Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik keperawatan dan
praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan
penduduk. Sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas adalah individu yaitu balita gizi
buruk, ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular. Sasaran keluarga yaitu
keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah kesehatan dan prioritas. Sasaran kelompok
khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau
perawatan (Ratih Dwi Ariani, 2015)
Oleh karena itu, perawatan kesehatan masyarakat di tunjukan kepada individu,
keluarga, dan kelompok melalui upaya peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan,
penyuluhan kesehatan, koordinasi dan pelayanan keperawatan berkelanjutan. Sebagai suatu
penegasan yang konprehensif. Selain itu, masyarakat atau komunitas juga di pandang sebagai
target pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mencapai kesehatan komunitas, sebagai suatu
upaya peningkatan kesehatan dan menggunakan kerja sama sebagai suatu mekanisme dalam
mempermudah pencapaian tujuan yang berarti masyarakat atau komunitas di libatkan secara
aktif untuk mencapai suatu tujuan tersebut. Dalam pelaksanaannya, perawatan kesehatan
masyarakat (Nusring Proces Comunity) di upayakan dekat dengan masyarakat, sehingga
strategi pelayanan kesehatan yang utama merupakan pendekatan yang menjadi acuan pelayanan
kesehatan yang akan di berikan.
Peran serta komunitas tersebut diartikan sebagai proses dimana individu, keluarga dan
komunitas bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri dengan berperan sebagai pelaku
kegiatan upaya peningkatan kesehatanya berdasarkan asas kebersamaan dan kemandirian
bantuan di berikan oleh perawat komunitas karena ketidakmampuan, ketidaktahuan,
ketidakmampuan masyarakat dalam mengenal masalah kesehatan serta dengan menggunakan
potensi lingkungan berusaha memandirikan masyarakat sehingga pengembangan wilayah
setempat (Locality Development) merupakan bentuk pengorganisasian yang paling tepat
digunakan. Di dalam praktik keperawatan komunitas, pendekatan ilmiah yang di gunakan
adalah proses keperawatan komunitas yang terdiri atas 4 tahap yaitu; pengkajian (Assement),
Perencanaan (Planing), Pelaksanaan (Implementation), evaluasi (evalutation). Intervensi
keperawatan yang di lakukan haruslah yang dapat di lakukan oleh perawat baik secara mandiri
maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lain melalui lintas program dan lintas sektoral.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari keperawatan komunitas?
2. Bagaimana sejarah perkembangan keperawatan komunitas?
3. Apa saja prinsip-prinsip keperawatan komunitas ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari keperawatan komunitas
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan keperawatan komunitas
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip keperawatan komunitas

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Keperawatan Komunitas dan Kesehatan Mayarakat


Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan pada
masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat
kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan
rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagi mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
keperawatan (CHN, 1977). Di Indonesia dikenal dengan sebutan perawatan kesehatan
masyarakat (PERKESMAS) yang dimulai sejak permulaan konsep Puskesmas diperkenalkan
sebagai institusi pelayanan kesehatan profesional terdepan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat secara komprehensif.
Keperawatan sebagai bentuk komprehensif melakukan penekanan tujuan untuk menekan
stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas mengatasi stressor melalui pencegahan
primer, sekunder, tersier. Peningkatan kesehatan berupa pencegahan penyakit ini bisa melalui
pelayanan keperawatan langsung dan perhatian langsung terhadap seluruh masyarakat dan
mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan masyarakat mempengaruhi kesehatan
individu, keluarga, dan kelompok. Peningkatan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan
merupakan suatu proses dimana individu, keluarga dan lembaga masyarakat termasuk swasta
mengambil tanggung jawab terhadap masyarakat atas kesehatan diri keluarga dan masyarakat,
mengembangkan kemampuan untuk menyehatkan diri, keluarga dan masyarakat serta menjadi
pelaku atau perintis kesehatan dan peminpin yang menggerakan kegiatan masyarakat dibidang
kesehatan berdasarkan azas kemandirian dan kebersamaan. Dari hal tersebut masyarakat dapat
berperan serta dengan menyumbangkan tenaga, pikiran atau pengetahuan, sarana, dana yang
dimilikinya untuk upaya kesehatan.
Asuhan keperawatan komunitas dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan.
Penerapan dari proses keperawatan bervariasi pada setiap situasi, tetapi prosesnya memiliki
kesamaan. Elemennya menggunakan metode pendekatan proses keperawatan. Proses
keperawatan adalah suatu kerangka operasional dalam pelaksanaan askep yang berupa
rangkaian kegiatan secara sistematis sehingga masyarakat mampu secara mandiri dalam
menghadapi masalah kesehatannya. Adanya kesungguhan, kesesuaian, bersiklus, berfokus pada
klien, interaktif dan berorientasi pada komunitas, adalah elemen-elemen penting dalam asuhan
keperawatan komunitas.

