Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN ATRESIA BILLIER

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak

Yang diampu oleh

Oleh :

Nina Marlina 320058

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

PPNI JAWA BARAT

BANDUNG

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................2
LAPORAN PENDAHULUAN..........................................................................................3
A. DEFINISI...............................................................................................................3
B. ETIOLOGI.............................................................................................................3
C. PATOFISIOLOGI..................................................................................................4
D. MANIFESTASI KLINIS.......................................................................................5
E. KOMPLIKASI.......................................................................................................6
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK..........................................................................8
G. PENATALAKSANAAN.......................................................................................8
H. PENGKAJIAN.....................................................................................................10
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN..........................................................................12
J. INTERVENSI KEPERAWATAN.......................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................18
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI

Atresia Bilier adalah suatu keadaan dimana saluran empedu tidak

terbentuk atau tidak berkembang secara normal. Atresia bilier merupakan

suatu defek congenital yang merupakan hasil dari tidak adanya atau

obstruksi satu atau lebih saluran empedu pada ekstrahepatik atau

intrahepatik. Fungsi dari sistem empedu adalah membuang limbah

metabolik dari hati dan mengangkut garam empedu yang diperlukan untuk

mencerna lemak di dalam usus halus.

Pada atresia bilier terjadi penyumbatan aliran empedu dari hati ke kandung

empedu. Hal ini bisa menyebabkan kerusakan hati dan sirosis hati, yang

jika tidak diobati bisa berakibat fatal.

B. ETIOLOGI

Atresia bilier terjadi karena adanya perkembangan abnormal dari saluran

empedu di dalam maupun diluar hati. Tetapi penyebab terjadinya gangguan

perkembangan saluran empedu ini tidak diketahui secara pasti tetapi

kemungkinan infeksi virus dalam intrauterine.

Atresia bilier ditemukan pada 1 dari 15.000 kelahiran.

Etiologi atresia bilier masih belum diketahui dengan pasti. Sebagian ahli

menyatakan bahwa faktor genetik ikut berperan, yang dikaitkan dengan

adanya kelainan kromosom trisomi17, 18 dan 21; serta terdapatnya anomali


organ pada 30% kasus atresia bilier. Namun, sebagian besar berpendapat

bahwa atresia bilier adalah akibat proses inflamasi yang merusak duktus

bilier, bisa karena infeksi atau iskemi

Beberapa faktor-faktor predisposisi berikut:

 infeksi virus atau bakteri

 masalah dengan sistem kekebalan tubuh

 komponen yang abnormal empedu

 kesalahan dalam pengembangan saluran hati dan empedu

 hepatocelluler dysfunction

C. PATOFISIOLOGI

Atresia bilier terjadi karena proses inflamasi berkepanjangan

yang menyebabkan kerusakan progresif  pada duktus bilier ekstrahepatik

sehingga menyebabkan hambatan aliran empedu, dan tidak adanya atau

kecilnya lumen pada sebagian atau keseluruhan traktus bilier ekstrahepatik

juga menyebabkan obstruksi aliran empedu. Obstruksi saluran bilier

ekstrahepatik akan menimbulkan hiperbilirubinemia terkonjugasi yang

disertai bilirubinuria. Obstruksi saluran bilier ekstrahepatik dapat total

maupun parsial. Obstruksi total dapat disertai tinja yang alkoholik.

Penyebab tersering obstruksi bilier ekstrahepatik adalah : sumbatan batu

empedu pada ujung bawah ductus koledokus, karsinoma kaput pancreas,

karsinoma ampula vateri, striktura pasca peradangan atau operasi.


Obstruksi pada saluran empedu ekstrahepatik menyebabkan obstruksi

aliran normal empedu dari hati ke kantong empedu dan usus. Akhirnya

terbentuk sumbatan dan menyebabkan cairan empedu balik ke hati ini

akan menyebabkan peradangan, edema, degenerasi hati. Dan apabila asam

empedu tertumpuk dapat merusak hati. Bahkan hati menjadi fibrosis dan

cirrhosis. Kemudian terjadi pembesaran hati yang menekan vena portal

sehingga mengalami hipertensi portal yang akan mengakibatkan gagal

hati.

