1717 3681 1 SM PDF
1717 3681 1 SM PDF
Abstrak
Salah satu komoditi pertanian pangan yang mempunyai prospek untuk dikembangkan dalam rangka
memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun internasional adalah jagung. Jagung mempunyai prospek
yang cerah apabila dikelola secara intensif, dimana jagung merupakan tanaman pangan yang
kegunaannya relatif luas, yaitu untuk industri pangan, kimia dan pakan. Keiatan usahatani jagung yang
dilakukan oleh petani responden masih berskala kecil sehingga tujuan penelitian bertujuan untuk
mengkaji karakteristik usahatani serta corak usahatani di Desa Pasi Mali khususnya adalah karakteristik
usahatani guna mengidentifikasi usahatani dan pendapatan usahatani jagung. Analisis yang digunakan
adalah analisis deskriptif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif untuk menghitung pendapatan usahatani
dengan pendekatan struktur biaya. Hasil analisis menunjukkan usahatani jagung layak diusahakan.
Keyword: Usahatani, Jagung, Struktur biaya, Penerimaan,dan Pendapatan
Abstract
One of the food commodities that has prospect to developed in order to meet the need of domestic and
international markerts is corn. Corn has prospect if it is managed intensive, where corn is a food crop
whose use is relatively broad, namely for the food, chemical and feed industries. The corn farming
activities carried out by the respondent farmer are stiil small scale, the purpose of the aims study to
examine the characteristics of farming and pattern in the village of Pasi Mali in particular is the
characteristics of farming identify farming and income of corn farming. The analysis used is descriptive
and quantitative. Quantitative analysis to calculate farm income with cost a cost structure approach. The
analysis result that corn farming is feasible to cultivated.
Keyword:Farm, Corn, Cost, Revenue, and Profit
108
Jurnal Bisnis Tani Vol 5, No 2, Desember 2019 ISSN 2477-3468
Universitas Teuku Umar pp. 108- 120
pada umumnya masih menghadapi masalah per tahun. Itu artinya, tahun 2018 produksi
pangan, sulit bersaing dengan negara maju jagung diperkirakan mencapai 30 juta ton
untuk menghasilkan produk-produk industri pipilan kering (PK). Hal ini juga didukung oleh
di pasar internasional baik karena data luas panen per tahun yang rata-rata
keterbatasan modal, ketidakmampuan meningkat 11,06 persen, dan produktivitas
melakukan riset dan pengembangan, maupun rata-rata meningkat 1,42 persen (ARAM I,
karena adanya kebijakan politik BPS 2018).
proteksionisme negara-negara maju serta Provinsi Aceh memiliki sumberdaya alam
adanya ketegaran sektor pertanian dalam
yang cukup potensial untuk agribisnis jagung.
menghadapi gejolak perekonomian dunia dan
Kabupaten Aceh Barat yang merupakan
masih besarnya sumbangan sektor pertanian
bagi pembangunan sektor industri (Sutawi, bagian dari Provinsi Aceh yang merupakan
2007).
bagian agraris, dimana sektor pertanian
Pertanian dalam arti luas mencakup
merupakan sumber utama mata pencarian
pertanian tanaman pangan, perkebunan,
kehutanan, perikanan, holtikultura dan masyarakat. Kabupaten Aceh Barat
peternakan. Tanaman pangan merupakan
merupakan salah satu daerah yang
salah satu sub sektor yang menjadi tulang
mempunyai potensi untuk budidaya berbagai
punggung penyediaan pangan dan pakan di
Indonesia. Salah satu komoditi pertanian jenis komoditi pertanian, baik tanaman
pangan yang mempunyai prospek untuk
pangan seperti padi, palawija, buah-buahan
dikembangkan dalam rangka memenuhi
dan sayuran, maupun jenis tanaman
kebutuhan pasar domestik maupun
internasional adalah jagung. Jagung perkebunan seperti karet, kelapak sawit dan
mempunyai prospek yang cerah apabila
kelapa. Jagung merupakan bagian dari
dikelola secara intensif, dimana jagung
produksi pertanian yang memiliki nilai
merupakan tanaman pangan yang
kegunaannya relatif luas, yaitu untuk industri ekonomi yang tinggi di Kebupaten Aceh Barat
pangan, kimia dan pakan.
