Oleh
I Made Sutajaya
i
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
ISBN : 979-15364-0-6
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
rahmat’Nyalah maka BUKU AJAR ENDOKRINOLOGI dapat diselesaikan sesuai rencana.
Dalam penulisan Buku Ajar ini penulis banyak mendapat masukan atau saran dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Prof. I. B. Adnyana
Manuaba, HonFErgS.,FIPS dan Prof. dr. I Dewa Putu Sutjana, M.Erg selaku penelaah eksternal
yang berasal dari Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah banyak
memberikan masukan demi kesempurnaan isi Buku Ajar ini. Di samping itu penulis juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada Drs. Komang Maharta dan Dra. Desak Made
Citrawathi, M.Kes. selaku penelaah internal di Jurusan Pendidikan Biologi yang telah banyak
berkontribusi dalam penulisan Buku Ajar ini. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Dekan Fakultas Pendidikan MIPA dan Ketua Jurusan
Pendidikan Biologi, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja yang telah mempercayakan
kepada penulis untuk menyusun Buku Ajar ini.
Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan isi Buku Ajar ini, sehingga dengan
kerendahan hati penulis mohon kritik dan saran untuk kelengkapan dan kesempurnaan isi Buku
Ajar ini. Sebagai akhir kata penulis berharap semoga Buku Ajar ini bermanfaat bagi mahasiswa
dan staf pengajar yang berkecimpung dalam bidang Anatomi Fisiologi Manusia.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………. iv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… v
POKOK BAHASAN
1. Pengertian endokrinologi (sistem endokrin)…………………………… 1
2. Hipotalamus ……………………………………………………………. 4
3. Hipofisis (glandula pituitaria)…………………………………………. 5
4. Glandula thyroidea (kelenjar gondok/ thyroid gland)………………… 17
5. Glandula parathyroidea (kelenjar anak gondok)……………………… 24
6. Pankreas………………………………………………………………….. 27
7. Glandula suprarenalis (kelenjar anak ginjal)…………………………. 30
8. Hormon-hormon kelamin (gonadal hormone)………………………… 34
9. Hormon-hormon lokal………………………………………………….. 40
10. Hormon yang berkaitan dengan aktivitas kerja…………………….. 41
RANGKUMAN……………………………………………………………………. 47
TUGAS DAN LATIHAN………………………………………………………….. 49
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… 50
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
v
ENDOKRINOLOGI
2
menyebabkan kontraksi dan pengendoran otot, menyebabkan terjadinya sisntesis protein, dan
menyebabkan sel tersebut menghasilkan sekresi.
Kekhususan receptor yang terdapat pada membran sel menentukan hormon mana yang
dapat berpengaruh terhadap sel sasaran. Pengaruh yang terjadi di dalam sel ditentukan pula oleh
sifat sel itu sendiri, misalnya sel-sel thyroid yang dirangsang oleh siklik AMP akan membuat
hormon thyroid.
Pengaktifan Gen
Hormon yang tergolong steroid dapat masuk melalui membran sel. Setelah sampai dalam
sitoplasma akan bersatu dengan protein (receptor). Persenyawaan hormon protein ini selanjutnya
diangkut ke dalam nucleus dan di sana merangsang pembuatan Asam Ribo Nukleat duta (ARN
duta = messenger RNA). ARN-duta selanjutnya merangsang pembentukan protein (enzim) yang
akan menimbulkan respon khusus sel tersebut terhadap hormon ini.
3
Sekresi hormon dikendalikan dengan mekanisme umpan balik. Pada umumnya semua
kelenjar endokrin cenderung untuk menghasilkan hormon sebanyak-banyaknya dan ini harus
dicegah. Jika produksinya sudah cukup dan sudah dapat menunjukkan kegiatan fisiologiknya
pada sel-sel sasaran, maka kelenjar ini harus dihalangi agar jangan lagi mensekresikan
hormonnya. Sebaliknya jika suatu kelenjar endokrin kurang produksinya, maka pengaruh
fisiologiknya juga menurun. Kondisi yang demikian merangsang agar kelenjar tersebut
menghasilkan hormon lebih banyak.
Konsentrasi suatu zat dalam darah juga dapat memberikan umpan balik dalam
menghasilkan hormon. Misalnya jika kadar glukosa dalam darah berlebihan (hiperglikemia),
maka produksi insulin dalam insula Langerhans pancreas akan diperbanyak untuk menggiatkan
pengubahan glukosa menjadi glikogen, yang selanjutnya disimpan dalam hepar dan dalam otot.
Hormon yang telah dibentuk tidak dapat selamanya berada dalam peredaran darah,
karena akhirnya akan rusak. Hormon yang sudah rusak diuraikan dalam hepar dan residunya
dikeluarkan bersama-sama urine.
2. HIPOTALAMUS
Pada hipotalamus terdapat hormon-hormon khusus yang dapat membuat dan
mensekresikan hormon. Hormon ini dinamai hypothalamic releasing factor dan hypothalamic
inhibiting factor. Serabut-serabut neuron ini masuk ke dalam bagian median hypothalamus
(median eminence), yaitu bagian yang paling bawah. Ujung-ujung tertentu dari serabut saraf ini
menghasilkan hormon yang kemudian masuk ke dalam kapiler dan selanjutnya diangkut ke
dalam adenohipofisis. Pada sebagian besar hormon adenohipofisis, releasing faktorlah yang
sangat penting peranannya, sebab tanpa perintah hormon ini, adenohipofisis tidak dapat
mengeluarkan hormonnya. Sebaliknya pengeluaran hormon prolaktin dikendalikan oleh
inhibiting factor.
Hormon-hormon penting yang dihasilkan oleh hipotalamus adalah sebagai berikut.
1) Growth hormone releasing factor (GRF), yang merangsang pelepasan growth
hormone (somatotropin).
2) Thyrotropin releasing factor (TRF), yang merangsang pelepasan thyroid-stimulating
hormone (TSH).
3) Prolactin inhibitory factor (PIF), yang menghalangi sekresi prolaktin.
4
4) Corticotropin releasing factor (CRF) yang merangsang pelepasan corticotropin.
5) Follicle stimulating hormone releasing factor (FRF) yang merangsang pelepasan
follicle stimulating hormone (FSH).
6) Luteinizing hormone releasing factor (LRF) yang merangsang pelepasan luteinizing
hormone (LH).
Anatomi
Hipofisis terletak di dasar cranium, pada sella turcica yang dibentuk oleh os sphenoid.
Besarnya kurang lebih 10 x 13 x 6 mm dan beratnya 0,5 gram. Susunan anatomi hipofisis sangat
kompleks. Padanya terdapat tangkai (ifundibular stem) yang melekatkan kelenjar ini pada
hipotalamus yang ada di atasnya. Untuk memeperoleh pengertian tentang struktur hipofisis kita
harus meninjau kembali pembentukannya pada masa embrional. Hipofisis terdiri atas dua lobus
yaitu: (1) lobus anterior yang besar, yang disebut adenohipofisis, berasal dari pertumbuhan
epithelium pharynk (kantong rathke) dan (2) lobus posterior, yang disebut neurohipofisis,
berasal dari pertumbuhan ectoderm neural.
Di antara kedua lobus tersebut, masih ada lobus intermedia, yang masih jelas perannya
pada hewan. Pada manusia lobus ini praktis tidak ada lagi.
