Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengalaman nyeri seseorang berseda-beda. Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang
tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya.
Nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan
(IASP,1999). Nyeri sebagai suatu dasar sensasi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan
tubuh dimanifestasikan  sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata,
ancaman atau fantasi luka (Engel,1970).
Setiap individu pasti pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri
merupakan alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Walaupun
merupakan salah satu dari gejala yang paling sering terjadi di bidang medis, nyeri merupakan
salah satu yang paling sedikit dipahami. Individu yang merasakan nyeri merasa menderita
dan mencari upaya untuk menghilangkannya.
Perawat meggunakan berbagai intervensi untuk dapat menghilangkan nyeri tersebut
dan mengembalikan kenyamanan klien. Perawat tidak dapat melihat dan merasakan nyeri
yang dialami oleh klien karena nyeri bersifat subjektif. Tidak ada dua individu yang
mengalami nyeri yang sama dan tidak ada kejadian nyeri yang sama menghasilkan respon
yang identik pada seseorang. Nyeri dapat diekspresikan melalui menangis, pengutaraan, atau
isyarat perilaku. Nyeri yang bersifat subjektif membuat perawat harus mampu dalam
memberikan asuhan keperawatan secara holistic dan menanganinya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
1
 
Tujuan dari penulisan makalah askep ini adalah untuk memberikan asuhan keperawatan yang
maksimal pada klien dengan kasus nyeri.
2
 
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi nyeri
b. Mengetahui teori nyeri
c. Mengetahui stimulus nyeri
d. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
BAB II.
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingatannya,
dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang
dialaminya (Aziz Alimul, 2006). Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
(Tamsuri, 2007).
Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan
meningkatkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. (Judith M.
Wilkinson 2002). Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul
secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya
kerusakan. Serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat
diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6
bulan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional).

B. Fisiologi Nyeri
Munculnya nyeri berkaitan erat dengean reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor
nyeri yang di maksud adalah niciceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang
memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa,
khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung empedu.
3
 
Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi
tersebut dapat berubah zat kimiawi seperti  histamine, bradikinin, prostaglandin, dan macam-
macam asam yang di lepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan
oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik atau mekanis.
4
 

C. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan kronis. Nyeri
akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak
melebihi 6 bulan dan di tandai adanya peningkatan tegangan otot.
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya
berlangsung cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Termasuk dalam kategori nyeri kronis
adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis. Ditinjau dari sifat
terjadinya, nyeri dapat dibagi kedalam beberapa kategori, di antaranya nyeri tersusuk dan
nyeri terbakar.

D. Stimulus Nyeri
Seseorang dapat meneloransi, menahan nyeri (pain tolerance) atau mengenali jumlah
stimulus nyeri sebelum merasakan nyeri (pain tolerance). Terdapat beberapa jenis
stimulus nyeri, di antaranya:
1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya kerusakan
jaringan dari iritasi secara langsung pada reseptor.
2. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya pada edema akibat terjadinya penekanan
pada reseptor nyeri.
3. Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri.
4. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi pada blockade pada arceria koronaria yang
menstimulasi resptor nyeri akibat tumpukan asam laktat.
 
E. Teori Nyeri
Tedapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, di antaranya (Barbara
C.Long, 1989):
1. Teori Pemisahan (Specificity Theory). Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke
medulla spinalis (spinal cord) melalui karnu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior,
kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan berakhir di
korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
2.
5
 
3. Teori Pola (Pattren Theory). Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke
medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu respons yang
merangsan ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan
response dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi di pengaruhi oleh
modalitas respons dari reaksi sel T.
4. Teori Pengendali Gebang (Gate Control Theory). Menurut teori ini, nyeri tergantung
dari kerja serat saraf besar dan kecil yang keduanya berada di dalam akar ganglion doralis.
Rangsangan pada serat besar akan meninggalkan aktivitas subtansia gelatinosa yang
mengakibatkan tutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan
menyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat. Rangsangan serat besar dapat langsung
merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan kedalam medulla spinalis
melalui serat eferen dan reaksinta mempengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil
akan menghambat aktivitas substansi gelatinosa dan membuka pintu mekanisme,sehingga
merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri.
5. Teori transmisi dan inhibisi. Adanya stimulus pada niciceptor  melalui transmisi
impuls-implus saraf, sehingga implus nyeri menjadi efektif oleh neurotransmitter yang
spesifik. Kemudian, inhibisi implus nyeri menjadi efektif oleh implus-implus pada serabut-
serabut besar yang memblok implus-implus pada serabut lamban dan endogen opiate system
supresif.

