Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan penduduk yang
tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen, dan corak kehidupan yang materialistik.
Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan mencakup peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif) dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif) serta mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu,
keluarga dan kelompok masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakat (resosialitatif). Dewasa
ini, penyakit batu saluran kemih menjadi salah satu kasus yang membutuhkan perhatian perawat
dalam pemberian asuhan keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan karena prevalensinya di
Indonesia yang terus meningkat (Nurlina, 2008). Batu saluran kemih adalah terbentuknya batu
yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya
berlebihan atau karena faktor lain yang mempengaruhi daya larut substansi (Nurlina, 2008). Batu
saluran kemih yang muncul dapat disebabkan oleh faktor instrinsik dan ekstrinsik. Faktor
ekstrinsik yang paling mempengaruhi adalah faktor gaya dan pola hidup masyarakat terutama
mayarakat kota. Pola hidup masyarakat kota cenderung statis dan praktis. Pola hidup dikatakan
statis karena masyarakat kota cenderung kurang aktivitas/gerak dan mobilitas dibantu dengan
mesin seperti kendaraan bermotor dan eskalator. Pola hidup dikatakan praktis karena masyarakat
kota memiliki tuntutan untuk bekerja efisien dalam kehidupan sehari-hari sehingga
membutuhkan hal-hal yang praktis, termasuk didalamnya kepraktisan untuk mengakses makanan
dan minuman cepat saji (fastfood). Pada orang yang dalam pekerjaannya kurang gerakan fisik,
kurang olahraga, dan menderita stres lama sering mengalami batu saluran kemih (Muslim, 2007).
Faktor pola minum yang memicu timbulnya batu saluran kemih antara lain kurang meminum air
putih, banyak mengkonsumsi jus tomat, anggur, apel, vitamin C dan soft drink, sementara
banyak mengkonsumsi teh, kopi, susu dan jus jeruk mengurangi kemungkinan terbentuknya batu
saluan kemih. Makanan yang mempengaruhi kemungkinan terbentuknya batu saluran kemih
antara lain terlau banyak protein hewan, lemak, kurang sayur, kurang buah, dan tingginya
konsumsi fastfood/junkfood. Mengkonsumsi suplemen makanan dan obat-obatan tertentu juga
dapat memicu terbentuknya batu saluran kemih. Sering menahan BAK dan kegemukan juga
dapat menaikkan kemungkinan terkena batu saluran kemih (Muslim, 2007). Gaya hidup
masyarakat kota seperti disebutkan dalam paragraf ini mempengaruhi terbentuknya batu saluran
kemih.

2.1 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep Teori Batu Saluran Kemih ?

2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Batu Saluran Kemih ?

3.1 Tujuan

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaiman konsep teori Batu Saluran Kemih

2. Agar mahasiswa dapat mengetahui Asuhan Keperawatan Batu Saluran Kemih


BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Batu Saluran Kemih

2.1.1 Defenisi

Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder yang menghantarkan urin dari
ginjal menuju kandung kemih. Panjang ureter adalah sekitar 20-30 cm dengan diameter
maksimum sekitar 1,7 cm di dekat kandung kemih dan berjalan dari hilus ginjal menuju kandung
kemih (Fillingham dan Douglass, 2000). Ureter dibagi menjadi pars abdominalis, pelvis,dan
intravesikalis (Brunner dan Suddarth, 2003). Batu saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa
keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri,
perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi (Sja’bani, 2006). Batu ini bisa terbentuk di
dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses
pembentukan batu ini disebut urolitiasis. Batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak
zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi
(Muslim, 2007). Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari
sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan ureter. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal
kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian
bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu
uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli
ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis
serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi (Brunner
dan Suddarth, 2003).

2.1.2 Etiologi

Penyebab terbentuknya batu saluran kemih bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan
garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih kekurangan penghambat
pembentuka batu yang normal (Sja’bani, 2006). Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium, sisanya
mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat, sistin dan mineral struvit (Sja’bani, 2006).
Batu struvit (campuran dari magnesium, amonium dan fosfat) juga disebut batu infeksi karena
batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang terinfeksi (Muslim, 2007). Ukuran batu
bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang sampai yang sebesar 2,5
sentimeter atau lebih. Batuyang besar disebut kalkulus staghorn. Batu ini bisa mengisi hampir
keseluruhan pelvis renalis dan kalises renalis

a. Faktor Endogen .

Brunner dan Sudarth (2003) dan Nurlina (2008) menyebutkan beberapa faktor yang
mempengaruhi pembentukan batu saluran kemih, yaitu: Faktor genetik, familial, pada
hypersistinuria, hiperkalsiuria dan hiperoksalouria.

b. Faktor Eksogen

Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan mineral dalam air minum.

Muslim (2007) menyebutkan beberapa hal yang mempengaruhi pembentukan saluran kemih
antara lain:

a. Infeksi Infeksi Saluran Kencing (ISK) dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan
akan menjadi inti pembentuk batu saluran kemih. Infeksi bakteri akan memecah ureum
dan membentuk amonium yang akan mengubah pH Urine menjadi alkali. Asuhan
keperawatan ..., Nova Indrawati, FIK UI, 2013
b. Stasis dan Obstruksi Urine Adanya obstruksi dan stasis urine pada sistem perkemihan
akan mempermudah Infeksi Saluran Kencing (ISK).
c. Jenis Kelamin Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita dengan perbandingan
3:1
d. Ras Batu saluran kemih lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia.
e. Keturunan Orang dengan anggota keluarga yang memiliki penyakit batu saluran kemih
memiliki resiko untuk menderita batu saluran kemih dibanding dengan yang tidak
memiliki anggota keluarga dengan batu saluran kemih.
f. Air Minum Faktor utama pemenuhan urine adalah hidrasi adekuat yang didapat dari
minum air. Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi
kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua
substansi dalam urine meningkat.
g. Pekerjaan Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya
batu dari pada pekerja yang lebih banyak duduk.
h. Suhu Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan panas sehingga
pengeluaran cairan menjadi meningkat, apabila tidak didukung oleh hidrasi yang adekuat
akan meningkatkan resiko batu saluran kemih.
i. Makanan Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani, kalsium, natrium
klorida, vitamin C, makanan tinggi garam akan meningkatkan resiko pembentukan batu
karena mempengaruhi saturasi urine.