5
Gambar 2. Kelenjar Hipofisis
6
Gambar 3. Kelenjar Hipofisis Bagian Anterior
7
Adenohipofisis
Dari segi histologi adenohipofisis sekurang-kurangnya mengandung empat jenis sel yang
menunjukkan reaksi yang berbeda-beda terhadap zat warna. Sel-sel yang dimaksud adalah: sel-
sel kromofob (sukar diwarnai), sel-sel alpha (sel-sel eosinophil atau asidofil), sel-sel beta (sel-sel
basofil) dan sel-sel amfofil (menyerupai sel-sel basofil tetapi granulanya sedikit).
Adenohipofisis menghasilkan hormon “tropic” yang mengendalikan kegiatan kelenjar-
kelenjar endokrin yang lain, yang menjadi sasarannya. Hormon-hormon yang dimaksud adalah:
(1) corticotropin atau adrenocorticotropin atau adrenocorticotropic hormone (ACTH) yang
dihasilkan oleh sel-sel kromofob dan fungsinya mengatur penghasilan hormon anak ginjal
bagian korteks, terutama hormon glucocorticoid dan (2) somatotropic hormone (STH) atau
somatotropin atau growth hormone (GH) atau sering disebut sebagai hormon pertumbuhan yang
dihasilkan oleh sel-sel asidofil. Hormon ini menggiatkan pertumbuhan jaringan, terutama tulang,
otot dan bagian visceral. Hormon ini sangat pentingartinya bagi pertumbuhan dan
perkembangan, karena dapat menggiatkan mitosis dan menambah besarnya sel. STH juga
mempengaruhi proses metabolisme, antara lain: menambah laju sintesis protein dalam jaringan,
mengurangi penggunaan karbohidrat dalam otot-otot streata dan meningkatkan penggunaan
cadangan lemak untuk memperoleh energi.
Adakalanya produksi hormon ini berlebihan atau berkurang. Kondisi yang demikian
menimbulkan gangguan pada pertumbuhan.
Hipersekresi Somatotropin
Hipersekresi somatotropin dapat menimbulkan gejala sebagai berikut.
a) Gigantisme (pertumbuhan raksasa). Gejala ini akan timbul jika hipersekresi
somatotropin terjadi pada orang yang masih dalam fase pertumbuhan (belum
mencapai masa remaja), karena pada saat itu epifisis tulangnya belum tertutup.
Orang yang demikian akan menjadi sangat tinggi, karena tulang-tulangnya tumbuh
lebih panjang daripada orang normal.
b) Akromegali yaitu suatu gejala yang terjadi pada orang dewasa, setelah pertumbuhan
badannya terhenti. Gejala ini dimulai dengan penebalan jaringan ikat di bibir dan
hidung. Selanjutnya os mandibulare bertambah besar dan panjang. Tulang-tulang
tangan dan kaki pun bertambah besar. Corpora vertebrae menunjukkan hipertropi dan
8
akibatnya sering terjadi kiphosis sehingga orang yang bersangkutan kelihatan
bungkuk.
9
Hiposekresi Somatotropin
Hiposekresi somatotropin dapat menimbulkan gejala sebagai berikut.
a) Dwarfisme atau cebol. Kita mengenal dua jenis cebol yaitu: (1) primordial dwarfisme
(hanya somatotropin yang kurang, sedangkan hormon adenohipofisis yang lain
normal). Contohnya orang-orang pygmee di Afrika adalah penderita primordial
dwarfisme dan ternyata mereka dapat memperoleh keturunan yang normal dan (2)
pituitary dwarfisme yaitu orang yang bersangkutan kekurangan hormon
somatotropin, TSH, ACTH dan gonadotropin dengan segala akibatnya.
b) Penyakit Simmon atau panhipoputuitarisme. Gejala ini timbul dengan lambat laun
karena beberapa fungsi hipofisis tidak bekerja dengan baik. Si penderita mengeluh
karena lekas lelah, tidak sanggup lagi mengerjakan pekerjaan fisik biasa, tidak dapat
memusatkan perhatiannya, menjadi apatis terhadap kejadian di sekitarnya, libido
seksualnya berkurang dan jika seorang perempuan akan mengalami amenorrhoca
(tidak haid).
10
Gambar 5. Gejala Hiposekresi Somatotropin
11
Gonadotropic Hormone
Dalam kelompok ini termasuk: follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing
hormone (LH). Pada orang laki-laki terdapat interstitial cell stimulating hormone (ICSH) yang
fungsinya sesuai dengan LH. FSH merangsang proliferasi dan pemasakan sel-sel folikel dalam
ovarium dan selanjutnya merangsang produksi hormon estrogen. Pada pria FSH merangsang
perkembangan spermatozoa yang terdapat di dalam tubulus seminiferus testesnnya. Pada wanita
LH merangsang pertumbuhan corpus luteum setelah ovulasi. Corpus luteum berfungsi sebagi
kelenjar endokrin dan menghasilkan hormon progesterone. Pada pria, LH disebut sebagai
interstitial cell stimulating hormone, karena hormon ini merangsang sel-sel interstitial testes
untuk menghasilkan testosteron.
Prolaktin
Hormon ini merangsang pertumbuhan mammae (payudara) seorang wanita yang sedang
hamil, khususnya sel-sel yang akan menghasilkan air susu. Jika seorang bayi mengisap puting
susu ibunya, maka stimulus ini disampaikan ke hypothalamus, sehingga prolactin inhibitory
factor tidak lagi bekerja. Dengan demikian keluarlah air susu sang ibu. Walaupun hormon
prolaktin ada juga pada pria, namun fungsinya belum diketahui. Prolaktin baru dapat
berpengaruh jika kelenjar mammae telah dirangsang pertumbuhannya oleh hormon estrogen
atau progesterone. Dalam hal ini prolaktin mempunyai dua fungsi yaitu: (a) merangsang
pembentukan corpus luteum dan (b) merangsang laktasi (pengeluaran air susu).
Lobus intermedia
Lobus intermedia menghasilkan melanocyte stimulating hormone (MSH), yang
merangsang melanosit (sel-sel yang mengandung pigmen hitam pada kulit). Struktur kimianya
mirip dengan ACTH dan keduanya menyebabkan kulit bertambah hitam. Sekresi MSH tidak
banyak diketahui pada manusia dan jumlahnyapun sangat sedikit.
Neurohipofisis
Neurohipofisis terdiri atas infundibular, batang dan median eminence. Ifundibulum
terdiri atas serabut-serabut saraf dan sel-sel seperti glia (glial-like) yang disebut pituisit. Serabut-
serabut ini berasal dari sel-sel yang terdapat di dalam nuclei ventrikuler dan nuclei supra optic
12
yang ada pada hypothalamus. Serabut-serabut ini berjalan ke bawah di dalam
hypothalamohypophyseal tract dan ujungnya berakhir pada hipofisis lobus posterior
(neurohipofisis).
Hormonnya dibentuk dalam kedua nuclei di hypothalamus. Hormon ini kemudian
diedarkan melalui aksoplasma menuju ke neurohipofisis. Di tempat tersebut hormon ini
langsung masuk ke dalam peredaran darah atau ditahan dahulu pada ujung-ujung serabut saraf
tadi untuk dilepaskan kemudian.