F. Faktor-Faktor Mempengaruhi Nyeri


Pengalaman nyeri pada seseorang dapat di pengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya
adalah:
1. Arti Nyeri. Nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti
nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan
ini di pengaruhi lingkungan dan pengalaman.
2.
6
 
3. Persepsi Nyeri.Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif tempatnya
pada korteks (pada fungsi evaluasi kognitif). Persepsi ini di pengaruhi oleh faktor yang dapat
memicu stimulasi nociceptor.
4. Toleransi Nyeri. Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi
peningkatan toleransi  nyeri  antara lain alcohol, obat-obatan,hipnotis, gerakan atau
garakan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat dan sebagainya. Sedangkan faktor
yang menurunkan toleransi antara lain kelelahan,rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang
kunjung tidak hilang, sakit, dan lain-lain.
5. Reaksi terhadap Nyeri. Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon seseorang
terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini
merupakan bentuk respon nyeri yang dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor,seperi arti
nyeri, tingkat perspepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya,harapan sosial, kesehatan
fisik dan mental, rasa takut, cemas, usia, dan lain-lain.

G. Cara Mengukur Intensitas Nyeri


Skala nyeri menurut Hayward
Skala Keterangan
0 Tidak nyeri
1-3 Nyeri ringan
4-6 Nyeri sedang
7-9 Sangat nyeri, tetapi masih dapat dikontrol
dengan aktifitas yang biasa dilakukan
10 Sangat nyeri dan tidak bias dikontrol
Skala nyeri menurut McGill
Skala Keterangan
1 Tidak nyeri
2 Nyeri sedang
3 7
 
Nyeri berat
4 Nyeri sangat berat
5 Nyeri hebat

H. Pengkajian
Pengkajian nyeri yang akurat penting untuk upaya pelaksanaan nyeri yang efektif.
Karena nyeri merupakan pengalaman yang subjektif dan dirasakan secara berbeda pada
masing-masing individu, maka perawat perlu mengkaji semua factor yang mempengaruhi
nyeri seperti factor fisiologis, psikologis, perilaku, emosional, dan sosiokultural. Pengkajian
nyeri terdiri atas dua kompenen utama yaitu :
1. Riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien.
2. Observasi langsung pada respons perilaku dan fisiologis klien.
Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap
pengalaman subjektif. Mnemonic untuk pengkajian nyeri.
P Provoking atau pemicu yaitu factor yang memicu timbulnya
nyeri
Q Quality atau kualitas nyeri
R Region atau daerah perjalanan ke daerah lain
S Severity atau keganasan, yaitu intensitasnya
T Time atau waktu, yaitu serangan, lamanya, kekerapan, dan
sebab

I. Etiologi Nyeri         
Adapun Etiologi Nyeri yaitu:
1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya kerusakkan jaringan akibat bedah atau cidera.
2.  Iskemik jaringan.

3. Spasmus otot merupakan  suatu keadaan kontraksi yang tak disadari atau


tak   terkendali, dan sering menimbulkan rasa sakit. Spasme biasanya terjadi pada otot yang
kelelahan dan bekerja berlebihan, khususnya ketika otot teregang berlebihan atau diam
menahan beban pada posisi yang tetap dalam waktu yang lama.
4.
8
 
5. Inflamasi pembengkakan  jaringan  mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dan
juga karena ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia bioaktif lainnya.
6. Post operasi setelah dilakukan pembedahan.

J. Manifestasi Klinis
1.    Gangguam tidur
2.    Posisi menghindari nyeri
3.    Gerakan meng hindari nyeri
4.    Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
5.    Perubahan nafsu makan
6.    Tekanan darah meningkat
7.    Nadi meningkat
8.    Pernafasan meningkat
9.    Depresi

K. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


     1. Non farmakologi
a.    Relaksasi distraksi, mengalihkan perhatian klien terhadap sesuatu
Contoh : membaca buku, menonton tv , mendengarkan musik dan bermain
b.    Stimulaisi kulit, beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain :
1)   Kompres dingin
2)   Counteriritan, seperti plester hangat.
2. Farmakologi adalah obat:
a.    Obat
b.    Injeksi

