BAB II
KAJIAN TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN PERUMUSAN
HIPOTESIS
A. Kajian Teoretis
1. Model Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM) dalam Pembelajaran
Fisika
a. Pengertian STM
Model sains teknologi masyarakat sebagai suatu program pendidikan
untuk pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahu 1985. pada tahun
1986, model STM mulai diperkenalkan di Program Pasca Sarjana IKIP
Bandung, sebagai salah satu mata kuliah. Sedangkan penelitian di kelas baru
dilaksanakan pada tahun 1994.1 Sains teknologi masyarakat sebagai suatu
perubahan yang utama di dalam pendidikan ilmu pengetahuan. 2 Jadi, dalam
pendidikan ilmu pengetahuan sains teknologi masyarakat merupakan suatu
proses pembelajaran yang dapat mengubah cara berpikir siswa.
Istilah Sains Teknologi Masyarakat diterjemahkan dari bahasa Inggris
“Science Techology Society (STS)”, yaitu pada awalnya dikemukakan oleh
John Ziman dalam bukunya Teaching and Lerning about Science and Society.
Pembelajaran Science Technology Society berarti menggunakan teknologi
sebagai penghubung antara sains dan masyarakat.3 jadi, dalam pembelajaran
menggunakan sains teknologi masyarakat bahwa teknologi dapat digunakan
sebagai penghubung/penerapan antara sains dan masyarakat sehingga siswa
dapat memahami apa yang telah dipelajari.
Menurut James E. Hollenbeck, STS means teaching and learning in
the context of human experience. 4 STM dipandang sebagai proses
pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman manusia.
1
Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005).
h. 111.
2
Elif Bakar, dkk, Preservice Science Teachers Belifes About Science-Technology And Their
Impilication In Society, Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education,
Volume 2, Number 3, December 2006. h. 19.
3
Anna Poedjiadi, Op.Cit., h. 99.
7
8
Dalam model ini siswa diajak untuk meningkatkan kreatifitas, sikap ilmiah,
menggunakan konsep, dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.5 Definisi
lain tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE dalam Sabar Nurohman
bahwa STM merupakan “an interdisciplinary approach which reflects the
widespread realization that in order to meet the increasing demands of a
6
technical society, education must integrate across disciplines”. Dengan
demikian, pembelajaran dengan model STM haruslah diselenggarakan dengan
cara mengintegrasikan berbagai disiplin (ilmu) dalam rangka memahami
berbagai hubungan yang terjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal
ini berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik,
tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap
hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalam
pengembangan pembelajaran di era sekarang ini. Menurut Robert E. Yeger
ada 5 bidang dalam model pembelajaran, yaitu: 1) konsep, 2) proses, 3)
aplikasi, 4) kreativitas, dan 5) sikap.7
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa model
STM adalah suatu pembelajaran yang dimaksudkan untuk mengetahui,
dimana ilmu (sains) dapat menghasilkan teknologi untuk perbaikan
lingkungan sehingga bermanfaat bagi masyarakat, dan bagaimana situasi
sosial atau isu yang berkembang di masyarakat mengenai lingkungan dan
teknologi mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi, yang
memberikan sumbangan terbaru bagi ilmu pengetahuan.
4
James Edward Hollenbeck,(1998) Scince, Technology and Society:an American
Approach to Environmental Education in Practice in Lowa Schools, (Europe: A Plenary
Presentation to the Foundation for Environmental), h. 6.
5
Glen S. Aikenhead, Research Into STS Science Education, (Canada : University of
Sasakatchewan 2005),. 385.
6
Sabar Nurohman, Penerapan Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat (STM)
Dalam Pembelajaran IPA Sebagai Upaya Peningkatan Life Skills Peserta Didik, (Pendidikan
Fisika FMIPA UNY).
7
Robert E. Yeger, Assessment Results with the Science/Technology/Society Approach,
Oktober 1999,. h. 35
9
8
Pristiadi Utomo, Pembelajaran Fisika dengan pendekatan SETS. http.//Ilmuan
Muda.Wordpress.com. Diakses tanggal 24 Februari 2010.
9
Muhammad Faiq Dzaki, Teori Konstruktivisme,
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/teori-konstruktivisme_06.html.
10
10
Pristiadi Utomo, Op.Cit. h. 12.
11
11
Purwanto,(2008) Upaya Mengembangkan Kecerdasan Majemuk (Multiple
Inelligences) Peserta Didik SMK Melalui Penerapan Pendekatan STM Dalam Pembelajaran
Fisika, (Yogyakarta, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta), h. 6.
