Anda di halaman 1dari 60
Milik: NIM: PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK Disusun Oleh : KBK KIMIA ANALITIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM. SJURUSAN KIMIA Dicetak ulang Agustus 2019 PRAKATA Puji dan syukur Alhamdulillah senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala karunia yang dilimpahkan kepada kita dan masih diberi kesempatan untuk menimba ilmu sebagai salah satu perwujudan menunaikan kewajiban beribadah kepada-Nya melalui penyusunan Buku Petunjuk Praktikum. Praktikum dalam mempelajari ilmu kimia merupakan bagian dari langkah-langkah dasar berpikir dan bersikap ilmiah untuk pembuktian teori-teori dan melatih penelitian pengembangan ilmu lebih lanjut. Praktikum Kimia Analitik Dasar dilakukan untuk mendukung pemahaman teoritik yang disampaikan pada kuliah Dasar-dasar Kimia Analitik, Materi pokok praktikum Kimia Analitik Dasar terdiri analisis kualitatif meliputi identifikasi kation dan anion, pemisahan kation serta analisis Kuantitatif terdiri asidi- alkalimetri, oksidimetri, Kompleksometri dan gravimetri disajikan dalam dua buku yang berbeda. Buku petunjuk praktikum Kimia Analisis Dasar tentang analisis kualitatif kation dan anion setiap tahun dilakukan peninjauan kembali dan perbaikan dengan memperhatikan perkembangan kurikulum serta hasil evaluasi yang dilakukan secara berkelanjutan, oleh Karena itu mahasiswa diharapkan aktif memberi saran dan menambah informasi dari berbagai sumber rujukan. Besar harapan buku petunjuka praktikum ini dapat dipahami dan dilakukan sebaik mungkin. Kritik dan saran senantiasa terbuka demi kebaikan dan proses pembelajaran praktikum, ucapan terima kasih terkhusus Bpk. Rachmat Nugroho serta semua pihak yang memberikan perhatian dan telah memberi sumbangan pemikiran untuk perkembangan ilmu kimia terutama dalam KBK Kimia Analitik Jurusan Kimia—-FMIPA Universitas Negeri Malang. Malang, Tim Penyusun: Dr. Yudhi Utomo, M.Si Dr. Irma Kartika K, S.Si, M.Si DrSe. Anugrah Ricky Wijaya, M.Sc Dr. Hayuni Retno Widarti, M.Si Dr. Endang Budiasih, M.S Drs. Moh. Sodig Tbnu, M.Si Hanumi Oktiyani Rusdi, S.Pd., M.Si DAFTAR ISI Halaman PRAKATA.... 1 DAFTAR ISI ii PERATURAN PRAKTIKUM......00s000 iii Analisis Kualitatif Kation dan Anion Percobaan 1 : Analisis Pendahuluan. 7 Percobaan 2 : Analisis Anion 7 Percobaan 3 : Analisis Kation Golongan 1... 9 Pereobaan 4 : Analisis Kation Golongan II 13 Percobaan 5 : Analisis Kation Golongan IIL. 20 Percobaan 6 : Analisis Kation Golongan IV... 28 Percobaan 7 : Analisis Kation Golongan V/ Golongan sisa 3 Analisis Kuant Percobaan 8: Titrasi Asam Basa... 36 Percobaan 9: Titrasi Pengendapan 39 Pereobaan 10 : Titrasi Redoks....... 41 Percobaan 11 : Titrasi Kompleksometti 0.0 44 Percobaan 12 : Penentuan Sulfat dan Nikel dengan Metoda Gravimetti...... 46 Lampiran: Contoh jumal dan laporan ii PERATURAN PRAKTIKUM A. TATA TERTIB Mahasiswa yang diperkenankan menjalankan praktikum ialah mahasiswa yang secara administrasi resmi terdaftar (terekap dalam daftar hadi). Pada waktu bekerja di laboratorium para mahasiswa diwajibkan mengenakan jas praktikum, bersepatu disertai membawa lap tangan, lap meja dan alat-alat tulis sendiri. Setiap kali praktikum, mahasiswa diwajibkan mengisi dan menandatangani daftar presensi, apabila berhalangan hadir harus menunjukkan keterangan tertulis dengan alasan-alasan sah. Praktikum susulan dilakukan di waktu lain harus memberitahu terlebih dulu dan mendapat ijin dosen pembimbing maupun laboran. Apabila tiga kali berturut-turut tidak datang untuk menjalankan praktikum tanpa ada keterangan yang sah, maka mahasiswa tersebut tidak diperbolehkan lagi melakukan praktikum selanjutnya dan dinyatakan tidak lulus, Melakukan kegiatan praktikum dengan bersemangat, disiplin dan jujur, penuh tanggung jawab, tidak diperkenankan makan atau minum selama melakukan praktikum, Senantiasa menjaga keselamatan kerja meliputi keselamatan personal, alat dan bahan.. Selesai melakukan kegiatan praktikum tempat kerja ditata dan bersih, cek kembali kran air atau instrument listrik sudah benar-benar keadaan mati. Harus tunduk pada peraturan-peraturan yang berlaku dan menjaga tata krama dalam menjalankan praktikum, B. PERALATAN Jika akan memulai praktikum, sediakanlah alat-alat yang akan dipakai di atas meja, Alat-alat yang tidak digunakan sebaiknya disimpan di dalam almari supaya tidak mengganggu pada waktu bekerja, Jika diperlukan praktikan dapat meminjam alat-alat kepada laboran. Peminjaman dilakukan dengan menuliskan nama alat yang diperlukan pada buku peminjaman alat, Periksalah alat yang dipinjam dengan seksama pada waktu penerimaan. Alat yang tidak cocok atau cacat segera dikembalikan, Setelah pemakaian alat-alat yang dipinjam segera dikembalikan pada waktu akhir praktikum dalam keadaan utuh atau bersih. Kerusakan alat/ instrument karena kecerobohan dan tidak taat azas penggunaan alat merupakan tanggungjawab praktikan yang wajib memperbaiki atau mengganti iii C. ZATDAN PEREAKSI Zat yang akan dianalisis disimpan dalam tempat yang tertutup supaya tidak terkena kotoran-kotoran yang mempersulit analisis. Pakailah pereaksi secukupnya saja. Periksalah pereaksi yang akan digunakan apakah jemih atau keruh, Jika keruh mintalah ganti kepada laboran jaga / asisten. Jangan mengembalikan pereaksi berlebih ke dalam botolnya untuk menghindari kontaminasi dan kesalahan pengembalian, Zat padat harus diambil dengan sendok atau spatula yang bersih dan kering. Botol-botol pereaksi yang digunakan untuk bersama tidak boleh dibawa ke tempat sendiri, ambillah secukupnya dengan tabung reaksi, D. BAHAN-BAHAN BERBAHAYA Hindarkan dari api bahan-bahan yang mudah terbakar seperti eter, Kloroform dsb. Hati-hati dalam menggunakan bahan-bahan yang dapat menimbulkan luka bakar, misalkan asam im pekat (H2SO«, HNOs, HCl), basa-basa kuat (KOH, NaOH dan NH.OH) dan oksidator kuat (02, air brom, senyawa klor), Percobaan dengan penguapan menggunakan asam-asam kuat dan menghasilkan gas- gas beracun dilakukan di almari asam. E, TEKNIK LABORATORIUM Jagalah agar pipet yang digunakan untuk mengambil larutan pereaksi tetap bersih dengan cara pipet tersebut harus selalu dicuci setelah pengambilan suatu pereaksi. Cara mengendapkan Gunakan pereaksi secukupnya sampai tidak terjadi endapan lagi. Cara mengetahui apakah pereaksi tidak berlebihan dilakukan dengan menguji cairan yang bening di atas endapan, diberi 1 tetes pereaksi, jika tidak memberikan endapan lagi menunjukkan pereaksi sudah berlebih, Cara menyaring Basahi kertas saring dengan larutan yang akan digunakan untuk menyaring, terlebih dahulu. Pada waktu menyaring jagalah supaya saringan tidak sampai penuh, cairan hanya boleh sampai 1 cm di bawah pinggir kertas saring, tepi atas kertas saring 1 em di bawah tepi atas corong. Cara mencuci endapan pada kertas saring : Arahkan aliran air dari sebuah botol pencuci pertama-tama di sekitar pinggir atas kertas saring menyusul gerakan spiral menuju endapan dan tiap pencucian kertas saring terisi antara separuh sampai dua pertiganya. ee 6. Cara melarutkan endapan: a, Dibuat lubang kecil pada bagian kertas saring dengan batang pengaduk dan endapan disemprot dengan pelarut, ditampung dengan gelas piala kecil atau tabung reaksi. b. Kertas saring diambil dari corong, dibuka di atas kaca arloji, endapan diambil dilarutkan dalam gelas piala, Pembakar Bunsen atau lampu spiritus yang tidak digunakan supaya dipadamkan ‘menggunakan tutup spiritus (Jangan Ditiup!!) Pengenceran asam Kuat atau basa Kuat yang mempunyai bobot jenis lebih besar dari air, dilakukan dengan cara menuangkan asam atau basa tersebut ke dalam air dan bukan sebaliknya. Jika melakukan pemanasan dengan tabung reaksi menggunakan penjepit kayu, maka mulut tabung jangan diarahkan ke muka sendiri atau orang Jain tetapi arahkan ke tempat kosong. ee PERCOBAAN 1 ANALISIS PENDAHULUAN A. Tujuan Percobaan 1. Melakukan analisis kualitatif pendahuluan secara sifat organoleptik terhadap sampel yang mengandung senyawa anorganik, 2. Menganalisis data yang diperoleh untuk menentukan_sifat fisika kelarutan sampel dan uji nyala/ uji mutu, B. Dasar Teori Dalam bidang kimia analitik, suatu analisis harus melalui beberapa tahapan seperti pemilihan dan penyiapan sampel (sampling), perlakuan awal (pretreatment), pemisahan, pengukuran, dan analisis data, Kimia analitik dibagi menjadi dua yaitu analisis secara kualitatif dan analisis secara kuantitatif. Dalam analisis secara kualitatif| tahap awal yang dilakukan adalah uji organoleptis sebagai hipotesis awal untuk mengetahui kandungan zat dalam suatu sampel. Sampel diamati sifat-sifat fisik dan kimiawinya dengan beberapa metode analisis pendahuluan, dengan tujuan mendapatkan informasi awal untuk menduga komponen yang terkandung didalamnya, Pengamatan meliputi sifat fisik soperti bentuk, wama, bau, pelarut yang sesuai, dan wama nyala jika memungkinkan, Perubahan secara fisika dan kimia seperti dalam proses pelarutan dan pemenasan menjadi pengamatan yang penting dalam analisis pendahuluan, Pemeriksaan pendahuluan meliputi pengamatan sifat fisik secara organoleptik, pengamatan bentuk dan wama pada pemanasan, uji kelarutan, dan wama nyala. Pengamatan secara organoleptik meliputi bentuk, wujud, dan wama dari suatu sampel. Suatu senyawa mempunyai penampakan fisik yang khas baik dari bentuk maupun wama yang ada. Warna dapat dijadikan sebagai salah satu hipotesis keberadaan salah satu komponen senyawa kimia, Beberapa senyawa memberikan wama khas, seperti garam Kobalt(II)klorida berwama merah jambu, Mangan({I)sulfat merah muda pucat, tembaga({I)sulfat berhidrat biru, nikel sulfat hijau, dan sebagainya, Beberapa senyawa dapat mengalami perubahan warna dan bentuk karena pemanasan seperti terlihat pada Tabel | ‘Tabel 1. Zat yang Mengalami Peruraian dan Perubahan Warna pada Pemanasan No | Warna muta -mula | Wara pada pemanasan Zat 1. | Biv Putih | CuSO. 5H0 2 | Hija Coklat CuCh. 220 3. | Hijau Hitam CuBn2 0 4. | Hijau ~ | Hitam ~ | Cu(NO)2.2H20 S._| Kuning Hitam FeCh 6:0 | Merah karmin Bie CoC 6H0 7__| Merah muda ‘Ungu muda (CoSOs.7H20 8. | Ungu muda Putih kekuningan