Oleh :
WILLY KENCANA
214120021
B. Etiologi
Menurut Widagdo (2011), penyebab dari demam typhoid adalah salmonella typhi,
termasuk dalam genus salmonella yang tergolong dalam family enterobacteriaceae.
Salmonela bersifat bergerak, berbentuk batang, tidak membentuk spora, tidak
berkapsul, gram (-).Tahan terhadap berbagai bahan kimia, tahan beberapa hari/
minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan makanan kering, bahan farmasi dan
tinja. Salmonela mati pada suhu 54.4º C dalam 1 jam, atau 60º C dalam 15 menit.
Salmonela mempunyai antigen O (stomatik), adalah komponen dinding sel dari
lipopolisakarida yang stabil pada panas, dan anti gen H (flagelum) adalah protein
yang labil terhadap panas. Pada S. typhi, juga pada S. Dublin dan S. hirschfeldii
terdapat anti gen Vi yaitu poli sakarida kapsul.
Menurut Sodikin (2011), penyebab penyakit demamtyphoid adalah jenis salmonella
thyposha, kuman ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Hasil gram negatif yang bergerarak dengan bulu getar dan tidak berspora.
2. yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flagella), dan antigen
Vi. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratoriun pasien, biasanya terdapat zat anti
(aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.
C. Tanda dan gejala
Masa inkubasi demam typhoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala- gejala klinis
yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari asimtomatik
hingga gambaran penyakit yang khas disertai komplikasi hingga kematian.
Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serupa
dengan penyakit infeksi akut lain yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut, batuk dan
epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat. Sifat
demam adalah meningkat perlahan – lahan terutama pada sore hari hingga malam
hari. (Perhimpunan Dokter Spesial Penyakit dalam Indonesia, 2014)
Masa tunas 7-14 hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal ( gejala awal
tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas ) yaitu:
1. Perasaan tidak enak badan
2. Nyeri kepala
3. Pusing
4. Diare
5. Anoreksia
6. Batuk
7. Nyeri otot
8. Muncul gejala klinis yang lain
Salmonella typhi
Saluran pencerrnaan
Hepatomegali Splenomegali
Tukak Splenomegali
Nyeri perabaan Nyeri
Perdarahan dan perforasi Peningkatan suhu
tubuh (Hipertermi)
Nyeri
Kekurangan volume cairan
Keterangan :
a. Kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan dalamlambung oleh
asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus,
ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudiankuman
masuk keperedaran darah (bakterimia primer), dan mencapai sel-selretikulo endoteleal,
hati, limpa dan organ-organ lainnya.
b. Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikuloendoteleal
melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkanbakterimia untuk kedua
kalinya. Selanjutnya kuman masuk kebeberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa,
usus dan kandung empedu.
c. Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks player. Ini terjadi padakelenjar
limfoid usus halus. Minggu ke dua terjadi nekrosis dan pada mingguke tiga terjadi
ulserasi plaks player. Pada minggu ke empat terjadipenyembuhan ulkus yang dapat
menyebabkan pendarahan, bahkan sampaiperforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar-
kelenjar mesentrial dan limpamembesar.
d. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin, sedangkan gejala pada saluranpencernaan
disebabkan oleh kelainan pada usus halus
E. Pemeriksaan Penunjang.
1. Pemeriksaan Laboratorium.
a. Pemeriksaan Leukosit.
Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi
dalam batas normal, malahan kadang terdapat leukositosis, walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT.
Jumlah SGOT dan SGPT akan meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh
dari demam typhoid.
c. Tes Widal.
Tes widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan anti bodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella terdapat dalam serum pasien demam
typhoid, juga pada orang yang pernah ketularan salmonella dan pada orang yang
pernah divaksinasi terhadap demam typhoid. Anti gen yang digunakan pada tes widal
adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksud
tes widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum pasien yang
disangka menderita demam typhoid. Akibat infeksi oleh kuman salmonella, pasien
membuat anti bodi (aglutinin), yaitu:
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh
kuman).
2) Aglutinin H, karena rangsangan antigen H (berasal dari flagela kuman).
3) Aglutinin Vi, karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan
titernyauntuk diagnosis. Makin tinggi titernya, makin besar kemungkinan pasien
menderita demam typhoid. Pada infeksi yang aktif, titer uji widal akan meningkat
pada pemeriksaan ulang yang dilakukan selang paling sedikit 5 hari.
d. Biakan Darah.
Biakan darah positif memastikan demam typhoid, tetapi biakan darah negatif tidak
menyingkirkan demam typhoid, karena pada pemeriksaan minggu pertama penyakit
berkurang dan pada minggu-minggu berikutnya pada waktu kambuh biakan akan
positif lagi.