BAB III
KASUS

A.      Pengakajian
Tanggal Masuk                 : 25 Juni 2014                          Jam : 10.30  WIB
Tanggal Pengkajian          : 26 Juni 2014                          Jam : 06.00  WIB
Ruang                               : Bangsal Bawah ( Safir 5)
Pengkaji                           : Dwi Nugraheni
B. Asuhan Keperawatan
1.      DATA SUBJEKTIF
a.       Identitas Pasien
1)      Nama               : Ny. C
2)      Umur               : 20  tahun
3)      Agama             : Islam
4)      Pendidikan      : SMA
5)      Pekerjaan         : Swasta
6)      Alamat                        : Tanahsari Rt 03, Rw 03, Kebumen
7)      Diagnosa Medis: Appendicitis
b.      Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri di perut kanan bawah .
c.       Riwayat Kesehatan
1)      Riwayat Kesehatan Saat Ini
P: nyeri saat ditekan, Q: nyeri  ditusuk-tusuk  R: Perut kanan bawah, S: Skala nyeri 6, T: ± 2
menit setiap  gerak.
2)      Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien sebelumnya belum pernah sakit sampai di rawat inap di Rumah Sakit.
3)      Riwayat Kesehatan Keluarga
9
 
Dalam keluarga pasien tidak ada penyakit menurun ataupun menular.
d.     
10
 
Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar Virginia Henderson
1)      Pola Oksigenasi:
Sebelum sakit: Pasien bernafas dengan normal RR=20x/mnt, tanpa alat bantu pernafasan.
Saat di kaji: Pasien bernafas dengan normal RR=22x/mnt, tanpa alat bantu pernafasan.
2)      Pola Nutrisi:
Sebelum sakit: Pasien mengatakan makan 3x1 sehari dengan komposisi nasi, sayur dan lauk
pauk. Pasien minum 6-8 gelas perhari jenis air putih, teh, kopi dan kadang-kadang susu.
Saat dikaji: Pasien makan 3x1 sehari hanya menghabiskan ¼ porsi yang diberikan klinik dan
minum ± 2-4 gelas perhari jenis air putih.
3)      Pola Eliminasi :
Sebelum sakit: Eliminasi volume tidak teridentifikasi, warna kuning, lancar,dan tidak ada
kesulitan.
Saat dikaji: Pasien mengatakan BAB lancar.
4)      Pola Aktivitas:
Sebelum sakit: Pasien mengatakan dapat beraktivitas secara mandiri tanpa bantuan orang
lain.
Saat dikaji: Pasien dalam beraktivitas, sebagian dibantu oleh keluarganya.
5)      Pola Istirahat:
Sebelum sakit: Pasien mengatakan biasa tidur ± 7 – 8 jam / hari tanpa ada keluhan di malam
hari.
Saat dikaji: Pasien mengatakan bisa tidur 5-6 jam/hari, kadang-kadang malam tidak bisa tidur
karena merasa sulit tidur.
6)      Pola Berpakaian:
11
 
Sebelum sakit: Pasien dapat berpakaian rapi dan mandiri, tanpa bantuan orang lain. Pasien
mengganti pakaian 2x sehari setelah mandi.
Saat dikaji: Pasien dapat berpakaian dengan bantuan keluarganya.
7)      Menjaga Suhu Tubuh  :
Sebelum sakit: Pasien teraba tidak demam.
Saat dikaji: Pasien teraba tidak demam dengan suhu 360C
8)      Pola Personal Hygiene:
Sebelum sakit: Pasien mandi 2 x sehari pagi dan sore, gosok gigi dan keramas.
Saat dikaji: Pasien diseka 2x sehari oleh keluarganya setiap pagi dan sore. Klien belum
pernah gosok gigi selama di rumah sakit.
9)      Pola Menghindar dari Bahaya:
Sebelum sakit : Pasien selalu waspada jika ada bahaya menimpanya.
Saat dikaji : Pasien mengatakan pasrah dengan keadaannya saat ini.
10)  Pola Komunikasi:
Sebelum sakit: Pasien dapat berkomunikasi dengan lancar menggunakan bahasa jawa atau
bahasa indonesia.
Saat dikaji: Pasien dapat berbicara dengan bahasa Indonesia dengan  lemas.
11)  Pola Spiritual:
Sebelum sakit: Pasien menjalankan shalat lima waktu dan menjalankan ibadah sesuai ajaran
yang dianutnya.
Saat dikaji: Pasien menjalankan ibadah di atas tempat tidur sambil tiduran.
12)  Pola Rekreasi:
12
 