produksi jagung juga terlihat meningkat
Berdasarkan hitungan Direktorat
disetiap tahunnya hal ini dapat dilihat
Jenderal Tanaman Pangan (Ditjen TP)
Kementan, produksi jagung dalam 5 tahun ppotensi agribisnis merupakan andalan dalam
terakhir meningkat rata-rata 12,49 persen
memajukan daerah dan kesejahteraan
109
Jurnal Bisnis Tani Vol 5, No 2, Desember 2019 ISSN 2477-3468
Universitas Teuku Umar pp. 108- 120
bagian agraris, dimana sektor pertanian memiliki produksi jagung yang tinggi yakni
sebesar 2,88 ton pada tahun 2016. Desa Pasi
merupakan sumber utama mata pencarian
Mali merupakan salah satu desa sentra
masyarakat. Kabupaten Aceh Barat pengembangan jagung di Kecamatan Woyla
merupakan salah satu daerah yang Barat karena sebagian besar masyarakat
setempat bermata pencaharian sebagai
mempunyai potensi untuk budidaya berbagai
petani jagung. Besar kecilnya pendapatan
jenis komoditi pertanian, baik tanaman sangat dipengaruhi oleh tingkat produksi yang
pangan seperti padi, palawija, buah-buahan di hasilkan oleh kegiatan usahatani yang
dilakukan, pendapatan juga akan
dan sayuran, maupun jenis tanaman
mempengaruhi petani dalam pembiayaan
perkebunan seperti karet, kelapak sawit dan usahatani, karena biaya produksi yang
kelapa. Jagung merupakan bagian dari dikeluarkan dan harga yang tidak stabil, oleh
karena itu perlu dilakukan kajian usahatani
produksi pertanian yang memiliki nilai
jagung di desa Pasi Mali Kecamatan Woyla
ekonomi yang tinggi di Kebupaten Aceh Barat Barat Kabupaten Aceh Barat.
110
Jurnal Bisnis Tani Vol 5, No 2, Desember 2019 ISSN 2477-3468
Universitas Teuku Umar pp. 108- 120
dalam kajian ini adalah data primer dan data Pasi Mali. Teknik pengumpulan data dilakukan
sekunder, baik yang bersifat kuantitatif maupun melalui wawancara langsung secara
kualitatif. Data primer yang digunakan bersumber mendalam, observasi di lapangan, pengisian
dari data survei dan data hasil wawancara kuesioner, dan penelusuran data melalui
langsung. Data survei diperoleh dengan internet. Kuesioner yang digunakan berisi
melakukan survei dan pengamatan secara pertanyaan mengenai karakteristik petani
langsung ke petani jagung. Data wawancara jagung, karakteristik usahatani, jumlah
diperoleh dengan melakukan wawancara secara pemakaian input, harga input, serta
mendalam kepada petani jagung. pertanyaan lain yang berhubungan dengan
Wawancara dengan petani bertujuan untuk analisis usahatani tanaman jagung.
memperoleh informasi mengenai karakteristik Pengambilan responden dilakukan
usahatani jagung, teknik budidaya, pemasaran dengan metode purposive sampling, dengan
dan pendapatan usahatani jagung. Informasi pertimbangan peneliti sudah mengetahui
yang diambil dari petani responden adalah karakteristik dari petani yang akan dijadikan
informasi usahatani jagung dalam satu kali objek penelitian. Petani responden dalam
periode tanam. Pencarian informasi meliputi penelitian ini adalah petani jagung. Petani
karakteristik responden, kegiatan budidaya, yang dipilih hanya satu petani. Hal ini
penggunaan input produksi, kendala-kendala dikarenakan kajian ini hanya merupakan studi
yang dihadapi dilapangan serta faktor-faktor kasus untuk satu petani. Petani yang dipilih
produksi yang digunakan. Data sekunder juga adalah Pak X yang merupakan petani jagung
berasal dari hasil penelitian terdahulu, artikel dan di Desa Pasi Mali yang telah 4 tahun menjadi
studi literatur yang terkait dengan topik usahatani petani jagung.