KF«SO):.12H20 Analisis Komponen suatu senyawa umumnya dilakukan dalam bentuk larutan, Dalam tahap selanjutnya dari analisis pendahuluan adalah uji kelarutan, Kebanyakan senyawa kimia larut pada pelarut tertentu, secara berturutan sampel dicoba dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Urutan pelarut yang digunakan adalah air, asam klorida encer, asam klorida pekat, asam nitrat encer dan pekat, dan air raja semuanya masing- masing dalam keadaan dingin terlebih dahulu kemudian jika tidak larut dalam kondisi dingin dilanjutkan dalam kondisi panas. Dalam analisis pendahuluan klasik meliputi pula uji mutu boraks, uji nyala, dan uji reaksi dengan asam sulfat encer dan pekat. Pengamatan pada uji mutu boraks dilakukan dengan mengamati pembentukan warna tertentu suatu senyawa yang melekat pada manik yang dipanaskan. Beberapa logam akan membentuk wara yang khas pada manik yang dipanaskan pada nyala. Misalnya tembaga (II) pada manik borat bila dipanaskan pada nyala akan direduksi menjadi tembaga logam, sehingga manik borat yang mula-mula tembus pandang menjadi merah dan tidak tembus cahaya. Uji nyala dengan mengamati wama nyala senyawa yang dipanaskan dengan pembakar Bunsen. Beberapa logam memberikan warna spektrum yang khas apabila dikenakan pada nyala Bunsen, Natrium memberikan nyala kuning keemasan, kalium memberikan nyala lembayung, borat memberikan nyala hijau dan sebagainya Dalam reaksi dengan asam sulfat encer dan pekat mengamati beberapa anion yang diuraikan oleh asam sulfat menjadi gas-gas yang mudah dikenali. Misal anion karbonat diuraikan oleh asam sulfat encer menjadi karbon dioksida yang teramati pada percobaan dengan dibebaskannya gas tak berbau dan tak berwama yang mengeruhkan air kapur, juga terbentuknya gas CO yang terbakar dengan nyala biru sebagai hasil peruraian formiat oleh asam sulfat pekat. C. Alat dan Bahan Alat: tabung reaksi, rak, gelas arloji, gelas kimia, pipet tetes, mikroskop, pengaduk gelas, cawan penguapan, spatula, lampu spiritus, kaki tiga dan kassa, kertas lakmus merah dan biru, kertas saring Bahan: AgNOs, Hg(I)Nitrat, Pb(NOs)2 {kation golongan 1}; CuSOs.5H:0, Cd(NOs)2, Bi(NOs)s {kation golongan 2}; FeCls, Cr(NOs)2, CoCh.6H20, NiSOs.xH20 {kation golongan 3}; Barium nitrat, kalsium nitrat, amonium nitrat {kation golongan 4 dan 5}, aquades, HCI encer, HCI pekat, HNOs encer, HNOs pekat, air raja, NHsOH. D. Prosedur Kerja 1 Organoleptis a, Amati wama dari tiap garam yang tersedia, Bahan (sampel) tetap dalam tempat/wadahnya, Catat data pengamatan, b. Amati bentuk beberapa garam dengan menggunakan mata telanjang dan mikroskop (kelompok bergantian). Ambil dalam jumLsh secukupnya (sepucuk spatula), tempatkan pada gelas arloji, lakukan pengamatan bentuk dengan mata telanjang. Bandingkan dengan menggunakan mikroskop untuk beberapa senyawa (yaitu garam dari perak, tembaga, kadmium, besi(IIl), kromium, kobalt, dan nikel). Catatan: pengambilan bahan harus hati-hati. Gunakan sendok yang tetap untuk tiap sampel, jangan dicampur. Apabila selesai melakukan pengamatan mata telanjang, bahan tidak boleh dibuang. Gunakan untuk pengamatan selanjutnya yaita mengamati bentuk menggunakan mikroskop dan uji kelarutan. Catat data pengamatan, 2. Uji Pemanasan Tempatkan sepucuk kecil sendok spatula garam tembaga({I)sulfat hidrat di cawan penguapan. Lakukan pemanasan, amati warna sebelum dan setelah pemanasan. Ulang prosedur tersebut untuk masing-masing garam kobalt klorida dan nikel sulfat. Catat data pengamatan, RE TE Kelarutan Ambil sedikit garam (seujung sendok spatula), masukkan ke dalam tabung reaksi. Lakukan uji kelarutan dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Urutan pelarut pertama adalah air dingin, tambahkan secukupnya (Kurang lebih 3 mL). Kocok hingga homogen, atau aduk dengan pengaduk gelas. Jika tidak larut, maka lakukan pemanasan. Jika masih belum larut, lanjutkan ke urutan pelarut selanjutnya yaitu asam Klorida encer dalam keadaan dingin, Apabila belum larut, lanjutkan pada urutan pelarut selanjutnya hingga diperoleh pelarut yang sesuai. Hentikan pelarutan jika sampel sudah dapat Jarut, jangan melompati urutan penggunaan pelarut. Catat data pengamatan, 4 ter! ip Jon Amonium Didihkan seujung spatula kecil zat yang mengandung ion amonjum (NHsNOs) dengan larutan NaOH dalam tabung reaksi, miringkan tabungnya, jika ada gas yang dilepaskan, uji sifat gas yang terbentuk dengan lakmus. Bandingkan dengan salah satu garam yang tidak mengandung ion amonium, dengan melakukan prosedur yang sama, Catat data pengamatan, Uji Nyala Lakukan uji nyala pada kawat Pt. Celupkan kawat Pt dalam HCl, kemudian celupkan lagi pada sampel, lalu panaskan pada nyala bunsen atau lampu spiritus. (warna nyala lampu spiritus yang digunakan harus biru). Amati wama nyala yang terjadi PERCOBAAN 2 ANALISIS ANION A, Tujuan Percobaan Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat melakukan analisis dan identifikasi jenis-jenis anion dalam sampel. B. Dasar Teori Analisis anion dalam sampel tidak ada penggolongan secara spesifik seperti halnya dalam analisis ation. Beberapa sampel yang akan dianalisis jenis anionnya dan diperkirakan mengandung logam berat harus direaksikan terlebih dahulu dengan natrium karbonat. Tujuannya adalah untuk mengendapkan logam berat sebagai garam Karbonat, schingga anionnya terpisah dan membentuk garam natrium yang larut sehingga dapat dilakukan analisis, C. Alat dan Bahan Alat: Tabung reaksi, Rak tabung reaksi, penjepit tabung, Pipet tetes, Pemanas spiritus dan kaki tiga, kertas saring Bahan: Anion halida (jon klorida, bromida, dan iodida); anion nitrit dan nitrat; anion sulfida, sulfit, dan sulfat; anion fosfat; Reagen: perak nitrat, asam sulfat encer, asam sulfat pekat, besi(Ii)sulfat (harus baru-wama biru, kalau sudah berwama kuning, minta diganti), asam nitrat, kalium dikromat, timbal asetat, amonium molibdat, barium Klorida, KI, kloroform. D. Prosedur Kerja 1. Klorida, Cr Ambil I mL larutan sampel anion klorida, masukkan ke dalam tabung reaksi dan tambahkan perak nitrat tetes demi tetes. Amati dan catat, jangan dibuang. untuk bandingkan dengan anion halida yang lain. 2. Bromida, Br a, Ambil | mL larutan sampel anion bromida, masukkan ke dalam tabung reaksi dan tambahkan perak nitrat tetes demi tetes. Amati dan catat, jangan dibuang untuk bandingkan dengan anion halida yang lain, b. Ambil 1 mL larutan sampel anion bromida dalam tabung reaksi, tambahkan asam sulfat pekat secara perlahan kemudian tambahkan kloroform. Amati dan catat, jangan dibuang untuk bandingkan dengan anion iodida, 3. lodida, I- a, Ambil 1 mL larutan sampel anion iodida, masukkan ke dalam tabung reaksi dan tambahkan perak nitrat tetes demi tetes. Amati dan catat, bandingkan dengan anion halida yang lain. b. Ambil 1 mL larutan sampel anion iodida dalam tabung reaksi, tambahkan asam sulfat pekat secara perlahan kemudian tambahkan kloroform. Amati dan catat, jangan dibuang untuk bandingkan dengan anion iodida. (Bandingkan hasilnya dengan anion bromida). 4. Nitrit, NO Ambil 1 mL larutan garam nitrit, masukkan ke dalam tabung tambahkan pereaksi di bawah ini (dalam tabung berbeda): a, Asam sulfat encer, iakukan dalam almari asam, b. KI dan diasamkan dengan asam sulfat, kemudian tambahkan kloroform secara perlahan melalui dinding tabung. 5. Nitrat, NOx Ambil | mL larutan natrium nitrat, masukkan ke dalam tabung reaksi dan tambahkan (tabung berbeda): a. Asam sulfat pekat, bila dipanaskan akan timbul gas yang berwama coklat (jangan dihirup). b. Asam sulfat pekat setelah dipanaskan sebentar, didinginkan. Tambahkan larutan ammonium ferro sulfat (NH4)2Fe(SO,)2 melalui dinding tabung schingga membentuk Japisan di atasnya, akan terjadi cincin coklat. 6. Sulfida. S> Ambil 1 mL larutan NagS, masukkan ke dalam tabung reaksi dan tambahkan (tabung berbeda): a. Asam sulfat pekat dan panaskan, akan terjadi endapan $ dan timbul gas SOz. Bila mulut tabung reaksi ditutup dengan kertas saring yang dibasahi dengan kalium bikromat akan berwama hijau b, Perak nitrat, akan terjadi endapan hitam dari AgsS. c. Asam sulfat atau asam klorida akan timbul gas H2S yang dapat menghitamkan kertas timbal asetat. 7. Sulfit, SOx Ambil | mL larutan natrium sulfit, masukkan ke dalarn tabung reaksi dan tambahkan (tabung berbeda): a. Asam sulfat encer dan dingin maka akan timbul gas yang berbau merangsang. Bila mulut tabung reaksi ditutup dengan kertas saring yang dibasahi dengan kalium bikromat akan berwama hijau b. Perak nitrat akan timbul endapan putih AgsSOs yang larut dalam natrium sulfit berlebihan, Jika dididihkan akan terbentuk endapan abu-abu perak metalik, 8, Sulfat, SO” Ambil | mL larutan natrium sulfat, masukkan ke dalam tabung reaksi dan tambahkan (tabung berbeda): a. Barium klorida, terjadi endapan putih dari barium sulfat yang tidak larut dalam asam nitrat atau asam klorida pekat. b, Timbal asetat, akan terjadi endapan putih timbal sulfét. Endapan tersebut larut dalam asam sulfat pekat atau amonium asetat. 9. Fosfat, POs Ambil 1 ml larutan natrium fosfat masukkan ke dalam tabung reaksi dan tambahkan (tabung berbeda): a. Perak nitrat dan panaskan maka akan terjadi endapan kuning perak fosfat. Endapan ini larut dalam asam nitrat dan amonia. b. Amonium molibdat berlebih (2-3 mL) kemudian asamkan dengan penambahan HNO pekat, biarkan beberapa lama sampai timbul endapan kuning dari amonium fosfomolibdat. Untuk mempercepat reaksi dapat dipanaskan. E. Tugas 1, Tuliskan persamaan reaksi yang terjadi pada tiap analisis anion tersebut ? 