Sebelum sakit: Pasien mengatakan tidak mempunyai kebiasaan rutin untuk rekreasi, pasien
hanya berkunjung ke rumah saudara-saudaranya atau bermain ke rumah tetangganya.
Saat dikaji: Pasien tidak dapat rekreasi.
13)  Pola Bekerja:
Sebelum sakit: Pasien mengatakan dapat bekerja.
Saat dikaji: Pasien mengatakan belum bisa bekerja seperti biasa.
14)  Pola Belajar:
Sebelum sakit: Pasien mengatakan mendapat informasi dari TV atau radio.
Saat dikaji: Pasien mengatakan belum tahu banyak tentang penyakit yang dideritanya.

2.      DATA OBJEKTIF
a.       Pemeriksaan Umum
1)      Keadaan Umum (KU)            : cukup
2)      Kesadaran                   : conposmentis
3)      TD       :100/80            mmHg
4)      N         : 86                  x/mnt
5)      S          : 36                  0C
6)      RR       : 22                  x/mnt
b.      Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi) meliputi fungsi bila merupakan
panca indra.
1)      Kepala       : Bentuk mesochepal, rambut lurus pendek , rambut bersih, tidak ada benjolan.
2)      Muka         : Simetris,terlihat pucat, dan kering.
3)      Mata          : Bentuk simetris, konjungtiva tidak anemis, tidak ada nyeri tekan pada kelopak
mata, warna bola mata hitam. Sclera anikterik, rangsangan cahaya (+).
4)     
13
 
Hidung      : Bentuk simetris, tidak ada polip, tidak ada nyeri tekan, tidak ada sekret.
5)      Mulut        : Bibir kering, gigi agak kotor , gigi berwarna kuning, dan tidak ada nyeri tekan
pada langit-langit mulut, tidak ada pendarahan gusi, dan stomatitis.
6)      Telinga      : Bentuk simetris, tidak ada serumen berlebih, tidak ada infeksi, selama sakit
belum pernah dibersihkan.
7)      Leher         : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada pembesaran vena jugularis.
8)      Dada         : Inspeksi        : bentuk simetris, tidak ada luka 
   Palpasi          : tidak ada nyeri tekan 
   Perkusi         : terdengar bunyi sonor
   Auskultasi    : tidak ada wheezing
9)      Jantung      :  Inspeksi        : simetris
   Palpasi          : tidak ada nyeri tekan 
   Perkusi         : normal
   Auskultasi    : terdengar normal
10)  Paru-paru   :  Inspeksi        : simetris
   Palpasi          : tidak ada nyeri tekan 
   Perkusi         : Resonan/normal
   Auskultasi    : vesikuler
11)  Abdomen  : Inspeksi         :Tidak ada lesi
  Auskultasi     : terdengar peristaltic usus 10xpm
  Palpasi           : nyeri tekan
  Perkusi          : timpani
12)  Extermitas : Terpasang infuse pada tangan kanan
13)  Kulit          : Warna kulit sawo matang, kering, dan turgor kulit cukup.
14)  Genetalia : Terpasang DC.

c.      
14
 
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium     :
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan
Hemoglobin 7,4 g/dl 12-16 g/dl Kurang
3 3
Leukosit 9300/mm 4.800-10.800/mm Cukup
3 3
Trombosit 354.000/mm 150.000-450.000/mm Cukup
Hematokrit 24% 37-47% Kurang
d.      Therapi
Injeksi : Ondansetron  (2X4 mg) / hari
              Ranitidin        (2X50 mg) / hari
              Kalnek           (3x500 mg) / hari
Tablet  : Asam Folat     (3x500 mg) / hari
Infus    : RL 500 ml dengan 20 tpm 
3.      ANALISA DATA
N DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI
O
1 DS: Gangguan rasa Stess dan ketegangan,
Pasien mengatakan nyeri nyaman nyeri iritasi/tekanan saraf,
di perut kanan bawah vasospasme,peningkatan
DO: tekanan intrakranial.
1.   Pasien Terlihat gelisah
dan menangis
2.   Pasien terlihatmenahan
nyeri
3.   Kaji nyeri
 P: Nyeri saat ditekan
&    
     membungkuk
 Q: Nyeri  ditusuk2
 R: Perut kanan bawah
15
 
 S: Skala nyeri 6
 T: ± 2 menit setiap gerak
4.      PERENCANAAN 3. Pasien terlihat
4.       Ajarkan latihan teknik nyaman dengan kepala
relaksasi dan distraksi di tinggikan.