Pada neurohipofisis terdapat dua hormon, yaitu: antideuretic hormone (ADH) dan
oxytocin. Kedua hormon ini tergolong polipeptida dan sudah dapat dibuat secara sintesis di
dalam laboratorium.
13
Gambar 6. Kelenjar Hipofisis Bagian Posterior
14
Gambar 8. Gejala Hiposekresi Antidiuretic hormone (ADH) atau Vasopresin
Oxytocin
Hormon ini dapat merangsang kontraksi otot-otot polos pada dinding uterus pada wanita
yang hamil, sedangkan pada wanita yang tidak hamil pengaruh fisiologiknya tidak ada.
Menjelang kelahiran (partus) sekresi oxytocin biasanya meningkat. Jika dianggap perlu, ibu
yang akan melahirkan dapat diberikan tambahan oxytocin (melalui suntukan) sehingga jalannya
partus dapat diperlancar. Oxytocin disekresikan juga selama proses menyusui. Bayi yang sedang
mengisap putting susu ibunya merupakan stimulus yang dapat merangsang penambahan sekresi
oxytocin. Dalam hal ini oxytocin berfungsi untuk memijit alveolus mammae, sehingga air susu
yang tersimpan di dalamnya dapat keluar.
15
Gambar 9. Mekanisme Kerja Oxytocin
16
4. GLANDULA THYROIDEA (KELENJAR GONDOK = THYROID GLAND)
Pengertian
Glandula thyroid terdiri atas dua lobus dan terletak di depan dan di samping trachea
bagian atas. Bagian yang terletak di depan trachea disebut isthmus. Di sebelah kiri dan kanannya
terdapat dua lobus superior dan dua lobus inferior. Berat seluruh kelenjar ini kurang lebih 15 –
25 gram.
Kelenjar ini terdiri atas folikel-folikel yang tertutup dan bentuknya tidak teratur dan
masing-masing dibatasi oleh jaringan ikat (trabekule). Jaringan ikat ini sebenarnya merupakan
lapisan luar kelenjar thyroid yang menonjol ke dalam. Pada bagian pusat folikel ini terdapat
substansi koloid atau seperti jelly, yang dihasilkan oleh sel-sel epitelium pada dindingnya, yang
dinamai thyroglobulin. Pertumbuhan dan kegiatan sel-sel folikel diatur oleh TSH yang
dihasilkan oleh adenohipofisis.
Kelenjar thyroid menghasilkan dua jenis hormon yaitu: 1) thyroxin (tiap-tiap molekulnya
mengandung 4 atom yodium = T4) dan 2) triiodothyronin (tiap-tiap molekulnya mengandung 3
atom yodium = T3).
Yodida yang masuk ke dalam system pencernaan makanan diserap oleh dinding usus
halus dan selanjutnya masuk ke dalam peredaran darah. Sebagian yodida ini “ditangkap” secara
selektif oleh kelenjar thyroid dan selanjutnya bersenyawa dengan asam amino dan akhirnya
thyroid membentuk diiodothyronin, triiodothyronin dan akhirnya terbentuk thyroxin. Proses ini
berlangsung di dalam thyroglobulin. Hormon ini disimpan dahulu untuk sementara dan
kemudian disekresikan. Sekresi TSH, yang mengatur kegiatan kelenjar thyroid ini, diatur oleh
mekanisme umpan balik yang diberikan oleh kadar thyroxin dan triiodothyronin yang ada dalam
peredaran darah dengan perantaraan hypothalamus.
17
Gambar 10 Kelenjar Thyroid
18
Fungsi thyroxin
Hormon thyroxin melaksanakan berbagai fungsi dalam tubuh, antara lain adalah sebagai
berikut.
1) Mengatur kecepatan metabolisme dan oksidasi di dalam sel-sel jaringan sehingga
dengan demikian hormon ini berkaitan dengan pertahan suhu tubuh. Hormon ini
menggiatkan penyerapan glukosa dari dinding usus dan menggiatkan penggunaan
glukosa dalam sel. Pengaruh yang demikian diduga berkaitan dengan kegiatan
system enzim di dalam mitokondria.
2) Merangsang pertumbuhan dan diferensiasi jaringan pada orang yang masih muda.
3) Mempengaruhi pengubahan sumber-sumber non-karbohidrat menjadi glukosa dan
pengubahan glikogen menjadi glukosa. Dengan demikian, proses ini meningkatkan
kadar glukosa dalam darah.
4) Menambah jumlah enzim oksidatif tertentu di dalam mitokondria.
5) Mempengaruhi laju metabolisme lipid, protein, karbohidrat, air, vitamin dan mineral.
6) Menggiatkan sintesis protein.
7) Pada orang yang masih muda, hormon ini mempengaruhi perkembangan fisik dan
mental, sedangkan pada orang dewasa thyroxin merangsang proses mental.
Satu milligram thyroxin dapat meningkatkan laju metabolisme sekitar 2,5 %. Jumlah
karbohidrat, protein dan lemak yang dioksidasi bertambah. Hormon ini mengatur metabolisme
sel, terutama dengan mengendalikan kegiatan enzim-enzim oksidatif yang terdapat di dalam
mitokondria.
Dalam kasus kelenjar ini kurang giat (hypoactivity), laju metabolisme dapat menurun
sampai 50 %, sedangkan jika kelenjar ini sangat aktif (hyperactivity), maka laju metabolisme
dapat meningkat sampai 60 – 100 %. Jika hewan diberikan jaringan thyroid atau suntikan
ekstrak thyroid, maka metabolisme basalnya meningkat, berat tubuhnya berkurang, pengeluaran
nitrogen dari tubuhnya bertambah, denyut jantungnya bertambah (tachycardia) dan sarafnya
menjadi lebih peka (nervous excitability)
Ukuran kelenjar thyroid tidak sama. Hal ini tergantung pada usia, jenis kelamin dan
nutrisi umum. Pada anak yang masih muda, pada wanita dan pada orang yang gizinya baik
kelenjar ini relatif lebih besar. Jika kelenjar ini dihilangkan maka akibatnya tidaklah fatal sama
sekali. Dalam hal ini jika hormonnya tidak diganti, maka timbullah perubahan perubahan-
19
perubahan yang jelas. Gangguan dalam sekresi thyroxin digolongkan menjadi dua yaitu: (1)
hipothyroidisme (sekresinya kurang) dan (2) hiperthyroidisme (sekresinya berlebih)
Pembesaran Kelenjar
Tiap-tiap pembesaran kelenjar thyroid, tanpa memandang penyebabnya, disebut struma
(goiter). Salah satu penyebabnya adalah meningkatnya kegiatan kelenjar ini karena menurunnya
kadar yodium yang ada di dalamnya. Hal ini disebabkan karena si penderita minum air atau
makan bahan makanan yang tidak mengandung yodium. Struma sering ditemukan pada wanita
dewasa dan gejala ini biasanya dapat dikurangi jika orang yang bersangkutan diberikan yodium,
misalnya garam beryodium. Struma dapat pula disebabkan oleh adanya tumor atau
bertambahnya sekresi thyroxin.
