Anda di halaman 1dari 32

BAHAN AJAR

KINETIKA REAKSI

1.Pendahuluan

Kinetika reaksi adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari berlangsungnya perubahan konsentrasi suatu reaksi (mol/liter ) zat reaktan/zat
pereaksi menjadi produk dalam satuan waktu tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinetika reaksi mencakup luas permukaan zat
pereaksi, konsentrasi, suhu, dan katalisator. Reaksi dapat berlangsung karena electron valensi atom-atom bersenyawa membentuk molekul
baru. Kinetika reaksi menerangkan dua hal penting yaitu mekanisme reaksi dan laju reaksi. Mekanisme reaksi untuk menerangkan langkah-
langkah /tahapan penentu perubahan reaktan menjadi produk, dan laju reaksi merupakan perubahan jumlah mol/liter zat perekai menjadi
produk dalam satuan waktu tertentu.
Dalam bidang pertanian dan industry laju reaksi mempunyai peranan penting yang terlihat saat petani memberikan pupuk pada tanaman,
pupuk yang mengandung unsur-unsur kimia sangat penting bagi pertumbuhan tanaman yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman
dimaksud. Unsur –unsur kimia pupuk apabila bereaksi dapat dihitung besaran laju reaksinya, sehingga petani dapat memperhitungkan
penggunaan pupuk mengakibatkan biaya operasional menjadi lebih efektif dan memproduksi hasil yang maksimal.
Sedangkan dalam bidang industri konsep laju reaksi diterapkan pada beberapa industri seperti pembuatan insektisida , industri
alumunium yang diperoleh dari mineral bauksit melalui proses peleburan dan elektrolisis. Pada industri semen konsep laju reaksi diterapkan saat
batu kapur dihancurkan sampai halus dengan tujuan mempercepat reaksi pada proses selanjutnya.
Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi reaktan, atau bertambahnya konsentrasi produk, atau berkurangnya
jumlah (konsentrasi) pereaksi per satuan waktu dan bertambahnya jumlah (konsentrasi) hasil reaksi per satuan waktu.. Pada dasarnya reaksi
terjadi karena adanya kemampuan unsur-unsur untuk pemutusan ikatan pada reaktan dan membentuk ikatan baru pada produk yang sifatnya
baru, sehingga terjadi perubahan sifat awal terhadap hasil reaksi tersebut. Laju reaksi pada suatu reaksi kimia dipengaruhi oleh luas permukaan
zat pereaksi , konsentrasi, suhu, dan keberadaan katalis. Kita dapat mengoptimumkan laju reaksi dengan pemilihan kondisi reaksi yang tepat.
Berdasarkan persamaan Arrhenius, laju reaksi akan meningkat dengan meningkatnya suhu sistem reaksi. Meningkatnya suhu yang diberikan ke
dalam sistem reaksi akan meningkatkan kebutuhan energi yang diperlukan dalam reaksi sehingga mampu melampaui energi aktivarsi dari reaksi
tersebut (Purwo, 2006).
Energi aktivasi sangat dipengaruhi oleh konstanta laju reaksi, semakin besar konstanta laju reaksi semakin kecil energi aktivasinya. Dengan
energi aktivasi yang kecil diharapkan reaksi semakin cepat berlangsung. Pengaruh konstanta laju reaksi terhadap energi aktivasi dapat dilihat
dari persamaan Arrhenius k = Ae−Ea/RT yang semakin besar nilai konstanta laju reaksi, energi aktivasinya akan semakin kecil (Desnelli, 2009).
Peningkatan suhu reaksi, mempercepat kenaikan konsentrasi, memperbesar penurunan konsentrasi, atau menaikan konversi yang
disebabkan naiknya suhu reaksi sehingga suplai energi bertambah untuk mengaktifkan pereaksi dan tumbukan antar pereaksi untuk
menghasilkan produk lebih banyak. Nilai konstanta kecepatan reaksi ( k ) naik dengan kenaikan suhu reaksi (rata-rata kenaikannya ± 2 kali dari
nilai awal, hal ini sesuai dengan teori Arrhenius dan pernyataan Westerterp bahwa kenaikan suhu akan menaikan nilai konstanta kecepatan
reaksi (Khairat, 2004). Jika suhu dinaikkan maka konstanta kecepatan reaksi dan koefisien transfer massa akan bertambah besar. Pada kondisi
atmosfer kenaikan suhu 100o C mengakibatkan kenaikan dua kali lipat atau lebih konstanta kecepatan reaksi yang di konttrol secara kinetik dan
jika kenaikan lebih kecil dari 1,5 maka proses transfer massa dikontrol oleh termodinamik. Bilangan ini dikenal dengan koefisien 100o C (Fadli
dkk, 2003).