Jika cairan empedu tersebar ke dalam darah dan kulit, akan menyebabkan

rasa gatal. Bilirubin yang tertahan dalam hati  juga akan dikeluarkan ke

dalam aliran darah, yang dapat mewarnai kulit dan bagian putih mata

sehingga berwarna kuning. Degerasi secara gradual pada hati

menyebabkan joundice, ikterik dan hepatomegaly. Karena tidak ada aliran

empedu dari hati ke dalam usus, lemak dan vitamin larut lemak tidak dapat

diabsorbsi, kekurangan vitamin larut lemak yaitu vitamin A, D,E,K dan

gagal tumbuh.Vitamin A, D, E, K larut dalam lemak sehingga memerlukan

lemak agar dapat diserap oleh tubuh. Kelebihan vitamin-vitamin tersebut

akan disimpan dalam hati dan lemak didalam tubuh, kemudian digunakan

saat diperlukan. Tetapi mengkonsumsi berlebihan vitamin yang larut

dalam lemak dapat membuat anda keracunan sehingga menyebabkan efek

samping seperti mual, muntah, dan masalah hati dan jantung


D. MANIFESTASI KLINIS

Bayi dengan atresia bilier biasanya muncul sehat ketika mereka

lahir. Gejala penyakit ini biasanya muncul dalam dua minggu pertama

setelah hidup. Gejala-gejala termasuk:

1. Ikterus, kekuningan pada kulit dan mata karena tingkat bilirubin

yang sangat tinggi (pigmen empedu) dalam aliran darah. Jaundice

disebabkan oleh hati yang belum dewasa adalah umum pada bayi

baru lahir. Ini biasanya hilang dalam minggu pertama sampai 10

hari dari kehidupan. Seorang bayi dengan atresia bilier biasanya

tampak normal saat lahir, tapi ikterus berkembang pada dua atau

tiga minggu setelah lahir

2. Urin gelap yang disebabkan oleh penumpukan bilirubin (produk

pemecahan dari hemoglobin) dalam darah. Bilirubin kemudian

disaring oleh ginjal dan dibuang dalam urin.

3. Tinja berwarna pucat, karena tidak ada empedu atau pewarnaan

bilirubin yang masuk ke dalam usus untuk mewarnai feses. Juga,

perut dapat menjadi bengkak akibat pembesaran hati.

4. Penurunan berat badan, berkembang ketika tingkat ikterus

meningkat

5. degenerasi secara gradual pada liver menyebabkan jaundice,

ikterus, dan hepatomegali, Saluran intestine tidak bisa menyerap

lemak dan lemak yang larut dalam air sehingga menyebabkan


kondisi malnutrisi, defisiensi lemak larut dalam air serta gagal

tumbuh 

Pada saat usia bayi mencapai 2-3 bulan, akan timbul gejala berikut:

a. Gangguan pertumbuhan yang mengakibatkan gagal tumbuh dan

malnutrisi.

b. Gatal-gatal

c. Rewel

d. splenomegali menunjukkan sirosis yang progresif dengan hipertensi

portal / Tekanan darah tinggi pada vena porta (pembuluh darah

yang mengangkut darah dari lambung, usus dan limpa ke hati).

E. KOMPLIKASI

a. Kolangitis:

komunikasi langsung dari saluran empedu intrahepatic ke usus,

dengan aliran empedu yang tidak baik, dapat menyebabkan ascending

cholangitis.  Hal ini terjadi terutamadalam minggu-minggu pertama

atau bulan setelah prosedur Kasai sebanyak 30-60% kasus.Infeksi ini

bisa berat dan kadang-kadang fulminan.  Ada tanda-tanda sepsis

(demam, hipotermia,status hemodinamik terganggu), ikterus yang

berulang, feses acholic dan mungkin timbul sakitperut. Diagnosis

dapat dipastikan dengan kultur darah dan / atau biopsi hati.

b. Hipertensi portal
Portal hipertensi terjadi setidaknya pada dua pertiga dari anak-anak

setelah portoenterostomy. Hal paling umum yang terjadi adalah

varises esofagus.

c. Hepatopulmonary syndrome dan hipertensi pulmonal:

Seperti pada pasien dengan penyebab lain secara spontan (sirosis atau

prehepatic hipertensi portal) atau diperoleh (bedah) portosystemic

shunts, shunts pada arterivenosus pulmo mungkin terjadi. Biasanya,

hal inimenyebabkan hipoksia, sianosis, dan dyspneu. Diagnosis dapat

ditegakan dengan scintigraphyparu. Selain itu, hipertensi pulmonal

dapat terjadi pada anak-anak dengan sirosis yang menjadi penyebab

kelesuan dan bahkan kematian mendadak. Diagnosis dalam kasus ini

dapat ditegakan oleh echocardiography. Transplantasi liver dapat

membalikan shunts,dan dapat membalikkan hipertensi pulmonal ke

tahap semula.

d. Keganasan:

Hepatocarcinomas, hepatoblastomas, dan cholangiocarcinomas dapat

timbul padapasien dengan atresia bilier yang telah mengalami sirosis.