Operasi Struma
Operasi struma (strumektomi) pada seseorang biasanya baru dilaksanakan jika struma ini
menimbulkan gangguan mekanis, kosmetik atau psikologis. Gangguan mekanis dapat
dibuktikan jika orang yang bersangkutan sukar menelan, sukar bernafas atau vena-vena besar di
daerah lehernya tertekan. Gangguan kosmetika, terutama pada wanita, struma menyebabkan
orang tersebut nampak kurang menarik. Gangguan psikologis lainnya yaitu ketika orang yang
menderita struma melamar pekerjaan, sering ditolak.
Hipothyroidisme (Hypothyroidism)
Pada manusia ada dua kondisi patologis yang disebabkan oleh hipotiroidisme yaitu:
kretinisme dan myxedema. Kondisi patologis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Kretinisme (Cretinism) disebabkan oleh cacat thyroid congenital (sejak lahir) atau
karena kelenjar ini mengalami atropi (menyusut) pada masa kanak-kanak. Pada si
penderita pertumbuhan tulangnya terhenti, walaupun tulang ini masih dapat menjadi
lebih tebal daripada normal. Perkembangan mentalnya pun terhenti pula. Si penderita
tidak hanya nampak cebol, tetapi proporsi bagian-bagian tubuhnya tidak normal,
misalnya kepalanya besar, perutnya menonjol, ototnya lemah dan bicaranya lamban
(slow speech).
20
2) Myxedema adalah kondisi yang timbul pada orang dewasa jika thyroidnya
mengalami atrofi atau dipotong. Gejala yang jelas tampak pada penderita adalah
lamban (baik kegiatan fisiknya maupun proses berpikirnya). Biasanya gejala ini
disertai gugup (tremor/ tangan gemetar). Kulitnya menjadi kasar dan kering karena
tidak adanya sekresi kelenjar kulit. Kulitnya nampak kekuning-kuningan. Jaringan
subkutan tumbuh berlebih-lebihan, yang pada suatu saat diganti oleh lemak.
Rambutnya kasar dan rontok, wajah dan tangannya sembab (swollen), laju
metabolismenya rendah dan si penderita menjadi apatis.
Kretinisme dan myxedema disebabkan karena kurangnya produksi hormon thyroxin pada
penderita. Mereka dapat disembuhkan dengan memberikan hormon thyroxin sintetis selama
hidupnya.
Hipertiroidisme (Hyperthyridism)
Jika kelenjar thyroid terlalu aktif, dalam arti sekresinya terlalu banyak, maka timbullah
penyakit Basedow (penyakit Grave). Gejala yang terpenting pada penderita adalah: thyroidnya
membesar, matanya melotot, denyut jantungnya cepat dan kadang-kadang tidak teratur, suhu
tubuhnya meningkat, gugup dan sukar tidur. Mungkin sekali selera makannya tinggi (selalu
ingin makan banyak-banyak), namun berat tubuhnya berkurang. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya laju metabolisme dan terganggunya pencernaan. Rambut (bulunya) kadang-
kadang tumbuh lebat. Si penderita dapat disembuhkan dengan jalan membuang sebagian
kelenjar thyroidnya (operasi).
21
Gambar 11. Mekanisme Kerja Hormon Tiroksin yang terjadi pada Gejala Hipothyroidisme
22
Gambar 12. Mekanisme Kerja Hormon iroksin yang Terjadi pada Gejala Hiperthyroidisme
23
5. GLANDULA PARATHYROIDEA (Kelenjar anak gondok = Parathyroid gland)
Pengertian
Pada manusia biasanya terdapat dua pasang (4 buah) glandula parathyroidea yang
terletak pada permukaan dorsal glandula thyroidea. Kelenjar yang berwarna kemerah-merahan
ini panjangnya kurang lebih 7 mm dan tebalnya 2-3 mm. Berat seluruh kelenjar ini sekitar 120
mg.
Glandula parathyroidea menghasilkan satu hormon penting yang dinamai parathyroid
hormone atau parathormon. Hormon yang berupa protein ini penting peranannya dalam hal
memelihara kadar kalsium yang normal di dalam darah. Hormon ini juga berfungsi untuk
mengatur metabolisme fosfor dan meningkatkan kegiatan reabsorpsi kalsium pada tubulus
renalis.
Kecuali parathormon, ada lagi hormon lain yang turut mengatur konsentrasi ion kalsium
di dalam tubuh. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar thyroid dan diberi nama calcitonin atau
thyrocalcitonin. Fungsinya terutama mencegah agar kadar kalsium dalam darah jangan terlalu
tinggi.
Parathormon mempengaruhi reabsorpsi fosfat di dalam tubulus renalis dan dengan
adanya vitamin D. Hormon ini merangsang absorsi kalsium pada dinding intestinum (usus
halus). Parathormon menunjukkan kegiatannya pada tulang dengan merangsang kegiatan
osteoclast. Jika osteoclast bekerja giat, maka hal ini berarti bahwa bagian-bagian tulang itu
digerogoti (dirongrong) sehingga akhirnya di dalam darah banyak ada kalsium.
24
Gambar 13. Kelenjar Paratiroid
Hipoparatiroidisme (Hypoparathyridism)
Jika hormon yang dihasilkan oleh kelenjar ini kurang, maka orang yang bersangkutan
menderita tetani (kejang). Hipoparatiroidisme biasanya terdapat pada anak-anak yang berumur
di bawah 16 tahun. Dalam hal ini kadar kalsium dalam darah menurun dan sarafnya lebih peka.
Reaksi-reaksi neuromuskuler yang nampak pada penderita antara lain: tangan dalam keadaan
fleksi, ibu jari dalam keadaan adduksi, sedangkan jari-jari yang lain extensio (terentang).
Hipoparatiroidisme mungkin disebabkan karena kelenjar ini terpotong, misalnya pada
operasi thyroid, tetapi dapat juga terjadi secara spontan. Orang yang menderita
hipoparatiroidisme yang akut harus segera ditolong dengan meningkatkan kadar kalsium dalam
darahnya. Hal ini dapat dilaksanakan dengan menyuntikkan kalsium intravenous (gluconas
calcinus) atau infus. Pemberian ini harus hati-hati sebab jika gegabah, denyut jantung penderita
akan terganggu.
25
Hiperparatiroidisme (Hypoparathyroidism)
Jika jumlah parathormon yang disekresikan oleh kelenjar ini terlalu banyak, maka pada
orang yang bersangkutan timbul penyakit ostitis fibrosa cystica generalisata atau penyakit
Recklinghausen. Tulang-tulangnya menjadi tipis dengan kista yang banyak. Kadang-kadang
tulangnya dapat patah secara mendadak karena rapuh. Osteoclast pada tulang bertambah
jumlahnya. Tulang-tulang yang lazim kena sasaran antara lain tulang-tulang panjang, corpora
vertebrae, tulang pelvis, tengkorak dan mandibula.
Otot-otot penderita menjadi lemah, nafsu makan kurang, merasa mual dan tulang-
tulangnya terasa nyeri. Pada penderita sering pula terdapat batu ginjal (neuphrocalcinosis). Hal
ini erat kaitannya dengan meningkatnya kadar kalsium dalam darah.
Terapi yang dapat meringankan gejala ini adalah dengan ekstirpasi (memotong) tumor
yang mungkin ada pada kelenjar itu, yang merupakan penyebab hipersekresinya. Di samping itu
si penderita harus menurangi makan zat-zat yang mengandung kalsium dan harus memperoleh
vitamin D yang cukup. Cairan natricus dapat pula diberikan pada penderita untuk menurunkan
kadar kalsium dalam darahnya.