3
Dalam melaksanakan keperawatan kesehatan masyarakat, seorang perawat kesehatan
komunitas harus mampu memberi perhatian terhadap elemen-elemen tersebut akan tampak
pada rangkaian kegiatan dalam proses keperawatan yang berjalan berkesinambungan secara
dinamis dalam suatu siklus melalui tahap pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Melihat cara kerja keperawatan komunitas yang menggabungkan prinsip-prinsip kerja
kesehatan masyarakat dengan prinsip-prinsip keperawatan sebagai sesuatu yang tidak
sederhana, maka Program Profesi Ners STIKes Dharma Husada Bandung dirancang sebagai
media bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan kemampuan dan keterampilannya secara
langsung di lapangan.
Bentuk kegiatan yang dilaksanakan adalah Praktek Keperawatan Komunitas atau
rangkaian kegiatan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar gotong royong dan swadaya
dalam rangka menolong diri sendiri dalam memecahkan masalah untuk memenuhi
kebutuhannya dibidang kesehatan dan dibidang yang berkaitan agar mampu mencapai
kehidupan sehat sejahtera. Kegiatan ini merupakan aplikasi teori yang diperoleh melalui
kegiatan belajar mengajar di kelas selama proses akademik yang disajikan dalam suatu tatanan
nyata yang merupakan kegiatan lapangan di masyarakat melalui upaya pemenuhan kebutuhan
dasar keluarga yang terpadu dengan program-program.
Keperawatan Komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik keperawatan dan praktek
kesehatan masyarakat yang di terapkan untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan
penduduk. (ANA, 1973)

1. MODEL SISTEM IMOGENE M. KING (1971)


Komunitas merupakan suatu system dari subsistem keluarga dan supra sistemnya
adalah system sosial yang lebih luas. Adanya gangguan atau stressor pada salah satu
subsistem akan mempengaruhi komunitas, misalnya adanya gangguan pada salah satu
subsistem pendidikan, dimana masyarakat akan kehilangan informasi atau ketidaktahuan.
2. MODEL ADAPTASI C. ROY (1976)
Aplikasi dari model adaptasi pada keperawatan komunitas tujuannya adalah untuk
mempertahankan perilaku adaptif dan merubah perilaku maladaptive pada komunitas.
Adapun upaya pelayanan keperawatan yang dilakukan adalah untuk meningkatkan
kesehatan dengan cara mempertahankan perilaku adaptif.
3. MODEL “SELF CARE” D.E OREM (1971)

4
Model ini tepat digunakan untuk keperawatan keluarga karena tujuan akhir dari
keperawatan keluarga adalah kemandirian keluarga dalam melakukan upaya kesehatan
yang terkait dengan lima tugas kesehatan keluarga yaitu : Mengenal masalah, Mengambil
keputusan untuk mengatasi masalah, Merawat anggota keluarga yang mengalamai
gangguan kesehatan, Memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang kesehatan, dan
Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan secara tepat.
B. Sejarah Perkembangan Keperawatan komunitas di Indonesia
Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai pada abad ke 16, yaitu
dimulai dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacat dan kolera yang sangat
ditakuti oleh masyarakat. Penyakit kolera masuk ke Indonesia tahun 1927, dan pada tahun
1937 terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui
singapura dan mulai berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera
tersebut pemerintah belanda melakukan upaya upaya kesehatan masyarakat. Gubernur
jendral deandels pada tahun 1807 telah melakukan upaya pelatihan dukun bayi dalam
praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan tingkat kematian bayi
yang tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lama akibat kangkanya tenaga pelatih
kebidanan. Baru kemudian ditahun 1930, program ini dimulai lagi dengan didaftarkannya
para dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan. Pada tahun 1851 berdiri sekolah
dokter jawa oleh dokter bosch dan dokter bleeker kepala pelayanan kesehatan sipil dan
militer Indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA atau sekolah pendidikan
dokter pribumi. Pada tahun 1913, didirikan sekolah dokter kedua di Surabaya dengan nama
NIAS. Pada tahun 1947, STOVIA berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

a. Periode Pertama (1882)


Dimulainya usaha kesehatn oleh Belanda, yaitu Millitair Geness Kundege Dienst
(MDG) & Burgelyke Geness Kudige Dienst (BGD). Dengan tujuan untuk melancarkan
pengobatan kepada orang Belanda pada waktu para pekerja perkebunan terjangkit penyakit.
Kemudian berkembang melayani para pekerja perkebunan tersebut. Selanjutnya melayani
masyarakat umum (saat berdiri Rockefeller Foundation).
b. Periode Kedua (Zaman Penjajahan Jepang)
Dikenal adanya dinas kesehatan masyarakat atau Dienst Van De Volks Genzonhei
(DVG). Sebagai pengganti, BGD bertugas melaksanakan usaha di bidang preventif dan
kuratif. Kedua usaha ini tidak ada hubungannya dan masing-masing berjalan sendiri.