2. Laju reaksi dan Orde reaksi


2.1.Laju reaksi

Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai berkurangnya jumlah (konsentrasi) pereaksi per satuan waktu atau bertambahnya jumlah
(konsentrasi) hasil reaksi per satuan waktu, disimbolkan dengan r ( rate reaction ).
Reaksi-reaksi kimia berlangsung dengan laju yang beraneka ragam. Ada reaksi yang lambat dan ada reaksi yang cepat. Perkaratan besi,
reaksi-reaksi kimia dalam tubuh, dan reaksi antara bahan cat dan oksigen merupakan contoh reaksi yang berlangsung lambat. Meledaknya
petasan, reaksi antara larutan asam dan basa atau reaksi pembakaran campuran bensin dan udara di dalam mesin kendaraan bermotor merupakan
contoh reaksi yang sangat cepat.
Reaksi kimia selalu berkaitan dengan perubahan dari suatu pereaksi (reaktan) menjadi hasil reaksi (produk).
Gambar 1 : Grafik Perubahan Konsentrasi Terhadap Waktu

Berdasarkan grafik di atas, maka :

∆[ ] ∆[ ]
Laju reaksi = − ∆
= + ∆
r = r pereaksi = r produk
Dimana :
[Pereaksi] = konsentrasi pereaksi (mol/liter)
[Produk] = konsentrasi produk (mol/liter)
∆t = perubahan waktu (detik)
r = laju reaksi (M/detik)
(Tanda negatif menunjukkan bahwa konsentrasi pereaksi berkurang, sedangkan tanda positif menunjukkan bahwa konsentrasi produk
bertambah)
Misal reaksi zat A menjadi B dapat dituliskan sebagai berikut.
A→B
∆[ ]
laju reaksi A : rA = −

∆[ ]
laju reaksi B : rB = +

∆[ ] ∆[ ]
Laju reaksi persamaan tersebut dapat dituliskan: r = − =+
∆ ∆
Untuk reaksi dengan koefisien yang berbeda seperti reaksi berikut.
aA → bB
laju reaksi dapat ditulis
∆[ ]
rA = − ×

∆[ ]
rB = − ×

∆[ ] ∆[ ]
r = r A = rB = − × =− ×
∆ ∆
Persamaan laju reaksi hanya dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi Hubungan kuantitatif antara perubahan konsentrasi dengan laju reaksi
dinyatakan dengan persamaan laju reaksi atau hukum laju reaksi. Secara eksperimen terbukti bahwa pada suhu tetap laju reaksi keseluruhan
sebanding dengan perkalian molaritas reaktan-reaktan yang bereaksi dengan pangkat tertentu. Misal, reaksi :

aA + bB → cC

Maka bentuk umum persamaan laju reaksi (r) dapat dituliskan sebagai berikut.

= [ ] [ ]

dengan : r = laju reaksi (mol/ Liter. s)


k = tetapan laju reaksi
x = orde atau tingkat reaksi terhadap zat A
y = orde atau tingkat reaksi terhadap zat B
[A] = konsentrasi awal A (mol/ Liter)
[B] = konsentrasi awal B (mol/ Liter)

Persamaan laju reaksi menyatakan hubungan kuantitatif antara laju reaksi dengan molaritas reaktan. Persamaan laju reaksi dikenal
sebagai hukum laju reaksi. Tetapan laju reaksi disimbolkan dengan k. Harga k bergantung pada jenis reaksi dan suhu. Setiap jenis reaksi
mempunyai harga k tertentu. Jika reaksi berlangsung cepat, maka harga k besar. Begitu pula sebaliknya. Jika reaksi berlangsung lambat, maka
harga k kecil. Selain harga k, pada persamaan laju reaksi juga ada orde reaksi. Orde reaksi adalah bilangan pangkat molaritas pada
persamaan laju reaksi. Orde reaksi disebut juga tingkat reaksi. Berarti x merupakan orde reaksi A dan y merupakan orde reaksi B.
Penjumlahan masing-masing reaktan merupakan orde reaksi total, yaitu x + y.
.
Penentuan Laju Reaksi

Untuk dapat menentukan rumus laju reaksi, tidak dapat hanya dengan melihat reaksi lengkapnya saja, tetapi harus berdasar percobaan.
Yaitu pada saat percobaan dan dilakukan pada suhu yang tetap. Penentuan rumus laju reaksi dapat dilihat pada contoh berikut.
Persamaan laju dari reaksi aA → bB, dapat dituliskan sebagai berikut.

r = k[A]x
Contoh beberapa persamaan reaksi dan cara menuliskan persamaan laju reaksinya serta tingkat reaksinya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.Persamaan Laju Reaksi dan Tingkat Reaksinya

Pada tabel 1 terlihat bahwa tingkat (orde) reaksi tidak berhubungan dengan koefisien pereaksi. Adapun langkah-langkah dalam penulisan
persamaan laju reaksi dan penentuan orde reaksinya adalah sebagai berikut.
Langkah pertama, menuliskan persamaan laju reaksi secara umum, disesuaikan dengan jumlah pereaksinya.
Jika pereaksinya tunggal A → hasil, maka v = k[A] m
Jika pereaksinya dua: A+B → hasil, maka v = k[A] m [B] n
Jika pereaksinya tiga: A+B+C → hasil, maka v = k[A] m [B] n[C] o
Langkah kedua, menentukan m,n, dan o dari data percobaan. Untuk menentukan orde reaksi, perhatikan contoh berikut.
Contoh :
Dari eksperimen diperoleh data sebagai berikut : aA → bB