2.1.3 Patofisiologi

a. Teori Intimatriks Sja’bani (2006) meyebutkan terbentuknya batu saluran kencing


memerlukan adanya substansi organik sebagai inti. Substansi ini terdiri dari
mukopolisakarida dan mukoprotein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi
substansi pembentukan batu.
b. Teori Supersaturasi Sja’bani (2006) menyebutkan erjadi kejenuhan substansi pembentuk
batu dalam urine seperti sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah
terbentuknya batu.
c. Teori Presipitasi-Kristalisasi Sja’bani (2006) menyebutkan perubahan pH urine akan
mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine. Urine yang bersifat asam akan
mengendap sistin, santin dan garam urat, urine alkali akan mengendap garam-garam
fosfat.
d. Teori Berkurangnya Faktor Penghambat (Muslim, 2007)Berkurangnya faktor penghambat
seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat magnesium, asam mukopolisakarida akan
mempermudah terbentuknya batu saluran kemih.

2.1.4 Manifestasi Klinis

Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam kandung kemih
bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis
maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang
hebat). Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara
tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah
dalam (Brunner dan Suddarth, 2003). Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut
menggelembung, demam, menggigil dan darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi
sering berkemih, terutama ketika batu melewati ureter. Batu bisa menyebabkan infeksi saluran
kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang
terkumpul diatas penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung
lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang
akan menggelembungkan ginjal. Menurut Fillingham dan Douglass (2000), ketika batu
menghambat dari saluran urin, terjadi obstruksi, meningkatkan tekanan hidrostatik. Bila nyeri
mendadak terjadi akut disertai nyeri tekan disaluran osteovertebral dan muncul mual muntah
maka klien sedang mengalami episode kolik renal. Diare, demam dan perasaan tidak nyaman di
abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat refleks dan proxsimitas anatomik ginjal
kelambung, pangkereas dan usus besar. Batu yang terjebak dikandung kemih menyebabkan
gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik yang menyebar kepala obdomen dan genitalia. Klien
sering merasa ingin kemih, namun hanya sedikit urin yang keluar, dan biasanya mengandung
darah akibat aksi abrasi batu gejala ini disebabkan kolik ureter. Pada laki-laki nyeri khas terasa
menyebar di sekitar testis, sedangkan pada wanita nyeri terasa menyebar di bawah kandung
kemih (Ganong (1992) dan Brunner dan Sudarth (2003)). Umumnya klien akan mengeluarkan
batu yang berdiameter 0,5 sampai dengan 1 cm secara spontan. Batu yang berdiameter lebih dari
1 cm biasanya harus diangkat atau dihancurkan sehingga dapat dikeluarkan secara spontan dan
saluran urin membaik dan lancar. ( Brunner and Suddarth. 2001).

2.1.5 Pemeriksaan Penunjang

Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien batu saluran kemih adalah
(American Urological Association, 2005) :

1. Urinalisa Warna kuning, coklat atau gelap. : warna : normal kekuning-kuningan,


abnormal merah menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis,
tumor,kegagalan ginjal). pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin
dan batu asam urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu
kalsium fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin
mungkin meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing , BUN hasil
normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk
mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar perkiraan
Glomerular Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah dalam
saluran pencernaan status katabolik (cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil normal laki-
laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk
memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. Abnormal
(tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada
ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
2. Laboratorium
a. Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
b. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang
reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.

3. Foto KUB (Kidney Ureter Bladder) Menunjukkan ukuran ginjal, ureter dan bladder serta
menunjukan adanya batu di sekitar saluran kemih.

4. Endoskopi ginjal Menentukan pelvis ginjal, dan untuk mengeluarkan batu yang kecil.

5. USG Ginjal Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.

6. EKG (Elektrokardiografi) Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan


elektrolit.

7. Foto Rontgen Menunjukan adanya batu didalam kandung kemih yang abnormal,
menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang
ureter.

8. IVP (Intra Venous Pyelografi ) Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih,


membedakan derajat obstruksi kandung kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan
abnormal otot kandung kemih dan memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti
penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur
anatomik (distensi ureter).

9. Pielogram retrograd Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih.
Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi intravena atau
pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24 jam untuk mengukur
kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, dan volume total merupakan upaya dari diagnostik.
Riwayat diet dan medikasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih
dalam keluarga di dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya
batu kandung kemih pada klien.

2.1.6 Penatalaksanaan

Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis


batu, mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi infeksi, serta mengurangi obstruksi akibat
batu (Sja’bani, 2006). Cara yang biasanya digunakan untuk mengatasi batu kandung kemih
adalah terapi konservatif, medikamentosa, pemecahan batu, dan operasi terbuka.

a. Terapi konservatif

Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter kurang dari 5 mm. Batu ureter yang
besarnya kurang dari 5 mm bisa keluar spontan (Fillingham dan Douglass, 2000). Untuk
mengeluarkan batu kecil tersebut terdapat pilihan terapi konservatif berupa (American
Urological Association, 2005):

1. Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari

2. α - blocker

3. NSAID

Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran batu syarat lain untuk terapi
konservatif adalah berat ringannya keluhan pasien, ada tidaknya infeksi dan obstruksi. Adanya
kolik berulang atau ISK menyebabkan konservatif bukan merupakan pilihan. Begitu juga dengan
adanya obstruksi, apalagi pada pasien-pasien tertentu (misalnya ginjal tunggal, ginjal trasplan
dan penurunan fungsi ginjal ) tidak ada toleransi terhadap obstruksi. Pasien seperti ini harus
segera dilakukan intervensi (American Urological Association, 2005).