2. Berikan contoh aplikasi analisis anion dalam kehidupan sehari-hari ! PERCOBAAN 3 ANALISIS KATION GOLONGAN I A. Tujuan Percobaan Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat memisahkan kation-kation golongan I dan mengidentifikasi keberadaan kation-kation tersebut. B. Dasar Teori Analisis kation secara kualitatif secara sistematis telah berkembang cukup lama. Penggolongan kation telah dilakukan oleh Karl Remegius Fresenius pada tahun 1897, yang dikenal dengan metoda HzS. Beberapa modifikasi telah dilakukan_ untuk memudahkan pemisahan dan pengidentifikasian kation-kation dalam suatu sampel, diantaranya penggunaan HzS diganti dengan NaoS Penggolongan dan pemisahan kation didasarkan pada kemampuan kation membentuk suatu endapan (yang memenuhi nilai Ksp). Tahapan di dalam penggolongan dan pemisahan kation adalah uji pendahuluan, pemisahan golongan, pemisahan kation dalam satu golongan, dan uji identifikasi. Tahap pertama yang dilakukan adalah uji pendahuluan yang meliputi pemeriksaan fisik (organoleptis) dan uji Kelarutan. Apabila sampel dalam bentuk padatan, maka untuk memudahkan pemisahan dilakukan pelarutan sampel terlebih dahulu. Tahap kedua adalah pemisahan kation ke dalam golongan, dengan penambahan pereaksi pengendap yang selektif. Untuk memisahkan kation golongan I dengan kation golongan lain ditambahkan HCI, akan dihasilkan endapan, Kation-kation golongan | diendapkan sebagai garam klorida. Pemisahan kation golongan I didasarkan atas fakta bahwa garam klorida dari kation golongan | tidak larut dalam suasana asam (pH 0,5 -1). Kation-kation dalam golongan I terdiri atas Ag’, Hg", dan Pb**. Garam Klorida dari kation golongan I adalah HgoCls, AgCI dan PbCh Tahap selanjutnya adalah pemisahan masing-masing kation pada satu golongan yang dapat dilakukan menurut cara sebagai berikut: (1) PbCl, dipisahkan dari HgCh dan AgCl, berdasarkan perbedaan kelarutan antara PbClz, dengan HgCle dan AgCl. Endapan PbCl: larut dalam air panas, sedangkan Hg2Clz dan AgCl tidak larut dalam air panas; (2) HgxCl dan AgCl dipisahkan berdasarkan perbedaan kelarutan antara kompleks Hg(NH2)CI dan [Ag(NH3)2] yang dibentuk dengan penambahan amonia tethadap HgsCl: dan AgC! setelah PbCh terpisah. Kompleks Hg(NH2)CI berbentuk endapan hitam yang bercampur dengan Hg* sedangkan [Ag(NH3)2] tidak membentuk endapan. Tahap terakhir dari analisis kation adalah identifikasi dari kation yang telah dipisahkan, Identifikasi dilakukan untuk memastikan bahwa kation yang dimaksud memang terkandung dalam sampel. Uji identifikasi terhadap kation dilakukan dengan menambahkan suatu reagen yang spesifik. C. Alat dan Bahan Alat: Gelas kimia, gelas ukur, pengaduk gelas, pemanas spirtus, kaki tiga dan kassa, corong gelas, kertas saring, cawan penguapan, Bahan: sampel (compuran kation golongan 1), HCl 2M, aquades, amonia 6 M, asam nitrat 6 M, NaOH, KI, kromat. D. Prosedur Kerja Ambil sampel sebanyak 10 mL, tempatkan dalam gelas kimia. Uapkan hingga volume larutan tersisa setengah dari volume awal. Tambahkan kembali dengan aquades hingga volume Kembali 10 mL. Selanjutnya tambahkan tetes demi tetes HCI 2 M, sambil diaduk. Teruskan penambahan sampai seluruh kation golongan I telah mengendap. Saring endapan kemudian pisahkan filtratnya. Uji filtrat dengan menambahkan HCI 2 M, apabila masih terbentuk endapan lanjutkan penambahan reagen hingga tidak terbentuk endapan lagi. Satukan endapan yang diperoleh dengan endapan sebelumnya. Cuci endapan dengan 4 mL HCl 2 M dingin (sebanyak 2 kali), kemudian cuci kembali dengan 4 mL air dingin sebanyak 2 kali. Pindahkan endapan (dari kertas saring) dalam gelas kimia 50 mL, tambahkan 20 mL aquades. Didihkan selama | menit, kemudian saring larutan dalam keadaan panas. Filtrat kemungkinan mengendung ion Pb**, sedangkan endapan berupa AgCl dan Hg»Cle. Pisahkan filtrat dan endapan yang terbentuk, Filtrat selanjutnya dapat dilakukan uji identifikasi untuk Pb (untuk memastikan ion Pb’*). Endapan yang mengandung ion Ag" dan Hgx”*, dicuci dengan air panas $ mL sebanyak 3 kali (Buang larutan hasil pencucian). Kemudian cendapan diatas kertas saring disiram 10 mL amonia 6M, terbentuknya endapan abu-abu 10 | i atau hitam pada kertas saring menunjukkan adanya Hg. Filtrat sisa pencucian endapan dengan amonia, kemudian ditambahkan asam nitrat 6M sampai suasana larutan menjadi asam, Terbentuknya endapan putih menunjukkan adanya Ag. Prosedur Kerja : Identifikasi Ki Lakukan identifikasi terhadap 2 reagen yang tersedia. 1. Perak (I) — (Ag*) Ambil kurang lebih 1 mL perak nitrat (AgNOs), masukkan larutan ini kedalam tabung reaksi dan kemudian tambahkan: a, Asam klorida, akan terbentuk endapan putih dari perak klorida. Endapan ini dapat Tarut dalam amonium hidroksida (NH (Hg:?") Ambil + | mL larutan merkuro nitrat, Hgo(NOs) masukkan larutan ini ke dalam beberapa tabung reaksi dan kemudian tambahkan: a. Asam klorida, maka terbentuk endapan putih dari merkuro klorida (kalomel). Jika endapan ini ditambah ammonium hidroksida (NH:OH) maka endapan putih ini akan berubah menjadi hitam [Hg(NH2))]" dan Hg. b, Alkali karbonat (L2COs), maka akan terbentuk endapan kuning dari merkuro karbonat (HgxCOs), kemudian endapan ini akan berubah menjadi abu-abu disebabkan oleh terjadinya HgO dan Hg. ¢. Ammonia atau amonium karbonat, maka terjadi endapan abu-abu dari garam merkuri ammonium klorida HgNHCI yang tercampur dengan endapan hitam dari logam Hg. MW 4. Kalium kromat (K2CrO,), pada pemanasan maka terbentuk endapan merah dari merkuro kromat (Hg2CrOs). Kalium iodida (KI), maka akan terbentuk endapan hijau kekuningan merkuro iodida (Hg2l). Endapan ini sebagian dapat larut dalam KI berlebih dengan terbentuknya kalium merkuri iodida, 3. Timbal, Pb?* Ambil | mL larutan timbal nitrat, Pb(NO3)2 masukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan a. Asam klorida atau garam klorida, maka akan terbentuk endapan putih dari timbal klorida. Endapan sukar larut dalam air dingin tetapi larut dalam air panas. b. Alkali hidroksida, maka akan terbentuk endapan putih timbal hidroksida. Endapan larut dalam basa berlebihan (NaOH atau KOH) karena terbentuk Na/K plumbit. cc. Kalium kromat, akan terbentuk endapan kuning timbal kromat. Endapan tidak larut dalam asam asctat, tapi larut dalam asam nitrat ¢ncer. 4d. Asam sulfida, maka akan terbentuk endapan hitam timbal oksida. Endapan ini dapat Jarut dalam asam encer yang panas. e. Kalium iodida, maka akan terbentuk endapan kuning dari timbal iodida (Pb). £, Asam sulfat atau larutan garam sulfat, maka akan terbentuk endapan putih PbSOs. E. Tugas 1. Tuliskan setiap reaksi yang terjadi pada analisis kation golongan I 2. Carilah reaksi identifikasi dan hasil yang diperoleh dari tiap kation pada golongan I. 12 PERCOBAAN 4 ANALISIS KATION GOLONGAN IT ‘A. Tujuan Percobaan Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat _memisahkan ation golongan II dari sampel dan mengidentifikasi Kation-kation tersebut dengan pereaksi spesifik. B. Dasar Teori Kation-kation golongan II tidak bereaksi dengan HCl, tetapi membentuk endapan dengan pereaksi HaS atau thioasetamida dalam suasana asam-mineral encer. Ton-ion dalam golongan ini adalah Pb** (sisa/impurities), Hg, Cu*, Cd?* dan Bi>* yang termasuk golongan IIA. Sedangkan As™/As"*, Sn?*/Sn** dan Sb**/Sb* termasuk golongan IIB. Besamya Konsentrasi pereaksi sulfida (S*) untuk mengendapkan kation golongan II dapat diketahui sebagai berikut HS SH’ + HS pKi=7 HS # Ht + S* pK2 =14 Telah diketahui bahwa kelarutan gas Ho dalam ait [A HS: 0,01 moW/L; maka: WUT [HS] Ki.Kz = 107 Penambahan suasana basa dari larutan NHsOH menyebabkan konsentrasi H* dalam filtrat/sentrat turun menjadi = 0,3 M; sehingga konsentrasi sulfidanya dapat dihitung sebagai berikut: sehingga: [S*] = 107? Mol/L Dengan demikian hanya kation yang harga Ksp-nya melampaui konsentrasi S* = 107 sajalah yang akan dapat mengendap sebagai garam sulfidanya, Misalnya: HgS (gol.II) dengan Ksp = 10° > mengendap ‘Mn (gol.III) dengan Ksp = 10°! -> tidak mengendap. Kation-kation yang dapat diendapkan sebagai golongan Il, terbagi dalam 2(dua) sub golongan yaitu sub golongan IIA dan golongan IIB. Sub golongan IIA adalah PbS (coklat), HgS (hitam), CuS (hitam), CdS (kuning) dan BizSs atau BiOS (coklat), yang tidak Jarut dalam larutan (NH.)2Sx atau polisulfida-kuning, Sub golongan IIB adalah Aso; (kuning), AsoSs, Sn$z (kuning), Sb2Ss (hitam), Sb2S3 (oranye), endapan tersebut dapat larut dalam (NH;):S, sebagai kompleks polisulfida yang stabil yaitu: (AsS2), (AsO2)’, (SbOzY,, (SnSs)", dan [Sn(OH)6} Tahapan pemisahan kation golongan II dari sampel adalah penambahan pereaksi pengendap yang selektif yaitu H2S (atau NazS dalam suasana asam). Setelah endapan kation golongan I diperoleh, sebagai garam sulfida, golongan IIA dan IIB dapat dipisahkan dengan 2 metode, yaitu dengan metode amonium polisulfida dan metode kalium hidroksida. Pemisahan dengan metode amonium polisulfida didasarkan pada prinsip (1) Garam sulfida kation golongan 1B larut dalam amonium polisulfida membentuk garam tiosulfida, sedangkan garam sulfida kation golongan ILA tidak larut; (2) Filtrat golongan IIB dapat diendapkan kembali sebagai garam sulfidanya dengan pengasaman, Sedangkan pada metode kalium hidroksida, pemisahan kation golongan II didasarkan pada prinsip (1) Garam sulfida dari kation golongan IIB larut dalam KOH 2M, sedangkan ation golongan IIA tidak; (2) Kation golongan IIB yang larut diendapkan kembali menjadi garam sulfida dengan H2S dalam suasana asam. Setelah ation dalam satu golongan terpisah, maka dapat dilakukan identifikasi pada setiap kation yang diduga ada dalam sampel. Pada pengendapan golongan I banyaknya HCI yang ditambahkan sangat berpengaruh pada hasil pengujian kation golongan Il dan Il. Terlalu banyak HCI dapat mencegah pengendapan CdS dan PbS. Terlalu sedikit HCI dapat mengakibatkan sebagian kation golongan III mengendap pada golongan I. Untuk menghindari hal ini ‘maka pengendapan dilakukan dalam suasana pH + 0,5 14 C. Alat dan Bahan Alat: Gelas kimia, gelas ukur, pengaduk gelas, pemanas spirtus, kaki tiga dan kassa, corong gelas, kertas saring, cawan penguapan, Bahan: sampel, HCl 2 M, aquades, NaxS (Scbagai pengganti H2S), (NHs)2Sx, (NIIs):S, asam nitrat 6 M, H2SOs 0,2 M, amonia 6 M, amonia encer, NaOH, KI, Ka[Fe(CN)<] D. Prosedur Kerja Sampel sebanyak 10 mL diambil dengan menggunakan gelas ukur, dan tempatkan dalam gelas kimia. Uapkan terlebih dahulu larutan hingga volume tinggal setengah dari volume awal. Selanjutnya tambahkan kembali akuades ke dalam gelas kimia hingga volume larutan kurang lebih 10 mL. Selanjutnya, ke dalam sampel tambahken HCl 2 M tetes demi tetes, amati apakah terbentuk endapan, Apabila terdapat