12
Zhudan k. Prasetyo,(2006) Kapita Selekta Pembelajaran Fisika, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2006), h. 4.32.
12
13
La Maronta G, (2002) Pendekatan STM dalam Pembelajaran Sains di Sekolah, Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, h. 47.
13
14
Ibid., h. 51.
15
Arnie Fajar, Portofolio Dalam Pembelajaran IPS, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya
2004). h. 25-26
16
I Wayan Sadia, Pengembangan Buku Ajar IPA Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) Berwawasan Sains-Teknologi-Masyarakat, (Singaraja: Aneka Widya, 1999) h. 26.
17
La Maronta G, Loc.Citt.,
14
18
Robert E. Yager and Rustam Roy, STS: Most Pervasive and Most Radical of Reform
Appoarches to “Science” Education, The University of Lowa and Pennsylvania State University,
2000. h. 9.
15
kuat
19
Rumansyah dan irhasyuarna, Prospek Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-
Masyarakat (STM) Dalam pembelajaran Kimia Di Kalimantan Selatan , Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan. No. 029 Tahun Ke-7,, h. 195.
16
2. Pembentukan konsep
Pada tahap pembentukan konsep guru dapat melakukan berbagai
metode pembelajaran misalnya demonstrasi, diskusi, bermain peran, dan
sebagainya. Pendekatan STM juga memungkinkan diterapkannya berbagai
pendekatan seperti pendekatan ketrampilan proses, pendekatan sejarah,
pendekatan kecakapan hidup, dan pendekatan lainnya. Selama melakukan
berbagai aktivitas pada tahap pembentukan konsep siswa diharapkan
mengalami perubahan konsep menuju arah yang benar sampai pada akhirnya
konsep yang dimiliki sesuai dengan konsep para ilmuwan. Pada akhir tahap
pembentukan konsep, siswa telah dapat memahami apakah analisis terhadap
17
Alur pembelajaran STM dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini.20
Tahap 1 Pendahuluan:
Inisiasi/invitasi/apersepsi/ Isu/masalah
eksplorasi thd siswa
Tahap 4 Pemantapan
konsep
Tahap 5 Penilaian
20
Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005).
h. 126.
19
Jadi, tujuan yang ingin dicapai dari model STM dalam pembelajaran
adalah model interdisiplin ilmu dalam pembelajaran sains, memberikan siswa
pengetahuan tentang keadaan dunia yang sebenarnya, memberikan
kesempatan siswa untuk membentuk pemahaman yang kritis tentang
hubungan sains, teknologi dan masyarakat, dan mengembangkan kapasitas
dan kepercayaan diri siswa untuk mengaplikasikan sains dalam kehidupan
sehari-harinya.
2. Konsep
a. Pengertian Konsep dalam Pembelajaran
Mempelajari fisika pada dasarnya menguasai kumpulan hukum, teori,
prinsip dan tau rumus yang terbangun oleh konsep sesuai kajiannya. Konsep
merupakan buah pemikiran seseorang yang dinyatakan dalam definisi
sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum dan teori.
Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman melalui generalisasi dan
berpikir abstrak.21 Jadi, konsep disini merupakan sesuatu yang nyata sehingga
nantina siswa dapat memahami pembelajaran tersebut.
Dua tujuan utama dari pendidikan adalah meningkatkan ingatan dan
transfer. Ingatan didefinisikan sebagai kacakapan untuk menerima,
menyimpan dan menerima kesan-kesan.22 Sedangkan transfer dalam belajar
atau yang lazim disebut transfer belajar (transfer of learning) mengandung arti
pemindahan keterampilan hasil belajar dari satu situasi kesituasi lainnya
(Reber 1998).23 Kata “pemindahan keterampilan” tidak berkonotasi hilangnya
21
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 71.
22
Ibid, h. 128.
23
Muhibbin Syah, PsikologiBelajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 159.
20
24
Ibid.
25
Sutarto, Buku Ajaran Fisika dengan Tugas Analisis Foto Kejadian Fisika sebagai Alat
Bantu Penguasaan Konsep Fisika, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 11 (054), 2005, h. 327
26
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasisi
Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press), h. 14.
21
serangkaian tindakan,
6.Evaluasi adalah kemampuan untuk membangkitkan produk baru, ide atau
cara pandang terhadap sesuatu.
Cara paling objektif untuk memperoleh kebenaran suatu konsep adalah
dengan menggunakan metode ilmiah. Suatu konsep dikatakan objektif jika
dapat dikonfirmasikan dengan kenyatannya, artinya symbol yang ada dalam
konsep tersebut dapat dileusuri keberadaanya di alam nyata. 29 Dari beberapa
pengertian di atas, penguasaan konsep dapat diartikan kemampuan mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, dan menilai ide atau buah piker
seseorang atau sekelompok orang tentang alam nyata yang diperolehnya dari
fakta peristiwa, dan pengalaman.