dan komoditi jagung. Data dan informasi yang diperoleh
Kajian ini menggunakan metode kemudian dianalisis secara kualitatif dan
deskriptif. Metode deskriptif ini digunakan kuantitatif. Data dan informasi kuantitatif
untuk membuat deskripsi, gambaran, lukisan yang dibutuhkan untuk analisis pendapatan
secara sistematis, faktual dan akurat usahatani diolah dengan menggunakan
mengenai petani jagung di Desa Pasi Mali. program Microsoft Excel. Analisis data
Jenis metode deskriptif yang digunakan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan
adalah metode kasus (case study) untuk data-data hasil dari identifikasi penggunaan
memperoleh gambaran secara rinci tentang faktor-faktor produksi dan nilai output yang
latar belakang, sifat-sifat, serta hubungan dihasilkan pada kegiatan usahatani jagung.
antar fenomena dari usahatani jagung di Desa Pengolahan data tersebut menggunakan
111
Jurnal Bisnis Tani Vol 5, No 2, Desember 2019 ISSN 2477-3468
Universitas Teuku Umar pp. 108- 120
112
Jurnal Bisnis Tani Vol 5, No 2, Desember 2019 ISSN 2477-3468
Universitas Teuku Umar pp. 108- 120
dengan nilai mutlak juga dapat diukur analisis pendapatan yang diperoleh dari cabang
efisiensinya. R/C merupakan salah satu usahatani jagung, dan apakah usahatani
ukuran efisiensi yang menggambarkan jagung yang dijalankan menguntungkan.
penerimaan untuk tiap rupiah yang Secara sederhana, perhitungan analisis
dikeluarkan (reveneu cost ratio). Pengukuran pendapatan dan R/C ratio dapat disajikan
efisiensi masing-masing usahatani terhadap seperti pada tabel berikut
setiap penggunaan satu unit input dapat Tabel 2. Perhitungan Analisis Pendapatan dan R/C
Rasio Usahatani
digambarkan oleh nilai rasio antara jumlah A Penerimaan Tunai Harga x Hasil panen yang
dijual (Kg)
penerimaan dengan jumlah biaya (R/C) yang B Penerimaan yang Harga x Hasil panen yang
diperhitungkan dikonsumsi (Kg)
secara sederhana dapat diturunkan dari C Total Penerimaan A+B
rumus (Soekartawi, 1995): D Biaya tunai a. Biaya sarana
produksi
Total Biaya = Biaya tunai + Biaya b. Biaya tenaga kerja
luar keluarga
diperhitungkan c. pajak
d. bibit
π total = TR - TC E Biaya yang a. biaya tenaga kerja
diperhitungkan dalam keluarga
Rumus R/C rasio atas biaya total dapat b. penyusutan
peralatan
dituliskan sebagai berikut :
c. bibit
Rasio R/C = TR/TC d. lahan milik sendiri
F Total biaya D+E
Keterangan : G Pendapatan atas A–D
biaya tunai
TR : total penerimaan usahatani (Rp) H Pendapatan atas C–F
biaya total
TC : total biaya usahatani (Rp) I Pendapatan bersih H – Bunga pinjaman (jika
ada pinjaman)
Nilai R/C secara teoritis,
J R / C ratio atas A/D
menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya biaya tunai
K R/C ratio atas biaya C/F
yang dikeluarkan akan memperoleh total
113
Jurnal Bisnis Tani Vol 5, No 2, Desember 2019 ISSN 2477-3468
Universitas Teuku Umar pp. 108- 120
Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan oleh jagung. Biaya tunai yang dikeluarkan oleh
Bapak X dalam bentuk tunai, seperti biaya sarana petani responden jagung meliputi biaya
produksi, dan tenaga kerja luar keluarga. Biaya pemupukan, biaya tenaga kerja luar keluarga
total adalah biaya tunai yang dikeluarkan dan biaya untuk pembelian pestisida. Biaya
ditambah dengan biaya diperhitungkan. Biaya diperhitungkan merupakan biaya yang
diperhitungkan adalah biaya yang tidak dikeluarkan tidak dalam bentuk tunai tetapi
dikeluarkan oleh Bapak X dalam bentuk tunai harus diperhitungkan sebagai pengeluaran
tetapi dihitung sebagai biaya, seperti bibit, tenaga petani untuk usahatani jagung. Biaya
kerja dalam keluarga, penyusutan peralatan dan diperhitungkan yang dikeluarkan Bapak X
sewa lahan. meliputi biaya pembibitan, penyusutan dan
Analisis Penerimaan Usahatani tenaga kerja dalam keluarga dan biaya sewa
Penerimaan usahatani jagung dari lahan.