b. Extracorporal Shock Wave Lithotripsy ( ESWL ) ESWL banyak digunakan dalam


penanganan batu saluran kemih. Badlani (2002) menyebutkan prinsip dari ESWL adalah
memecah batu saluran kemih dengan menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan
oleh mesin dari luar tubuh. Gelombang kejut yang dihasilkan oleh mesin di luar tubuh
dapat difokuskan ke arah batu dengan berbagai cara. Sesampainya di batu, gelombang
kejut tadi akan melepas energinya. Diperlukan beberapa ribu kali gelombang kejut untuk
memecah batu hingga menjadi pecahan-pecahan kecil, selanjutnya keluar bersama
kencing tanpa menimbulkan sakit.
c. Ureterorenoskopic (URS) Pengembangan ureteroskopi sejak tahun 1980 an telah
mengubah secara dramatis terapi batu ureter. Kombinasi ureteroskopi dengan pemecah
batu ultrasound, EHL, laser dan pneumatik telah sukses dalam memecah batu ureter.
Keterbatasan URS adalah tidak bisa untuk ekstraksi langsung batu ureter yang besar,
sehingga diperlukan alat pemecah batu seperti yang disebutkan di atas. Pilihan untuk
menggunakan jenis pemecah batu tertentu, tergantung pada pengalaman masing-masing
operator dan ketersediaan alat tersebut.
2.1.6 Gambar Hasil Pemeriksaan Fisik
1. Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : * Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan
bersuhu tinggi
* Keterbatasan aktivitas / mobilisasi sehubungan dengan kondisi
sebelumnya (contoh penyakit tak sembuh, cedera medulla spinalis.
b. Sirkulasi
Tanda : Peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal Ginjal)
Kulit kemerahan dan hanga; pucat.

C. Eliminasi

Gejala : ●Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalukulus)

●Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh.

● Rasa terbakar, dorongan berkemih

● Diare

Tanda : ● Olisuria, hematuria, piuria

● Perubahan pola berkemih


d. Makanan / cairan

Gejala : ● Mual / muntah, nyeri tekan abdomen


● Diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan / atau fosfat
● Ketidakcukupan pemasukan cairan; tidak minum air dengan cukup
Tanda : ● Distensi abdominal, penurunan / tak adanya bising usus
● Muntah
e. Nyeri / Kenyamanan
Gejala ●Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi
batu, contoh pada panggul di region sudut kostovertebral, dapat
menyebar kepunggung, abdomen, dan turun ke lipat paha/genetalia.
Nyeri dongkal konstan menunjulkkan kalkulus ada di pelvis atau
kalkulus ginjal.
● Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan
posisi atau tindakan lain
Ronda : ● Melindungi ; perilaku distraksi
● Nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi
f. Keamanan
Gejala : ● Penggunaan alcohol
● Demam, menggigil
g. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : ● Riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, cout, ISK
kronis Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatinoklisme Asuhan keperawatan ..., Nova Indrawati, FIK UI,
●Penggunaan antibiotic, antihipertensi, natrium bikarbonat, alupurinol,
fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BATU SALURAN KEMIH

2.1.7 PENGKAJIAN
2.1.7.1 Informasi Umum

Nama : Tn. I.M.P.

Usia : 31 tahun

Tanggal Lahir : 12-06-1982

Jenis Kelamin : laki-laki Suku Bangsa : Indonesia

Pekerjaan : TNI

Tanggal Masuk : 29-05-2013

Waktu : 12.30 WIB

Dari : Poli bedah

Sumber Informasi : klien, keluarga, dan rekam medic

Diagnosa medis : Batu Saluran Kemih

2.1.7.2 Riwayat Penyakit Sekarang

Klien mengatakan sering merasakan nyeri skala 5 di pinggang sebelah kanan


sejak akhir tahun 2011. Saat BAK sering terasa nyeri dan BAK tidak tuntas. Ada
keluhan BAK menetes di akhir. Tahun 2012 klien memiliki riwayat BAK
berdarah, terasa nyeri skala 5. BAK berdarah hanya terjadi sekali itu saja. Skala
nyeri saat pengkajian 4-5 dari 10.

2.1.7.3 Riwayat Penyakit dahulu

Klien memiliki riwayat Asma sejak masih SD dan memiliki riwayat malaria. Klien
pernah dirawat karena malaria pada tahun 2006. Klien mengatakan sebelumnya
tidak memiliki riwayat sakit ginjal atau infeksi saluran kemih. Tahun 2012 kemih
berdarah sakala nyeri 5 dari qo. Keluarga juga tidak ada yang memiliki riwayat
penyakit ginjal atau batu saluran kemih.
2.1.7.4 Aktivitas/Istirahat

• Gejala ( Subyektif )

Klien bekerja sebagai TNI dengan pangkat Kapten. Klien mengatakan sedikit
bergerak dan akhir-akhir ini lebih sering duduk di meja di dalam ruangan ber-
AC. Aktivitas/hobi yang disukai adalah membaca dan menonton tv. Klien
mengatakan keterbatasan karena nyeri di pinggang saat melakukan aktivitas.
Klien mengatakan tidak menggunakan alat bantu dalam beraktivitas. Lama
istirahat klien 6-8 jam/malam dan tidak pernah tidur siang. Klien mengatakan
terkadang mengalami insomnia karena nyeri yang dirasakan atau karena
rangsangan ingin pipis. Terkadang muncul rasa ingin pipis namun tidak pernah
tuntas dan menetes di akhir.“ Setelah dilakukan URS Litotripsi klien juga
merasakan sedikit nyeri sakit area genital (testis).

• Tanda ( Obyektif )

Kesadaran klien compus mentis. Respon terhadap aktifitas yang terobservasi :


Berhati – hati saat bergerak karena takut luka operasi berdarah/sakit. Hasil
pengkajian neuromuskular massa/tonus otot sebanding/ tegap secara bilateral.
Postur tubuh klien tegap dan rentang gerak sempurna. Kekuatan otot sama pada
keempat ekstremitas.

2.1.7.5 Sirkulasi

• Gejala ( Subyektif )

Klien mengatakan terkadang jantung terasa berdebar. Klien mengatakan tidak


memiliki riwayat penyakit gula ataupun hipertensi. Klien mengatakan mulai
jarang berolahraga dan tidak suka minum air putih terlalu banyak. Terdapat
perubahan frekuensi berkemih yaitu menjadi lebih sering namun sedikit dan
BAK terasa sakit.
• Tanda ( Obyektif )

Pemeriksaan tanda vital klien: TD berbaring 110/70 mmHg, frekuensi nadi


radialis 80 x/menit, kuat dan teratur. Hasil auskultasi paru tidak ada ronkhii.
Pada ekstremitas teraba hangat. Suhu tubuh 360C. Warna kulit klien sawo
matang, tidak pucat, pengisian kapiler: ± 2 detik. Kuku jari bersih dan
normal. Penyebaran rambut merata, rambut kasar sampai mata kaki, ada
bulu pada ibu jari. Warna wajah dan lengan kemerahan sehat, mukosa bibir
berwarna pink , punggung kuku melengkung baik, kongjungtiva tidak
anemis dan sklera tidak ikterik.