Gambar 14. Mekanisme Kerja Parathormon yang Terjadi pada Gejala Hipoparatiroidisme
26
Gambar 15. Mekanisme Kerja Parathormon yang Terjadi pada Gejala Hiperparatiroidisme
6. PANKREAS
Pengertian
Organ ini sebenarnya merupakan kelenjar campuran, karena di samping menghasilkan
enzim-enzim pencernaan juga menghasilkan enzim-enzim pencernaan juga menghasilkan
hormon. Bagian “kepalanya” menghadap ke duodenum, sedangkan bagian “ekor”nya
membentang sampai ke limpa (lien). Getah-getah pancreas yang berfungsi dalam pencernaan
makanan disalurkan melalalui ductus pancreaticus (ductus Wirsung) yang bermuara pada
ampulla Vater di duodenum.
Di samping kelompok sel yang berfungsi menghasilkan getah-getah pencernaan
makanan, pada pancreas juga terdapat kelompok sel yang disebut pulau-pulau (insula)
Langerhans (paul langerhans adalah seorang ahli patologi bangsa Jerman, 1847 – 1888). Insula
langerhans inilah yang berfungsi sebagai kelenjar endokrin. Sel-selnya tersebar di seluruh dan
jumlahnya ada sekitar satu persen dari seluruh berat pancreas.
27
Insula Langerhans terdiri atas tiga jenis sel sebagai berikut.
1) Sel-sel alpha menghasilkan glukagon, yaitu hormon yang kegiatannya sebagai anti-
insulin.
2) Sel-sel beta menghasilkan insulin.
3) Sel-sel delta yang fungsinya belum diketahui.
Dalam tahun 1889 dokter Von Mering dan Minkowski (keduanya dari Jerman) ingin
mempelajari lebih banyak tentang fungsi pancreas dalam pencernaan. Mereka mengadakan
eksperimen dengan membuang seluruh organ ini dari tubuh anjing dan menunggu bagaimana
akibatnya. Selama studinya ini pembantu laboratoriumnya melihat bahwa urine anjing
percobaan ini dikerumuni semut, sedangkan urine anjing yang normal tidak.
Selama bertahun-tahun para peneliti mencoba untuk mengambil ekstrak (hormon)
pancreas yang berfungsi mengatur metabolisme glukosa, namun selalu gagal. Akhirnya dalam
tahun 1922 barulah Dr. Frederick banting dan Charles Best berhasil menemukan hormon
tersebut setelah mengadakan eksperimen yang tekun dengan menggunakan beberapa ekor
anjing. Hormonnya bernama insulin dan berupa protein.
28
Fungsi Insulin
Sampai saat ini telah diketahui beberapa fungsi insulin, antara lain adalah sebagai
berikut.
1) Meniadakan faktor yang menghalangi pekerjaan enzim hexokinase dalam proses
metabolisme glukosa. Faktor ini dihasilkan oleh adenohipofisis. Seperti telah
diuraikan dalam biokimia, pada tahap pertama glukosa diubah menjadi glukosa-
glukosa fosfat oleh ATP dengan bantuan enzim hexokinase.
2) Menggiatkan pemecahan glukosa menjadi fragmen-fragmen yang mengandung tiga
atom C, membantu pembuatan asam lemak, beberapa asam amino dan energi.
3) Mengurangi kegiatan glukoneogenesis dari katabolisme protein.
4) Membantu pembuatan glikogen untuk hepar dan otot
5) Menggiatkan transpor glukosa dari sel ke sel.
6) Membantu sel-sel mengambil glukosa, asam amino dan asam lemak.
Glukosa Darah
Kadar gula darah yang normal pada orang puasa adalah 80 – 120 mg % (60 – 100 mg
%). Jika seseorang makan karbohidrat agak banyak, maka kadar gula dalam darahnya dapat
meningkat sampai 150 mg % dalam waktu 30 – 60 menit, tetapi kemudian kembali normal.
Untuk memelihara kadar glukosa yang normal, pancreas harus menghasilkan insulin
yang cukup. Mekanisme penghasilan hormon ini dipengaruhi oleh kadar glukosa yang ada
dalam darah.
Jika kadar glukosa ini lebih daripada 170 mg %, maka tubulus-tubulus ginjal tidak
sanggup menyerap kembali, sehingga terjadilah glukosuria.
Mineralokortikoid.
Hormon garam (mineral) ini disebut juga Aldosteron yang berfungsi pada tubulus-
tubulus ginjal untuk merangsang reabsorpsi Na +, yang selanjutnya mengikat Cl -. Dengan
demikian kadar Na+, dan Cl - dalam cairan ekstraseluler terpelihara.
Sekresi aldosteron meningkat jika: a. kadar kalium ekstraseluler meningkat, b. kadar natrium
ekstraseluler berkurang dan c. sekresi ACTH dari adenohipofisis bertambah.
Kadar kalium yang tinggi lebih banyak pengaruhnya terhadap sekresi aldosteron (untuk
menormalkan kembali kadarnya dalam darah), walau kadar natrium yang rendah cukup penting
juga.
31
Jika diperlukan, hormon glukosteroid dapat menggiatkan “pembongkaran” cadangan
lemak (adipokinesis) atau sebaliknya dapat pula menggiatkan penyimpanan lemak sebagai
jaringan lemak (lipogenesis).
Kortikosteroid dapat pula mempengaruhi kegiatan jaringan lymphoid dan jumlah
eosinifil leukosit dalam peredaran darah. Jika seseorang diberikan hormon ini, maka ukuran
jaringan lymphoidnya berkurang dan demikian pula jumlah eosinofil yang ada dalam
peredarannya. Jika hormon ini terlalu banyak diberikan, maka ada kemungkinan bahwa
pembentukan antibody di dalam jaringan lymphoid terhenti.
32
Gambar 18. Kelenjar Suprarenalis Bagian Kortek dan Medula
33
Gambar 19. Hiposkresi Kelenjar Suprarenalis Bagian Korteks
34
Di samping dihasilkan oleg glandula suprarenalis, estrogen juga dihasilkan oleh folicel
de Graaf dalam ovarium. Fungsinya antara lain untuk merangsang pertumbuhan glandula
mammae pad wanita.
Progesteron dibuat dalam ovarium (oleh corpus luteum) dan glandula supra renalis
bagian korteks dan plasenta. Dalam testes juga mungkin ada pregesteron sebagai zat antara
dalam biosintesis androgen. Progesteron berfungsi untuk mempersiapkan dinding uterus (rahim)
guna menerima ovum (sel telur) atau zigot yang dating dari tuba Fallopii.
Dalam glandula supra renalis progesterone merupakan pemula (precorsor) dalam
biosintesis mineralokortikoid dan glukokortikoid.
Jika bagian korteks glandula supra renalis, ovarium atau testes dihilangkan, maka
akibatnya akan memunculkan perubahan fisiologik. Jika hanya ovarium atau testes saja
dihilangkan, maka korteks supra renalis akan membesar. Jika bagian korteks ini tidak dapat
berfungsi dan kadar hormon kortisol dalam darah menurun, maka sekresi ACTH dipergiat
(sebagai mekanisme umpan balik).
