya komandan, tolong jangan pecat kami. Kami mengakui kami salah
Jaelani : Betul komandan kalau kami dipecat keluarga kami mau makan apa? Kami akan
mengembalikan uang itu tapi tolong maafkan kami komandan.
Komandan : Sudah kita selesai kan diruangan saya. Bikin malu saja, ayo ikut saya.
Jamal : Huuusss, nggak usah dibahas lagi. Lebih baik kita ketempat ibadah berterimakasih masih
memberikan kita rejeki dan cobaan yang menguatkan iman kita.
Bowo : ini semua bisa dijadikan pembelajaran bahwa sesusah apapun kita dan segila apapun
zaman kita harus tetap jujur dan bersyukur .
TAMAT