2.1.7.6 Integritas Ego

• Gejala ( Subyektif )

Saat ini klien mengatakan tidak merasakan stres yang berarti. Kondisi yang
dialami sekarang dilalui dengan banyak berdoa dan berdzikir. Klien tidak
memikirkan masalah finansial karena ditanggung oleh dinas. Klien sudah
menikah dan beragama Islam. Gaya hidup menengah keatas. Klien
mengatakan yang dicemaskan saat ini adalah masalah operasi dan apa saja
penyebab batu ginjal yang dialami

• Tanda ( Obyektif )

Status emosi klien gelisah, kekhawatiran terhadap operasi yang dijalankan


muncul, respon psikologis yang terobservasi adalah eskpresi wajah menahan
nyeri dan sedikit cemas. Ansietas klien termasuk skala ringan karena masih
terorientasi dengan waktu, tempat, dan orang.

2.1.7.7 Eliminasi

• Gejala ( Subyektif )

Klien mengatakan buang air besar hampir setiap pagi, tidak ada gangguan.
BAB terakhir kemarin pagi, konsistensi l embek warna kuning tua. Tidak
ada perdarahan. Klien mengatakan tidak memiliki riwayat hemoroid dan
konstipasi. Penggunaan laksatif harian tidak pernah. Pola BAK klien sekitar
4-6 x/hari. Karakter urin: kuning jernih, namun pernah berdarah sekali lalu
tidak muncul lagi. Sebelum tindakan URS Litotripsi klien mengatakan ada
sensari nyeri seperti terbakar saat BAK. BAK menetes di akhir sering tidak
tuntas. Sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit kandung kemih atau
ginjal. Tidak ada penggunaan diuretik.

• Tanda ( Obyektif )

Saat pemeriksaan abdomen, tidak didaptkan nyeri tekan abdomen. Abdomen


lunak dan elastis. Terdapat bising usus aktif (8-9x/menit) di keempat
kuadran. Tahun 2012 riwayat hematuria dan sejak saat itu terasa perubahan
pola BAK. BAK menjadi lebih sering dan tindak tuntas. Saat berkemih
terasa nyeri skala 4-5 dari 10, urin menetes, berwarna kuning keruh. Saat
berkemih berdarah skala nyeri 5 dari 10. Setelah URS Litotripsi skala nyeri
5 dari 10.

2.1.7.8 Cairan / Makanan

• Gejala ( Subyektif )

Klien mengatakan makanan kesukaan adalah ikan dan nugget. Klien


mengatakan gemar meminum teh dan minuman bersoda. Klien makan 3 kali
sehari. Saat dirumah sakit pola diit mengikuti aturan rumah sakit. Makan
pagi: Roti, buah/bubur sumsum, sayur,daging. Makan siang: nasi, sayur,
daging, buah. Makan Malam: nasi, sup, daging, buah. Klien mengatakan
selalu nafsu makan, tidak ada mual dan muntah ataupun keluhan nyeri ulu
hati. Klien tidak memiliki alergi makanan. Klien tidak memiliki kesulitan
mengunyah dan menelan. Gigi masih utuh dan bersih.

• Tanda ( Obyektif )

Berat badan klien 68 kg dan tinggi badan 166 cm. IMT 24,67 dalam batas
normal. Postur tubuh tegap berisi. Turgor kulit baik dan elastis. Penampilan
lidah pink. Membran mukosa pink utuh. Kondisi gigi dan gusi utuh dan
baik, tidak ada perdarahan gusi. Bising usus: aktif pada keempat kuadran.
2.1.7.9 Higiene

• Gejala ( Subyektif )

Aktivitas sehari-hari klien dilakukan mandiri, saat sakit dan setelah


menjalani operasi dibantu oleh istri.

• Tanda ( Obyektif )

Penampilan umum klien bersih, rapi, rambut dicukur pendek, cara


berpakaian rapi dan bersih. Tidak ada bau badan. Kondisi kuku dan kepala
bersih. Tidak ditemukan kutu.

2.1.7.10 Neurosensori

• Gejala ( Subyektif )

Klien mengatakan tidak merasa pusing dan tidak merasa kebas pada
ekstremitas.Penglihatan baik, pendengaran baik, indera pembau baik.

• Tanda ( Obyektif )

Tidak ada perdaraha pada hidung, indera bembau tidak bermasalah, status
mental sadar, terorientasi terhadap waktu, tempat, orang. Afek bicara jelas
dan koheren. Reaksi pupil mata positif, tidak menggunakan kacamata. Tidak
menggunakan alat pendengaran. Kekuatan genggaman sama antara kiri dan
kanan dan sensitif terhadap sentuhan.

2.1.7.11 Nyeri

• Gejala ( Subyektif )

Sebelum URS Litotripsi klien merasakan nyeri pada pinggang kanan dan
nyeri saat ingin dan sedang berkemih. Nyeri seperti terbakar, skala 5 dan
hilang saat beristirahat. Muncul saat ingin berkemih. Setelah operasi nyeri
muncul di alat genitalia (testis), namun bila menarik napas nyeri dapat
hilang.
• Tanda ( Obyektif)

Sebelum URS Litotripsi: Nyeri di area pinggang dan testis, nyeri menyebar,
skala 5 dari 10, nyei hilang saat beritirahat dan muncul saat ingin berkemih.
Klien tampak menjaga area yang sakit, berhati-hati saat tidur dan bangun
tidur, berhati-hati saat menoleh dan beraktivitas serta ekspresi wajah terlihat
kesakitan dan menjaga area yang sakit. Respon emosi masih terkendali dan
sabar.

2.1.7.11 Pernapasan

• Gejala ( Subyektif)

Klien mengatakan tidak ada keluhan batuk, sesak napas, dan riwayat TB
ataupun bronkitis dan pneumonia. Tidak ada alat bantu pernapasan.