Nomor Molaritas Awal (M) Laju Awal (mol L-1 detik -1)
1 0,05 3 × 10-4
2 0,1 12 × 10-4
3 0,2 48 × 10-4

Tentukan : a. orde reaksi, b. tetapan laju reaksi (k), c. persamaan laju reaksi.
Penyelesaian :
a. Orde reaksi
Jika reaksi tersebut memiliki orde reaksi terhadap a = 1, maka laju reaksi sebanding dengan molaritas [A] , yaitu r = k[A]. Hal ini tidak
mungkin, karena pada molaritas awal nomor 2 ketika molaritas awal dinaikan 2 kali, laju awal 4 kali lebih besar. Orde reaksi dapat dicari
dengan cara membandingkan laju reaksi dari masing-masing eksperimen sebagai berikut.
r = k [A]

Perbandingan laju reaksi 2 dan 1 :


[ ] × [ , ]
= = 4 = 2 x =2
[ ] × [ , ]
Perbandingan laju reaksi 3 dan 2 :
[ ] × [ , ]
= = 4 = 2 x=2
[ ] × [ , ]
Perbandingan laju reaksi 2 dan 1 :
[ ] × [ , ]
= = 16 = 4 x=2
[ ] × [ , ]
karena dari 3 perbandingan tersebut nilai x tetap 2, maka dapat disimpulkan bahwa orde reaksi terhadap A adalah 2.

Tetapan Laju Reaksi (k)


Tetapan laju reaksi adalah tetapan kesebandingan (proporsionalitas) antara laju reaksi dengan reaktan. Tetapan laju reaksi disimbolkan
dengan k. Harga k bergantung pada jenis reaksi dan suhu. Setiap jenis reaksi mempunyai harga k tertentu. Jika reaksi berlangsung cepat, maka
harga k besar. Begitu pula sebaliknya. Jika reaksi berlangsung lambat, maka harga k kecil.
Harga tetapan reaksi dapat dihitung dengan cara memasukkan nilai orde reaksi yang telah ditemukan ke dalam salah satu persamaan hasil
eksperimen.
r = k[A]
Contoh 1:
Data dari tabel 1. untuk menghitung tetapan laju reaksi , misal diambil dari eksperimen nomor 1
×
3 × 10 mol L det = k [0,05 mol L ] k = k = 0,12 [mol L ]det
×

Dari eksperimen nomor 3 : r3 = k[A]x


×
48 × 10 mol L det = k [0,2 mol L ] k = k = 0,12 [mol L ]det
×
Jadi, harga tetapan laju reaksi sebesar 0,12 [mol L ]det
Karena orde reaksi terhadap A = 2 dan k = 0,12 [mol L ]det , maka persamaan laju reaksi aA → bB adalah : r = 0,12 [A]
Contoh 2 :

Gas A dan gas B bereaksi menurut persamaan:

A(g) + B(g) C(g) + D(g)


Pengaruh konsentrasi A dan B terhadap laju reaksi ditemukan sebagai berikut.

Percobaan [A] / M [B] / M r (M detik-1)

1 0,10 0,01 4

2 0,20 0,01 16

3 0,10 0,03 12

Tentukanlah : a. Orde reaksi untuk [A] dan [B]


b. Persamaan laju reaksinya
c. Orde reaksi keseluruhan
d. Harga tetapan laju reaksi
Penyelesaian.

a. Orde reaksi untuk [A] dan [B]


orde reaksi terhadap [A] :
r1 k Ax By 4 k 0,1 0,1
x y
4 0,1
x
1 1
x

     x 2
r2 k Ax By 16 k 0,2  x 0,1 y 16 0,2 x 4 2
orde reaksi terhadap[B]:
r1 k Ax By 4 k 0,1 0,1
x y
4 0,1
x
1 1
y

     y 1
r3 k . Ax By 12 k 0,1 x 0,3 y 12 0,3 x 3  3

b. Persamaan laju reaksinya adalah : r = k [A]2 [B]


c. Orde reaksi keseluruhan : 2 + 1 = 3
d. Harga tetapan laju reaksi :
r = k [A]2[B]
4 = k (0,1 M)2(0,1M)
4 = k (0,001)
k = 4000
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi
1. Laju reaksi dipengaruhi oleh luas permukaan ( ukuran partikel/zat ). Semakin luas permukaan maka semakin banyak tempat bersentuhan
untuk berlangsungnya reaksi. Luas permukaan zat dapat dicapai dengan cara memperkecil ukuran zat tersebut
2. Laju Reaksi dipengaruhi oleh suhu.
Semakin tinggi suhu maka laju reaksi akan makin meningkat sesuai dengan teori Arhenius.
3. Laju Reaksi dipengaruhi oleh katalis.
Adanya katalisator dalam reaksi dapat mempercepat jalannya suatu reaksi. Kereakifan dari katalis bergantung dari jenis dan konsentrasi
yang digunakan.
4. Konsentrasi atau sifat zat yang bereaksi.
Konsentrasi atau sifat zat yang bereaksi akan menentukan laju suatu reaksi.
2.2. Orde Reaksi