35
Kelainan pigmentasi dapat timbul sebagai hiperpigmentasi yang difus, terutama pada
bagian-bagian tubuh yang mendapat tekanan. Penyakit Addison adalah suatu penyakit yang
berat, jalannya progresif dan jika tidak segera diberikan pengobatan, maka akibatnya fatal.
Terapi penyakit ini antara lain dilaksanakan dengan memberikan cortison atau
hydrokortison, aldosteron atau oxycorticosteron acetate (DOCA) kepada penderita.
36
remaja. Pubertas precox pada pria dapat juga terjadi karena adanya kelainan pada hipotalamus
atau ada tumor pada sel-sel Lydig dalam testes.
Jika penyebabnya adalah tumor pada glandula supra renalis, maka satu-satunya cara
menolong penderita adalah dengan jalan adrenektomi dan kemudian memberikan pengobatan
dengan hormon-hormon kortikoid yang relevan. Jika penyebabnya hiperplasia pada kelenjar ini,
maka usaha yang dilaksanakan adalah dengan cara menekan pengaruh ACTH, misalnya dengan
memberikan kortison, sehingga penghasilan androgennya berkurang.
Bagian Medulla
Bagian medulla terdiri atas sel-sel granuler yang besar-besar, dengan penataan seperti
jala. Bagian ini menghasilkan dua hormon, yang berbentuk amino. Hormon-hormon yang
dimaksud adalah epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin).
Epinefrin (epinephrine) mempengaruhi organ-organ tubuh yang diurus oleh system saraf
simpatis, sehingga dengan demikian, hormon ini meningkat aktivitasnya. Hormon epinefrin dan
norepinefrin termasuk kelompok zat kimia cathecolamine symphathominetic amine, karena
pengaruhnya serupa dengan system saraf simpatis. Karena catecholamine mempunyai pengaruh
glicogenolitic dan hormon ini dapat mendistribusikan karbohidrat ke dalam otak selama periode
hipoglikemia. Hormon ini dapat merangsang pelepasan asam-asam lemak dari jaringan
adiposus, yang selanjutnya digunakan oleh otot sebagai pengganti glukosa.
Pada dasarnya norepinefrin lebih efektif dalam menyempitkan pembuluh-pembuluh
darah, sedangkan epinefrin lebih jelas peranannya dalam metabolisme karbohidrat. Pengaruh
kedua hormon ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pengaruhnya terhadap system kardiovaskuler. Epinefrin menyebabkan vasodilatasi
(pelebaran) arteriole pada otot-otot rangka dan vasokontriksi (penyempitan) arteriole
pada kulit, membrana mukosa dan viscera sphlanchnicus. Hormon ini dapat
menambah frekuensi dan kekuatan kontraksi otot jantung dan menambah outputnya.
Norepinefrin tidak begitu besar pengaruhnya terhadap output jantung dan hormon ini
pada umumnya mempunyai pengaruh vasokonstriksi. Kedua hormon ini
menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Karena norepinefrin tidak berpengaruh
pada pekerjaan jantung, hormon ini sangat berguna untuk memperbaiki keadaan
shock yang tidak disebabkan oleh pendarahan. Pengaruh vasokonstriksi epinefrin
37
dapat dimanfaatkan dalam operasi kecil untuk mencegah penyerapan zat-zat yang
mengandung anesthesia (obat bius) local dan mengurangi kehilangan darah.
2) Pengaruhnya terhadap otot-otot visceral. Epinefrin dapat mengendorkan otot-otot
polos pada gastrium intestinum dan vesica urinaria dan menyempitkan sphincter
(klep) pada gastrium dan vesica urinaria. Karena pengaruh pengendoran pada otot-
otot polos bronkiolus, epinefrin sangat berguna untuk meringankan penderita asma
bronkiolus.
3) Pengaruh metabolik. Epinefrin menunjukkan beberapa pengaruh metabolic dalam
tubuh, antara lain: (a) merangsang kegiatan pemecahan glikogen dalam hepar
sehingga dapat meningkatkan kadar glukosa dalam darah, (b) meningkatkan
pemecahan glikogen dalam otot, (c) menggiatkan lipolisis dalam jaringan lemak
dimana asam-asam lemak dan gliserol yang terlepas digunakan sebagai bahan bakar
dalam otot dan digunakan juga dalam glukoneogenesis (dalam hepar), dan (d)
menghalangi pelepasan insulin dari pankreas.
Jika seseorang disuntik dengan epinefrin, maka otot-otot seran lintangnya tidak cepat
lelah, frekuensi pernafasannya bertambah dan metabolisme dalam tubuhnya meningkat,
sehubungan dengan bertambahnya frekuensi pernafasan.
39
2) Progesteron. Hormon ini dihasilkan oleh corpus luteum yang terbentuk setelah
ovulasi. Progesteron berfungsi untuk membantu estrogen, khususnya dalam
menyiapkan uterus untuk menerima ovum atau zigot yang dating dari tuba falloppii.
Sekresi progesterone dikendalikan oleh Luteinizing Hormone (LH) yang dihasilkan
oleh adenohipofisis.
9. HORMON-HORMON LOKAL
Dalam tubuh manusia terdapat beberapa hormon yang berpengaruh secara local. Dalam
saluran pencernaan telah diketahui adanya tiga hormon yang demikian, yaitu: gastrin,
kolesistokinin dan sekretin. Ketiganya merupakan polipeptida.
Gastrin dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang terdapat dalam dinding lambung
(gastrium). Hormon ini merangsang sekresi asam klorida (HCl) oleh sel-sel parietal dan sekeresi
enzim oleh sel-sel utama.
Kolesistokinin dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang terdapat pada dinding duodenum.
Setelah disekresikan lalu diangkut oleh darah menuju ke kantong empedu dan setelah sampai di
sana berfungsi untuk merangsang kantong empedu mengeluarkan sekresi empedunya.
Sekretin dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang terdapat dalam duodenum dan
kemudian diangkut ke pancreas untuk merangsang pengeluaran sekresinya.
40
10. HORMON YANG BERKAITAN DENGAN AKTIVITAS KERJA
Setelah mencermati berbagai fungsi hormon tampaknya perlu dikaji mengenai peranan
hormon dalam aktivitas seseorang di tempat kerja. Dalam kajian ini dibahas mengenai pengaruh
hormon terhadap proses metabolisme dalam tubuh manusia ketika seseorang melakukan
aktivitas di tempat kerja. Hormon yang sangat berkaitan dengan aktivitas seseorang di tempat
kerja adalah sebagai berikut.
Somatotropin
Jika seseorang menderita hiposekresi hormon ini akan mengakibatkan: (1) cepat merasa
lelah; (2) tidak sanggup lagi mengerjakan pekerjaan fisik biasa; (3) tidak dapat memusatkan
perhatiannya; dan (4) menjadi apatis terhadap kejadian di sekitarnya. Jika hal ini terjadi pada
seorang pekerja tentu akan dapat mengurangi produktivitasnya. Akan tetapi dengan perhatian
41
khusus dan pemberian pekerjaan yang cocok untuk orang tersebut setidaknya akan dapat
membantu orang tersebut.