Adapun prosedur yang harus dilakukan dalam mengajarkan konsep,
yaitu sebagai berikut .
1. Tetapkan perilaku yang diharapkan diperoleh oleh siswa
setelah mempelajari konsep.
2. Mengurangi banyaknya atribut yang terdapat dalam konsep
yang kompleks dan menjadi atribut-atribut dominant.
3. Menyediakan mediator verbal yang berguna bagi siswa.
4. Memberikan contoh-contoh yang positif dan negative
mengenai konsep.
5. Menyajikan contoh-contoh.
6. Sambutan siswa dan penguatan ( reinforcement).
7. Menilai belajar konsep.30
29
http://pkab.wordpress.com/2008/06/21/discovery-inquiry-sts-fisika/
Di akses tanggal 20 April 2009
30
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta :
PT. Bumi Aksara). h. 165 - 169
23
siswa itu sendiri. Guru yang merupakan faktor ekstern dapat membantu
meningkatkan penguasaan konsep siswa, karena guru dianggap sebagai salah
satu sumber belajar dan sumber informasi serta dapat diajak untuk
berkomunikasi secara langsung tentang permasalahan-permasalahan yang
dihadapi oleh siswa.
Motivasi dan minat siswa terhadap kegiatan pembelajaran juga sangat
mempengaruhi proses pembelajarn. Siswa yang memilki motifasi dan minat
yang tinggi terhadap kegiatan pembelajaran, akan lebih mudah menerima
pelajaran yang akan mempengaruhinya terhadap penguasaan konsep tertentu.
Siswa akan bekerja lebih keras jika mereka mempunyai minat dan perhatian
pada pembelajanya.
Dalam kaitannya dengan motivasi, guru harus mampu membangkitkan
motivasi belajar siswa. Misalnya memberikan tugas yang jelas dan dapat
dimengerti, memberikan penghargaan terhadap hasil kerja dan prestasi siswa,
dan hukuman secara efektif dan tepat guna.
Selain itu, dalam kegiatan belajar mengajar guru harus menggunakan
media yang tepat dan variasi metode pembelajaran agar konsep yang dipelajari
siswa mudah dimengerti.
Dengan menggunakan media pembelajaran dapat mempermudah proses
belajar siswa. Selain itu, penggunaan media pembelajaran bertujuan agar
proses pembelajaran berjalan efektif dan efisien untuk tercapainya tujuan.
Dengan media yang tepat, mempermudah guru menyampaikan suatu konsep
tertentu dan siswa lebih mudah menerima dan mendapatkan suatu konsep
tertentu.
dan benda yang dikenai Gaya bergerak pada lintasan lurus dan searah dengan arah
Gaya tersebut.31
Secara matematis, usaha yang dilakukan oleh gaya yang konstan
didefinisikan sebagai hasil kali perpindahan dengan gaya yang searah dengan
perpindahan.
W = Fs cos 0 = Fs (1) = Fs
W adalah usaha alias kerja, F adalah besar gaya yang searah dengan
perpindahan dan s adalah besar perpindahan.
31
Mikrajudin, IPA Terpadu SMP dan MTS, (Jakarta: Erlangga 2007). h. 33.
25
Hasil perkalian antara besar gaya (F) dan besar perpindahan (s) di atas
merupakan bentuk perkalian titik atau perkalian skalar. Karenanya usaha masuk
dalam kategori besaran skalar. Pelajari lagi perkalian vektor dan skalar kalau
dirimu bingun… Persamaan di atas bisa ditulis dalam bentuk seperti ini:32
Perlu anda pahami dengan baik bahwa sebuah gaya melakukan usaha
apabila benda yang dikenai gaya mengalami perpindahan. Jika benda tidak
berpindah tempat maka gaya tidak melakukan usaha. Agar memudahkan
pemahaman anda, bayangkanlah anda sedang menenteng buku sambil diam di
tempat. Walaupun anda memberikan gaya pada buku tersebut, sebenarnya anda
tidak melakukan usaha karena buku tidak melakukan perpindahan. Ketika anda
menenteng atau menjinjing buku sambil berjalan lurus ke depan, ke belakang atau
ke samping, anda juga tidak melakukan usaha pada buku. Pada saat menenteng
buku atau menjinjing tas, arah gaya yang diberikan ke atas, tegak lurus dengan
arah perpindahan. Karena tegak lurus maka sudut yang dibentuk adalah 90o. Cos
90o = 0, karenanya berdasarkan persamaan di atas, nilai usaha sama dengan nol.