Salah satu faktor yang dapat mempercepat laju reaksi adalah konsentrasi, namun seberapa cepat hal ini terjadi? Menemukan orde reaksi
merupakan salah satu cara memperkirakan sejauh mana konsentrasi zat pereaksi mempengaruhi laju reaksi tertentu.
Orde reaksi menyatakan besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi. Orde reaksi tidak dapat dituliskan dari persamaan reaksi,
melainkan harus dari data eksperimen. Pada umumnya, harga orde reaksi merupakan bilangan bulat sederhana, yaitu 1, 2, atau 3, tetapi kadang-
kadang juga terdapat pereaksi yang mempunyai orde reaksi 0, ½, atau bahkan negatif.Tingkat reaksi (orde reaksi) tidak sama dengan koefisien
reaksi. Orde reaksi hanya dapat ditentukan melalui percobaan. Tingkat reaksi total adalah jumlah tingkat reaksi untuk setiap pereaksi.Orde reaksi
menunjukkan hubungan antara perubahan konsentrasi pereaksi dengan perubahan laju reaksi. Hubungan antara kedua besaran ini dapat
dinyatakan dengan grafik orde reaksi. Orde reaksi atau tingkat reaksi terhadap suatu komponen merupakan pangkat dari konsentrasi komponen
tersebut dalam hukum laju. Sebagai contoh, v = r = k [A]m [B]n, bila m = 1 , reaksi tersebut orde pertama terhadap A. Jika n = 3 reaksi orde tiga
terhadap B. Orde total adalah jumlah orde semua komponen dalam persamaan laju : n + m + ...
Pangkat m dan n ditentukan dari data eksperimen, biasanya harganya kecil dan tidak selalu sama dengan koefisien a dan b. Hal ini berarti,
tidak ada hubungan antara jumlah pereaksi dan koefisien reaksi dengan orde reaksi. Secara garis besar, beberapa macam orde reaksi diuraikan
sebagai berikut:
1. Orde nol
Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu pereaksi apabila perubahan konsentrasi pereaksi tidak mempengaruhi laju reaksi. Artinya,
asalkan terdapat dalam jumlah tertentu, perubahan konsentrasi pereaksi itu tidak mempengaruhi laju reaksi.
Laju reaksi: r = d[A] / dt = k [A] 0 = k
Integrasinya diperoleh: [A]t = -kt + [A0]
Dengan membuat plot [A] terhadap t akan diperoleh garis lurus dengan kemiringan (slope)= -k

Gambar 2. Grafik reaksi orde nol


2. Orde Satu
Suatu reaksi dikatakan berorde satu terhadap salah satu pereaksi jika laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi. Misalnya,
konsentrasi pereaksi dilipat tiga maka laju reaksi menjadi 31 atau 3 kali lebih besar.
Bila ditinjau reaksi orde satu berikut: A → produk, maka persamaan lajunya: r = d [A] / dt = k [A] Integrasinya adalah : ln [A]t = -kt +
ln[A0]. Bila persamaan ln [A]t = -kt + ln[A0] dibuat grafik ln [A] terhadap t, maka diperoleh garis lurus dengan kemiringan = -k, sedang
jelajahnya (intersep) = ln[A]0.

Gambar 3 Grafik reaksi orde satu


Contoh soal:
1. Penguraian termal aseton, (CH3)2 C=O, pada 600 0C adalah reaksi orde pertama dengan suatu waktu paruh 80 s.
a. Hitunglah laju tetapan, k
b. Berapa waktu diperlukan agar 25 persen suatu contoh tertentu terurai? Agar 85 persen terurai?
Penyelesaian:
, ,
a. Tetapan laju, k adalah : K = /
= = 8,7 x 10-3s-1

b. Bila 25 persen konsentrasi molar awal dari aseton itu terurai, konsentrasi molar yang tinggal adalah 75 persen. Angka banding
[(CH3)2 C=O]0 terhadap [(CH3)2 C=O]t adalah 1,0:0,75, dan t dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
[ ] ,
kt = 2,303 ( log [ ]
) = (8,7 x 10-3s-1) t = 2,303 ( log ,
=
( , )( , )
t= ,
= 33 s

3. Orde Dua
Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika laju reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi . Apabila
konsentrasi zat dilipat tigakan, maka laju reaksi akan menjadi 32 atau 9 kali lebih besar. Misalnya, A ® produk, maka persamaan lajunya:
r = d[A] / dt = k [A]2 Integrasinya adalah: 1/[A] t = kt + 1/[A] 0
Bila persamaan 1/[A] t = kt + 1/[A]0 dibuat grafik 1/[A] terhadap t, maka diperoleh garis lurus dengan kemiringan = k, sedang jelajahnya
(intersep) = 1/[A] 0