• Tanda ( Obyektif)

Frekuensi pernapasan: 12 x/menit. Kedalaman baik, pengembangan dada


simentris, auskultasi tidak ada ronkhii, tidak ada wheezing, tidak ada
sianosis, tidak ada jari tabuh. Fungsi mental/kegelisahan: Sadar terorientasi
dan tegang, wajah terlihat gelisah

2.1.7.12 Keamanan

• Gejala ( Subyektif )

Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi. Tidak ada riwayat fraktur
dan dislokasi. Tidak ada masalah penglihatan dan pendengaran.

• Tanda ( Obyektif )

Suhu: 36º C. Integritas kulit baik dan tidak ada jaringan parut di ekstremitas
kulit. Kekuatan sama pada semua ekstremitas. Tonus otot baik, rentang
gerak maksimal.
2.1.7.13 Interaksi Sosial

• Gejala ( Subyektif )

Klien sudah menikah kurang lebih 6 tahun, memiliki satu anak. Perilaku
koping klien dengan membicarakan masalah pada istri.

• Tanda ( Obyektif )

Bicara jelas dan dapat dimengerti. Komunikasi verbal/non-verbal dengan


istri dan keluarga.

2.1.7.14 Penyuluhan /Pembelajaran

• Gejala ( Subyektif )

Bahasa yang dominan digunakan yaitu Bahasa Indonesia. Klien melek huruf
dengan pendidikan terakhir strata satu. Klien mengatakan tidak tahu apa saja
yang bisa dimakan dan minum untuk mencegah batu ginjal. Klien
menanyakan teknik dan situasi dari prosedur pembedahan atau operasi yang
akan dialami.

Riwayat keluhan terakhir:

Sejak akhir tahun 2011 klien mengalami nyeri saat BAK, pinggang dan
testis terasa sakit. Akhirnya klien berobat ke RS. Klien berobat jalan dimana
diberikan obat untuk menghancurkan batu ginjal, tetapi tidak berhasil.
Direncanakan akan dilakukan pengobatan namun peralatan di tempat tinggal
klien terbatas sehingga mendatangi RSPAD Gatot Soebroto dan selanjutnya
direncanakan operasi.
2.8 Data Penunjang

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Interpretasi


Hemaglobin 15,5 13-18 g/dl Normal
Hematokrit 46 40-52% Normal
Eritrosit 5,2 4,3-6,0 juta/ml Normal
Leukosit 11010 4800-10800 Meningkat
Trombosit 217000 150.000-400.000 Normal
PT Kontrol 12,6 Detik Normal
PT. Pasien 10,8 9,8-12,8 Normal
APTT Kontrol 34,0 Detik Normal
APTT Pasien 44,6 22-29 detik Meningkat
SGOT 40 0-40 Meningkat
SGPT 91 0-41 Meningkat
Ureum 26 0-5 mg/dl Normal
Kreatinin 1,1 0,5-1,5 Normal
Asam Urat 6,4 3,4-7,0 Normal
GDS Sewaktu 86 < 140mg/dl Normal
Natrium 144 125-147 mmoL Normal
Kalium 3,8 3,5-5,0 mmoL Normal
Klorida 93 95-105 mmoL Menurun
Ph Urine 6,6 4,6-8,0 Normal
Berat Jenis Kelamin 1015 1010-1030 Normal
Protein Urine (Negative) (Negative) Normal

2.9 Analisa Data


2.9.1 Data Fokus

Data Subyetik

• Klien mengatakan nyeri pada pinggang kanan sejak akhir tahun 2011

• Klien mengatakan skala nyeri sedang (4-5)

• Klien mengatakan ketika berkemih seperti terbakar

• Klien mengatakan berkemih sering namun tidak tuntas dan menetes diakhir

• Klien mengatakan jarang minum air putih, gemar minum teh dan minuman bersoda

• Klien mengatakan lebih sering berada di meja dalam ruangan ber AC

• Klien mengatakan mulai jarang berolahraga

• Klien mengatakan makanan kesukaan adalah ikan dan nugget.

• Klien mengatakan tahun 2012 pernah berkemih dan berdarah, saat itu skala nyeri 5
dari 10.

• Klien mengatakan cemas akan tindakan operasi yang akan dijalankan

• Klien mengatakan tidak tahu apa saja yang bisa dilakukan agar tidak terkena batu
ginjal

• Klien mengatakan mengantuk setelah operasi, pusing bila mengangkat kepala

Data Obyetik

• Klien terlihat kesakitan, ekspresi menahan nyeri, setelah operasi masih merasakan
nyeri disekitar genitalia

• Klien terlihat cemas

• Skala nyeri 4-5 dari 10

• Perubahan pola berkemih: dysuria

• Riwayat hematuria tahun 2012


• Klien terlihat melindungi area yang sakit

• Klien terpasang IVFD RL : 20 tpm

• Klien terlihat gelisah dan wajah tegang

• Kecemasan skala ringan karena masih terorientasi dengan waktu, tempat, dan orang.

• Hasil Observasi TTV TD : 110/70 mmHg, S=36 0 N = 80x/menit, RR = 12 x/menit C

• Hasil pemeriksaan lab tanggal 14 Mei 2013 - Leukosit = 11.010 / ul - SGOT/SGPT =


40/91

• Hasil pemeriksaan BNO IVP dan USG Abdomen: Batu ureter distal dextra

• Penatalaksanaan URS Litotripsi tanggal 30 Mei 2013

• Anestesi spinal

• Tidak ada perdarahan post URS Litotripsi

• Perencanaan pulang post op tanggal 31 Mei 2013

• Terpasang kateter urine 18 Fr produksi

2.10 Diagnosa Keperawatan

2.10.1. Nyeri

2.10.2. Gangguan eliminasi urine

2.10.3. Ansietas

2.10.4. Defisiensi pengetahuan terkait kondisi dan pengobatan batu saluran kemih

2.10.5. Resiko Cedera

2.11 Rencana Keperawatan

2.11.1 Diagnosa Keperawatan : Nyeri


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil: Nyeri berkurang, Skala nyeri menurun, klien dapat beristirahat dan
tampak rileks