Bapak X dapat dihitung dari hasil perkalian Pada Kajian ini diketahui abahwa
antara jumlah hasil produksi jagung yang tenaga kerja yang digunakan oleh Bapak X
dihasilkan dengan harga. Jumlah produksi untuk melakukan setiap kegiatan usahatani
jagung oleh Bapak X merupakan produksi jagung adalah tenaga kerja luar keluarga dan
yang cukup bagus, yaitu sebesar 3720 kg tenaga kerja dalam keluarga yang masing-
dalam 1 ha yang dimiliki oleh Bapak X. Harga masing terdiri dari tenaga kerja laki-laki dan
jual jagung yang diterima adalah Rp 4000/kg tenaga kerja perempuan. Kegiatan yang
sehingga total penerimaan usahatani jagung dilakukan meliputi pengolahan lahan,
sebesar Rp 14.880.000,-. Namun demikian, penyediaan bibit, penanaman, penyiangan,
status Bapak X yang merupakan petani pemupukan, dan pemanenan. Tenaga kerja
penggarap menyebabkan penerimaan yang banyak digunakan oleh Bapak X adalaah
tersebut tidak seluruhnya dimiliki oleh Bapak tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga.
X. Adapun penerimaan yang dimiliki oleh Penggunaan tenaga kerja dari luar keluarga
Bapak X sebesar [(2/3 x 3.720 kg) x relatif banyak yaitu berjumlah 59 HOK dengan
Rp.4.000/kg = Rp. 9.920.000 ] total biaya sebesar Rp. 1.780.000,-. Hal ini
Analisis Biaya Usahatani menunjukkan bahwa tipe usahatani yang
Biaya usahatani jagung yang dijalankan oleh Bapak X merupakan usahatani
dikeluarkan oleh Bapak X terdiri dari biaya yang mengarah pada tipe usahatani komersial
tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai dimana penggunaan tenaga kerja berdasar
merupakan biaya yang dikeluarkan secara pada tanaga kerja yang diupah. Sedangkan
tunai oleh Bapak X untuk kegiatan produksi tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan
114
Jurnal Bisnis Tani Vol 5, No 2, Desember 2019 ISSN 2477-3468
Universitas Teuku Umar pp. 108- 120
115
Jurnal Bisnis Tani Vol 5, No 2, Desember 2019 ISSN 2477-3468
Universitas Teuku Umar pp. 108- 120
Total biaya Rp. 5.205.500 bagian dari total produksi atau penerimaan,
Pendapatan atas biaya tunai Rp. 11.540.000
sedangkan biaya yang dikeluarkan dalam
Pendapatan atas biaya total Rp. 9.674.500
usahatani merupakan biaya yang harus
R / C ratio atas biaya tunai 4,455
R/C ratio atas biaya total 2,859 dikeluarkan oleh Bapak X. Pemilik lahan
Sumber : Data Primer (diolah) menerima 1/3 bagian dari hasil produksi atau
Tabel di atas menunjukkan bahwa penerimaan dan pemilik tidak memiliki
usahatani yang dijalankan oleh Bapak X tanggungan terhadap biaya yang dikeluarkan
merupakan usahatani yang dapat dikatakan dalam usahatani jagung. sehingga
sebagai usahatani komersial. Hal ini perhitungan pendapat usahatani jagung yang
dibuktikan dengan perhitungan penerimaan diperoleh Bapak X adalah sebagai berikut:
usahatani jagung sebesar Rp. 14.880.000. Tabel 5. Perhitungan pendapatan dan R/C Ratio
Setelah Bagi Hasil
Penerimaan tersebut dapat dikatakan relatif Total Penerimaan Rp. 9.920.000
cukup besar dimana biaya yang dikeluarkan Biaya tunai Rp. 3.340.000
Biayayang diperhitungkan Rp. 1.865.500
hanya sebesar Rp. 3.340.000,-. Seluruh hasil
Total biaya Rp. 5.205.500
produksi usahatani jagung yang diusahakan
Pendapatan atas biaya tunai Rp. 6.580.000
oleh Bapak X adalah ditujukan untuk dijual Pendapatan atas biaya total Rp. 4.714.500
dan Bapak X tidak mengkonsumsi hasil panen R / C ratio atas biaya tunai 2,97
tersebut. Bapak X memenuhi kebutuhan R/C ratio atas biaya total 1,91
Sumber : Data Primer (diolah)
hidup sehari-hari dari penerimaan tersebut
Tabel 5 menunjukkan bahwa setelah
kemudian dibelikan barang konsumsi. Selain
hasil produksi yang dihasilkan oleh Bapak X
itu, jika dilihat berdasarkan nilai rasio antara
dilakukan sistem bagi hasil dengan pemilik
penerimaan dan biaya atas biaya tunai dapat
lahan, Bapak X memperoleh 2/3 bagian dari
diketahui bahwa setiap Rp. 1 biaya yang
produksi atau penerimaan hasil usahatani
dikeluarkan oleh Bapak X dalam budidaya
jagung tersebut. Setelah dilakukan
jagung dapat menghasilkan penerimaan
perhitungan penerimaan setelah pembagian
sebesar Rp. 4,455. Sedangkan jika dilihat nilai
hasil dengan pemilik, Bapak X sebagai petani
rasio antara penerimaan dan biaya atas biaya
penggarap memperoleh penerimaan sebesar
total dapat diketahui bahwa setiap Rp. 1 biaya
Rp. 9.920.000 yaitu 2/3 bagian dari total
yang dikeluarkan oleh Bapak X dalam
penerimaan usahatani jagung. Namun, semua
budidaya jagung dapat menghasilkan
biaya yang dikeluarkan selama melakukan
penerimaan sebesar Rp. 2,859. Namun
usahatani menjadi tanggung jawab dari
faktanya, Bapak X merupakan petani
petani penggarap yaitu Bapak X sendiri
penggarap yang menerima hasil sebesar 2/3
sehingga pendapatan Bapak X secara tunai
116
Jurnal Bisnis Tani Vol 5, No 2, Desember 2019 ISSN 2477-3468
Universitas Teuku Umar pp. 108- 120
atas usahatani jagung tersebut adalah Usahatani yang dijalankan oleh Bapak X
sebesar Rp. 6.580.000,- dan pendapatan atas tergolong dalam usahatani dengan pola lahan
biaya total sebesar Rp. 4.714.500,-. kering. Pola usahatani yang dijalankan oleh Bapak
Pendapatan tersebut masih menguntungkan X juga merupakan usahatani yang cocok dengan
bagi Bapak X. Hal ini terlihat dari nilai R/C lahan kering. Adapun jagung mulai ditanam oleh
ratio atas biaya tunai setelah dilakukan bagi Bapak X pada bulan oktober yaitu pada saat
hasil sebesar 2,97 yang berarti bahwa biaya setelah panen padi.
yang dikeluarkan oleh Bapak X masih relatif Pola tanam yang dilakukan tergolong
kecil dibandingkan dengan penerimaan yang dalam usahatani monokultur. Usahatani
diterima yaitu Rp. 1 yang dikeluarkan untuk Monokultur yang diusahakan terdiri dari satu
biaya produksi mampu menghasilkan jenis tanaman yang ditanam pada suatu lahan.
penerimaan sebesar Rp. 2,97. Selain itu, jika Bapak X tergolong petani yang selalu
dilihat dari nilai R/C ratio atas biaya total menerapkan pola tanam monokultur yaitu selalu
masih menunjukkan hasil yang positif dimana mengusahakan satu tanaman pada setiap musim
Rp.1 yang dikeluarkan masih mampu tanam.
menghasilkan penerimaan sebesar 1,91. Struktur usahatani menunjukkan
Berdasarkan uraian tersebut diatas, Bapak X bagaimana suatu komoditi diusahakan. Cara
dalam mengusahatanikan jagung termasuk ke pengusahaan yang dilakukan oleh Bapak X
dalam tipe petani Small independet tergolong usahatani yang dilakukan secara khusus
specialized family farms dimana dalam (lokasi). Hal ini dikarenakan, usahatani jagung
menjalankan usahatani jagung, Bapak X yang diusahakan oleh Bapak X merupakan
sudah berorientasi pada profit dan dalam tanaman yang sangat cocok untuk dikembangkan
pengambilan keputusan usahatani bebas di desa Pasi Mali. Kondisi lahan dan topografi
sesuai dengan keinginan Bapak X walaupun lahan sangat sesuai untuk pengembangan
Bapak X berstatus sebagai petani penggarap usahatani jagung. Hal ini terbukti dari data
serta usahatani yang dijalankan sudah Kecamatan Woyla Barat bahwa Desa Pasi Mali
terspesialisasi tanpa adanya tumpang sari merupakan salah satu daerah sentra produksi
yaitu uasahatani monokultur untuk jagung. jagung.
Corak usahatani yang dijalankan oleh
Klasifikasi Usahatani Jagung di Desa Pasi Mali Bapak X tergolong ke dalam usahatani yang
Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat komersial dimana jika dilihat dari beberapa
Berdasarkan Macam, Pola, Struktur, Corak, indikator seperti di atas dapat diketahui
Bentuk dan Tipe Usahatani bahwa usahatani Bapak X merupakan
117
Jurnal Bisnis Tani Vol 5, No 2, Desember 2019 ISSN 2477-3468
Universitas Teuku Umar pp. 108- 120
usahatani yang dijalankan dengan tujuan 1 yang menunjukkan bahwa korbanan yang
untuk mencari keuntungan atau profit dikeluarkan oleh Bapak X lebih kecil daripada
orientaed. Indikator orientasi keuntungan penerimaan yang diperoleh Bapak X selama
ditunjukkan oleh perilaku usahatani jagung melakukan kegiatan usahatani jagung.
yang dijalankan oleh Bapak X yang menjual Berdasarkan nilai R/C ratio tersebut dapat
seluruh hasil usahatani jagungnya guna dikatakan bahwa tujuan dalam berusahatani
memperoleh keuntungan. Usahatani jagung jagung tergolong usahatani yang profit
yang dihasilkan tidak ada yang digunakan oriented sehingga dapat dikatakan usahatani
untuk konsumsi anggota keluarga. Oleh komersial.
karena itu, usahatani jagung yang dijalankan Bentuk usahatani dibedakan atas
oleh Bapak X tergolong usahatani komersial. penguasaan faktor produksi oleh petani,
Walaupun status Bapak X sebagai yaitu: a) Perorangan, b) Kooperatif, c)
petani penggarap yang tidak memiliki lahan, Usahatani Kolektif (collective farm). Bentuk
namun penguasaan lahan berada sepenuhnya usahatani yang dijalankan tergolong
pada Bapak X. Hal tersebut terbukti atas usahatani yang berbentuk koperatif.
sistem bagi hasil yang dijalankan oleh Bapak X Pernyataan tersebut berdasar atas perjanjian
dan pemilik yang memiliki perjanjian bahwa kerjasama yang dijalankan yaitu sistem bagi
pemilik tidak memiliki tanggungan atas biaya hasil.
usahatani namun pemilik lahan memperoleh Sebagai petani penggarap, semua
1/3 bagian dari hasil usahatani jagung, biaya harus ditanggung oleh Bapak X. Sistem
sedangkan beliau sebagai petani penggarap bagi hasil yang dijalankan oleh petani
memiliki tanggung jawab atas biaya usahatani menempatkannya sebagai pengambil
jagung dan berhak memperoleh 2/3 bagian keputusan terhadap segala hal yang
dari hasil. Segala keputusan mengenai alokasi berhubungan dengan usahatani jagung yang
input serta output yang akan dihasilkan dijalankan. Hal ini ditunjukkan dengan
berada sepenuhnya di pihak petani pengambilan keputusan terhadap alokasi
penggarap. Oleh karena itu, Bapak X dapat input dan penentuan output yang akan
dikatakan sebagai petani komersial walaupun dihasilkan sepenuhnya dikuasai oleh Bapak X
statusnya hanya sebagai petani penggarap. selaku petani penggarap. Perjanjian
Selain itu, jika dilihat dari hasil kerjasama bagi hasil tersebut telah dirasa adil
perhitungan R/C ratio, usahatani yang baik dari pihak pemilik lahan maupun bagi
dijalankan oleh Bapak X tergolong usahatani Bapak X selaku petani penggarap.
yang komersial. Hasil perhitungan R/C ratio >
118
Jurnal Bisnis Tani Vol 5, No 2, Desember 2019 ISSN 2477-3468
Universitas Teuku Umar pp. 108- 120
Connel dan Dillon (1997) membagi dengan pemilik lahan, Bapak X memperoleh
tipe usahatani menjadi 6 tipe dasar, yaitu: a) 2/3 bagian dari produksi atau penerimaan
Small Subsistence-Oriented Family farms , b) hasil usahatani jagung tersebut. Setelah
Small semi subsistence or part-commercial dilakukan perhitungan penerimaan setelah
family farms, c) Small independet specialized pembagian hasil dengan pemilik, petani
family farms, d) Small Dependent Specialized responden sebagai petani penggarap
family farms , e) Large Commercial family memperoleh penerimaan sebesar Rp.
farms f) Commersial estate. Usahatani jagung 9.920.000, namun, semua biaya yang
yang dijalankan oleh Bapak X tergolong dalam dikeluarkan selama melakukan usahatani
usahatani tipe 3 yaitu Small independet menjadi tanggung jawab dari petani
specialized family farms. responden sehingga pendapatan petani
responden secara tunai atas usahatani jagung
KESIMPULAN tersebut adalah sebesar Rp. 6.580.000,- dan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di pendapatan atas biaya total sebesar Rp.
atas, dapat diperoleh beberapa kesimpulan 4.714.500,-. Pendapatan tersebut masih
Petani responden dalam kajian ini bernama menguntungkan bagi petani responden.
Bapak X yang berusia 55 tahun dengan Nilai R/C ratio atas biaya tunai setelah
pekerjaan sehari-hari sebagai petani dengan dilakukan bagi hasil adalah sebesar 2,97 yang
luas lahan 1 ha yang diusahakan dengan berarti bahwa biaya yang dikeluarkan oleh
sistem bagi hasil. petani responden masih relatif kecil
Penerimaan usahatani jagung dibandingkan dengan penerimaan yang
sebelum dilakukan bagi hasil adalah sebesar diterima yaitu Rp. 1 yang dikeluarkan untuk
Rp 14.880.000,-. Adapun penerimaan yang biaya produksi mampu menghasilkan
dimiliki oleh petani responden setalah penerimaan sebesar Rp. 2,97. Nilai R/C ratio
dilakukan bagi hasil 2/3 bagian adalah tersebut menunjukkan bahwa tujuan
sebesar Rp. 9.920.000. usahatani petani responden tergolong
Total biaya usahatani jagung yang usahatani yang profit oriented sehingga dapat
usahakan oleh Bapak X adalah sebesar Rp. dikatakan usahatani komersial.
5.205.500,-. Biaya tersebut terdiri dari biaya
DAFTAR KEPUSTAKAAN
tunai sebesar Rp. 3.340.000,- dan biaya yang
Connel, D.J. dan Dillon, J.L. 1997. Farm
diperhitungkan sebesar Rp. 1.865.500,-. Management for Asia : a Systems
Setelah hasil produksi yang dihasilkan oleh Approach. (FAO Farm Systems
Manajement Series -13). FAO.
petani responden dilakukan sistem bagi hasil
Daniel, M. 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian.
119
Jurnal Bisnis Tani Vol 5, No 2, Desember 2019 ISSN 2477-3468
Universitas Teuku Umar pp. 108- 120
120