endapan, anda harus melakukan pemisahan berdasarkan skema penggolongan kation I. Apabila tidak terbentuk endapan, maka dilanjutkan ke dalam penggolongan kation II, yaitu ditambahkan larutan NazS dalam suasana asam, Penambahan larutan NazS sampai tidak terbentuk endapan lagi. Saring endapan (Endapan mengandung kation golongan HA dan 1B), Endapan yang diperoleh dicuci dengan 5 mL air, kemudian lakukan pemisahan golongan IIA dan IIB. Warna endapan tergantung pada jenis kation yang terkandung, catat wama endapan yang timbul, Untuk pemisahan golongan IIA dan IIB, ambil sedikit endapan dan masukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan dengan (NH4):S, secara berlebih, amati apakah endapan dapat larut kembali ke dalam amonium polisulfida. Apabila endapan dapat larut, berarti terdapat kation golongan IIB, namun jika endapan tidak larut maka dalam sampel tidak mengandung kation golongan IIB atau hanya kation golongan IIA. Apabila endapan dapat larut dengan amonium polisulfida, maka endapan dimasukkan gelas beaker dan ditambahkan dengan (NH4)2Sx berlebih hingga larut. Endapan yang tidak larut digunakan untuk analisis kation golongan IIA. (Analisis kation golongan IIB akan dibicarakan setelah prosedur analisis kation golongan IIA). Analisis kation golongan IA dilakukan dengan cara mencuci lagi endapan dengan 1 mL amonium sulfida encer, dan 1 mL NHsNOs 2 %, buang air cucian, Endapan dipindah ke dalam gelas kimia, kemudian tambahkan 10-15 mL HNOs 6 M, 15 lakukan pemanasan selama 10 menit. Endapan yang timbul merupakan kation Hg, sedangkan filtrat mengandung Pb, Bi, Cu, atau Cd. Ke dalam filtrat tambahkan 1 mL HySOs encer tetes demi tetes, endapan putih yang timbul menunjukkan endapan PbSOs, sedangkan filtrat kemungkinan mengandung Bi, Cu, atau Cd, Selanjutnya, Filtrat berupa kation golongan IIB terdiri dari (AsS2), (AsOx)’, (SbOx), (Sn$s)", Sn(OH)<" . Asamkan dengan HCl encer sampai tepat asam, panaskan perlahan, Jika terjadi endapan kuning atau jingga mungkin terdapat As, Sb dan Sn —Sulfida, Prosedur Kerja : Ident 1. Merkuri, Hg** Ambil larutan merkuri klorida (sublimat) masukkan ke dalam beberapa tabung reaksi, kemudian tambahkan: a. Asam sulfida, maka mula-mula terjadi endapan putih, coklat dan akhirnya hitam, Alkali hidroksida, akan terjadi endapan kuning merkuri oksida. c.Natrium karbonat, terjadi endapan coklat merah merkuri karbonat basa dan bila dididihkan endapan berubah menjadi kuning. 4. Logam Cu atau Fe, maka terjadi endapan Hg pada logam tersebut yang berwama abu-abu, e, Alkali kromat netral, terjadi endapan kuning merkuri kromat yang pada pemanasan endapan menjadi merah Karena terjadi garam basa, £ Ammonia, maka terjadi endapan putih merkuri amino Klorida. Endapan larut dalam asam dan juga dapat bereaksi dengan larutan ammonium klorida. g. KI, akan terjadi endapan merah Hglz dan larut dalam kalium iodida berlebihan. kasi ion 2. Bismut, Bi?* Ambil 1 mL larutan bismuth sulfat atau bismuth nitrat dan dimasukkan ke dalam beberapa tabung reaksi kemudaian tambahkan: a, Asam sulfida, maka akan terjadi endapan coklat bismut sulfida. b. Alkali karbonat, maka akan terjadi endapan bismut karbonat basa. Terbentuknya endapan tergantung pada suhu dan konsentrasi, . Alkali hidroksida, akan terjadi endapan bismuth hidroksida putih, jika dipanasi menjadi kuning dengan terbentunya BiQ(OH). 4. KI, akan terjadi endapan hitam Bil. Endapan dapat larut dalam KI berlebihan dan terjadi larutan kuning, 3. Kupri, Cu* Ambil 1 mL larutan kupri sulfat, masukkan ke dalam beberapa tabung reaksi dan ditambahkan: a. Asam sulfida akan terjadi endapan hitam kupri sulfida. Endapan ini larut dalam sam nitrat encer. 16 b. Alkali hidroksida, akan terjadi endapan biru dari kupri hidroksida. Jika dipanasi maka endapan berubah menjadi merah bata CuO. c. Amonia, akan terjadi endapan hijau dari garam basa, jika ditambah amonia berlebihan endapan larut terjadi larutan dengan warna biru intensif. 4. Kalium iodida, akan terjadi endapan putih kupro iodida, tetapi larutan berwarna agak kuning disebabkan karena adanya Ip bebas. 4, Kadmium, Cd** Ambil 1 mL larutan CdSOs, masukkan ke dalam beberapa tabung reaksi dan tambahkan: a. Asam sulfida, akan terjadi endapan kuning kadmium sulfida, Wama tidak selalu kuning, kadang-kadang jingga hingga coklat tergantung konsentrasinya. b, Alkali hidroksida, akan terjadi endapan putih kadmium hidroksida, jika di didihkan wamanya tidak berubah. ¢. Ammonia, akan terjadi endapan putih cadmium hidroksida yang larut dalam ammonia berlebihan Karena terbentuk garam kompleks. Jika larutan tersebut di encerkan dan dipanasi maka akan terjadi lagi endapan putih, 5. Arsenit, As** Ambil larutan natrium arsenit dan masukkan ke dalam beberapa tabung reaksi dan tambahkan: a, Asam sulfida Kemudian larutan diasamkan dengan penambahan HCl, akan terjadi endapan kuning dari AsoSs yang tidak larut dalam HCI pekat. Jika larutan kurang asam maka akan terbentuk endapan koloid berwama kuning. | b, Perak nitrat dalam suasana netral maka akan terbentuk endapan kuning dari AgsAsO3. Endapan ini larut dalam asam nitrat atau amonia. . Pereaksi campuran magnesia (larutan yang mengandung MgSO., NH4Cl dan sedikit amonia maka akan terjadi endapan (bedakan dengan arsen), 4. Kupri sulfat dalam suasana netral akan terbentuk endapan hijua dari campuran i senyawa CuHAsOs dan Cus(AsOs)>.xH20. Endapan ini larut dalam asam dan juga ammonia membentuk larutan biru. Jika endapan tersebut dilarutkan dalam ‘NaOH kemnudian dipanaskan akan terbentuk endapan merah bata dari Cuz0. 6. Arsenat, As** Ambil | mL larutan natrium arsenat masukkan ke dalam beberapa tabung reaksi kemudian tambahkan: i a, Amonium molibdat, kemudian larutan ditambah asam nitrat dan dipanaskan E maka terbentuk endapan berwama kuning dari amonium arseno-molibdat. b . Natrium tiosulfat, maka terjadi endapan kuning dari As,S3. E c. Kupri sulfat, tidak terjadi endapan. bila ditambah dengan KOH maka terjadi kupri arsenat basa biru hijau. Jika lebih banyak alkali lagi maka terjadi wama biru muda 4. Magnesium Klorida, kemudian NH,Cl dan NHsOH terjadi endapan putih dari magnesium amonium arsenat. I | i 17 e, Perak nitrat, dalam suasana netral akan terjadi endapan coklat dari perak arsenal. 7. Antimon, Sb** Ambil larutan garam antimon klorida (SbCls) dan masukkan ke dalam beberapa tabung reaksi dan tambahkan: a, Asam sulfida, akan terjadi endapan merah jingga dari Sb.S3. Bila larutan tidak terlalu asam maka Sb:S3 mudah larut dalam amonium sulfida dan terjadi garam sulfo. Apabila ditambah dengan amonium sulfida kuning maka Sb2S3 akan larut menjadi garam sulfoantimonat. b. Kalium hidroksida, amonia dan alkali karbonat, maka terjadi endapan hidrat oksida dari SboSs, xH20. c. Natrium tiosulfat, bila larutan tersebut bersuasana asam maka terjadi garam basa, 8. Antimon, Sb** Ambil | mL larutan kalium antimonat, masukkan ke dalam beberapa tabung reaksi dan tambahkan: a. Asam sulfida dalam suasana asam (HCI 4N) terjadi endapan merah jingge dari SboSs. Endapan tersebut larut dalam amonium sulfida dan alkali hidroksida. Jika endapan ditambah dengan HCl pekat maka akan terbentuk SbCl dan melepaskan belerang (S). b. Air suling membentuk endapan putih dari garam basa yang larut dalam asam ataupun basa, tetapi tidak larut dalam alkali karbonat. c. Kalium iodida dalam suasana asam akan membebaskan iodium (12) 4. Logam seng atau timah (Sn) dalam suasana asam Klorida akan terjadi endapan hitam dari antimon metalik (Sb). 9, Stano, Sn** Ambil larutan SnCh, kemudian masukkan ke dalam beberapa tabung reaksi dan tambahkan: a. Asam sulfida, akan terjadi endapan coklat stano sulfida, Endapan ini larut dalam asam klorida atau amonium sulfida, b. Kalium hidroksida, akan terjadi endapan putih dari Sn(OH)2 yang selanjutnya tereduksi menjadi Sn, jika Sn masih berlebihan. ©. Logam Zn, dimasukkan dalam larutan dari garam stano; maka akan ‘mengendapkan Sn tersebut pada Zn. 10. Stani, Sn** Ambil | mL larutan SnCls dalam HCI encer, masukkan dalam beberapa tabung reaksi dan tambahkan: a. Asam sulfida dalam suasana asam encer (0,3 N HCI) akan terjadi endapan kuning SnS2 yang larut dalam asam klorida pekat (beda dengan As:S:) dalam KOH dan asam sulfida, 18 b. NaOH, akan terjadi endapan putih koloid Sn(OH)s yang Jarut dalam NaOH berlebihan membentuk heksa hidrokstanat. Dengan amonia atau larutan natrium Karbonat terbentuk endapan yang sama tetapi tidak larut dalam pereaksi berlebihan. c. Logam besi (Fe) dalam suasana asam akan mereduksi garam stani menjadi stano, Setelah disaring dapat direaksikan dengan merkuri Klorida. 19 PERCOBAAN 5 ANALISIS KATION GOLONGAN III Tujuan Percobuan Memisahkan kation-kation Mn, Al, Fe, Cr, Ni, Co, Zn sebagai kation golongan III Memisahkan kation-kation Mn, Al, Fe, dan Cr sebagai kation golongan IIA Memisahkan kationNi, Co dan Zn sebagai kation golongan IIIB |. Mengidentifiksai kation-kation golongan IIIA dan golongan IIB dengan pereaksi spesifik 1 2 3 4 B. Dasar Teori Kation-kation golongan III umumnya tidak bereaksi dengan HC] maupun H2S dalam suasana asam. Namun kation-kation pada golongan ini dapat membentuk endapan dengan pereaksi (NH;):S dalam suasana netral atau ammoniakal. Kation- kation tersebut adalah Mn**, AF“, Fe", dan Cr** (sebagai kation golongan IIIA) dan Ni?*, Co’, dan Zn?” (sebagai kation golongan IIIB) yang terdapat dalam filtrat/ sentrat hasil pemisahan dari golongan IT yang dipanaskan terlebih dahulu untuk menghilangkan kelebihan atau pengaruh dari H:S-nya. Penambahan air brom terhadap filtrat atau sentrat dari pemisahan golongan II berguna untuk mengubah kation Mn?” menjadi bentuk anionnya menjadi MnOy yang berwama violet/ ungu. Setelah filtrat/ sentrat bebas dari pengaruh HCI, HeS, dan fosfat, lalu ditambah dengan pereaksi NHAOH berlebih schingga diperoleh endapan yang sukar larut dan tidak membentuk senyawa kompleks pada kelebihan NHy-nya. Endapan ini merupakan endapan kation golongan IIIA yang terditi atas; Mn(OH)2 (merah daging), MnO¢ (violet), AI(OH)s (putih), Fe(OH)3 dan Cr(OH)s (hijau kebiruan). Sedangkan untuk kation golongan IIB dapat diperoleh dari filtrat/ sentrat hasil pemisahan kation golongan IIIA ditambah lagi dengan NHsOH sehingga bersifat basis, kemudian dialiri gas HoS pada pH larutan sekitar 10 dan konsentrasi anion S* dapat diketahui sbb; Kika = 107! = (BYP (S?) = 10" ($4) sy = oT Jadi(S*) = 10% mol Dengan konsentrasi S$? yang cukup besar ini dapatlah digunakan untuk mengendapkan_kation-kation Ni?