Intervensi Keperawatan:

a. Kaji intensitas, lokasi, frekuensi dan penyebaran nyeri Rasional: Peningkatan


nyeri adalah indikasi dari obstruksi, bila nyeri hilang kemungkinan batu sedang
bergerak Observasi abdominal pain
Rasional: Kemungkinan ada komplikasi lain
b. Kaji tanda keringat dingin, tidak dapat beristirahat, dan ekspresi wajah
Rasional: Mengobservasi tanda-tanda shock
c. Tingkatkan pemasukan sampai 2500 ml/hari sesuai toleransi
Rasional : menurunkan iritasi dengan mempertahankan aliran cairan konstan ke
mukosa kandung kemih.
d. Berikan tindakan kenyamanan ( sentuhan terapeutik, pengubahan posisi, pijatan
punggung ) dan aktivitas terapeutik. Dorong penggunaan teknik relaksasi,
termasuk latihan napas dalam, visualisasi, pedoman imajinasi.
Rasional: : menurunkan tegangan otot, memfokuskan kembali perhatian, dan
dapat meningkatkan kemampuan koping
e. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
Rasional: analgetik memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyeri

2.11.2 Diagnosa Keperawatan : Gangguan Eliminasi Urine

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam gangguan eliminasi


urine teratasi

Kriteria Hasil: Nyeri saat berkemih berkurang, berkemih tidak menetes, pola
berkemih kembali normal Intervensi Keperawatan:

a. Awasi pemasukan dan pengeluaran cairan dan karakteristik urine


Rasional: hasil pengawasan memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan
adanya komplikasi
b. Tingkatkan pemasukan sampai 2500 ml/hari sesuai toleransi
Rasional: Hidrasi yang cukup meningkatkan pengenceran kemih dan
membantu mendorong lewatnya batu.
c. Observasi perubahan status mental
Rasional: akumulasi uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat
d. Periksa urine
Rasional: membantu mengidentifikasi tipe batu dan pilihan terapi

e. Awasi pemeriksaan laboratorium untuk elektrolit, BUN, dan kreatinin


Rasional: indikasi disfungsi ginjal/komplikasi

f. Kolaborasi pemberian acstazolamid/alupurinol, dan antibiotik

Rasional: alupurinol untuk meningkatkan pH urine, antibiotil

2.11.3 Diagnosa Keperawatan : Ansietas

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam ansietas teratasi


Kriteria Hasil: ungkapan cemas berkurang, gelisah berkurang, klien
beraktivitas dengan normal, wajah tidak tegang Intervensi Keperawatan:

a. Kaji tingkat kecemasan klien


Rasional: Mengetahui tingkat kecemasan klien menentukan terapi
b. Motivasi klien untuk mengungkapkan kecemasan yang dirasakan.
Rasional: Perawat mengetahui apa yang diraskan klien
c. .Mengajarkan dan melatih teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi
kecemasan.
Rasional: Teknik relaksasi napas dalam meningkatkan vasodilatasi dan
sirkulasi sehingga membuat tubuh rileks
d. Jawab setiap pertanyaan klien dengan penuh perhatian dan berikan
informasi yang benar
Rasional: Informasi yang tepat mengurangi kecemasan klien.

2.11.4 Diagnosa Keperawatan : Defisiensi pengetahuan terkait kondisi dan


pengobatan batu saluran kemih
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x 24 jam pengetahuan klien
meningkat

Kriteria Hasil: memahami penjelasan oerawat, mampu menjawab pertanyaan


validasi, berdiskusi aktif Intervensi Keperawatan:

1. Kaji tingkat pengetahuan klien mengenai kondisinya


Rasional: tingkat pengetahuan klien menentukan sejauh mana informasi
yang perlu diberikan.
2. Menjelaskan jenis tindakan yang akan dihadapi klien
Rasional: informasi yang tepat memberikan pengetahuan bagi klien
3. Memotivasi untuk minum air putih 2,5 L perhari untuk pencegahan
Rasional: Hidrasi yang cukup meningkatkan pengenceran kemih dan
membantu mendorong lewatnya batu, mencegah kekambuhan berulang
4. Memotivasi untuk melakukan diit rendah kalsium dan protein hewani
untuk pencegahan
Rasional:perubahan pola diit menurunkan oksalat dan protein sehingga
aka menurunkan resiko pembentukan batu saluran kemih.

2.11.5 Resiko Cedera

Tujuan: setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam tidak


terjadi cedera

Kriteria Hasil: tidak ada keluhan pusing, tidak ada cedera fisik

Intervensi Keperawatan:

a. Monitor tanda-tanda vital


Rasional: Penurunan TD dan peningkatan nadi menunjukkan
kehilangan volume cairan
b. Pantau tingkat kesadaran klien
Rasional: Efek anestesi dan kondisi fisik mempengaruhi tingkat
kesadaran
c. Berikan lingkungan yang aman pada klien, pasang handrail, jauhkan
dari benda-benda berbahaya.
Rasional: Mencegah resiko jatuh dan cedera pada klien

2.12 Evaluasi Asuhan Keperawatan

2.12.1 Diagnosa Keperawatan Nyeri

11 Oktober 2019 (Pre-Op) 12 Oktober 2019 (Op) 13 0ktober 2019 (Post-Op)

Implementasi: (14.00-14.30) Implementasi: (16.00-16.15) - Implementasi (16.00-16.15) -


- Mengkaji intensitas, lokasi, Mengkaji intensitas, lokasi, Mengkaji intensitas, lokasi,
frekuensi dan penyebaran frekuensi dan penyebaran frekuensi dan penyebaran
nyeri nyeri nyeri
- Mengobservasi abdominal - Mengobservasi abdominal - Mengobservasi abdominal
pain pain pain
- Memotivasi untuk minum - Memotivasi untuk minum - Kolaborasi pemberian
sebanyak 2,5 L per hari - sebanyak 2,5 L per hari - profenid supp 3x 1
Mengajarkan teknik Mengajarkan teknik relaksasi Evaluasi:
relaksasi napas dalam napas dalam S: klien mengatakan nyeri
- Kolaborasi: profenid supp - Kolaborasi: profenid supp setelah operasi mulai
3x 1 3x 1 berkurang
Evaluasi: Evaluasi: O: Nyeri di kemaluan, skala
S: klien mengatakan nyeri S: klien mengatakan nyeri 2, hilang setelah diberi obat
pinggang masih terasa tidak muncul saat tidur dan tarik napas
O: Nyeri di pinggang dan di O: Nyeri di kemaluan saat A: masalah nyeri teratasi
kemaluan saat berkemih, berkemih, skala 4, hilang P: motivasi minum air putih
skala 4, hilang setelah diberi setelah diberi obat, minum 2 sesuai kebutuhan saat sudah
obat, minum 1,5 Liter air Liter air bisa minum. Motivasi teknik
A: masalah nyeri teratasi A: masalah nyeri teratasi relaksasi napas dalam.
sebagian sebagian Kolaborasi profenid supp,
P: kaji kembali skala nyeri P: kaji kembali skala nyeri Kolaborasi BNO IVP post op.
dan motivasi minum air dan motivasi minum air putih Pasien direncanakan pulang
putih sesuai kebutuhan. sesuai kebutuhan. Motivasi
Motivasi teknik relaksasi teknik relaksasi napas dalam.
napas dalam.