Gambar 4. Grafik reaksi orde dua


Contoh soal :
1. Persamaan kecepatan reaksi
H2 + I2 → 2 HI adalah r = k [H2][I2].
Tentukan Orde reaksi total dari persamaan di atas
Penyelesaian :
orde reaksi zat H2 = 1
orde reaksi zat I2 = 1
orde reaksi total persamaan diatas adalah 1+1 = 2
2. Dari reaksi 2NO(g) + Br2(g) → 2NOBr(g)
Dari percobaan diperoleh data sebagai berikut:
No. (NO) mol/l (Br2) mol/l Kecepatan Reaksi
mol / 1 / detik
1. 0.1 0.1 12
2. 0.1 0.2 24
3. 0.1 0.3 36
4. 0.2 0.1 48
5. 0.3 0.1 108

Pertanyaan:
a. Tentukan orde reaksinya !
b. Tentukan harga k (tetapan laju reaksi) !
Penyelesaian :
a. Misalkan rumus laju reaksinya adalah r = k(NO)x(Br2)y : maka dicari nilai x dan y.
Untuk menentukan nilai x maka diambil data dimana konsentrasi terhadap Br2 tidak berubah, yaitu data (1) dan (4).
Dari data ini terlihat konsentrasi NO naik 2 kali sedangkan laju reaksinya naik 4 kali maka :
2x = 4 x = 2 (reaksi orde 2 terhadap NO)
Untuk menentukan nilai y maka diambil data dimana konsentrasi terhadap NO tidak berubah yaitu data (1) dan (2). Dari data ini terlihat
konsentrasi Br2 naik 2 kali, sedangkan laju reaksinya naik 2 kali, maka :
2y = 2→y = 1 (reaksi orde 1 terhadap Br2)

Jadi rumus kecepatan reaksinya : r = k(NO)2(Br2) , sehingga reaksi orde 3, yaitu 2 + 1 = 3


Dari reaksi : 2 NO(g) + 2H2(g) → N2(g) + 2H2O(g), diperoleh data percobaan sebagai berikut:

Konsentrasi (M)
Nomor Laju reaksi (M.det-1)
NO H2
Percobaan
1 2 × 10−3 2 × 10−3 4 × 10−6
2 4 × 10−3 2 × 10−3 8 × 10−6
3 6 × 10−3 2 × 10−3 12 × 10−6
4 4 × 10−3 6 × 10−3 24 × 10−6
5 4 × 10−3 8 × 10−3 32 × 10−6

Persamaan laju reaksi tersebut adalah :


a. r = k [NO] [H2]
b. r = k [NO]2 [H2]
c. r = k [NO] [H2]2
d. r = k [NO]2 [H2]2
e. r = k [H2]2
Pembahasan :
Orde reaksi terhadap NO, bandingkan r2 terhadap r1

Orde reaksi terhadap H2, bandingkan r5 terhadap r2

Sehingga : r = k [NO]x[H2]y = k [NO]1[H2]1 = k [NO][H2]

Mekanisme reaksi dan penentuan Laju Reaksi


Pada umumnya reaksi senyawa-senyawa organik berlangsung melalui beberapa tahap (kompleks). Salah satu tahapan tersebiit adalah
merupakan langkah penentu laju reaksi {rate determining Stef-RDS). Tahapan penentu laju adalah tahapan yang berlangsung paling lambat.
Untuk reaksi banyak langkah (reaksi kompleks) maka tiap tahap reaksi dipandang sebagai proses elementer. Untuk proses ele-menter maka
laju reaksi sebanding dengan konsentrasi reaktan dipangkatkan dengan koefisien yang secara umum umum ditulis.

Dalam perubahaan kimia, beberapa ikatan-ikatan diceraikan dan ikatan-ikatan baru dibentuj. Tidak jarang, perubahan-perubahaan ini begitu
rumit untuk dilangsungkan dalam satu langkah sederhana. Melainkan, reaksi sering berlangsung dalam beberapa tahap perubahaan-
perubahaan kecil.
Mekanisme reaksi menjelaskan satu atau lebih langkah yang terjadi di reaksi sehingga mampu menggambarkan bagaimana beberapa
ikatan tercerai dan terbentuk. Contoh-contoh berikut ini berdasar dari kimia organik yang mudah dimengerti walaupun misalnya Anda tidak
terbiasa dengannya.Reaksi dibawah ini merupakan reaksi 2-bromo-2-metilpropan dengan ion hidroksi dari larutan natrium hidroksi.

Reaksi keseluruhan adalah pergantian atom brom dalam senyawa organik dengan gugus OH.Hal pertama yang terjadi ialah ikatan
karbon-brom dalam komposisi sedikit bercerai menjadi ion-ion:

Ikatan karbon-brom cukup kuat, sehingga reaksi ini berlangsung lambat. Jika ion-ion inti bertumbukan satu dengan yang lainnya,
ikatan kovalen akan terbentuk kembali. Tanda anak panah dalam persamaan menunjukkan perpindahan dari sepasang elektron.Jika terdapat ion
hidroksi dalam konsentrasi pekat, ion positif akan memiliki kemungkinan tinggi untuk ditumbuk oleh ion-ion hidroksi. Langkah keseluruhan
reaksi akan berlangsung cepat. Ikatan kovalen baru akan dibentuk antara karbon dan oksigen, menggunakan satu dari sepasang elektron kosong
dari atom oksigen.