Jika dikaitkan dengan kelelahan yang merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh agar
terhindar dari kerusakan lebih lanjut atau dapat dikatakan sebagai alarm tubuh yang
mengisyaratkan seseorang untuk segera beristirahat. Mekanisme ini diatur oleh sistem saraf
pusat yang dapat mempercepat impuls yang terjadi di sistem aktivasi oleh sistem saraf simpatis
dan memperlambat impuls yang terjadi di sistem inhibisi oleh saraf parasimpatis. Dalam hal ini
peranan hormon somatotropin juga sangat penting. Menurunnnya kemampuan dan ketahanan
tubuh akan mengakibatkan menurunnnya efisiensi dan kapasitas kerja. Seandainya kondisi
seperti ini dibiarkan berlanjut tentunya akan mempengaruhi produktivitas seseorang. Grandjean
(1988) dan Sedarmayanti (1996) menyatakan bahwa kelelahan yang berlanjut dapat
menyebabkan kelelahan kronis dengan gejala: (a) terjadi penurunan kestabilan fisik; (b)
kebugaran berkurang; (c) gerakan lamban dan cenderung diam; (d) malas bekerja atau
beraktivitas; dan (e) adanya rasa sakit yang semakin meningkat. Di samping itu kelelahan juga
menyebabkan gangguan psikosomatik yaitu: (a) sakit kepala; (b) pusing-pusing; (c) mengantuk;
(d) jantung berdebar; (e) keluarnya keringat dingin; (f) nafsu makan berkurang atau hilang dan
(g) adanya gangguan pencernaan. (Grandjean, 1988 dan Pheasant, 1991).
Terkait dengan fakta tersebut tampaknya dalam melakukan aktivitasnya, seorang pekerja
tidak akan terlepas dari kelelahan yang amat terkait dengan mekanisme kerja hormon
somatotropin. Agar orang yang memiliki kasus seperti di atas, bisa dipertahankan untuk tetap
bisa bekerja dengan baik maka sebaiknya dilakukan cara-cara sebagai berikut.
a) Jangan ditempatkan di tempat kerja yang membutuhkan kemampuan fisik dalam
aktivitas sehari-hari.
b) Jangan diberikan pekerjaan yang memerlukan ketelitian, kecermatan, dan konsentrasi
yang tinggi.
c) Karena mereka yang menderita hiposekresi somatotropin sering berperilaku apatis
terhadap lingkungannya, maka sebaiknya privasi mereka dijaga dengan baik dan
dilakukan pendekatan secara partisipatori agar tidak terlalu menghindar dari kehidupan
sosial.
d) Pemberian nutrisi seimbang akan sangat membantu ketahanan dan kemampuan
kerjanya.
42
e) Mendesain ruang kerja yang nyaman tentu akan mengurangi energi yang terbuang
percuma untuk melawan kondisi lingkungan kerja yang tidak adekuat.
Tiroksin
Hormon tiroksin berfungsi untuk mengatur kecepatan metabolisme dan oksidasi di dalam
sel-sel jaringan sehingga dengan demikian hormon ini berkaitan dengan pertahanan suhu tubuh.
Jika dikaitkan dengan aktivitas seseorang di tempat kerja khususnya yang berkaitan dengan
upaya untuk mempertahankan suhu tubuh, ada baiknya dikaji mengenai suhu nyaman di ruang
kerja. Dengan memperhatikan suhu yang nyaman untuk beraktivitas tentu akan dapat menjaga
kinerja seseorang karena energinya tidak terbuang percuma untuk melawan suhu lingkungan.
Dalam hal ini mikroklimat di ruang kerja yang ditentukan oleh suhu udara, suhu permukaan
(suhu di atas meja, jendela, dinding, lantai dan lain-lain), kelembaban udara, gerakan udara dan
kualitas udara perlu mendapat perhatian khusus, sehingga kerja hormon tiroksin bisa
dioptimalkan dalam menjaga suhu tubuh. Suhu yang dirasakan seseorang merupakan rerata dari
suhu udara dan suhu permukaan. Untuk rasa nyaman, perbedaan suhu udara dan suhu
permukaan hendaknya sekecil mungkin, karena itu diambil patokan agar perbedaan rerata suhu
permukaan hendaknya tidak lebih dari 2 – 3o C di atas atau di bawah suhu udara. Sedangkan
perbedaan suhu antara di dalam dengan di luar ruangan, tidak lebih dari 4 o C. Jika melebihi
batas tersebut, hendaknya dibuat ruang antara untuk proses adaptasi terhadap perbedaan suhu
tersebut (Manuaba, 1998).
Suhu udara di satu ruangan, hendaknya antara 20 – 24o C pada musim dingin dan antara
23 – 26o C di musim panas (Helander, 1995). Sedangkan kelembaban relatif di satu ruangan
tidak boleh kurang dari 30% atau antara 40 – 60% di musim panas, merupakan kelembaban
relatif yang memberi suasana nyaman di ruangan tersebut. Jika suhu ruangan kurang dari 20 o C
mengakibatkan badan menggigil dan frekuensi pengeluaran urine meningkat sehingga dapat
mengganggu keseimbangan cairan dalam tubuh. Sebaliknya jika suhu ruangan terlalu panas
akan mengakibatkan (a) meningkatnya rasa lelah yang diikuti dengan hilangnya efisiensi tugas
mental dan fisik; (b) denyut jantung meningkat; (c) tekanan darah meningkat; (d) aktivitas alat
pencernaan menurun; (e) suhu inti tubuh meningkat; dan (f) produksi keringat meningkat
(Manuaba, 1998). Semua akibat tersebut sangat dipengaruhi oleh aktivitas hormon tiroksin.
43
Hormon ini menggiatkan penyerapan glukosa dari dinding usus dan menggiatkan
penggunaan glukosa dalam sel. Pengaruh yang demikian diduga berkaitan dengan kegiatan
system enzim di dalam mitokondria. Jika dikaitkan dengan aktivitas seseorang di tempat kerja,
tampaknya yang perlu diperhatikan adalah bagaimana caranya mengatur suplai nutrisi ke dalam
tubuh, sehingga pemanfaatan glukosa dalam sel yang dipengaruhi oleh hormon tiroksin dapat
berlangsung seimbang.
Hormon tiroksin pada orang yang masih muda dapat mempengaruhi perkembangan fisik
dan mental, sedangkan pada orang dewasa dapat merangsang proses mental. Fungsi ini dapat
dijadikan dasar dalam menentukan jenis pekerjaan yang dibebankan kepada seseorang dengan
umur yang berbeda. Dalam hal ini pekerjaan yang memrlukan kekuatan fisik hendaknya
dibebankan kepada mereka yang relatif masih muda dan sebaliknya pekerjaannya yang
memerlukan proses mental bisa dibebankan kepada mereka yang usianya relatif lebih tua.
Parathormon
Jika jumlah parathormon yang disekresikan oleh kelenjar ini terlalu banyak, maka pada
orang yang bersangkutan timbul penyakit ostitis fibrosa cystica generalisata atau penyakit
Recklinghausen. Tulang-tulangnya menjadi tipis dengan kista yang banyak. Kadang-kadang
tulangnya dapat patah secara mendadak karena rapuh. Osteoclast pada tulang bertambah
jumlahnya. Tulang-tulang yang lazim kena sasaran antara lain tulang-tulang panjang, corpora
vertebrae, tulang pelvis, tengkorak dan mandibula. Di samping itu otot-otot penderita menjadi
lemah, nafsu makan kurang, merasa mual dan tulang-tulangnya terasa nyeri.