Contoh lain adalah ketika dirimu mendorong tembok sampai puyeng… jika
tembok tidak berpindah tempat maka walaupun anda mendorong sampai banjir
keringat, anda tidak melakukan usaha. Kita dapat menyimpulkan bahwa sebuah
gaya tidak melakukan usaha apabila gaya tidak menghasilkan perpindahan dan
arah gaya tegak lurus dengan arah perpindahan.
b. Energi
32
Dedi Hidayat, Prinsip-prinsip Fisika, (Jakarta: Yudistira, 2000). h. 243.
26
energi gerak (kipas angin), atau energi kimia berubah menjadi energi gerak (mesin
kendaraan).
Pada kesempatan ini kita akan mempelajari dua jenis energi yang
sebenarnya selalu kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, yakni energi potensial
dan energi kinetik translasi. Energi potensial dapat berubah bentuk menjadi energi
kinetik ketika benda bergerak lurus dan sebaliknya energi kinetik juga bisa
berubah bentuk menjadi energi potensial. Total kedua energi ini disebut energi
mekanik, yang besarnya tetap alias kekal.
Energi Kinetik.
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh setiap benda yang
bergerak. Energi kinetik suatu benda besarnya berbanding lurus dengan massa
benda dan kuadrat kecepatannya.33
Ek = ½ m v2
Ek = Energi kinetik ; m = massa benda ; v = kecepatan benda
SATUAN
BESARAN SATUAN MKS SATUAN CGS
Energi kinetik (Ek) joule erg
Massa (m) Kg gr
Kecepatan (v) m/det cm/det
Usaha = perubahan energi kinetik.
W = Ek = Ek2 – Ek1
33
Ibid, h. 250.
28
Energi potensial grafitasi adalah energi yang dimiliki oleh suatu benda
karena pengaruh tempatnya (kedudukannya). Energi potensial ini juga disebut
energi diam, karena benda yang diam-pun dapat memiliki tenaga potensial.
Sebuah benda bermassa m digantung seperti di bawah ini.
m
g
ENERGI
4. Motivasi Belajar
Woodwort seperti dikutip oleh Wina Sanjaya mengatakan: “motive is a set
predisposes the individual of certain activities and for seeking certain goals”.
Suatu motif adalah suatu set yang bisa membuat individumelakukan kegiatan-
kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan.34 Dengan demikian, perilaku atau
34
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta:Kencana Prenada Media, 2006), h.27.
30
tindakan yang ditunjukkan seseorang dalam upaya mencapai tujian tertentu sangat
trergantung dari motivasi yang dimiliknya.
Motif dan motivasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Motivasi merupakan penjelmaan dari motif yang dapat dilihat dari perilaku yang
ditunjukkan seseorang. Hilgard mengatakan bahwa motivasi adalah suatu keadaan
yang terdapat pada diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan
kegiatan tertentu untuk mencapai tujian tertentu.
Menurut Mc. Donald seperi dikutip oleh Sardiman dalam bukunya
interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, motivasi adalah perubahan energi
dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului
dengan tangggapan terhadap adanya tujuan. Berdasarkan pengertian ini terlihat
bahwa dalam motivasi terkandung tiga unsur penting, yaitu:35
a. Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada setiap individu
manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi
dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia.
b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa (feeling), afeksi seseorang. Dalam
hal ini motivasi rel;evan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan
emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi
adalah suatu keadaan atau kondisi yang mendorong makhluk untuk bertingkah
laku atau bertindak ke arah tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam pembelajaran dikenal adanya motivasi belajar, yaitu motivasi yang
diterapkan dalam kegiatan belajar. Menurut Hudoyo, motivasi belajar adalah
dorongan untuk mempelajari sesuatu dengan sungguh-sungguh sehingga memiliki
pengertian yang lebih mendalam dalam bidang tersebut untuk
mengerahmendapatkan kepandaian.36 Dari pengertian motivasi belajar yang
dikemukakan para ahli, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu
35
Sardiman A. M, interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007), h. 73.
36
”Motivasi Belajar” artikel diakses pada 19 Desember 2007 dari
http://www.damandiri.or.id/file/naniktunpabsbab2.pdf, h. 28.
31
dorongan atau kehendak untuk melakukan suatu aktivitas atau kegiatan yang
timbul karena adanya kebutuhan untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan.