Karena ikatan karbon-oksigen kuat, sekali gugus OH berdempet dengan atom karbon, mereka akan cenderung untuk terus
berdempet.Mekanisme menunjukkan reaksi berlangsung dalam dua langkah dan mengdeskripsikan secara jelas bagaimana langkah-langkah itu
berlangsung dalam ikatan-ikatan yang tercerai dan terbentuk. Mekanisme juga menggambarkan bahwa langkah-langkah laju reaksi berbeda -satu
lambat dan satunya cepat.

Langkah penentuan laju reaksi


Laju reaksi keseluruhan (dimana pengukurannya diperlukan beberapa eksperimen) dikontrol oleh laju reaksi yang paling lambat. Dalam
contoh diatas, ion hidroksi tidak dapat berinteraksi dengan ion positif sampai ion positif terbentuk. Lankah kedua dapat diandaikan dengan reaksi
yang menunggu langkah laju reaksi pertama terbentuk.Langkah reaksi lambat ini disebut juga dengan langkah penentuan laju reaksi.
Sepanjang terdapat beberapa macam laju yang berbeda dari langkah-langkah, ketika kita mengukur laju suatu reaksi, sebenarnya kita
mengukur langkah penentuan laju reaksi.
Mekanisme reaksi dan laju Penentu Kecepatan Reaksi
Mekanisme reaksi adalah kumpulan dari beberapa langkah reaksi membentuk reaksi keseluruhan. Kandungan setiap langkah dari
mekanisme kesatuan reaksi disebut reaksi elementer, yang terdiri dari beberapa reaksi sederhana.
Suatu reaksi elementer menyajikan suatu proses pada tingkat molekul, dapat pula dinyatakan sebagai molekularitas reaksi. Terdiri dari
sejumlah spesi terlibat dalam reaksi yang datang bersamaan membentuk keadaan kritis, keadaan transisi. Umumnya, reaksi elementer adalah
bermolekul satu atau bermolekul dua, tergantung pada keterlibatannya dalam reaksi, apakah berspesi satu atau dua. Kadang - kadang terjadi dari
tiga molekul, terutama antara beberapa atom atau molekul kecil dalam fasa gas. Reaksi larutan dapat terjadi, tetapi sebenarnya adalah reaksi
antara dua molekul. Laju reaksi elementer sebanding dengan konsentrasi spesi yang memulai reaksi itu sendiri.Contoh-contoh yang kita gunakan
pada halaman ini merupakan contoh yang sederhana dimana reaksi berlangsung dalam order 0, orde 1 atau 2. Dimana langkah reaksi lambat
berlangsung sebelum langkah-langkah reaksi cepat lainnya.
Contoh 1
Mekanisme dibawah ini merupakan mekanisme yang telah kita bahas. Bagaimana kita tahu mekanisme berlangsung seperti ini?

Dengan melakukan eksperimen laju reaksi, kita dapat menemukan persamaan laju sebagai berikut :

Reaksi ini berorder satu terhadap senyawa organik dan beroder nol terhadap ion hidroki. Konsentrasi dari ion hidroksi tidak
mempengaruhi laju reaksi keseluruhan.Bila ion hidroksi mengambil bagian dalam langkah reaksi lambat, peningkatan dari konsentrasi akan
mempercepat reaksi. Namun peningkatan konsentrasi ini tidak memiliki perubahaan yang berarti, sehingga konsentrasi ion hidroksi berada
dalam bagian langkah reaksi cepat.Peningkatan konsentrasi ion hidroksi akan mempercepat langkah reaksi cepat, tetapi hal ini tidaklah
memberikan pengaruh yang berarti pada laju reaksi keseluruhan. Dimana reaksi keseluruhan ditentukan oleh cepatnya laju reaksi lambat.
Dalam kasus sederhana seperti ini, dimana langkah reaksi lambat merupakan langkah pertama, persamaan laju memberitahukan apa saja
yang mengambil bagian dalam laju reaksi lambat. Dalam kasus ini, reaksi berorder satu terhadap senyawa organik.
Hal ini memberikan gambaran terhadap kita bagaimana menentukan kemungkinan mekanisme. Apabila kita ingin menentukan suatu
mekanisme, kita perlu mencari lebih banyak bukti-bukti untuk memastikannya. Sebagai contoh, dalam kasus ini kita perlu mendeteksi
keberadaan ion positif yang dibentuk pada langkah pertama.
Contoh 2
Sekilas reaksi di bawah ini tampak mirip dengan reaksi di atas. Atom brom digantikan dengan gugus OH pada senyawa organik.

Walaupun begitu, persamaan laju dari reaksi yang terlihat mirip ini cukup berbeda. Dimana mekanisme reaksinya berlainan.

Reaksi ini berorder satu terhadap senyawa organik maupun ion hidroksi. Kedua darinya haruslah mengambil bagian dalam langkah laju
reaksi lambat. Reaksi haruslah berlangsung dalam keadaan tumbukan langsung diantara mereka.