5.      Latih pasien untuk 4. Pasien mau


teknik relaksasi mendengarkan
kembali dan belajar
untuk mandiri
9.   5. Pasien sudah mampu
melakukan relaksasi
distraksi
16
 
sendiri

5.      PELAKSANAAN
N Dx Kep Tanggal Implementa Respon Para
O /Jam si f
1 Ganggua 27 Juni 1.       Mengkaji 1.    KU: cukup
n rasa 2014  /10.3 KU pasien     N = 86x/menit, RR
nyaman 0 WIB dan = 22x/menit
nyeri memonitort
anda-
tandavital 2. P: nyeri saat ditekan
10.33 WIB & membungkuk
2.      Mengkaji  Q: nyeri ditusuk2
nyeri pasien  R: Perut kanan bawah
 S: Skala nyeri 6
 T: ± 2 menit setiap
gerak

3.Pasien mengatakan
10.35 WIB nyaman jika kepala
lebih tinggi
17
3.      Memberika  
n posisi  
10.40 WIB yang
nyaman
dari pasien

10.50 WIB
4.      Mengajarka 4.Pasien mengatakansud
n latihan ah bisa melakukannya
teknik sendiri
relaksasidist
raksi 5.Pasien Kooperatif dan
mau berlatih untuk
5.      Melatih mengurangi nyerinya
pasien dibantu ibunya
untuk
teknik
relaksasi
kembali dan
belajar
untuk
mandiri

6.      EVALUASI
NO Tanggal / Dx Kep Evaluasi Paraf
Jam
1 27 Juni Gangguan rasa nyaman S:Pasien mengatakan
2014 nyeri masih sedikit nyeri
/11.00
WIB O: RR = 20x/menit,
pasien sudah tidak
terlihat gelisah
18
 
  

f.     *  Nyeri
 P: Masih nyeri
jika bergerak
 Q:Nyeri  seperti
ditusuk-tusuk
 R: Perut kanan
bawah
 S:Skala nyeri4
 T:Berulang kali

A:Masalah nyeri
teratasi sebagian

P:
- Mengkaji keluhan
nyeri,mengenai
lokasi, intensitas dan
durasi, perhatikan
petunjuk verbal dan
non verbal
- Mengajarkan
latihan teknik
19
 
relaksasi dan
distraksi kembali
BAB IV

PENUTUP

A.    Kesimpulan
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingatannya,
dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang
dialaminya. Klasifikasi nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan kronis.
Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak
melebihi 6 bulan dan di tandai adanya peningkatan tegangan otot.
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya
berlangsung cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Termasuk dalam kategori nyeri kronis
adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis. Ditinjau dari sifat
terjadinya, nyeri dapat dibagi kedalam beberapa kategori, di antaranya nyeri tersusuk dan
nyeri terbakar.
Munculnya nyeri berkaitan erat dengean reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor
nyeri yang di maksud adalah niciceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang
memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa,
khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung empedu.
B. Saran
1. Bagi mahasiswa diharapakn dengan adanya makalah asuhan keperawtan ini dapat
membantu dalam membuat makalah asuhan keperawtan tentang nyeri, dan memperbanyak
pengetahuan dari berbagai refrensi lainnya.
2. Bagi perawat diharapkan agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tidak
hanya sebagai pemberi asuhan keperawatan namun juga berperan aktif dalam mencegah akan
terjadinya suatu penyakit.
3.
20
 
4. Bagi dunia keperawatan diharapakan kita sebagai tenaga kesehatan mampu
memberikan pelayanan kesehatan semaksimal mungkin, dan meningkatkan kualitas perawat
yang lebih bermutu.
DAFTAR PUSTAKA

Nanda International. 2011. Nursing Diagnoses: Definition & classification 2012-


            2014, Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Tamsuri. 2007. Nursing Outcome Classification (NOC).Jakarta: Mosby Elsevier,


            Academic Press

Aziz. 2006. Nursing Interventions Classification (NIC). Solo: Mosby An


            Affiliate Of Elsefer

Wartonah. 2006.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:


           Salemba Medika.

Wilkinson,judith.2002.Buku Saku Diagnosis Keperawatan NIC NOC Edisi 7.


           Jakarta : EGC

Muhammad,Wahit Iqbal dkk. 2007.Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :


EGC

Anda mungkin juga menyukai