Pembahasan macam-macam motivasi, hanya akan dibahas dari dua sudut
pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang yang
disebut “motivasi intrinsik” dan motivasi yang berawal dari luar diri seseorang
yang disebut “motivasi ekstrinsik”.
1) Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau fungsinya
tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu.37
Motivasi intrinsik juga dapat diartikan sebagai motivasi yang timbul dari
dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar.
Misalnya: keinginan untuk memahami suatu konsep; keinginan untuk
memperoleh pengetahuan, keinginan untuk memperoleh keterampilan, dan
sebagainya.
Apabila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dari dalam dirinya,
maka ia secara sadar akan melakukan sesuatu kegiatan yang tidak memerlukan
motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar, motivasi intrinsik sangat
diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik
selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran
yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajajari akan dibutuhkan dan
sangat berguna di masa mendatang.
Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi
orang yan gterdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu.
Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai yaitu belajar,
karena tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan dan menjadi seorang
ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan,
kebutuhan yang berisikan keharusan menjadi orang yang terdidik dan
berpengetahuan. Jadi, memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri
dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial.
37
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), Cet.1,
h.149
32
2) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena
adanya perangsang dari luar atau motivasi yang datangnya dari luar individu.
Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan
belajarnya diluar faktor-faktor situasi belajar. Anak didik belajar karena hendak
mencapai tujuan yang terletak diluar hal yang dipelajarinya. Misalnya, untuk
mencapai angka tinggi, diploma, gelar, dan sebagainya.38
Perlu ditegaskan bahwa motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang
tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan
agar anak didik mau belajar. Hal ini disebabkan karena kemungkinan besar
keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah dan juga mungkin komponen komponen
lain dalam proses pembelajaran ada yang kurang menarik bagi siswa sehingga
diperlukan motivasi intrinsik.
Berdasarkan penjelasan macam-macam motivasi belajar di atas, baik
motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik, kedua-duanya merupakan
pendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas atau kegiatan yang timbul
karena adanya kebutuhan untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Namun,
tentunya agar aktifitas dalam belajar tersebut memberikan kepuasan atau ganjaran
di akhir kegiatan belajar, maka sebaiknya motivasi yang mendorong siswa untuk
belajar adalah motivasi intrinsik.
38
Ibid., h.151
33
cukup, sedangkan kelas kontrol adalah kurang. (3) pendekatan STM lebih efektif
daripada pendekatan konvensional dalam pembelajaran konsep suhu dan kalor. 42
B. Kerangka Pikir
Konsep-konsep fisika merupakan konsep yang cukup sulit untuk
dipelajari dan dipahami oleh siswa karena bersifat abstrak, oleh karena itu
diperlukan metode yang menarik minat para siswa agar konsep fisika mudah
diserap dan dipahami oleh setiap siswa. Rendahnya penguasaan atau
pemahaman tidak terlepas dari penggunaan metode, model, atau pendekatan
pembelajaran yang digunakan oleh para pendidik.
Salah satu model pengajaran yang tepat untuk membuat siswa
memahami terhadap konsep-konsep atau prinsip-prinsip fisika, dan juga
menanamkan pemahaman siswa terhadap teknologi yang berkaitan dengan
konsep tersebut, dan kemungkinan penggunaanya di dalam masyarakat atau
dalam kehidupan sehari-sehari yaitu melalui model STM.
Dalam model STM peserta didik mampu menghubungkan realitas
sosial dengan topik pembelajaran di dalam kelas, peserta didik mampu
menggunakan berbagai jalan untuk mensikapi berbagai situasi yang
berkembang di dalam masyarakat berdasarkan pandangan ilmiah dan peseta
didik mampu menjadikan dirinya sebagai warga masyarakat yang memiliki
tanggung jawab sosial.
Dengan demikian dapat diduga bahwa model STM akan dapat
mempertinggi pencapaian penguasaan konsep fisika siswa.
42
Ni Ketut Rapi, Pengembangan Literasi Sains dan Teknologi Siswa Melalui
Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat di SLTP, Aneka Widya
STKIP Singaraja, no 1 TH. XXII Januari 1999. h.175
35
Masalah:
D 1. Kemajuan IPTEK yang tidak diimbangi dengan pengetahuan awal siswa
mengenai sains (fisika)
2. Pembelajaran Usaha dan energy masih belum bersifat kontekstual
3. Penguasaan konsep peserta didik pada topic Usaha dan Energi masih
rendah
3
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir, maka hipotesis penelitian
dirumuskan sebagai berikut: Terdapat pengaruh penerapan model STM
terhadap peningkatan penguasaan konsep siswa.
36