*, Co, dan Zn?* sebagai endapan sulfidanya. Pengendapan kation golongan IIIB ini makin sempurna bila diberikan suasana larutan buffer ammonium (campuran NHsOH 6M berlebih dan sedikit kristal dari NHsCl, sehingga terbentuklah endapan dari NiS (hitam), CoS (hitam), dan Zn$ (putih). 20 Mn Dari bentuk endapan MnO2 yang diperoleh dari hasil pengendapan kation- kation golongan IILA ditambah HNO; 6M dan beberapa tetes NaNO 0,1 M yang dipanaskan sampai larut menjadi jemnih. Kemudian tambahkan lagi NaBiOs padat yang dipanaskan sampai larutan menjadi jemih kemudian tambahkan lagi NaBiOs padat dan dipanaskan dalam penangas air bila larutan berubah menjadi ungu/ violet.dari bentuk garam permanganatnya (MnO¢) menunjukkan adanya kation ini Kation Fe Identifikasi adanya kation Fe** dapat diketahui dari endapan golongan IIA dalam bentuk Fe(OH)s yang segera dilarutkan dalam HCI 6M dan dibagi menjadi 2 bagian a) Bagian 1; tambahkan pereaksi spesifik K4Fe(CN)« 0,1M sampai terjadi endapan biru tua dari KFe[Fe(CN)s]. b) Bagian Il; tambahkan pereaksi spesifik KCNS 0,1M sampai terjadi larutan berwara merah darah dari kompleks [Fe(CNS)}*. Kation Al Filtrat yang berasal dari hasil identifikasi kation Fe’* dan mengandung kation AD dinetralkan dengan HCl 6M sampai terjadi endapan putih gelatin dari Al(OH). Larutkan kembali dengan HCI 6M serta uapkan sampai tinggal residu dan tempatkan pada pelat tetes tambahkan pereaksi spesifik dari aluminon 1% dalam suasana buffer CH3COOH-CH3COONa hingga timbul endapan merah cerah dari Al-aluminon. Kation Cr Filtrat dari hasil identifikasi kation Al** yang mengandung kation Cr°* akan berwarna kuning dalam bentuk larutan CrO,*, asamkan dengan H2SOy 10%. Pereaksi spesifik eter (HsC2-O-CrHs) yang ditambah H202 3% sambil dikocok, akan terjadi wama biru tua dalam lapisan etemya dari senyawa kompleks kromium organik. Analisis dan Identifikasi Kation-Kation Pada Golongan IIIB Kation Co Larutan yang diperoleh dari bentuk endapan sulfidanya dari golongan IIB yakni CoS (hitam), NiS (hitam) dan ZnS (putih) diubah lagi dengan pemberian HCI 12M dan kemudian ditambah NaOH 6M serta beberapa tetes H202 3% untuk mendapatkan bentuk hidroksida dari Co(OH)s dan Ni(OH): serta filtrat berupa anion ZnO. Sebagian dari campuran endapan dilarutkan dalam HCl 12M tambah sedikit kristal NaF lalu diidentifikasi dengan pereaksi spesifik campuran amilalkohol-eter atau benzilalkohol dan diberi 1-2 gram Kristal NH2CNS sambil dikocok hingga terjadi warna biru-hijau pada lapisan eter! benzilalkohol. 21 | Kation Ni Sebagian lagi dari endapan hidroksida diatas yang telah dilarutkan dengan HCl 12M ditambah dengan beberapa tetes NH:OH 6M dan Kristal CHsCOONa sampai larut ‘menjadi jenuh. Kemudian diberikan pereaksi spesifik dari larutan dimetilglioksim (DMG 1%) schingga timbul warna merah cerah dari senyawa kompleks Ni-DMG, reaksi ini memerlukan kondisi pH larutan yang tepat. Kation Zn Dari filtrat hasil perlakuan terhadap endapan golongan IIIB diatas yaitu yang berupa anion ZnO diuapkan Kembali sampai menjadi residu dan dibagi menjadi 2 bagian. Bagian 1: pada larutan pekat atau residu, tambahkan HS sampai terbentuk endapan putih dari ZnS dengan sifat larut dalam HCI tetapi tidak larut dalam CHsCOOH Bagian Il: pada larutan pekat atau residu, tambahkan CHyCOOH 6M sampai bersifat asam, Kemudian berikan beberapa tetes K4Fe(CN)s 0,1M sampai terjadi endapan putih kelabu dari endapan kompleks K2Zn[Fe(CN)s]. C. Alat Dan Bahan Alat ~Tabung reaksi (10 buah) -Gelas ukur 10 mL -Rak tabung reaksi -Corong -Pembakar spiritus -Kertas saring -Pipet tetes al ammonium tiosianat (NHeSCN) -Natrium Metaborat (NaBOs) -Larutan DMG 1% -Natrium asetat (CH;COONa) -Asam format (HCHO) -Peroksida (H202) 3% -Ammonia (NH4OH) 6M ~Asam asetat (CH3COOH) -Asam klorida (HCI) -Amonium Klorida (NH:Cl) -Zirkonium nitrat (ZtO(NOs)2) -Kristal Natrium florida (NaF) -Kalium Klorat (KCIOs) = Catatan; | 1 Lakukan langkah pemisahan golongan terlebih dulu (prosedur 6 dan 7) | 2:Hatl pemisahan yang menuajaldcnhas} mate logan, sipanidan bandingkan dengan reaksi identifi reals 3. Reaksi identifikasid 22 D. Prosedur Kerja : Identifikasi Kation 1 2. 3. Aluminium, AP* Ambil 1 mL larutan garam aluminium masukkan ke dalam beberapa tabung reaksi dan tambahkan: Ammonia, akan terjadi endapan aluminium hidroksida koloidal, sedikit larut dalam air, jika ada garam ammonium maka aluminium hidroksida tidak larut Kalium hidroksida, maka terjadi endapan putih aluminium hidroksida, Endapan ini larut dalam KOH berlebihan terjadi tetrahidroksoaluminat. Jika aluminat ditambah denga asam, akan terjadi endapan Al(OH); lagi, yang akan larut lagi bila ditambah dengan asam berlebihan. ‘atrium fosfat, maka akan terjadi endapan putih Koloidal dari aluminjum fosfat. |. Sedikit larutan NaOH dalam lempeng tetes hingga timbul endapan putih kemudian tambahkan 1 tetes pereaksi alizarin-S, maka terjadi warna ungu, lalu tambahkan asam asetat hingga warna ungu tepat_hilang dan lebihkan 1 tetes maka endapan akan berwarna merah, Kromium, Cr* Ambil 1 mL kromium sulfat dan masukkan ke dalam beberapa tabung reaksi dan tambahkan: Ammonia, maka akan tejadi endapan hijau abu-abu Cr(OH)s. Endapan larut dalam ammonia yang berlebihan, larutan berubah menjadi ungu. . Kalium asetat, maka larutan garam tersebut tidak membentuk endapan walaupun dipanaskan. Akan tetapi, jika pada larutan tersebut ditambahkan aluminium Klorida dan besi(III) Klorida maka kromium akan mengendap bersama besi dan aluminium sebagai garam basa asetat. . NaOH, akan terjadi endapan hijau abu-abu dari Cr(OH). Endapan ini dapat larut dalam alkali berlebihan dan terjadi ion kromit yang berwama hijau. . Natrium fosfat, akan terjadi endapan hijau amorf dari kromium fosfat. Endapan ini larut dalam asam mineral dan praktis tidak larut dalam asam asetat encer dingin Besi, Fe Ambil | mL larutan FeCl; masukkan ke dalam beberapa tabung reaksi dan tambahkan: a. NaOH, maka akan terjadi endapan coklat dari Fe(OH)s yang larut dalam asam. b. Alkali asetat, pada keadaan dingin terjadi larutan coklat yang akan menjadi ‘endapan bila dipanaskan. c. CoCk dan HCI pekat, terjadi larutan biru. Jika sedikit larutan tersebut ditambahkan kepada larutan yang mengandung sedikit ion ferri maka akan terjadi larutan berwarna hijau. 4. Kalium ferosianida, pada larutan yang netral akan terjadi endapan biru feri ferosianida. ¢. Kalium tiosianat, akan terjadi wama merah darah dari kompleks feri tiosianat, 23 4, Mangan, Mn®* Ambil | mL larutan MnSO, masukkan ke dalam beberapa tabung reaksi kemudian tambahkan: a, NaOH, akan terjadi endapan putih Mn(OH)., oleh udara akan berubah menjadi coklat. Endapan tidak larut dalam pereaksi berlebihan. b, Ammonia, dalam larutan netral dan bebas dari garam ammonium maka akan terjadi endapan putihdari garam ammonium maka akan terjadi endapan putih dari Mn(OH)2. . Natrium karbonat, maka akan terjadi endapan putih dari MnCOs. Jika dipanasi maka oleh pengaruh udara akan terjadi MnO. 4. Ammonium sulfida akan terjadi endapan berwama merah daging dari MnS yang larut dalam asam mineral. ¢. Natrium fosfat, akan terjadi endapan putih dari Mns(PO,)2. Dengan adanya ammonium akan terjadi endapan berwama merah jambu. Endapan dapat larut dalam asam mineral . Nikel, Ni2* Ambil 1 mL larutan NiSOy masukkan dalam beberapa tabung reaksi kemudian tambahkan: a, NaOH, akan terjadi endapan hijau dari Ni(OH)z yang larut dalam ammonia berlebihan. b, Ammonium sulfida, endapan hitam dari NiS jika ditambah pereaksi berlebihan akan terjadi larutan koloidal berwarna coklat tua yang tidak dapat disaring, ¢. Dimetilgilioksin dan sedikit NHsOH lalu dipanasi, akan terjadi endapan merah Ni-dimetilglioksin. d. Kalium sianida, akan terjadi endapan dari nikel sianida berwara hijau yang larut dalam pereaksi berlebihan, . _Kobalt, Co* Ambil 1 mL larutan kobaltklorida masukkan dalam beberapa tabung reaksi dan tambahkan a. NaOH, dalam keadaan dingin akan terjadi kobalt hidroksida berwama merah jambu, . b, Ammonia, akan terjadi endapan biru dari basanya. Endapan Jarut dalam NH:OH atau NHsCI berlebihan, c. Ammonium sulfida, akan terjadi endapan hitam dari CoS. Tidak larut dalam asam klorida encer atau asam asetat tetapi larut dalam asam nitrat atau air raja. 4. Amonium tiosianat pekat, akan terjadi larutan yang berwama biru disebabkan terjadinya ammonium kobaltotiosianat €. Dimetilglioksim, dalam suasana ammonia akan terjadi endapan merah coklat. 24 7. Seng, Zn?