Atom karbon yang ditumbuk oleh ion hidroksi memiliki muatan positif dan atom brom memiliki muatan negatif yang dikarenakan oleh
perbedaan elektronegatifas diantaranya.Ketika ion hidroksi mendekat, brom akan tertolak dalam suatu langkah yang mulus.
Penentuan Persamaan Laju Reaksi
Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi secara kuantitatif hanya dapat diketahui dari hasil eksperimen. Sebagai contoh, penentuan
persamaan laju dengan metode laju awal. Mari kita perhatikan reaksi antara hidrogen (gas) dengan nitrogen mono oksida (gas) yang secara
kinetika dapat diamati dari perubahan tekanan campuran yang berkurang, karena empat molekul pereaksi menghasilkan tiga molekul produk
menurut
reaksi. 2H2 (g) + 2 NO (g) → 2 H2O (g) + N2 (g)
Dari reaksi pada suhu 8000C diperoleh data sebagai berikut:

Konsentrasi awal
Eksperimen Laju awal
NO H2
1 0,006 0,001 0,025

2 0,006 0,002 0,050

3 0,006 0,003 0,075

4 0,001 0,009 0,0063

5 0,002 0,009 0,025

6 0,003 0,009 0,056

Dari data eksperimen 1 dan 2 terlihat, bahwa pada konsentrasi NO konstan (0,006M), jika konsentrasi H2 dilipat duakan, laju reaksi juga
naik duakali lipat. Bila konsentrasi H2 dinaikan tiga kali, laju reaksi juga bertambah menjadi tiga kali lipat (eksperimen 1 dan 3). Dengan
demikian, perubahan laju semata-mata disebabkan oleh perubahan konsentrasi H2.
Eksperimen 4, 5, dan 6 menunjukkan bahwa pada konsentrasi H2 konstan (0,009M), jika konsentrasi NO dinaikan dua kali dan tiga kali
lipat, maka laju reaksi naik menjadi empat kali dan sembilan kali lebih besar. Jadi, perubahan laju reaksi semata-mata disebabkan perubahan
konsentrasi NO. Bagaimana cara menentukan persamaan laju reaksi dari data percobaan di atas?
Dari persamaan reaksi: 2H2 (g) + 2 NO (g) → 2 H2O (g) + N2 (g)dapat ditulis persamaan lajunya sebagai: v = k [H2]x [NO]yOrde reaksi
terhadap H2, yaitu x dapat ditentukan dengan membandingkan percobaan 1 dan 2, atau percobaan 2 dan 3, atau percobaan 1 dan 3:
r2/r1 =(k [0,002][0,006])/(k [0,001][0,006]) = 0,025/0,050 → 2x = 2 maka x =1. Jadi, laju reaksi sebanding dengan konsentrasi H2 pangkat
satu. Orde reaksi terhadap NO, yaitu y dapat ditentukan dengan membandingkan percobaan 4 dan 5, atau percobaan 4 dan 6, atau percobaan 5
dan 6: r5/r4 = (k [0,009][0,002]) / (k [0,009][0,001]) = 0,025/0,0063 → 2y= 4 maka y = 2 . Jadi laju reaksi sebanding dengan konsentrasi NO
pangkat dua.Secara matematis, persamaan laju reaksi dapat dituliskan: r = k [H2][NO]2
Teori Tumbukan
Partikel-partikel yang terdapat dalam gas, zat cair dan larutan selalu bergerak secara acak. Pergerakan partikel-partikel yang acak ini akan
mengakibatkan terjadinya tumbukan antar partikel. Tumbukan antar-partikel ini akan menghasilkan energi yang dapat menyebabkan terjadinya
reaksi. Akan tetapi, jumlah energi yang dihasilkan harus mencukupi untuk memulai terjadinya reaksi. Reaksi kimia terjadi akibat adanya
tumbukan antar partikel-partikel zat pereaksi yang menghasilkan energi yang cukup serta arah tumbukan yang tepat untuk memulai reaksi. Jadi
reaksi akan berlangsung pada tiga hal berikut:
1. Frekuensi tumbukan
2. Energi partikel pereaksi
3. Arah tumbukan

B
B A
B B
A A A

A A
A
B A B B
B

Gambar 5: Tumbukan yang efektif akan Gambar 6 : Tumbukan yang tidak efektif tidak akan
menghasilkan reaksi menghasilkan reaksi
Tumbukan yang menghasilkan reaksi disebut tumbukan efektif. Energi minimum yang harus dimiliki oleh partikel pereaksi sehingga
menghasilkan tumbukan efektif disebut energi pengaktifan (Ea).

Teori Tumbukan Dan Konsentrasi Awal Pereaksi


Semakin besar konsentrasi pereaksi, semakin besar jumlah partikel pereaksi sehingga semakin
banyak peluang terjadinya tumbukan. Hal ini menyebabkan semakin besar peluang untuk
terjadinya tumbukan efektif anta-partikel. Semakin banyak tumbukan efektif berarti laju reaksi
semakin cepat.

Gambar 7. Tumbukan yang terjadi pada


(a) konsentrasi kecil dan (b) konsentrasi
besar

Teori Tumbukan dan Luas Permukaan


Semakin luas permukaan, semakin banyak peluang terjadinya tumbukkan antar-pereaksi.
Semakin banyak tumbukkan yang terjadi mengakibatkan semakin besar peluang terjadinya
tumbukan yang menghasilkan reaksi. Akibatnya laju reaksi semakin cepat.