Skrining untuk keganasan harusdilakukan secara teratur dalam

tindak lanjut pasien dengan operasi Kasai yang berhasil. Hasil setelah

gagal operasi Kasai

Sirosis bilier bersifat progresif jika operasi Kasai gagal untuk

memulihkan aliran empedu,dan pada keadaan ini harus dilakukan

transplantasi hati. Hal ini biasanya dilakukan di tahun kedua


kehidupan, namun dapat dilakukan lebih awal (dari 6 bulan hidup)

untuk mengurangi kerusakan dari  hati.  Atresia bilier mewakili lebih

dari setengah dari indikasi untuk transplantasi hati di masa kanak-

kanak.  Hal ini juga mungkin diperlukan dalam kasus-kasus dimana

pada awalnya sukses setelah operasi Kasai tetapi timbul ikterus yang

rekuren (kegagalan sekunder operasi Kasai), atau untuk berbagai

komplikasi dari sirosis (hepatopulmonary sindrom).

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Secara garis besar, pemeriksaan dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu

pemeriksaan :

1) Laboratorium rutin dan khusus untuk menentukan etiologi dan mengetahui

fungsi hati (darah,urin, tinja)

2) Pencitraan, untuk menentukan patensi saluran empedu dan menilai

parenkim hati

3) Biopsi hati, terutama bila pemeriksaan lain belum dapat menunjang

diagnosis atresia bilier.

a. Fungsi hati : bilirubin, aminotranferase dan faktor pembekuan :

protombin time, partial thromboplastin time.

b. Pemeriksaan urine : pemeriksaan urobilinogen penting artinya pada

pasien yang mengalami ikterus. Tetapi urobilin dalam urine negatif.

Hal ini menunjukkan adanya bendungan saluran empedu total.


c. Pemeriksaan feces : warna tinja pucat karena yang memberi warna

pada tinja / stercobilin dalam tinja berkurang karena adanya sumbatan.

d. Biopsi hati : untuk mengetahui seberapa besar sumbatan dari hati yang

dilakukan dengan pengambilan jaringan hati

G. PENATALAKSANAAN

1. Terapi medikamentosa 

Memperbaiki aliran bahan-bahan yang dihasilkan oleh hati terutama

asam empedu (asamlitokolat), dengan memberikan : 

a. Fenobarbital 5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis, per oral.

b. Fenobarbital akan merangsang enzimglukuronil transferase (untuk

mengubah bilirubin indirek menjadi bilirubin direk);

enzimsitokrom P-450 (untuk oksigenisasi toksin), enzim Na+ K+

ATPase (menginduksi aliranempedu). Kolestiramin 1

gram/kgBB/hari dibagi 6 dosis atau sesuai jadwal pemberian susu.

Kolestiraminmemotong siklus enterohepatik asam empedu

sekunder

2. Melindungi hati dari zat toksik, dengan memberikan : Asam

ursodeoksikolat, 310 mg/kgBB/hari, dibagi 3 dosis, per oral. Asam

ursodeoksikolatmempunyai daya ikat kompetitif terhadap asam

litokolat yang hepatotoksik. 

3. Terapi nutrisi

Terapi yang bertujuan untuk memungkinkan anak tumbuh dan

berkembang seoptimal mungkin, yaitu :


a. Pemberian makanan yang mengandung medium chain triglycerides

(MCT) untuk mengatasi malabsorpsi lemak dan mempercepat

metabolisme. Disamping itu, metabolisme yang dipercepat  akan

secara efisien segera dikonversi menjadi energy untuk secepatnya

dipakai oleh organ dan otot, ketimbang digunakan sebagai lemak

dalam tubuh. Makanan yang mengandung MCT antara lain seperti

lemak mentega, minyak kelapa, dan lainnya.