* Ambil 1 mL larutan sengsulfat ke dalam beberapa tabung reaksi dan tambahkan . NaOH, akan terjadi endapan putih Zn(OH)2. Endapan larut dalam pereaksi berlebihan. Natrium fosfat, akan terjadi endapan putih seng fosfat. Endapan larut dalam ammonia dan asam encer. Ammonium sulfida, dalam larutan netral atau alkali akan terjadi endapan ZnS koloidal. Tidak larut dalam pereaksi berlebih, asam asetat, alkali, tapi larut dalam asam mineral encer. Kalium ferrosianida akan terjadi endapan putih dari seng ferosianida yang tidak larut dalam asam encer tetapi larut dalam alkali. Reaksi ini dapat untuk membedakan seng dengan aluminium. . E. Prosedur Kerja: Pemisahan Kation Filtrat yang diperoleh dari hasil pemisahan kation golongan II mengandung kation-kation golongan III ini sangat dipengaruhi oleh ada/tidaknya ion ‘ortophosphat (H:POs)” a. Bila dalam filtrat terdapat ion HoPOs, terlebih dahulu dihilangkan dengan cara: tambahkan 4-5 tetes HCHO dan panaskan. Kemudian ditambahkan NHOH 6M sambil diaduk sampai terjadi endapan. Uapkan campuran itu hingga volumenya tinggal SmL, tambah lagi dengan 1 mL HC] 6M dan ZrO(NOs): setetes demi setetes dan dan diaduk sampai terjadi pengendapan yang sempurna dari [(2rO)s(PO4)a] berwama putih, dan buanglah. Filtrat dari hasil pemisahan endapan diatas dapat dipisahkan untuk pemisahan/ atau untuk identifikasi kation-kation golongan IIT b. Bile dalam filtrat tidak ada ion HzPOs, maka langsung dapat dipakai untuk pemisahary identifikasi kation-kation golongan III dengan cara: filtrat diasamkan dengan 0,SmL HCI 6M. Didihkan sampai tidak ada lagi gas HOS yang tinggal. Kemudian tambahkan lagi 1 mL HNO3 15M dan uapkan sampai kering. Residu yang didapat, dilarutkan dalam 1 mL air suling. ‘Tambah lagi dengan 1 mL HNO 15M dan sedikit KCIQs padat. Didihkan sampai larutan tinggal 1 mL bila terjadi endapan MnO2 berwarna coklat tua hitam, kemudian pisahkan endapan dengan centrifuge. Endapan yang terbentuk dari 6.1 b, ditambah 2-3 mL HNO3 6M dan beberapa tetes NaNO2 0,1M panaskan sampai menjadi larutan yang jemih. Tambah dengan sedikit NaBiOs padat dan panaskan lagi di dalam penangas air. Bila Jarutan memberikan warna ungu/ungu tua dari MnO+’, menunjukkan adanya ion Mn** dalam sampel. Residu yang berupa sisa NaBiO3 dalam larutan segera dipisahkan dan dibuang Filtrat dari pemisahan pada 6.1b, mengandung: Fe™, Al*, C07 dan kation- kation golongan TV sampai V. Filtrat lalu ditambah air suling sampai volumenya 10 mL. Tambahkan lagi 4-5 tetes HCOOH dan panaskan. Kemudian tambah NHsOH 6M sambil diaduk sampai terbentuk endapan. Uapkan sampai 25 larutannya tinggal $ mL dan tambah lagi dengan NHsOH 6M sampai endapan sempuma. Saringlah dan cuci endapan dengan air sampai 2 kali pencucian. 4, Filtrat dari hasil pemisahan 6.3, digunakan untuk analisis golongan IIIB, IV dan v. 5. Endapan dari nomor 6.3 terdiri dari Fe(OH); merah coklat, Al(OH); putih dan Cx(OH); hijau. Endapan tersebut dijadikan suspensi dengan hati-hati hingga mendidih dan biarkan beberapa saat. Setelah dingin endapan dicuci dan disaring, filtrat hasil penyaringan dipakai untuk percobaan selanjutnya. 6. Endapan pada nomor 6. 5 adalah Fe(OH)s dan segera larutkan dalam 1 mL HCI 6M dan setelah larut dibagi menjadi 2 bagian. ) Bagian I: tambahkan 1 tetes Ka[Fe(CN)6] schingga timbul endapan biru tua dari KFe[Fe(CN)«] b) Bagian I: tambahkan 1 tetes KCNS 0,1M sehingga timbul larutan berwama merah darah dari [Fe(CN)s]**. Keduanya menunjukkan adanya ion Fe** dalam sampel Filtrat dari hasil penyaringan pada 6.5 mengandung AlO;" (tak berwama) dan CrOs (kuning). Filtrat selanjutnya diuapkan sampai tinggal 2mL. Netralkan dengan HCI 6M, lau buatlah alkalis dengan menambahkan NH«OH 6M. Timbulnya endapan putih gelatin mungkin Al(OH) dan filtrat berwarna kuning untuk percobaan selanjutnya. 8. Endapan putih gelatin dicuci dengan air suling lalu tambahkan 1 mL HCl -6M dan panaskan. Residu yang mungkin ada berupa SiOx’ segera dibuang. Uapkan Jarutan itu sampai tinggal 0,25mL dan teteskan pada plat tetes. Kemudian tambahkan setetes larutan Aluminon 0,1% dalam suasana 2 tetes CH;COONa dan 2 tetes larutan CHsCOOH (buffer asetat). Timbulnya endapan merah terang (endapan kompleks Al-aluminon) menunjukkan adanya ion A dalam sampel. 9. Filtrat dari pemisahan 6.8 mengandung larutan berwama kuning dari CrO.”, Asamkan dengan beberapa tetes H2SO: 3M, tambahkan 1 mL eter dan setetes H:02 3%, lalu dikocok. Timbulnya wama biru tua pada lapisan eter menunjukkan adanya ion Cr** pada sampel. . Pemisahan Dan Identifikasi Kation Golongan 111 B 7.1 Filtrat yang diperoleh dari hasil pemisahan kation golongan III A mengandung kation-kation golongan IIB tambahkan seujung sendok kecil (0,5 g) kristal NH.CI dan buatlah alkalis dengan memberikan NHsOH 6M berlebih. Larutan yang diperoleh kemudian dibagi menjadi 2 bagian: a, Larutan I, jenuhkan dengan ges HoS selama 2-3 menit/ tambahkan NaxS, panaskan dalam penangas air sampai timbul koagulasi dan mengendap. Pisahkan dan cuci endapannya dengan 1-2 mL air dingin. Filtrat hasil pemisahan dipakai untuk analisis kation golongan IV dan golongan V. b.Larutan II, tambah 10-15 tetes larutan thioasetamida 1M. Panaskan dalam penangas air selama 10 menit. Pisahkan dan cuci endapannya 2 kali dengan 1- 26 BeeREReET ore 2 mL air dingin, Filtrat hasil pemisahan dapat dipakai untuk analisis kation golongan IV dan golongan V. 7.2 Endapan yang diperoleh dari no. 7.1a dan 7.1b terdiri dari CoS (hitam), NiS (hitam), dan ZnS (putih). Tambahkan kepada endapan tersebut 0,5 mL HCl 12M dan didihkan selama 2-3 menit. Bila ada zat sisa (residu S) segera dihilangkan/dibuang, tambahkan NaOH 6M sampai dikocok hingga alkalis, Kemudian tambah lagi dengan 2-3 tetes H02 3%. Kocok dengan kuat sambil dipanaskan sampai mendidih selama 1 menit. Cucilah suspensi dalam tabung reaksi tersebut dan pisahkan. Endapan yang ada dicuci lagi 2 kali dengan memakai air hangat/ panas, Filtrat hasil pemisahan dipakai untuk analisis kation selanjutnya. 7.3 Endapan hasil pemisahan no.7.2 berupa Co(OH); (hitam) dan Ni(OH)2 (hijau pucat), Larutkan endapan ini dengan menggunakan 0,5 mL HCl 12M. Larutan tersebut segera dipanaskan untuk menghilangkan dan membebaskan klorida yang ada. Dinginkan dan encerkan sampai 2 mL, lalu larutan dibagi jadi 2 bagian. 7.4 Larutan I dari no.7.3 ditambah Kristal NaF sedikit dan kocok hingga menjadi pekat. Kemudian tambahkan 0,SmL campuran amilalkohol eter atau benzilalkohol dan 1-2 g kristal NaCNS, kocok lagi. Terjadinya wama biru hijau pada lapisan alcohol eter’ benzilalkohol menunjukkan adanya ion Co” dalam sampel 7.5 Larutan II dari no. 7.3, tambahkan tetes demi tetes NHsOH 6M sambil dikocok. Tambah lagi dengan segera Kristal CHsCOONa pada larutan jenuh tersebut. Kemudian ditambah beberapa tetes larutan DMG 1%. Timbulnya warna merah cerah dari endapan yang terjadi menunjukkan adanya ion Ni** dalam sampel. Bila endapan tidak terbentuk, larutan yang ada segera asamkan dulu dengan CH;COOH 6M lalu tambahkan tetes demi tetes NHsOH 6M sambil dikocok. Pengendapan dari Ni-DMG memerlukan suasana pH larutan yang optimal dati reaksi yang ada. 7.6 Filtrat dari hasil no.7.2 diuapkan hingga volumenya tinggal 2 mL. Bagilah larutan yang ada ini menjadi 2 bagian: a) Bagian I: pada larutan yang pekat ini tambahkan H2S/NasS. Terjadinya endapan putih dari ZnS menunjukkan bahwa dalam sampel mengandung ion Zn**. Endapan larut dalam HCI tetapi tidak larut dalam CH3COOH. b) Bagian II: pada larutan yang pekat tambahkan CHsCOOH -6M sampai bersifat asam. Kemudian tambahkan beberapa tetes Ks(Fe(CN)s) 0,1M. Terbentuknya endapan putih kelabu dari K2Zn(Fe(CN)6)* menunjukkan adanya ion Zn** dalam sampel. 27 PERCOBAAN 6 ANALISIS KATION GOLONGAN IV A. Tujuan Percobaan 1. Memisahkan kation-kation Ba, Sr, Ca dan Mg sebagai endapan kation golongan IV dari sampel. 2. Mengidentifikasi kation-kation dalam golongan IV dengan pereaksi spesifik. B. Dasar Teori Kation-kation golongan IV tidak bereaksi dengan pereaksi-pereaksi baik dari golongan I (golongan klorida), golongan II (golongan sulfida/polisulfida), golongan III (golongan hidroksida). Kation-kation Ba**, Sr*, Ca** dan Mg”* (dapat pula diendapkan pada golongan IV) membentuk endapan dengan pereaksi (NH,)2CO3 dengan adanya ‘NH,Cl dalam suasana netral atau sedikit asam (buffer). Ada sistem Klasifikasi analisis kation yang meniadakan pemakaian pereaksi NH¢C1 ini disamping (NH«)2COs sebagai pereaksi golongannya, sehingga adanya kation Mg” dapat diendapkan dalam golongan IV juga. Kelompok kation diatas dapat diperoleh dari filtrat/sentrat golongan III yang diperlukan dengan menambah campuran (NH3)2CO3 dan NHsOH yang sekaligus berfungsi sebagai larutan buffer-nya. Kondisi ini akan dapat menghasilkan konsentrasi CO;* yang cukup tinggi, sehingga kation-kation Ba’’, Sr’, Ca?" dapat mengendap sebagai garam karbonatnya yaitu : BaCOs (putih), StCO3 (putih), CaCO; (putih) kecuali Mg” sebagai bentuk garam rangkapnya yaitu MgCOs.(NHs)COs.4H20 (aq) (putin). ion Ba Identifikasi terhadap kation Barium, berawal dari hasil pengendapan kation golongan IV yang berupa endapan BaCOs, SrCOs, CaCOs, dan MgCO3.(NHs)2CO3.4H20 yang dilarutkan dalam CHsCOOH 6M sambil dipanaskan sampai sedikit kelebihan asamnya. Larutan yang mengandung kation-kation Ba**, Sr**, Ca**, dan Mg? diberi beberapa tetes larutan K2CrOy 0,1M sebegai pereaksi spesifiknyadalam buffer CHsCOONHy; akan dihasilkan endapan kuning dari BaCrOs, Analisis kering adanya kation Ba’* dengan kawat inokulum (Pt) terhadap sampel Jarutan BaCl: dapat memberikan warna nyala hijau di atas api oksidasinya. Kation Sr* Filtrat dari hasil identifikasi dari kation Ba** yang mengandung kation Sr, Ca®*, dan Mg’ atau yang berasal dari endapan CaCOs, SrCOs, dan MgCO3.(NH;)2CO3.4H20 diasakan dengan HNO 15M atau HNOs pekat berlebihan, dinginkan dalam tabung reaksi dalam penangas es (ice-bati) dengan menggoreskan pengaduk kering didalamnya. Biarkan suspensi ini selama 10-15 menit Dalam penangas es sampai timbul endapan putih kristalin dari Sr(NOs)2 atau sebagian dari endapan kristalin dilarutksn lalu ditambahkan (NH«)2SOx 0,1M sambil dikocok, akan menghasilkan endapan putih dari SrSOs. Analisis kering adanya kation S?* dengan 28 f E kawat inokulum (Pt) terhadap Kristal putih dari Sr(NO;)2 dapat memberikan wama nyala“cermine” di atas api oksidanya cat Filrat hasil identifikasi dari kation Sr* dari bentuk nitratnya yang mengandung kation Ca”, diencerkan dengan air suling dan ditambah NHsOH pekat sampai alkalis. Upakan larutan ita dalam penangas air hingga hampir kering dan tambahkan (NH4)2C20s 1M , terjadinya endapan putih kristalin seperti jarum dari CaC20s. Analisis kering adanya kation Ca®* dengan kawat inokulum (Pt) tehadap sampel larutan CaCl, dapat memberikan wama merah cerah diatas api oksidanya, Kation Mg’ Filtrat dari hasil identifikasi kation Ba” dalam bentuk garam asetatnya yang Jarut mengandung kation Mg”, didihkan untuk menghilangkan adanya CO2 kemudian diuapkan sampai volumenya sedikit pekat. Tambahkan dengan NHsOH 6M sampai alkalis, lalu ditambah lagi dengan NazHPO, 0,1M dalam etanol. Biarkan selama 5-10 menit dengan menggoreskan ujung pengaduk didasar tabung sehingga timbul endapan putih kristalin dari Mg(NH,)POs. 6H:0. Sampel dari kation Mg dalam bentuk garam Kloridanya dengan pereaksi spesifik dari p-nitrobenzenazoresorcinol 1% dalam suasana alkalis-alkali (NaOH 6M) dapat memberikan endapan berwama biru cerah dari kompleks Mg-organik C. Alat Dan Bahan: Alat Bahan: + batang - Filtrat golongan IV - Ammonium oksalat pengaduk - HCl(aq) - CaCh ~ Tabungreaksi - NHsCl(aq) - Kalium ferosianida = Kertas saring ~~ NHsOH(aq) ~ H2SOx encer - Corongkaca - (NHs)2COs(aq) - BaCh - Bunsen - K2COs(aq) ~ Stronsium nitrat - Gelaskimia — - (NHs)2SOs(aq) - Gelas ukur 10 mL D. Prosedur Kerja: Identifikasi Kation 1. Kalsium, Ca?* Ambil 1 mL Jarutan CaCh, masukkan ke dalam beberapa tabung reaksi dan tambahkan: a, Ammonium karbonat, maka akan terjadi endapan amorf CaCOs. Jika Gididihkan endapan akan menghablur. Endapan larut dalam air yang mengandung CO; berlebih karena terbentuk bikarbonat. b. Kalium ferosianida berlebih, maka akan terbentuk endapan putih dari Ca[Fe(CN)s]. 29 ¢. Ammonium oksalat, dalam larutan yang dibuat alkalis dengan NHsOH dan NH4C! akan terjadi endapan Ca-oksalat yang tidak larut dalam asam asetat tapi larut dalam asam mineral. 4. Kalium kromat, pada larutan sedikit basa akan terjadi endapan kekuningan yang larut dalam asam mineral encer dari CaCrOs. 2. Stronsium, Sr** Ambil ImL larutan stronsium nitrat dan klorida, masukkan ke dalam beberapa tabung dan tambahkan: a. Larutan ammonium karbonat, akan terbentuk endapan putih dari SrCOs, b. Larutan ammonium oksalat, maka akan terbentuk endapan stronsium oksalat (putih) sedikit larut dalam asam asetat dan air, mudah larut dalam asam ‘mineral. c. Larutan kalium kromat, maka untuk larutan pekat akan membentuk endapan kuning. Larutan pekat maupun encer bila mengandung asam asetat tidak akan membentuk endapan bila ditambah dengan kalium kromat. 4. Asam sulfat encer, maka akan terbentuk endapan putih stronsium sulfat. Endapan tidak akan larut walaupun dididihkan. 3. Barium, Ba?* Ambil ImL larutan BaCl, masukkan ke dalam beberapa tabung reaksi dan tambahkan a. Ammonium oksalat, terbentuk endapan putih barium oksalat. Endapan larut dalam asam asetat. b. Kalium kromat, terbentuk endapan kuning barium kromat. Endapan larut dalam asam mineral tetapi tidak larut dalam asam asetat. ©. Asam sulfat encer, terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam asam mineral. 4, Ammonium karbonat, terbentuk endapan putih barium kromat, larut dalam asam encer. E. Prosedur Kerja Pemisahan Kation - Filtrat hasil pemisahan Kation golongan IIB mengandung kation-kation golongan IV yang segera diasamkan dengan CHsCOOH 6M dan diuapkan hingga volumenya tinggal 2 mL. Bila kemungkinan adan residu yang mempengaruhi wama larutan, segera dipisahkan/ dibuang. Bila dalam larutan hanya mengandung kation-kation golongan IV saja, encerkan larutan yang ada ini untuk segera dianalisis. - Larutan pada nomor 6.1 mengandung kation-kation dari Ba’, Sr°*, Mg”*, K*, dan Na* dan pindahkan larutan tersebut ke dalam beaker gelas kecil dan uapkan di atas penangas air dengan menambahkan ImL HNO 15M sampai berupa residua atau diuapkan pada nyala api langsung. Dinginkan dan tambah 0,5mL HCI 6M dengan 0,5 mL air. Aduklah agar residu terlarut, dan didekantasi dalam 30 EEE TES BET © beaker glass kecil. Buatlah larutan larutan tersebut menjadi alkalis dengan NH,OH 6M dan hindarkan terbentuknya endapan, lalu tambahkan 2-3 mL etanol 95% dan (NH)2COs padat (1:1). Dinginkan larutan tersebut sambil dikocok selama beberapa menit. Endapan putih yang terlihat menunjukkan endapan dari kation golongan IV. Pisahkan dan cucilah endapan dengan 1 mL larutan (NHz)2CO3 0,1 M. Filtrat hasil pencucian pisahkan dan selanjutnya dapat dipakai untuk analisis kation golongan V/sisa. Endapan yang terbentuk adalah: BaCOs (putih), SrCOs(putih), MgCO3.(NHi):COs.4H20 (putih). Selajutnya endapan ditambah setetes demi setetes CH3COOH 6M sambil dipanaskan untuk melarutkan endapan yang ada. Setelah seua endapan larut, tambabkan lagi 5 tetes CH;COOH 6M hingga ‘menunjukkan kelebihan asam. Larutan yang mengandung Ba”, Sr’, Ca”, dan Mg’, lalu ditambah dengan 1 mL CH;COONH; 3M. Panaskan larutan di dalam penangas air dan segera ditambah beberapa tetes KoCrOs 0,1M. Pembentukan endapan kuning menunjukkan adanya ion Ba** dalam sampel. Pisahkan endapannya dan cuci dengan ImL air (filtrat hasil pemisahan untuk analisis kation golongan IV Jainnya). Filtrat hasil penyaringan pada no. 6.4 mengandung kation Sr*, Ca**, Mg** dan. CrO;* (sisa), Untuk memisahkan ion-ion Sr’', Ca’*, Mg** tambahkan 1 mL HsNOs 1M dan buatlah alkalis dengan menambahkan setetes demi setetes dari NH.OH 6M (berilah kelebihan sampai 2-3 tetes). Panaskan sampai hampir mendidih di atas penangas air, tambahkan setetes demi setetes dari (NH.)2COs 3M sampai terjadi pengendapan sempurma. Biarkan sempuma selama 2-5 menit dan pisahkan, Cucilah endapan dengan 1 mL larutan (NH4)2CO3 0,1 M dan lakukan analisis untuk ion Ca’, Sedangkan filtrat hasil pemisahan untuk identifikasi ion Mg?*. Campuran endapan yang diperoleh dari no. 6.5 berupa SrCOs dan CaCOs. Tambahkan pada endapan tersebut setetes demi setetes HNO31SM_sampai semuanya larut. Kemudian tambah lagi 6-8 mL HNO3 pekat berlebihan, dinginkan larutan dalam tabung reaksi dalam penangas es dengan menggoreskan pengaduk kering didalamnya. Biarkan suspense ini sclama 10-15 menit dalam penangas es, timbulnya endapan putih kristalnya dari Sr(NO3)2. . Filtrat hasil dekantasi pada no. 6.6 diencerkan menjadi 15 mL dengan air suling dan tambah sampai alkalis dengan NHsOH1SM sambil diaduk merata. Uapkan Jarutan itu dalam penangas air, hingga volume tinggal SmL. Bila larutan belum bersifat alkalis, tambahkan lagi dengan NH«OH 6M dan cek dengan kertas lakmus. Kemudian tambahkan sekitar 2 mL (NH4)zC2Os 0,1M setetes demi setetes. Timbulnya endapan putih dari CaC2Os menunjukkan adanya ion Ca* dalam sampel. . Filtrat hasil pemisahan dari no. 6.4 asamkan dengan CHsCOOH 6M dan panaskan sampai mendidih untuk menghilangkan adanya CO2. Uapkan larutan hingga volumenya tinggal 2mL. tambahkan setetes demi setetes NHsOH 6M 31 sampai larutan menjadi alkalis, Dinginkan kemudian tambah dengan 2mL C:HsOH dan ImL Na2HPOs 0,1M. Biarkan selama 5-10 menit dan dicek dengan menggoreskan ujung pengaduk endapan di dasar tabung. Timbulnya endapan putih kristal dari Mg(NHs)POs.6H20, menunjukkan bahwa sampel mengandung ion Mg”. Pisahkan dan cuci endapan denga 1 mL air yang mengandung beberapa tetes NH:OH 6M, kemudian tambahkan HCl 6M dan ImL air destilasi sambil diaduk hingga endapan melarut. Lalu tambah beberapa tetes p-nitrobenzenazoresorcinol dan setetes demi setetes NaOH 6M sampai alkalis. Terbentuknya endapan biru cerah dari Mg-organik menunjukkan adanya ion Mg** dalam sampel. 32 prem PERCOBAAN 7 ANALISIS KATION GOLONGAN V / GOLONGAN SISA Tujuan Percobaan 1. Mengidentifikasi kation NH” secara langsung dari sampel awal atau sampel asli. 2. Memisahkan kation-kation K* dan Na* sebagai suspensi kation golongan V atau golongan sisa dari filtrat golongan TV. 3. Mengidentifikasi kation-kation K* dan Na” dengan pereaksi spesifik. B. Dasar Percobaan : Kation golongan V adalah sisa dari kation-kation sebelumnya yang tidak terendapkan secara berkelompok, masing-masing diuji secara spesifik. NH«* tidak dapat diuji dari filtrat, karena filtrat telah mengandung kontaminan ion ammonium dari pereaksi. Ada tidaknya kation NHz* sampek harus diuji dari sampel asli atau sampel asal Kation golongan V tidak bereaksi dengan pereaksi-pereaksi golongan sebelumnya, atau disebut dengan golongan sisa. Kation-kation ini dapat diperoleh dari filtrat golongan IV. lon NHs° tidak dapat dianalisis dari filtrat golongan IV karena filtrat ion ammonium dari sampel harus dianalisis dari sampel asli. Adanya ion ammonium (NH4") dalam sampel dapat dideteksi dari : 1) bau yang menyengst; 2) reaksi alkalis dengan pelarut air; 3) dibebaskannya uap amoniak yang berbau ‘menyengat pada reaksi dengan NaOH; 4) dapat mengubah Mn** menjadi Mn™* dengan berbagai oksidator, 5) dengan larutan HgNOs yang diteteskan pada kertas saring sehingga menghasilkan noda kelabu-hitam; 6) dengan pereaksi Nessler menghasilkan endapan coklat kekuningan, Sedangkan Na* dapat diidentifikasi dengan pereaksi seng uranil asetat, Zn(UO2)3(C2H302)» yang menghasilkan natrium seng uranil asetat berbentuk kristal kuning mengkilat dan dengan uji nyala. K* dapat diidentifikasi dengan uji nyala dan dengan pereaksi Nas(Co(NO2)¢) menghasilkan endapan dari K2(Co(NO:)s) yang berwama kuning, C. Alat dan Bahar Alat: Bahan: - Tabung reaksi dan rak tabung - Larutan NaQH-6M - Beaker glass SO mL - Larutan HNOs-15M / Pkt = Gelas arloji - Larutan CH3COOH-6M ~ Batang pengaduk - Larutan Na-kobaltnitrit - Pembakar spiritus - Larutan Seng-uranilasetat ~ Kertas lakmus merah - Air-suling/aquadest - Tripod dan kasa = Alcohol / C:HsOH 33 D. Prosedur Kerja : Identifikasi Kation 1 Amonium, NH4 Ambil I mL larutan NHsCl, masukkan ke dalam beberapa tabung reaksi dan tambahkan a. NaOH, jika ke dalam tabung dimasukkan batang gelas pengaduk: yang sudah dibasahi dengan ammonia, maka akan terlihat kabut putih di dalam tabung. b. NaOH, maka jika di atas tabung ditutup dengan kertas yang telah dibasahi percaksi Nessler, terjadi wana merah coklat, c. Natrium kobaltrinitrl, terjadi endapan kuning K-Na kobaltrinirtl. 