Jika kasus ini ditemukan pada pekerja, maka diperlukan perhatian khusus agar tidak
terjadi cedera pada orang tersebut. Misalnya menempatkan orang tersebut pada tempat kerja
yang tidak berisiko mencederai tulangnya dan perlu dihindari pekerjaan-pekerjaan fisik yang
memerlukan kekuatan otot.
45
46
RANGKUMAN
Sistem endokrin umumnya mengatur fungsi-fungsi metabolic dalam tubuh dan kecepatan
reaksi kimia di dalam sel. Dengan demikian kegiatannya lebih lambat daripada system saraf.
Sistem endokrin dalam tubuh kita terdiri atas beberapa kelenjar endokrin. Sekresi hormon
dikendalikan dengan mekanisme umpan balik. Pada umumnya semua kelenjar endokrin
cenderung untuk menghasilkan hormon sebanyak-banyaknya dan ini harus dicegah. Jika
produksinya sudah cukup dan sudah dapat menunjukkan kegiatan fisiologiknya pada sel-sel
sasaran, maka kelenjar ini harus dihalangi agar jangan lagi mensekresikan hormonnya.
Sebaliknya jika suatu kelenjar endokrin kurang produksinya, maka pengaruh fisiologiknya juga
menurun. Kondisi yang demikian merangsang agar kelenjar tersebut menghasilkan hormon lebih
banyak.
Pada permulaan perkembangan endokrinologi, orang berpendapat bahwa hipofisis
merupakan kelenjar utama yang mengatur kegiatan kelenjar-kelenjar endokrin yang lain. Karena
itu hipofisis disebut Master Gland. Dalam perkembangan terakhir diketahui bahwa pelepasan
hormon-hormon yang dihasilkan oleh hipofisis dikendalikan oleh hipotalamus.
Kelenjar thyroid menghasilkan dua jenis hormon yaitu: (1) thyroxin (tiap-tiap
molekulnya mengandung 4 atom yodium = T4) dan (2) triiodothyronin (tiap-tiap molekulnya
mengandung 3 atom yodium = T3). Glandula parathyroidea menghasilkan satu hormon penting
yang dinamai parathyroid hormone atau parathormon. Hormon yang berupa protein ini penting
peranannya dalam hal memelihara kadar kalsium yang normal di dalam darah. Hormon ini juga
berfungsi untuk mengatur metabolisme fosfor dan meningkatkan kegiatan reabsorpsi kalsium
pada tubulus renalis. Pankreas sebenarnya merupakan kelenjar campuran, karena di samping
menghasilkan enzim-enzim pencernaan juga menghasilkan enzim-enzim pencernaan juga
menghasilkan hormon. Bagian “kepalanya” menghadap ke duodenum, sedangkan bagian
“ekor”nya membentang sampai ke limpa (lien). Getah-getah pancreas yang berfungsi dalam
pencernaan makanan disalurkan melalalui ductus pancreaticus (ductus Wirsung) yang bermuara
pada ampulla Vater di duodenum. Kelenjar anak ginjal atau adrenal gland ini terletak di atas
ginjal kiri dan kanan, masing-masing beratnya k.l 5 – 7 gram. Tiap-tiap kelenjar dibungkus oleh
kapsula yang tipis. Kelenjar ini terdiri atas dua bagian, yaitu bagian korteks (jaringan yang di
sebelah luar) dan bagian medulla (yang terletak di sebelah dalam). Dari segi embriologi, bagian
korteks berasal dari mesoderm, sedangkan bagian medulla berasal dari pertumbuhan ectoderm
47
neural, seperti system saraf otonom (bagian thoracolumbar). Dari korteks supra renalis telah
dapat diperoleh beberapa hormon yang berpengaruh pada organ-organ kelamin, misalnya:
androgen, estrogen dan progesterone. Istilah androgen digunakan untuk memberi nama kepada
persenyawaan steroid yang mempunyai kegiatan untuk menimbulkan maskulinisasi, yaitu
merangsang perkembangan tractus genitalis jantan. Androgen mencakup hormon androsteron,
testosteron dan derivat-derivatnya. Dalam tubuh manusia terdapat beberapa hormon yang
berpengaruh secara local. Dalam saluran pencernaan telah diketahui adanya tiga hormon yang
demikian, yaitu: gastrin, kolesistokinin dan sekretin. Ketiganya merupakan polipeptida.
Setelah mencermati berbagai fungsi hormon tampaknya perlu dikaji mengenai peranan
hormon dalam aktivitas seseorang di tempat kerja. Pengaruh hormon terhadap proses
metabolisme dalam tubuh manusia ketika seseorang melakukan aktivitas di tempat kerja sangat
penting untuk diketahui dan dapat digunakan sebagai dasar dalam penempatan seseorang pada
suatu pekerjaan yang disesuaikan dengan kondisi fisiologis tubuhnya, sehingga efek negatif
yang mungkin terjadi akan dapat diminimalkan atau dihindari sejak dini.
48
TUGAS DAN LATIHAN
1. Jelaskan pengertian sistem endokrin !
2. Jelaskan struktur kimiawi hormon !
3. Jelaskan mekanisme kerja hormon !
4. Jelaskan proses pengendalian sekresi hormon !
5. Kelainan apa yang muncul jika terjadi hipotiroidisme ?
6. Jelaskan tentang diabetes mellitus !
7. Jelaskan tentang mekanisme kerja hormon yang dihasilkan oleh ovarium (indung telur) !
8. Jelaskan tentang mekanisme kerja hormon-hormon lokal !
9. Jelaskan hubungan antara endokrinologi dengan aktivitas kerja !
49
DAFTAR PUSTAKA
Ann. B. Mcnaught & Robin Callander. 1975. Illustrated Physiology. New York: Churchill
Livingstone.
Christensen, E.H. 1991. Physiology of Work. Dalam: Parmeggiani, L. editor. Encyclopaedia of
Occupational Health and Safety, 3rd (revised) Ed. Genewa: ILO. p. 1698-1700.
Ganong, W.F. (terjemahan: Adji Dharma). 1990. Fisiologi Kedokteran Edisi 10. Jakarta: EGC
(Penerbit Buku Kedokteran).
Ganong, W.F. 2001. Review of Medical Physiology. 20th Edition. New York: Lange Medical
Books/ McGraw-Hill Medical Publishing Division.
Grandjean, E. 1988. Fitting the Task to the Man. London: Taylor & Francis.
Guyton & Hall (terjemahan: Irawati Setiawan, LMA Ken Ariata Tengadi, dan Alex Santoso).
1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC (Penerbit Buku Kedokteran).
Manuaba, A. 1998. Pengaturan Suhu Tubuh dan “Water Intake”. (Bunga Rampai Vol. II)
Denpasar: Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja Universitas Udayana.
Pheasant, S. 1991. Ergonomics, Work and Health. London: Macmillan Academic Profesional
Ltd.
Sedarmayanti. 1996. Tata Kerja dan Produktivitas Kerja, Suatu Tinjauan Aspek Ergonomi atau
Kaitan antara Manusia dengan Lingkungan Kerja. Bandung: CV. Mandar Maju.
Tjandra, I.A.M, 1988. Hormon. Singaraja: Bioma.
50