2.12.2 Diagnosa Keperawatan : Gangguan Eliminasi Urine

11 Oktober 2019 (Pre-Op) 12 Oktober 2019 (Op)

Implementasi (16.00-16.20) Implementasi (09.00-09.15)


- Mengobservasi karakteristik urine dan - Mengobservasi karakteristik urine dan
berkemih berkemih - Memotivasi klien untuk minum
- Memotivasi klien untuk minum 2,5 Liter air 2,5 Liter air per hari
per hari - Mengobservasi tingkat kesadaran klien
- Mengobservasi tingkat kesadaran klien - Kolaborasi pemberian antibiotik ceftriaxone
- Kolaborasi pemberian antibiotik ceftriaxone 1x 2 gr
1x 2 gr Evaluasi:
Evaluasi: S: klien mengatakan masih anyang-anyangan
S: klien mengatakan masih mengalami nyeri O: urine menetes di akhir, tidak ada produksi
di akhir kemih seperti anyang-anyangan darah, urine sekitar 300 cc berwarna kuning
O: urine menetes di akhir, tidak ada produksi keruh, klien minum 2 L air putih, kesadaran
darah, urine sekitar 500 cc berwarna kuning CM
keruh, klien minum 1,5 L air putih, kesadaran A: gangguan eliminasi urine belum teratasi
CM P: observasi karakteristik urine dan berkemih,
A: gangguan eliminasi urine belum teratasi motivasi minum air putih, kolaborasi rencana
P: observasi karakteristik urine dan berkemih, URS Litotripsi
motivasi minum air putih, kolaborasi rencana
URS Litotripsi

2.12.3 Diagnosa Keperawatan : Ansietas


11 Oktober 2019 (Pre-Op) 12 Oktober 2019 (Op)

Implementasi (16.00-16.20) Implementasi (09.00-09.20)


- Mengkaji tingkat kecemasan klien - - Mengkaji tingkat kecemasan klien -
Mendengarkan klien mengungkapkan Mendengarkan klien mengungkapkan
kecemasan yang dirasakan kecemasan yang dirasakan
- Mengajarkan dan melatih teknik relaksasi - Mengajarkan dan melatih teknik relaksasi
napas dalam napas dalam
- Memberikan informasi sesuai kebutuhan - Memberikan informasi sesuai kebutuhan
klien klien
Evaluasi: Evaluasi:
S: Klien mengatakan cemas mengenai S: Klien mengatakan cemas mengenai
tindakan operasi besok. Klien mengatakan tindakan operasi hari ini, klien mengatakan
lebih lega setelah tarik napas dalam dan siap belum pernah operasi dan menyerahkan pada
untuk operasi. Tuhan dan berharap sukses. Klien
O: ekspresi tenang, tidak gelisah, latihan tarik mengatakan lebih lega setelah tarik napas
napas dalam dilakukan 4 kali, klien dapat dalam dan siap untuk operasi.
melanjutkan aktivitas O: ekspresi tenang, tidak gelisah, latihan tarik
A: Ansietas teratasi sebagian napas dalam dilakukan 7 kali, klien dapat
P: Observasi kecemasan klien, berikan melanjutkan aktivitas
dukungan psikososial, memotivasi untuk A: Ansietas teratasi
berdoa P: Observasi kecemasan klien, berikan
dukungan psikososial, memotivasi untuk
berdoa.
2.12.4 Diagnosa Keperawatan : Defisiensi pengetahuan terkait kondisi dan pengobatan batu
saluran kemih

11 Oktober 2019 (Pre-Op) 12 Oktober 2019 (Op)

Implementasi (10.00-10.20) Implementasi (09.00-09.20)


- Mengkaji tingkat pengetahuan klien - Memvalidasi tingkat pengetahuan klien
mengenai kondisi batu ginjal mengenai kondisi batu ginjal
- Menjelaskan penyebab, tanda-tanda dan - Menjelaskan kembali penyebab, tanda-
komplikasi batu ginjal tanda dan komplikasi batu ginjal
- Menjelaskan jenis tindakan yang akan - Menjelaskan pentingnya minum air putih
dihadapi klien - Memotivasi untuk minum air untuk pencegahan kekambuhan. Memotivasi
putih 2,5 L perhari untuk pencegahan untuk minum air putih 2,5 L perhari.
- Memotivasi untuk melakukan diit rendah - Memotivasi untuk melakukan diit rendah
kalsium dan protein hewani untuk pencegahan kalsium dan protein hewani untuk pencegahan
Evaluasi: - Memotivasi untuk berolahraga
S: klien mengatakan selama ini jarang minum Evaluasi:
air putih dan sering berada di ruangan ber AC S: klien mengatakan senang akan pulang,
sehingga tidak nafsu minum, klien klien mengatakan akan berusaha banyak
mengatakan akan berusaha banyak minum minum dan mengurangi makanan berlemak
dan mengurangi makanan berlemak dan tinggi dan tinggi protein untuk mencegah sakit lagi.
protein untuk mencegah sakit lagi. O: klien mendengarkan penjelasan perawat,
O: klien mendengarkan penjelasan perawat, berdiskusi dengan antusias dan mampu
berdiskusi dengan antusias dan mampu menjawab pertanyaan ulang perawat.
menjawab pertanyaan ulang perawat. A: pengetahuan klien tentang kondisi dan
A: pengetahuan klien tentang kondisi dan pengobatan yang dijalani meningkat.
pengobatan yang dijalani meningkat. P: intervensi selesai.
P: Kaji ulang motivasi klien untuk banyak
minum dan pencegahan kambuh saat pasien
persiapan pulang (discharge planning)
2.12.5 Diagnosa Keperawatan : Resiko Cedera

