Just In Time
(JIT)
Kuliah : IX
1
Manajemen persediaan tradisional
Pada umumnya perusahaan mengunakan cara tradisional dalam
mengelola persediaan, yaitu dengan cara memiliki persediaan
minimal untuk mendukung kelancaran proses produksi.
2
Ketiga jenis persediaan itu dihitung tingkat
perputarannya (turn over), sbb.:
3
Dalam perusahaan dagang juga harus dihitung perputaran
barang dagangan, yaitu:
6
Dengan diketahui angka 300 unit setiap pesanan,
berarti dalam satu tahun dilakukan 4 kali pesanan;
biaya persediaannya adalah yang paling ekonomis.
Rinciannya sbb.:
2 X 1.200 X 15 36.000
EOQ = = = 90.000 = 300 unit
0,40 X 1 0,40
7
Tabel 1
Perhitungan Biaya Persediaan yang Paling Ekonomis
Frekuensi Pemesanan 3X 4X 6X
Jumlah Bahan Baku yg dipesan 400 unit 300 unit 200 unit
Nilai Persediaan Rata-rata *Rp 200 Rp150 Rp 100
Keterangan Tabel 1:
*Rp200 = (400 X Rp1)/2
**Rp45 = 3 kali pesan @ Rp15 per sekali pesan
***Rp80 = 40% X Rp200 nilai persediaan rata-rata
8
Jika biaya penyimpanan dinyatakan dalam Rupiah per unit (misal
Rp0,1) maka EOQ dapat dihitung sbb.:
2 X 1.200 X 5 36.000
= = 600 unit
0,1 0,1
Dalam pengelolaan persediaan bahan baku, perusahaan harus
mempunyai persediaan besi (Safety stock) yaitu suatu jumlah
persediaan bahan baku yg selalu harus ada dalam gudang untuk
menjaga kemungkinan terlambatnya bahan baku yang dipesan.
Di samping itu perusahaan juga harus memerhitungkan
penggunaan bahan baku selama waktu menunggu datangnya
bahan baku (lead time).
10
PERSEDIAAN MODEL JUST IN TIME (JIT)
Pengelolaan persediaan Industri manufaktur:
1. Model Just In Time (JIT) /Tepat Pada Waktunya (TPW)
2. Model Tradisional
Model JIT:
adalah model yg menempatkan pemasok sebagai mitra bisnis sejati; mereka
dididik, dibina, dan diperlakukan sebagai bagian dari perusahaan yang dipasok
bahan bakunya.
(pemasok profesional : kualitas barang bagus dan tepat waktu)
Model Tradisional:
Adalah model yg menempatkan pemasok sebagai mitra bisnis sementara karena
perhitungan untung-rugi diterapkan pada mereka, dan hal ini dapat mengganggu
proses produksi.
(pemasok memberi kepuasan atas harga dan kualitas barang yg dipasoknya).
11
Pengertian JIT (TPW):
Adalah persediaan dengan nilai nol atau mendekati nol, artinya
perusahaan tidak menanggung biaya persediaan. Bahan baku yg tepat
datang pada saat dibutuhkan. Pemasoknya adalah pemasok yg setia dan
profesional. Dengan model ini terjadi efisiensi biaya persediaan bahan
baku.
Model JIT (TPW) juga diterapkan pada barang jadi (finished goods),
dimana perusahaan hanya memroduksi sesuai dengan pesanan
(permintaan) sehingga ia tidak mempunyai persediaan barang jadi.
Dampaknya adalah penghematan biaya perediaan barang jadi.
JIT (TPW) hanya bisa dilaksanakan jika sumber daya manusia dan
peralatan pabrik dirawat dengan baik. Artinya buruh harus loyal
dan memiliki kesadaran tinggi untuk bekerja selama hidupnya.
13
Tabel2 :
Perbedaan Sistem JIT dan Tradisional
14
Peningkatan Kualitas
Dalam pelaksanaan JIT dituntut semua pihak yg terlibat dalam
suatu perusahaan (stakeholders) memiliki komitmen tinggi untuk
mengembangkan organisasi.
Komitmen tersebut harus didasarkan pada motivasi partisipasi
aktif, motivasi peningkatan kualitas dan motivasi pengendalian
kegiatan, agar seluruh kegiatan dapat dilakukan secara efektif dan
efisien.
15
Teori Ishikawa Tulang Ikan:
Setiap kegagalan pasti ada sebabnya, dan penyebab itu dapat
ditelusuri dari empat aspek:
1. Tenaga Manusia (kurang latihan, kurang pendidikan, terlalu
banyak tenaga kerja yg dipekerjakan, tidak dimotivasi, tidak
dibimbing dan diarahkan, tidak dihargai prestasinya dan tidak
dihargai perasaannya)
2. Metode Kerja (tanpa kontrol: pemasok, bahan, peralatan,
output, dan pelanggan, tidak ada petunjuk pelaksana kerja)
3. Mesin atau peralatan (kurang perawatan, ketinggalan
teknologi)
4. Material atau bahan baku (salah: spesifikasi, penanganan).