(a) (b)
Gambar 8: Tumbukan antar partikel (a) permukaan besar dan (b) permukaan kecil
Teori tumbukan dan suhu
Suhu dapat meningkatkan energi kinetic partikel. Sehingga jika suhu dinaikkan maka energi
kinetik kinetic partikel akan meningkat sehingga partikel akan bergerak menjadi lebih cepat. Hal ini
membuat peluang terjadinya tumbukan partikel semakin besar yang mengakibatkan proses
terjadinya reaski semakin cepat.

Gambar 9. Tumbukan antar partikel pada (a) suhu rendah dan (b) suhu tinggi

Pengaruh Suhu Kepada Laju Reaksi


Partikel-partikel dalam zat selalu bergerak. Jika suhu zat dinaikkan, maka energi kinetik partikel-partikel akan bertambah sehingga tumbukan
antar partikel akan mempunyai energi yang cukup untuk melampaui energi pengaktifan. Hal ini akan menyebabkan lebih banyak terjadi
tumbukan yang efektif dan menghasilkan reaksi.

Gambar. (a) Tumbukan antarpartikel pada suhu rendah (b) Tumbukan antar partikel pada suhu tinggi.
Pada umumnya setiap kenaikan suhu sebesar 10 oC, reaksi akan berlangsung dua kali lebih cepat. Dengan demikian, apabila laju reaksi awalnya
diketahui, maka perkirakan besarnya laju reaksi berdasarkan kenaikan suhunya adalah :
Karena besarnya laju berbanding terbalik dengan waktu yang ditempuh, maka perumusan di atas dapat dituliskan sebagai berikut.

Keterangan :
∆r = kenaikan laju reaksi
∆T = kenaikan suhu = T2 –T1
T2 = suhu akhir
T1 = suhu awal
t0 = waktu reaksi awal
tt = waktu reaksi akhir
Pada umumnya semua jenis reaksi khususnya reaksi senyawa organik dipengaruhi oleh bebrapa faktor, salah satunya faktor suhu sangat
berpengaruh terhadap laju reaksi.Pengaruh suhu (T) terhadap laju reaksi secara empiris dikemukakan oleh Arhenius dengan persamaan berikut: k
= Ae-Ea/RT
dengan:k = konstanta kecepatan reaksi
A = faktor frekuensi tumbukan
Ea = energi aktivasi reaksi
R = tetapan gas umum
T = Suhu reaksi dalam kelvin
Harga Ea suatu reaksi adalah parameter penting untuk memperkira-kan laju reaksi disamping faktor konstanta kecepatan reaksi (k). Se-
lanjutnya secara kasar Ea juga dapat ditentukan dengan hanya membandingkan dua data percobaan dengan persamaan berikut
Log (k1/k 2) = (Ea/2, 303 RT).(T2-T1/ T2.T1)
Dengan menggunakan teori tumbukan, jelas bahwa semakin tinggi suhu, maka molekul-molekul yang mencapai energi aktivasi semakin
banyak, sehingga laju reaksi semakin cepat berlangsung.
Contoh: suhu 350C lebih cepat beraksi dari pada suhu 250C.
Rumus nilai peningkatan laju reaksi

V  v xV0
T T0 T T0

T  1  T

t   xt0
 v 
Ket:
V = laju reaksi akhir
V0 = laju reaksi awal
t = waktu akhir
t0 = waktu awal
Δv = kenaikkan laju reaksi
T = suhu pada laju reaksi akhir
To = suhu pada laju reaksi awal
ΔT = kenaikkan suhu
Apabila pengaruh suhu terhadap laju reaksi ini dibuat grafik, akan tampak seperti pada Gambar . Dari grafik tersebut dapat disimpulkan
bahwa makin tinggi suhu, laju reaksi semakin besar.

Gambar 10 : Grafik perubahan suhu terhadap laju reaksi.

Contoh :
1. Tiap kenaikkan suhu 200C laju reaksi menjadi 2x lebih cepat dari semula, jika pada suhu 200C reaksi berlangsung selama 32 menit,
tentukan waktu reaksi pada suhu 800C.
Penyelesaian :
T  T 0

 1   T

t    xt
  v 
0
80  20

1 20

t   x32
2
3
1
t    x 32 t=
1
x32 = 4 , maka waktu reaksi pada suhu 800C adalah 4 menit.
2 8
2. Suatu reaksi berlangsung dua kali lebih cepat setiap suhu dinaikkan 10 oC . Apabila pada suhu 25 oC laju reaksi suatu reaksi adalah 2y
M/s. Berapa laju reaksi pada suhu 75 oC?
Dik :r0 = 2y
∆r = 2 ; T1 = 25 °C ; T2 = 75 °C
Dit: rt = .... ?
Penyelesaian :

= (2)50/10 x 2y = 25 x 2y = 32 . 2y = 64y
PETA KONSEP LAJU REAKSI

Anda mungkin juga menyukai