F. Komplikasi
Menurut sodikin (2011) komplikasi biasanya terjadi pada usus halus,namun haal
tersebut jarang terjadi. Apabila komplikasi ini terjadi pada seorang anak, maka dapat
berakibat fatal. Gangguan pada usus halus dapat berupa :
a. Perdarahan usus
Apabila perdarahan terjadi dalam jumlah sedikit, perdarahan tersebut hanya
dapat ditemukan jika dilakukan pemeriksaan feses dengan benzidin, jika
perdarahan banyak maka dapat terjadi melena yang bisa disertai nyeri perut
dengan tanda- tanda renjatan. Perforasi usus biasanya timbul pada minggu
ketigaatau setelahnya dan terjadi pada bagian usus distal ileum.
b. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat
udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara
diantara hati dan diafragma pada foto rontgen abdomen yang dibuat dalam
keadaan tegak.
c. Peritonitis
Peritonitis biasanya menyertai perforasi, namun dapat juga terjadi tanpa
perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut seperti nyeri perut yang hebat,
dinding abdomen tegang (defebce musculair) dan nyeri tekan.
d. Komplikasi diluar usus
Terjadi lokalisasi peradangan akibat sepsis (bacteremia), yaitu meningitis,
kolesistisis, ensefalopati, dan lain – lain. Komplikasi diluar usus ini terjadi
karena infeksi sekunder, yaitu bronkopneumonia.
G. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian dasar pasien menurut Aziz Alimul H (2006: 128)
1) Usia Diderita oleh usia anak-anak dan usia dewasa, pada usia anak
kebanyakan diderita dengan usia 3-10 tahun, pada usia dewasa diderita pada
umur 18-30 tahun.
2) Jenis kelamin Perempuan mayoritas yang sering terkena penyakit ini, karena
kekebalan tubuh perempuan lebih rendah dibanding laki-laki.
3) Riwayat penyakit sekarang propokatif) : Peningkatan suhu tubuh bisa
disebabkan adanya proses implementasi pada saluran pencernaan. (Quality) :
Peningkatan suhu tubuh mempengaruhi aktivitas sehari-hari tubuh menjadi
lemas. R (Region) : Panas dirasakan di daerah frontal. S (Scale) : Suhu tubuh
dalam derajat 36-41.
4) Time : Peningkatan suhu tubuh yang muncul pada sore dan malam hari.
5) Riwayat keluarga Penyakit ini bukan penyakit keturunan melainkan penyakit
yang menular karena penyebabnya adalah bakteri.
6) Aktifitas/istirahat Kelemahan, kelelahan, malaise, insomnia, gelisah.
7) Sirkulasi: denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi menjadi cepat juga,
kemerahan, TD hipotensi.
8) Integritas ego Cemas, takut, rewel, emosi, kesal.
9) Sistem pencernaan Membran mukosa kering, saliva encer, lidah tampak
kotor, perut kembung, mual/muntah,penurunan BB, turgor buruk.
10) Sistem saraf pusat Kesadaran menurun sampai apatis, samnolen dan kadang-
kadang sampai stupor, koma.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermi berhubungan dengan adanya proses infeksi
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan denganintake
yang tidak adekuat
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang ramai
4) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurangnya
intakecairan dan peningkatan suhu tubuh
c. Intervemsi Keprawatan
No Diagnosa Tujuan
. Keperawata Intervensi Keperawatan Rasional
n
1. Hipertermi Mempertahank 1. Kaji atau pantau 1. Suhu tubuh 38,9⁰C - 41,1⁰C
berhubunga an suhu tubuh suhu tubuh. menunjukan proses penyakit infeksius
n dengan akut.
adanya 2. Untuk mengurangi demam.
proses 3. Untuk mengurangi demam.
infeksi 2. Beri kompres 4. Supaya dapat menyerap keringat.
hangat.
5. Untuk mengurangi demam klien
3. Anjurkan untuk
banyak minum.
4. Anjurkan untuk
memakai baju yang
tipis.
5. Kolaborasi obat
anti piretik sesuai
indikasi.
3. Batasi makanan
yang dapat
5. Untuk menambah nafsu makan klien
menyebabkanabdo
men
6. Membantu menurunkan kelemahan
selamawaktu makan dan memberikan
4. Awasi pemasukan kesempatanmenigkatkan masukan kalori
makanan, tota
berikanmakanan
sedikit tapi sering
5. Libatkan keluarga
dalam
perencanaanmakan
an sesuai indikasi
6. Anjurkan istirahat
sebelum makan