11 Oktober 2019 (Pre-Op) 12 Oktober 2019 (Op)


Implementasi (16.00-16.15) Implementasi (08.00-08.20)
- Memonitor TTV klien - Memonitor TTV klien
- Memonitor tingkat kesadaran klien apakah - Memonitor tingkat kesadaran klien apakah
masih dalam efek anastesi masih dalam efek anastesi
- Meningkatkan keamanan klien dengan - Meningkatkan keamanan klien dengan
memasang handrail, menjauhkan benda-benda memasang handrail, menjauhkan benda-benda
berbahaya. berbahaya.
- Memotivasi kelurga untuk membantu ADL - Memotivasi kelurga untuk membantu ADL
klien dan membiarkan klien tidur dengan klien
posisi telentang dengan 1 bantal Evaluasi:
Evaluasi: S: Klien mengatakan sudah tidak pusing
S: Klien mengatakan masih mengantuk dan O: Kesadaran CM, TTV: TD: 110/70 mmHg,
pusing bila mengangkat kepala Nadi: 82 x/menit, RR: 20 x/menit. Suhu: 361
O: Kesadaran CM, klien tampak mengantuk, A: cedera tidak terjadi C. Masih dalam
TTV: TD: 110/60 mmHg, Nadi: 78 x/menit, pengaruh anastesi spinal. Terpasang handrail
RR: 20 x/menit. Suhu: 360 d sisi kanan kiri tempat tidur. Klien tidur
A: cedera tidak terjadi C. Masih dalam supine dengan 1 bantal. Terpasang kateter 18
pengaruh anastesi spinal. Terpasang handrail Fr.
d sisi kanan kiri tempat tidur. Klien tidur P: Mengobservasi kondisi klien, tingkat
supine dengan 1 bantal. Terpasang kateter 18 kesadaran klien, membantu ADL. Instruksi
Fr. dokter kateter akan dilepas dan boleh rawat
P: Mengobservasi kondisi klien, tingkat jalan
kesadaran klien, membantu ADL

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan asuhan keperawatan yang sudah diberikan kepada klien dengan batu saluran
kemih, dapat ditarik beberapa kesempulan sebagai berikut :

1. Dari hasil pengkajian didapati bahwa penyebab dari pembentukan batu saluran kemih
yang dialami klien adalah adanya faktor resiko ekstrinsik yaitu rendahnya konsumsi air
putih, pekerjaan yang monoton, dan tingginya konsumsi protein hewani.

2. Masalah keperawatan yang muncul adalah nyeri, gangguan eliminasi urine, ansietas,
defisiensi pengetahuan, resiko cedera, dan resiko perdarahan.

3. Implementasi yang menjadi fokus utama dalam rangka prevensi kekambuhan ulang batu
saluran kemih adalah edukasi psien terkait peningkatan intake cairan dan perubahan pola
diit.

4. Peningkatan intake cairan dan perubahan pola diit adalah salah satu metoda yang terbukti
melalui beragam penelitian dapat meningkatkan volume urine sehingga mengurangi resiko
pembentukan batu saluran kemih.

5. Evaluasi keperawatan dilakukan secara kontinyu dan pasien pulang setelah melalui 3 hari
perawatan dengan fungsi eliminasi sudah kembali normal.

3.2 Saran

a. Meningkatkan pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan batu saluran kemih.

b. Dapat menciptakan/mengembangkan intervensi yang baru (inovatif) dalam mengatasi


masalah keperawatan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
Soepriatno,AT dan Muslim, Rifki. 1999. Pola Penderita Batu Saluran KeMIH di RSUP
Dr.Kariadi Tahun 1996-1998 Naskah lengkap MABI XII . Jakarta.

Sja’bani. (2006). Ilmu penyakit dalam. Jilid I Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Nurlina. 2008. Faktor-faktor risiko kejadian batu saluran kemih pada laki-laki. (Studi kasus di
RS. Dr. Kariadi, RS Roemani, dan RSI Sultan Agung Semarang. Skripsi.

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

MAKALAH TENTANG BATU SALURAN KEMIH

Dosen : : Ns. R. Metanfanuan, S.Kep.,M.Kes


Di Susun Oleh :

Kelompok 4

Asri Mega Yamlean

Dehir Marthen Pormau

Fitria Rettob

Jean Dorkas Rahadat

Vitto F Olla

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN TUAL

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih dan

penyertaanNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan penuh damai dan

sukacita. Adpaun judul dari makalah ini adalah “ BATU SALURAN KEMIH ”.

Lewat kesempatan ini kami sampaikan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah yang

telah memberikan tugas makalah ini kepada kami. Kami juga menyampaikan terima kasih

kepada teman-teman yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari akan kelemahan dan keterbatasan yang kami miliki. Untuk itu berbagai

masukan berupa saran dan pendapat dari semua pihak sangat kami harapkan untuk

penyempurnaan makalah ini kedepannya.

Akhir kata Tuhan Yesus Kristus menyertai kita dalam tugas dan tanggung jawab kita

masing-masing.

Langgur, 11 Oktober 2019

Kelompok 4

DAFTAR ISI

Cover ………………………………………………………………………………………..i
Kata Pengantar ……………………………………………………………………………...ii

Daftar Isi ……………………………………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………..1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………...................................1

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………………..2

1.3 Tujuan ………………………………………………………………………………3

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………...2

2.1 Defenisi ………………………………………………………………………………...1

2.2 Etiologi …………………………………………………………………………………2

2.3 Patofisiologi …………………………………………………………………………….3

2.4 Manifestasi Klinis ………………………………………………………………………4

2.5 Pemeriksaan Penunjang ……………………………………………………………….. 5

2.6 Penatalaksanaan………………………………………………………………………... 6

2.6 Gambar Hasil Pemeriksaan Fisik………………………………………………………. 7

2.7 ASUHAN KEPERAWATAN …………………………………………………………..8

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………………3

3.1 KESIMPULAN ………………………………………………………………………….1

3.2 Saran …………………………………………………………………………………….2

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai