NIM : 1914101147 Kelas : 3D Ilmu Hukum Mata Kuliah : Pengantar Filsafat Hukum
Hukum Yang Adil : Mengikat Bukan Mencekik
Manusia adalah makhluk social. Manusia diciptakan dengan kodrat tidak
dapat hidup sendiri dan selalu bergantung dengan orang lain, bahkan bergantung dengan makhluk lain dan alam. Dalam menjalankan kehidupan kesehariannya, bersama manusia lainnya, dan juga mahkluk lain yang beragam bentuk, beragam pemikiran dan pandangan, beragam suku bangsa, bahasa dan juga agama diperlukan suatu alat yang bisa digunakan sebagai pedoman, pengatur, pembatas serta pengikat dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Alat ini harus dimiliki oleh setiap koloni masyarakat yang hidup berdampingan, bersama, dan berinteraksi langsung satu sama lain sebagai sasuatu yang harus dipatuhi oleh semua orang tanpa memandang jabatan, suka bangsa, ras dan agama. Alat ini menjadi pembatas antara hak dan kewajiban dalam berprilaku di kehidupan bermasyarakat. Alat apakah yang dimaksudkan oleh pernyataan tersebut? Alat tersebut adalah Hukum (Law). Hukum didefinisika sebagai seperangkat aturan atau peraturan yang dibuat untuk mengatur tingkah laku manusia di dalam masyarakat dan terdapat sanksi bagi para pelanggarnya. Ada beberapa pendapat ahli yang berusaha mendeskripsikan pengertian dari hukum yaitu sebagai berikut :
1. Pengertian hukum menurut E. Utrecht adalah: Himpunan petunjuk hidup
yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan, oleh karenanya pelanggaran terhadap petunjuk hidup itu dapat menimbulkan tindakan dari pemerintah/ masyarakat itu. 2. Sunaryati Hartono memberikan definisi mengenai Pengertian Hukum yaitu hukum itu tidak menyangkut kehidupan pribadi seseorang, akan tetapi jika mengatur berbagai aktivitas manusia dalam hubungannya dengan manusia lainnya, atau dengan kata lain hukum mengatur berbagai aktivitas manusia di dalam hidup bermasyarakat. 3. Pengertian hukum menurut E. Meyers adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan, ditunjuk kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat dan yang menjadi pedoman bagi penguasa negara dalam melaksanakan tugasnya. 4. Menurut Kant, pengertian hukum ialah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang lain, menurut peraturan hukum mengenai kemerdekaan. Terlepas dari berbagai pendapat tentang definisi dari hukum maka dapat ditarik pengertian bahwa hukum adalah sebagai suatu norma yang di dalamnya ada sanksi. Hukum sebagai suatu kebutuhan dari masyarakat agar masyarakat mendapatkan keadilan, kedamaian, kemanfaatan, kepastian hukum, kesejahteraan dan ketenteraman. Hukum mempunyai sifat memaksa, mengikat, dan mengatur hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan masyarakat, serta masyarakat dengan masyarakat. Hukum dapat tertulis atau tidak tertulis, hukum tertulis dapat mengatur berbagai permasalahan yang ada dalam masyarakat, sehingga dikenal adanya hukum publik dan hukum privat. Sedangkan hukum tidak tertulis adalah hukum yang diberlakukan oleh sebagian masyarakat berdasarkan kepercayaan, kebiasaan dan adat istiadat atau dikenal dengan Hukum Adat. Hukum adalah produk yang dibutuhkan oleh masyarakat, oleh karena itu hukum harus ditegakkan oleh penegak hukum yang berkualitas, memegang teguh moralitas dan menjalankan hukum dengan etis. Pada hakikatnya hukum diciptakan untuk menciptakan kebaikan, ketertiban dan menjamin keadilan dalam kehidupan bermasyarakat. Hukum juga dijadikan sebagai sebuah alat untuk menciptakan suatu tatanan suatu kelompok bangsa dan belaku pada suatu wilayah tertentu. Setiap negara yang ada di dunia wajib memiliki perangkat hukum yang digunakan untuk landasan dasar dalam menjalankan pemerintahannya dan menciptakan keadilan dan ketertiban di lingkungan masyarakatnya. Ada banyak sekali produk-produk hukum yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga negara di dunia. Tujuannya tidak lain adalah seperti yang telah disebutkan tadi di atas yaitu untuk menciptakan keadilan dan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat bagi warga negara bersangkutan. Namun apakah kenyataanya benar demikian? Kenyataan yang ada sangat bertolak belakang dengan tujuan utama dibuatnya produk hukum oleh pemerintah. Masih banyak terdapat peristiwa-peristiwa ketidakadilan penegakan hukum yang dialami oleh masyarakat di dunia ini terutama bagi masyarakat kecil, miskin dan tidak memiliki jabatan dalam kehidupan bermasyarakatnya. Hukum cenderung melihat siapa yang diadili. Hukum menjadi tumpul kepada kaum atasan tetapi sangat mudahnya menjangkau kaum bawahan. Kondisi ini seakan mempertegas hipotesa Prof. Soerjono Soekanto dalam bukunya Pokok-Pokok Sosiologi Hukum yang menyebutkan: “Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam stratifikasi, semakin sedikit hukum yang mengaturnya. Sebaliknya semakin rendah kedudukan seseorang dalam stratifikasi, semakin banyak hukum yang mengaturnya”. Tidaklah berlebihan ketika dikatakan demikian. Begitu banyak fakta hari ini yang memperlihatkan ketidakadilan hukum dalam memandang siapa yang dihukum. Seorang filsuf Inggris, Jeremy Bentham pernah bekata “the aim of law is the greatest happines for the greatest number“. Hakikatnya hukum itu untuk kebahagiaan sebanyak-banyaknya orang. Hukum seperti inilah yang dikatakan sebagai hukum yang adil. Hukum dikatakan demikian ketika mampu dilaksanakan tanpa tebang pilih, tanpa mengenal siapa, dan tidak diskriminatif kepada si dia yang tak berpunya atau memihak kepada si dia yang berpunya. Nah, apakah hukum yang adil itu? Hukum dikatakan adil ketika dalam penegakannya mampu dilaksanakan tampa tebang pilih, tanpa memandang jabatan pelaku pelanggar hukum, tanpa mengenal siapa, dan tidak diskriminatif kepada dia yang tidak berpunya dan memihak dengan dia yang berpunya. Hukum seperti ini diistilahkan dengan hukum yang “tidak tajam ke bawah dan tumpul ke atas”. Hukum yang adil adalah hukum yang memandang tukang parkir dengan pejabat tinggi negara ialah sama kedudukannya dimata hukum, hukum yang adil adalah hukum yang memberikan hak asasi yang sama antara maling ayam dengan koruptor di depan persidangan. Hukum yang adil merupakan hukum yang mampu menjamin warga negaranya memperoleh rasa keadilan tanpa diskriminasi dan perlakuan yang tidak manusiawi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Warga negara tentunya membutuhkan perjuangan agar ia mendapatkan nilai keadilan bagi dirinya. Nilai keadilan yang akan didapatkan merupakan hak asasinya sebagai warga negara dan berstatus sebagai penduduk sipil di negara dimana ia berada. Hukum dikatakan adil tidak bisa hanya dilihat dari penjaminan keadilan yang diberikan oleh produk hukum yang dikeluarkan oleh pemerintah atau pejabat terkait di suatu wilayah masyarakat tertentu, akan tetapi hukum dapat dikatakan memberikan keadilan apabila penegakan hukumnya sesuai dengan prosedur hukum yang telah ditentukan. Dalam penegakkan hukum dibutuhkan sistem hukum, agar tercipta rasa keadilan. Menurut Lawrence Friedman dalam American Law, unsur-unsur sistem hukum itu terdiri dari struktur hukum (legal structure), substansi hukum (legal substance) dan budaya hukum (legal culture). Struktur hukum meliputi badan eksekutif, legislatif dan yudikatif serta lembaga-lembaga terkait, seperti Kejaksaan, Kepolisian, Pengadilan, Komisi Yudisial, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan lain-lain. Hukum yang berkeadilan adalah hukum yang memiliki struktur hukum yang bersih, bersih dari kepentingan pribadi dan golongan, bersih dari KKN, dan bersih dari kepentingan politik. Hukum yang adil adalah hukum yang memiliki substansi hukum berupa norma- norma, peraturan maupun undang-undang yang mengikat siapa saja warganya dan bukan malah mencekik sebagian warga negaranya dan menjunjung tinggi sebagian lainnya. Dan budaya hukum adalah meliputi pandangan, kebiasaan maupun perilaku dari masyarakat mengenai pemikiran nilai-nilai dan pengharapan dari sistem hukum yang berlaku, dengan perkataan lain, budaya hukum itu adalah iklim dari pemikiran sosial tentang bagaimana hukum itu diaplikasikan, dilanggar atau dilaksanakan. Hukum yang adil memiliki Penegakan hukum yang pada prinsipnya harus dapat memberi manfaat atau berdaya guna bagi masyarakat, namun di samping itu masyarakat juga mengharapkan adanya penegakan hukum untuk mencapai suatu keadilan. Dalam kondisi yang demikian ini, masyarakat hanya menginginkan adanya suatu kepastian hukum, yaitu adanya suatu peraturan yang dapat mengisi kekosongan hukum. Dalam pelaksanaan penegakan hukum, keadilan harus diperhatikan, hukum yang adil harus mengikat setiap orang, bersifat menyamaratakan. Setiap orang yang mencuri harus dihukum tanpa membeda-bedakan siapa yang mencuri. Sejatinya hukum yang adil itu ialah hukum yang tidak hanya memberikan jaminan kepastian hukum dan keadilan bagi masyarakatnya dimata hukum. Tetapi juga memberikan bukti berupa benegakan hukum yang berkeadilan, tanpa pandang bulu dan memperhatikan hak asasi yang dimiliki oleh setiap warga negaranya. Hukum yang adil adalah hukum yang mengikat semua warga negara tanpa terkecuali, bukan hukum yang mencekik sebagian warganya yang lemah dan menjunjung tinggi sebagian lain yang memiliki jabatan, harta dan kuasa pada hukum tersebut. Hukum yang adil adalah hukum yang tidak tajam ke bawah dan tumpul ke atas, mencekik rakyat miskin dan melindungi yang kaya. Hukum yang adil adalah hukum yang mampu mengakomodir setiap tindakan dan aspirasi rakyatnya. Hukum yang adil akan mampu memberikan jaminan persamaan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang taat kepada hukum. Hukum yang adil wajib menegakkan hukuman bagi para pelanggar hukum tanpa pandang bulu, tanpa melihat status, jabatan dan kekayaan yang dimiliki oleh para pelanggar hukum tersebut. Sanksi yang dijatuhkan oleh para pelanggar hukum haruslah sama dan berimbang antara pelaku kejahatan jalanan dengan pelaku kejahatan kemanusian berkedok anggota dewan. Penegakan supremasi hukum, azaz praduga tak bersalah yang tepat dan akurat adalah bukti bahwa hukum tersebut adil. Suatu hukum harus dibentuk dan ditegakkan atas dasar kemaslahatan umat, bukan atas dasar untuk menekan satu kelompok atau individu masyarakat tertentu dan menjunjung tinggi serta melindungi kepentingan kelompok atau individu yang lain. Terakhir sebelum saya tutup essay ini, ada seorang professor ahli hukum pernah berkata: “tidak ada satu orang, satu pemerintahan, bahkan satu negara sekalipun yang mampu membuat sebuah produk hukum yang benar-benar adil. Hukum itu bersifat subjektif begitu pula dengan keadilan, hanya Hukum Tuhan Yang maha adil dan mutlak”. Keadilan hukum akan berbeda pada setiap sudut pandangan manusia. Hanya hukum Tuhan-lah seadil-adilnya hukum. Hukum yang memiliki keadilan mutlak bagi seluruh ciptaanya dan hanya Tuhanlah yang mampu memberikan hukuman/sanksi yang seadil-adilnya kepada setiap hamba-Nya yang melanggar hukum dan ketentuan Tuhan. Pada intinya bagi saya hukum yang adil itu adalah hukum yang memandang setiap orang berkedudukan sama di mata hukum.