b. Penatalaksanaan defisiensi vitamin yang larut dalam lemak. Seperti

vitamin A, D, E, K

4. Terapi bedah

a. Kasai Prosedur

Prosedur yang terbaik adalah mengganti saluran empedu yang

mengalirkan empedu keusus. Tetapi prosedur ini hanya mungkin

dilakukan pada 5-10% penderita. Untuk melompati atresia bilier

dan langsung menghubungkan hati dengan usus halus, dilakukan

pembedahan yang disebut prosedur Kasai. Biasanya pembedahan

ini hanya merupakan pengobatan sementara dan pada akhirnya

perlu dilakukan pencangkokan hati.

b. Pencangkokan atau Transplantasi Hati

Transplantasi hati memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi untuk

atresia bilier dan kemampuan hidup setelah operasi meningkat

secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir. Karena hati adalah

organ satu-satunya yang bisa bergenerasi secara alami tanpa perlu


obat dan fungsinya akan kembali normal dalam waktu 2 bulan.

Anak-anak dengan atresia bilier sekarang dapat hidup hingga

dewasa, beberapa bahkan telah mempunyai anak. Kemajuan dalam

operasi transplantasi telah juga meningkatkan kemungkianan

untuk dilakukannya transplantasi pada anak-anak dengan atresia

bilier.  Di masa lalu, hanya hati dari anak kecil yang dapat

digunakan untuk transplatasi karena ukuran hati harus cocok.

Baru-baru ini, telah dikembangkan untuk menggunakan bagian dari

hati orang dewasa, yang disebut"reduced size" atau "split liver"

transplantasi, untuk transplantasi pada anak dengan atresia bilier.

H. PENGKAJIAN

1. Pemeriksaan Fisik 

a. B1 (breath)  : RR meningkat >40x/menit, penggunaan otot bantu

pernapasan, pernapasan cuping hidung, napas pendek.

b. B2 (blood) : TD meningkat,  HR meningkat (tachicardi),

kecenderungan perdarahan.

c. B3(brain)  : gelisah (rewel), gangguan mental, gangguan kesadaran

sampai koma.

d. B4 (bladder)    : Perubahan warna urin dan feses.

-Urine  : warna gelap, pekat

-Feses : warna dempul, steatorea, diare


e. B5 (bowel)  : distensi abdomen, kaku pada kuadran kanan, asites,

anoreksia, mual muntah, tidak toleran terhadap lemak dan makanan

pembentuk gas, regurgitasi berulang, penurunan berat badan, dehidrasi,

hepatomegali. feses warna pucat, lingkar perut 52 cm.

f. B6 (Bone) : letargi atau kelemahan, otot tegang atau kaku bila kuadran

kanan atas ditekan, ikterik, kulit berkeringat dan gatal gatal (pruritus),

kecenderungan perdarahan (kekurangan vitamin K), oedem perifer

Keterangan tambahan :

Anak dengan Atresia Billiary ekstrahepatik, setelah usia 6 tahun terjadi

gangguan neuromuskuler seperti tidak ada reflek-refleks tendo dalam,

kelemahan memandang ke atas, ketidak mampuan berjalan akibat

parosis kedua tungkai bawah serta kehilangan rasa getar.

Apabila kolestasis kronis berat terjadi akibat Atresia Billiary

ekstrahepatik, maka akan tampak gambaran wajah yang disebut Watson

Syndrome-Alagine (Displasia Anterio B Hepatis) yaitu perkembangan

tulang dahi yang menonjol, hipertelorisme, kemiringan okuler,

anti mongoloid, tulang hidung yang datar  serta dagu yang runcing.

Penderita juga mengalami stenosis arteri pulmonar serta cacat-cacat

pada lengkungan bagian depan vertebra.

2. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium

- Bilirubin direk dalam serum meninggi. Normalnya (0,3 – 1,9 mg/dl)


- Bilirubin indirek serum meninggi karena kerusakan parenkim hati

akibat bendungan empedu yang luas. Normalnya (1,7 – 7,1 mg/dl)

- Tidak ada urobilinogen dalam urin.

- Pada bayi yang sakit berat terdapat peningkatan transaminase

alkalifosfatase (5-20 kali lipat nilai normal) serta fraksi-fraksi lipid

(kolesterol fosfolipid trigliserol). 

b. Pemeriksaan Diagnostik

 USG yaitu untuk mengetahui kelainan kongenital penyebab

kolestasis  ekstra  hepatik   (dapat berupa dilatasi kristik saluran

empedu).

 Sintigrafi Radio Kolop Hepatobilier untuk mengetahui kemampuan

hati memproduksi empedu dan mengeekskresi kan ke saluran

empedu sampai tercurah ke duodenum. Jika ditemukan empedu di

duodenum maka dapat berarti terjadi atresia intra hepatik.

 Biopsi hati perkutan ditemukan hati berwarna coklat kehijauan dan

noduler. Kandung empedu mengecil karena kolaps. 75 % penderita

tidak ditemukan lumen yang jelas.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan distensi

abdomen
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia dan gangguan penyerapan lemak, ditandai dengan

berat badan turun dan konjungtiva anemis.

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu

dalam jaringan, ditandai dengan adanya pruritis.

4. Kekurangan volume cairan beerhubungan dengan mual dan muntah

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.

6. Risiko perubahan pertumbuhan dan perkembangan (gagal tumbuh)

berhubungan dengan penyakit kronis

7. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan

J. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan distensi

abdomen

Tujuan : Bayi akan mempertahankan pola nafas efektif, bebas

dispneu dan sianosis, dengan nilai GDA dan kapasitas vital dalam

rentang normal

INTERVENSI RASIONAL
- Awasi frekuensi, kedalaman, dan - Pernafasan dangkal, cepat/dispneu

upaya pernafasan mungkin ada hubungan hipoksia

atau akumulasi cairan dalam

abdomen

- Auskultasi bunyi nafas krekles, - Menunjukan terjadinya komplikasi

mengi dan ronchi (contoh adanya bunyi tambahan


menunjukan akumulasi

cairan/sekresi) meningkatkan resiko

infeksi

Observasi perubahan tingkat

kesadaran Perubahan mental dapat menunjukkan

hipoksia dan gagal nafas

Berikan posisi kepala bayi lebih

tinggi  Memudahkan pernafasan dengan

menurunkan tekanan pada diagfragma

Berikan tambahan O2 sesuai indikasi Untuk mencegah hipoksia

Kolaborasi untuk pemeriksaan GDA Mengetahui perubahan status

pernafasan dan terjadinya komplikasi

paru

2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan anoreksia dan gangguan penyerapan

lemak, ditandai dengan berat badan turun dan konjungtiva anemis.

Tujuan   : Bayi akan menunjukkan peningkatan berat badan

progresif mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal

INTERVENSI RASIONAL
Kaji distensi abdomen Distensi abdomen merupakan tanda

Pantau masukan nutrisi dan frekuensi non verbal gangguan pencernaan.


muntah

Mengidentifikasi kekurangan /

Timbang BB setiap hari. kebutuhan nutrisi dengan mengetahui

intake dan output klien.

Berikan makanan /minuman sedikit Mengawasi keefektifan rencana diet

tapi sering. Untuk menurunkan rangsang

mual/muntah.

Berikan kebersihan oral sebelum Mulut yang bersih meningkatkan

makan nafsu makan.

Kolaborasi:

Konsul dengan ahli diet sesuai Berguna dalam memenuhikebutuhan

indikasi. nutrisi individu dengan diet yang

paling tepat.

Berikan diet rendah lemak, tinggi serat Memenuhi kebutuhan nutrisi dan

dan batasi makanan penghasil gas. meminimalkan rangsang pada kantung

empedu.

Berikan makanan yang mengandung Meningkatkan pencernaan dan

medium chain triglycerides (MCT) absorbsi  lemak serta vitamin yang

sesuai indikasi. larut dalam lemak.


Monitor laboratorium; albumin, Memberi informasi tentang

protein sesuai program. keefektifan terapi.

Berikan vitamin-vitaminyang larut Vitamin-vitamin tersebut terganggu

dalaam lemak (A, D, E dan K) penyerapannya.

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam

empedu dalam jaringan, ditandai dengan adanya pruritis.

Tujuan : Bayi akan mempertahankan kelembapan kulit yang

ditandai dengan kulit tidak kering, tidak ada pruritus, jaringan kulit

utuh dan bebas lecet

INTERVENSI RASIONAL
Mandikan dengan air hangat sehari Mencegah kulit kering berlebihan dan

dua kali dan di olesi baby cream memberikan penghilang rasa gatal

Pertahankan sprei kering dan bersih Kelembapan meningkatkan pruritus

dan resiko kerusakan kulit

Rubah posisi tidur sesuai jadwal Pengubahan posisi menurunkan

tekanan pada jaringan dan untuk

memperbaiki sirkulasi

Gunting kuku jari hingga pendek, Mencegah dari cidera tambahan pada
berikan sarung tangan bila kulit khususnya bila tidur

memungkinkan

Berikan obat sesuai indikasi Antihistamin dapat mengurangi rasa

(antihistamin) gatal

4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah

Tujuan : Bayi akan mempertahankan keseimbangan cairan dan

elektrolit yang ditandai dengan pengisian kembali dengan kapiler

kurang dari 3 detik, turgor kulit baik, produksi urine 1-

2ml/kgBB/jam

INTERVENSI RASIONAL
Memantau asupan dan cairan bayi Memungkinan evaluasi keseimbangan

perjam(cairan infuse, susu per NGT, cairan bayi dan tindakan lebih lanjut

atau jumlah ASI yang diberikan,

(timbang popok)

Periksa feses tiap hari Mengetahui kadar PH feces untuk

menentukan absorbsi lemak dan

karbohidrat bayi. (PH normal 7-7,5)

Memantau lingkar perut bayi setiap Untuk mendeteksi asites

hari
Observasi tanda-tanda dehidrasi Tanda dehidrasi mengindikasikan

(oliguria, kuilt kering, turgor kulit intervensi segera dalam mengatasai

buruk, ubun-ubun dan mata cekung kekurangan cairan pada bayi

Kolaborasi untuk pemeriksaan Mengevaluasi keseimbangan dan

elektrolit, kadar protein total, albumin, elektrolit

nitrogen urea darah dan kreatinin serta

darah lengkap

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.

Tujuan : meningkatkan pemahaman orang tua tentang perawatan

pada anak yang sakit

INTERVENSI RASIONAL
Jelaskan kepada klien tentang Meningkatkan penngetahuan orangtua

pengobatan  yang diberikan seperti terhadap tindakan pengobatan anaknya

dosis, reaksi dan tujuan pengobatan.

Jelaskan kepada keluarga pentingnya

stimulus pada anak seperti

pendengaran, visual dan sentuhan

Jelaskan kepada orang tua/keluarga Memberikan informasi ntuk

pentingnya monitor adanya muntah, mendapatkan tindakan segea


mual, keram otot, diare, HR yang

tidak teratur.

6. Risiko perubahan pertumbuhan dan perkembangan (gagal tumbuh)

berhubungan dengan penyakit kronis

Tujuan : Bayi akan bertumbuh dan berkembang secara normal

yang ditandai dengan mencapai tahap pertumbuhan dan

perkembangan yang sesuai

INTERVENSI RASIONAL
Berikan stimulus pada bayi yang Stimulasi bayi yang terencana

menekankan pencapaian keterampilan membantu tahap-tahap penting dalam

motorik kasar perkembangan dan membantu

orangtua memiliki ikatan dengan bayi

Jelaskan pada orangtua bahwa bayi Dapat menghilangkan stress pada

mereka dapat saja  tidak mencapai orangtua yang menghadapi masalah

tahap-tahap penting perkembangan dan memberikan informasi penting

dengan kecepatan yang sama seperti tentang cara-cara menstimulasi

pada bayi sehat perkembangan

Sedapat mungkin lakukan intervensi Mengelompokkan intervensi

secara berkelompok memungkinkan bayi beristirahat tanpa

gangguan, istirahat diperlukan untuk

tahap tumbuh kembang bayi


DAFTAR PUSTAKA

Oldham, Keith T.et all (eds); Biliary Atresia at Principles and Practice of Pediatric
Surgery, 4th Edition.

Carpenito, Lynda Juall. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.

Parlin Ringoringo. 1991. Atresia Bilier. Jakarta: Ilmu Kesehatan Anak,FK UI,


RSCM. from: url: http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/15AtresiaBilier086.pdf
/15AtresiaBilier086.html

Widodo Judarwanto. 2010. Atresia Bilier, Waspadai Bila Kuning Bayi Baru Lahir
yang berkepanjangan.  From : url
:http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2010/02/07/atresia-bilier waspadai-
bila-kuning-bayi-baru-lahir-yang-berkepanjangan/

Anda mungkin juga menyukai