Anda di halaman 1dari 6

NAMA : HANIF ABIYUZA

NIM : F1D215021
PRODI : TEKNIK GEOLOGI

PROSES-PROSES DIAGENESA BATUAN KARBONAT

Batuan karbonat merupakan salah satu jenis batuan sedimen non


silisiklastik. Pada batuan ini terkandung fraksi karbonat  yang lebih besar
jumlahnya daripada fraksi non karbonat, jumlah fraksi karbonatnya lebih dari
50%.
Selama pembentukannya, batuan karbonat melalui serangkaian proses-
proses yang disebut diagenesa. Dengan kata lain diagenesa adalah perubahan yang
terjadi pada sedimen secara alami, sejak proses pengendapan awal hingga batas
(onset) dimana metamorfisme akan terbentuk. Setelah proses pengendapan
berakhir, sedimen karbonat mengalami proses diagenesa yang dapat menyebabkan
perubahan kimiawi dan mineralogi untuk selanjutnya mengeras menjadi batuan
karbonat.

Proses diagnesa sangat berperan dalam menentukan bentuk dan karakter


akhir batuan sedimen yang dihasilkannya. Proses diagenesa akan menyebabkan
perubahan material sedimen. Perubahan yang terjadi adalah perubahan fisik,
mineralogi dan kimia. Pada batuan karbonat, diagenesa merupakan proses
transformasi menuju batugamping atau dolomit yang lebih stabil. Faktor yang
menentukan karakter akhir produk diagenesa antara lain :

     Komposisi sedimen mula-mula


     Sifat alami fluida interstitial dan pergerakannya
     Proses kimia dan fisika yang bekerja selama diagenesa

Dengan melihat faktor-faktor tersebut dapat diketahui bahwa batuan karbonat


dengan komposisi utama kalsit akan mengalami proses diagenesa yang berbeda
dibandingkan dengan batuan karbonat yang berkomposisi dominan aragonit
maupun juga dolomit. Lingkungan pelarutan dan lithifikasi yang berbeda, misal di
lingkungan air laut dan air tawar akan menghasilkan batuan yang berbeda.
Demikian juga halnya dengan tekstur semen dan butiran batuan, juga akan
bervariasi bergantung pada tekanan dan temperatur lingkungan diagenesanya.
Lingkungan diagenesa yang berbeda akan memiliki proses kimia dan fisika yang
relatif berbeda pula, sehingga produk diagenesanya pun akan berbeda. Hal inilah
yang dapat dijadikan indikator untuk mengetahui lingkungan diagenesa yang
bersangkutan. Ada beberapa lingkungan diagenesa beserta produknya, yaitu:

     Marine (dicirikan oleh kehadiran semen aragonit, High Mg-Calcite)


     Lagoon (dicirikan oleh adanya dolomititsasi akibat proses evaporasi)
     Phreatic (dicirikan oleh kehadiran kalsit hasil pelarutan)
     Vadose (dicirikan oleh kehadiran kalsit hasil pelarutan)
     Burial (dicirikan oleh kehadiran kalsit hasil pelarutan tekanan/pressure
solution

Secara umum penggambaran diagenesa batuan karbonat adalah sebagai berikut:

Sumber: http://www.geol.umd.edu/~hcui/Teaching/DiagenesisHuanCui.pdf
Proses-proses diagenesa batuan karbonat meliputi:

A. Pelarutan (Dissolution)
Merupakan proses melarutnya komponen karbonat yang terjadi saat fluida
pori tidak jenuh (undersaturated) oleh mineral-mineral karbonat. Pelarutan akan
terbantu oleh adanya mineral yang bisa larut (mineral karbonat yang tidak stabil
seperti aragonit dan Mg-calcite), serta nilai pH yang rendah (lingkungan menjadi
asam). Fluida air pori yang ada dalam ruang antar butiran pada batuan karbonat
biasanya akan sangat “agresif” melarutkan karbonat jika terkandung konsentrasi
gas CO2 yang disumbangkan oleh lingkungan sekitar (misalnya karbon dan
oksigen yang dilepaskan oleh jasad oganik). Pelarutan karbonat kurang banyak
terjadi di lingkungan laut. Tapi justru banyak terjadi pada lingkungan darat atau
manapun yang ada perkolasi (rembesan) dari air meteorik (air hujan maupun air
tawar). Bentang alam karst merupakan hasil dari proses pelarutan batuan
karbonat. Pembentukkannya  dipengaruhi oleh proses pelarutan yang sangat tinggi
di bandingkan dengan batuan di tempat lainnya dimanapun. Proses pelarutan
tersebut umumnya dibarengi dengan proses-proses lainnya seperti runtuhan,
transport dalam bentuk larutan melalui saluran bawah tanah, juga longsoran dan
amblesan dipermukaan. Pelarutan yang terjadi secara terus menerus, pada
akhirnya menciptakan bentukan alam yang sangat beragam. Proses pelarutan
tersebut dapat digambarkan dalam reaksi kimia yaitu :
CaCO3            +      CO2+H2O   ==>   Ca2- + 2HCO3-
(batu gamping)       (air hujan)         (larutan batu gamping)

Berikut adalah gambar sayatan batuan karbonat yang memperlihatkan bentukan


akibat proses pelarutan:

Sumber: http://www.psrd.hawaii.edu/Oct96/PAH.html
B. Sementasi (Cementation)
Merupakan proses presipitasi yang terjadi pada saat lubang antar pori
batuan karbonat terisi oleh fluida jenuh karbonat. Dalam proses ini butiran-butiran
sedimen direkat oleh material lain yang terbentuk kemudian, dapat berasal dari air
tanah atau pelarutan mineral-mineral dalam sedimen itu sendiri. Proses ini
merupakan proses diagenetik yang penting untuk semua jenis batuan sedimen,
termasuk didalamnya batuan karbonat. Di lantai laut, sementasi terjadi di air
hangat dalam pori dari butiran ruangan antar butiran karbonat. Di meteoric realm
(lingkungan meteorik dimana pengaruh air yang hadir hanya dari hujan saja)
sementasi juga hadir disini, semennya dominan kalsit. Meskipun kondisi yang
mengontrol sementasi pada kedalaman kurang dipahami pasti, tapi beberapa
faktor dapat diketahui mengontrol hal ini. Air pori, peningkatan temperatur, dan
penurunan tekanan parsial dari karbondioksida merupakan faktor-faktor yang
diperlukan untuk presipitasi semen kalsit ini. Pada proses sementasi ini diperlukan
suplai kalsium karbonat secara mutlak. Sifat sementasi ini berlawanan dengan
pelarutan, dimana sementasi membuat mineral semen (karbonat) terpresipitasi,
sementara pelarutan akan merusak struktur mineral yang telah terbentuk.

C. Dolomitisasi (Dolomitization)
Merupakan proses penggantian mineral-mineral kalsit menjadi dolomit.
Dolomit mempunyai komposisi CaMg(CO3)2 dan secara kristalografi serupa
dengan kalsit, namun lebih besar densitasnya, sukar larut dalam air, dan lebih
mudah patah (brittle). Secara umum, dolomit lebih porous dan permeable
dibandingkan limestone. Dalam proses dolomitisasi, kalsit (CaCO3)
ditransformasikan menjadi dolomite (CaMg(CO3)2). Menurut para ahli,
batugamping yang terdolomitasi mempunyai porositas yang lebih besar dari pada
batugamping itu sendiri. Dolomitisasi bisa terjadi dilaut dangkal-campuran fresh
dan sea water, tidal flat, di danau, lagoon, dll, apalagi kalau ada batuan yang
mengandung Mg yang dilewati sungai-sungai dan membawanya ke lingkungan
dimana batu gamping berada atau terjadi.
D. Aktivitas Organisme
Aktifitas organisme akan mempercepat atau memacu terjadinya proses
diagenesis lainnya. Organisme yang menyebabkan proses ini merupakan
organisme yang sangat kecil (mikrobia) dimana aktivitas jasad renik sangat
berhubungan dengan proses dekomposisi material organik. Proses dekomposisi
material organik akan mempengaruhi pH air pori sehingga mempercepat
terjadinya reaksi kimia dengan mineral penyusun sedimen. Aktifitas mikrobia
antara lain fermentasi, respirasi, pengurangan nitrat, besi, sulfat dan pembentukan
gas metana. Organisme dalam lingkungan pengendapan karbonat merework
sedimen dalam bentuk jejak boring, burrowing, dan sedimen-ingesting activity
(memakan dan mencerna sedimen). Aktivitas ini akan merusak struktur sedimen
yang berkembang pada sedimen karbonat dan meninggalkan jejak-jejak
aktivitasnya saat organisme ini beraktivitas. Kebanyakan bioturbasi terjadi pada
sedikit di bawah permukaan pengendapan, setelah pengendapan material sedimen
dengan kedalaman beberapa puluh sentimeter. Proses ini akan membentuk
kenampakan yang khas pada batuan sedimen yang disebut struktur sedimen.
(Boggs, 2009).

E. Mechanical Compaction
Merupakan proses diagenesa yang terjadi akibat adanya peningkatan
tekanan overburden. Seperti halnya pada batuan silisiklastik, kompaksi terjadi
karena adanya pembebanan sedimen yang berada diatasnya. Kompaksi
menyebabkan berkurangnya porositas batuan karena adanya rearangement
(penyusunan ulang) dari butiran butiran yang jarang (tidak bersentuhan) menjadi
saling bersentuhan atau makin rapat. Ketika sedimen pertama kali terendapkan
tentu saja berupa material lepas (loose) dan sifatnya porous (berpori), ketika
kompaksi terjadi material lepas ini akan menjadi lebih rapat dan padat yang
otomatis akan mengurangi porositasnya.

.(Boggs, 2009).
Berikut adalah gambaran butiran sedimen karbonat sebelum dan sesudah
mengalami kompaksi:

Sumber: http://thekoist.files.wordpress.com/2012/07/rearangement-butiran-
akibat-kompaksi.jpg

F. Chemical Compaction
Pada kedalaman burial sekitar 200-1500 m, kompaksi kimia dari sedimen
karbonat dimulai. Tekanan larutan pada kontak antar butiran seperti pada
diagenesa sedimen klastik lainnya akan melarutkan permukaan butiran mineral
dan pada karbonat dapat membentuk kontak bergerigi. Pada skala yang lebih
besar pressure solution pada batuan karbonat membentuk pola bergerigi (zig-zag)
yang kita kenal sebagai struktur styolite. Styolite umumnya hadir pada batuan
karbonat berbutir halus. Jadi pressure solution pada batuan karbonat diikuti
perkembangan strktur styolite, mencirikan hilangnya porositas dan thining
(penipisan) dari bed (perlapisan batuan). Pada batuan karbonat terkadang tidak
mengalami semua proses diagenesa tersebut, namun biasanya justru hanya melalui
beberapa proses diagenesa saja. Proses diagnesa ini akan sangat berperan dalam
menentukan bentuk dan karakter akhir batuan sedimen yang dihasilkannya.

Referensi:

Boggs, Sam. 2009. Petrology of Sedimentary Rocks. New York: Cambridge


University Press

Anda mungkin juga menyukai