4. Natrium hidrogen tatrat jenuh, terjadi endapan putih kalium hidrogen tatrat. Kalium, K* Ambil 1 mL larutan KCl, masukkan ke dalam beberapa tabung reaksi dan tambahkan a. Asam perklorat, akan terbentuk endapan putih kalium perklorat. b, Asam pikrat, terjadi endapan kuning kalium pikrat. ¢, Natrium kobaltrinitrl, terjadi endapan kuning K-Na kobaltrinitil 4. Asam tartrat, terjadi endapan putih kalium hydrogen tartrat, ‘Natrium, Na* Ambil 1 mL larutan NaCl, masukkan ke dalam beberapa tabung reaksi dan tambahkan : a. Kelium dihidro-piro-antimonat, dalam larutan yang netral atau sedikit alkali akan terjadi endapan putt. b. Zn-uranil asetat, (Kristal seperti intan di bawah mikroskop!) terjadi endapan berwama kuning kristalin E. Prosedur Kerja : Pemisahan Kation if Tempatkan 0,5 mL (0,1 gram padatan) dari larutan sampel asli (mula-mula) dalam beaker glass 25 mL. tambahkan 2 mL NaOH 6M dan pada bagian atas dari beaker ditutup dengan gelas arloji yang bagian bawahnya diberi kertas lakmus merah basah. Panaskan segera pada penangas air atau di alas pembekar tetapi jangan sampai mendidih. Terjadinya perubahan wama lakmus merah menjadi biru, menunjukkan adanya ion-NH;* dalam sampel. Filtrat hasil pemisahan golongan IV (percobaan 6 no. 2). Ambil 1 mL dan masukkan dalam beaker glass kecil, tambah 2 mL HNOs 15M uapkan dengan cepat sampai kering langsung di atas nyala api besar selama 5-10 menit. Dinginkan, Bila mengandung residu berarti ada ion K* dan ion Na’, lalu tambah I mL air suling dan 3-4 tetes CHyCOOH 6M. Aduk dan panaskan hingga semua residu terlarut, Saringlah dan pindahkan larutan jernih tersebut ke dalam tabung reaksi yang bersih untuk selanjutnya dilakukan identifikasi. Ambil sebagian larutan pada no. 6.2, tambahkan dengan volume yang sama dari ‘Nas[Co(NO2}¢] 0,2M sambil dikocok hingga rata. Terjadinya endapan kuning dari KNa{Co(NO:)s] menunjukkan bahwa dalam sampel terdapat ion-K*. 34 Sebagian lain dari larutan no. 6.2, tambahkan dengan volume yang sama C2HsOH sehingga menjadi suatu larutan alkoholis. Kemudian ditambah 0,5 L seng-uranilasetat 0,25M, kocok selama 5-10 menit, terbentuknya kristal kuning mengkilat dari garam kompleks Na, NaZn(UO2)s(C2H30>)9.9H20 menunjukkan bahwa dalam sampel terdapat ion-Na*. Pada larutan no, 6.2 juga dapat dilakukan analisis kering dengan “tes nyala api“ untuk mengidentifikasi ion Na* dan ion K*. a. Ambil kawat inokulum (Pt) dan celupkan pada larutan tersebut, selanjutnya ditest di atas nyala api. Timbulnya warna kuning pada nyala api oksidasi, berarti ada ion-Na’. b. Ambil kawat inokulum (Pt) dan celupkan pada larutan tersebut, selanjutnya ditest di atas nyala api. Dengan pertolongan aca “kobalt”/kaca *Didymium”, warma nyala lampu menunjukkan violet-kemerahan berarti bahwa pada sampel terdapat ion-K*. 35 PERCOBAAN 8 TITRASI ASAM BASA. A. Tujuan Percobaan Dalam percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat: |. melakukan standarisasi larutan asam atau basa 2, menentukan kadar NaOH dan NazCOs dalam soda perdagangan 3. menentukan kadar amonium dalam suatu garam amonium 4, menentukan kadar asam cuka dalam cuka perdagangan B. Dasar Teori Analisis kuantitatif bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu komponen dalam sampel. Secara konvensional, analisis Kuantitatif dapat dilakukan secara volumetri maupun secara gravimetri. Analisis volumetri dilakukan dengan mengukur volume dari larutan standar yang bereaksi secara kuantitatif dengan larutan yang akan ditentukan, Analisis volumetri seringkali disebut dengan titrasi, yang meliputi titrasi asam-basa (asidi-alkalimetri), pengendapan, redoks, dan kompleksometri Titrasi asam basa didasarkan pada reaksi secara stoikiometri senyawa asam dan basa. Salah satu kegunaan dari analisis volumetri atau titrimetri adalah untuk menentukan kadar suatu senyawa. Senyawa asam atau basa yang akan ditentukan direaksikan dengan larutan standar melalui proses titrasi. Larutan standar ada dua jenis yaitu larutan dan primer dan larutan standar sekunder. Konsentrasi yang sebenamya dari larutan standar sekunder dapat ditentukan dengan proses standarisasi menggunakan larutan standar primer Penentuan titik akhir titrasi pada titrasi asam-basa dapat dilakukan dengan menggunakan indikator atau pH-meter. Titik ekivalen terjadi jika jumlah asam ekivalen dengan jumlah basa, Apabila titik ekivalen telah tercapai maka proses titrasi dihentikan, Penghentian titrasi ditandai dengan perubahan warna indikator, yang disebut dengan titik akhir titrasi, Titik akhir titrasi tidak selalu berimpitan dengan titik ckivalen dan selisihnya disebut kesalahan titrasi. Pengerjaan titrasi harus cermat, karena setiap langkah dapat memberikan kesalahan terhadap basil analisis Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain dalam tahap pembuatan larutan, pengisian buret, pembacaan buret, pengamatan titik akhir titrasi, dan sebagainya, menjadi bagian yang dapat menyumbangkan kesalahan, Oleh karena itu, ketelitian dan kecermatan dalam melakukan percobaan harus diperhatikan C. Alat dan Bahan Alat: Neraca analitik (Ketelitian 0,1 mg), spatula, kaca arloji, gelas kimia 100 mL, pipet tetes, batang pengaduk, corong gelas, labu takar 100 mL dan 50 mL, botol semprot, buret, erlenmeyer, statif dan klem. 36 an: larutan HCI 0,1 M, padatan natrium tetraborat, larutan NaOH 0,1 M, Campuran NaOH dan Na;COs, garam amonium, akuades, indikator PP, indikator MO, cuka perdagangan. D. Prosedur Kerja 1. Pembuatan Larutan Baku Primer (Larutan Natrium Tetraborat) Buatlah larutan natrium tetraborat (Na2B.O7.10 H20) 0,1 N sebanyak 50 mL (tiap kelompok), Tulislah prosedur dalam bentuk diagram alir di buku jurnal. (Petunjuk: lihat kembali topik percobaan VII, tentang "pembuatan larutan") 2. Standarisasi Larutan Baku HCI Isi buret dengan larutan HCI (Perhatikan: ujung buret harus terisi penuh dan tidak boleh ada _gelembung udara). Ambil 10 mL larutan natrium tetraborat 0,1 N, tempatkan dalam erlenmeyer. Tambahkan ke dalam erlenmeyer indikator MO sebanyak 3 tetes. Titrasi dengan larutan HCI sampai terjadi perubahan warna (dari kuning muda menjadi merah muda). Catat volume HCI yang diperlukan. Ulangi percobaan sekali lagi. Hitung konsentrasi HCI. 3. Standarisasi Larutan Baku NaOH Standarisasi Jarutan NaOH dilakukan dengan cara tidak langsung. Isi buret, dengan larutan NaOH. Ambil 10° mL larutan HCI (yang telah distandarisasi) dan masukkan ke dalam erlenmeyer. Tambahkan indikator pp sebanyak 3 tetes dan titrasi dengan larutan NaOH. Catat volume yang diperlukan pada saat terjadi perubahan warna (tidak berwarna_menjadi merah muda). Ulangi percobaan sekali lagi. Hitung k onsentrasi_ NaOH. 4, Penetapan Campuran NaOH dan NaxC0s dalam Soda Perdagangan Ambil 10 mL larutan campuran NaOH dan NaxCOs, masukkan ke dalam erlenmeyer, tambah 2 tetes indicator PP. Titrasi dengan larutan HCI 0,1 M sampai wama merah dari pp hampir hilang. Catat volume yang diperlukan sebagai a mL. Ke dalam Jarutan tersebut, kemudian tambahkan 2 tetes indikator MO dan lanjutkan titrasi sampai terjadi perubahan warna yaitu dari kuning menjadi merah muda, Catat volume sebagai b mL. Hitung kadar NaOH dan Na2C03 dalam campuran. Hitung persen kesalahan hasil percobaan. : 5. Penetapan Amonium dalam Garam Amonium Penentuan kadar amonium dalam garam amonium merupakan cara titrasi tidak Jangsung. Ambil 10 mI. larutan garam amonium, masukkan ke dalam erlenmeyer. Tambabkan NaOH secara berlebih dengan mencatat volume yang diambil secara pasti (catat sebagai volume a mL). Lakukan pendidihan, kemudian dinginkan, Setelah dingin, tambah indicator MO dan titrasi dengan larutan HCI. Catat volume HCI yang diperlukan pada saat terjadi perubahan warna (sebagai b mL). Hitung kadar ammonium dalam garam. Hitung persen kesalahan, 37 6.Penentuan Kadar Asam Cuka dalam Cuka Perdagangan Ambil 10 mL larutan cuka perdagangan, tempatkan dalam labu takar 50 mL. Encerkan dengan menggunakan akuades hingga tanda batas. Ambil 10 mL larutan hasil pengenceran, tempatkan di erlenmeyer. Tambabkan indikator PP, kemudian titrasi dengan larutan NaOH sampai terjadi perubahan warna. Catat volume yang diperlukan. Ulangi sekali lagi dari larutan yang sudah diencerkan, Hitung kadar asam cuka. Hitung persen kesalahannya. E. Tugas Pendahuluan It Jelaskan syarat-syarat dari larutan baku primer, berikan contoh larutan yang termasuk di dalamnya! Jolaskan syarat-syarat dari larutan baku sekunder, berikan contoh larutan yang termasuk di dalamnya! Tuliskan reaksi dalam pembak.uan larutan HCI dengan Jarutan natrium tetraborat! Dalam percobaan ini, standarisasi_ larutan NaOH dilakukan dengan cara tidak langsung. Bagaimana jika dilakukan dengan cara langsung? Berikan contohnya dan tuliskan reaksi yang terjadi! Tuliskan reaksi penetapan campuran NaOH dan NayCO; dalam soda perdagangan! Apa yang dimaksud dengan titrasi tidak langsung? Mengapa digunakan dua indikator dalam penetapan campuran NaOH dan NasCOs dalam soda perdagangan? Hubungkan dengan reaksi yang terjadi! 38 PERCOBAAN 9 TITRASI PENGENDAPAN A. Tujuan Percobaan Dalam percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat: 1, melakukan_ standarisasi_larutan baku sekunder 2, menentukan kadar klorida dalam garam dapur kotor 3. menentukan kadar bromida B. Dasar Teori Titrasi pengendapan didasarkan pada reaksi pembentukan endapan antara analit dengan larutan standar. Salah satu reaksi pengendapan adalah menggunakan larutan perak nitrat sebagai larutan standamya sehingga titrasi disebut sebagai titrasi argentometri. Hasil titrasinya adalah suatu kekeruhan atau pengendapan, Titrasi argentometri didasarkan pada reaksi: Ag: (aq) + X* (aq) = AgX (s) dimana X = CI’, Br, F, CN SCN Titrasi_pengendapan dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu metoda Mobr, metoda Fajans, dan metoda Volhard. Dalam metoda Mohr, indikator yang digunakan adalah larutan kalium kromat, Metoda Fajans dengan indicator adsorpsi, sedangkan Vothard menggunakan indikator ferri amonium sulfat. C, Alat dan Bahan Alat: Neraca analitik (ketelitian 0,1 mg), spatula, kaca arloji, gelaskimia 100 mL, pipet tetes, batang pengaduk, corong gelas, labu takar 100 mL dan 50 mL, botol semprot, buret, erlenmeyer, pipet volume 10 mL, statif dan klem. Bahan: garam NaCl (p.a), larutan AgNOs 0,01 M, larutan KBr, indikator K2CrOs 1%, padatan garam dapur kotor, tarutan NHsSCN 0,01 M, HNOs 6 M, indikator ferri amonium sulfat 0.1 M, indikator fluorescein, D. Prosedur Kerja 1, Pembuatan Larutan Baku NaCl Buatlah larutan natrium klorida 0,01 M sebanyak 100 mL (2 kelompok 1 larutan stundar), Tulislah prosedur dalam bentuk diagram alir di bukujurnal. (Petunjuk: lihat kembali topik percobaan VII, tentang "pembuatan larutan”) 2, Standarisasi Larutan AgNOs Untuk standarisasi lakukan dengan zat standar primer NaCl 0,01 M. Standarisasi dapat dilakukan dengan cara Mohr. Ambil 10 mL NaCl 0,01 M, masukkan dalam erlenmeyer, tambahkan 5 tetes indikator anorganis K2CrO. Titrasi dengan Iarutan AgNOs. Catat volume yang diperlukan pada saat terjadi perubahan 39

Anda mungkin juga menyukai