5
c. Periode Ketiga
Dimulai setelah Indonesia merdeka (Bandung Plan) disusun suatu rencana kesehatan
masyarakat, bertujuan untuk menyatukan upaya kuratif dan preventif. Pelaksanaannya
diserahkan kepada inspektur kesehatan Jawa Barat, dipimpin oleh dr. H. A. Patah.
Selanjutnya menyusun pilot project usaha kesehatan masyarakat, yang kemudian
berkembang menjadi konsep Puskesmas.

Th 1997, World Health Assembly ( Sidang Kesehatan Dunia)

Kesepalatan global untuk mencapai “Kesehatan Bagi Semua (KBS) pada tahun 2000” atau
“Health For All By The Year 2000”

Th 1978 (konferensi Alma Ata di Uni Sovyet Rusia)

“Primary Health Care” atau PHC sebaga strategi global untuk mencapai kesehatan bagi
semua di tahun 2010 ( Indonesia mengikuti persetujuan )

Salah satu bentuk operasional dari PHC di Indonesia adalah PKMD, Posyandu Di luar
Indonesia dikenal dengan Growth monitoring, Oral rehydration, Brest feeding, Immunization,
Female education, Family planning, Food supplementation (GOBIFFF)

PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS DI INDONESIA

1. Pasca Perang Kemerdekaan


Pelayanan prefentif mulai dipikirkan guna melengkapi upaya (pelayanan) kuratif, serta
lahirnya konsep Bandung Plan sebagai embrio dari konsep Puskesmas.
2. Tahun 1960
Terbit Undang-Undang Pokok Kes No. 9 Th 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan
“tiap-tiap warga Negara berak mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dan
wajib diikutsertakan dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah”.
3. Pelita I
Dimulai Pelayanan kesehatan melalui puskesmas
4. Pelita II

6
Mulai dikembangkan PKMD, sebagai bentuk operasinal dari primary heatlh carea (PHC).
Pada saat ini juga mulai timbul kesadaran untuk keterlibatan partisipasi masyarakat dalam
bidang kesehatan
5. Pelita III
Lahir SKN tahun 1982, menekankan pada:
 Pendekatan kesistem
 Pendekatan kemasyarakat
 Kerja sama lintas program (KLP) & lintas sektoral (KS)
 Peran serta masyarakat
 Menekankan pada pendekatan promotive & preventive
6. Pelita IV
PHC/PKMD diwarnai dengan prioritas untuk menurunkan tingkat kematian bayi, anak dan
ibu serta menurunkan tingkat kelahiran, dan menyelanggarakan posyandu ditiap desa
7. Pelita V
Digalangkan dengan upaya peningkatan mutu posyandu, melaksanakan panca Krida,
Posyandu serta Sapta Krida Posyandu
8. Menjelang tahun 2000 (tahun 1998)
Pergeseran visi pembangunan kesehatan di Indonesia, yng semua menganut paradigm sakit
menjadi paradigm a sehat. Visi pembangunan kesehatan dewasa ini adalah “Indonesia
Sehat 2010” dengan misi sebagai berikut
 Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan
 Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
 Memelihara dan meningkatkan yankes yang bermutu, merata dan terjangkau
 Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan
lingkungan
C. Prinsip, Sasaran dan Falsafah Keperawatan Komunitas
1. Prinsip Keperawatan Komunitas
a. Pemanfaatan
Intervensi atau pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas yang di lakukan harus
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan
antara manfaat dan kerugian.
b. Otonomi

7
Dalam keperawatan komunitas, masyarakat di berikan kebebasan untuk melakukan atau
memilih alternatif terbaik yang di sediakan.
c. Keadilan
Hal ini menegaskan bahwa upaya atau tindakan yang di lakukan sesuai dengan
kemampuan atau kapasitas komunitas.
2. Sasaran Keperawatan Komunitas
a. Individu
Individu adalah anggota keluarga sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,
psikologi sosial dan spiritual. Apabila individu tersebut mempunyai masalah kesehatan
karena ketidak-mampuan merawat dirinya sendiri oleh karena suatu hal dan sebab,
maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainya dan kelurga yang ada di
lingkungan sekitar tempat tinggal mereka. Maka di sini peran perawat komunitas adalah
membantu individu agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya karena adanya
kelemahan fisik dan mental yang di alami, keterbatasan pengetahuannya dan
kekurangannya kemampuan menuju kemandirian.

b. Keluarga
Keluarga merupak unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga,
anggota keluarga lainya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah tangga karena
ikatan darah dan ikatan perkawinan atau adopsi. Antar keluarga satu dengan yang lainya
saling bergantung dan berinteraksi, bila salah satu atau beberapa anggota keluarga
mempunyai masalah kesehatan maka akan berpengaruh terhadap anggota yang lainya
dan keluarga yang ada di sekitarnya. Dari permasalahan tersebut di atas maka keluarga
merupakan fokus pelayanan kesehatan yang strategis:
1) Keluarga sebagai lembaga yang perlu di perhitungkan
2) Keluarga mempunyai peran utama dalam pemeliharaan kesehatan seluruh anggota
keluarga
3) Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan
4) Keluarga sebagai tempat pengambilan kepeutusan dalam perawatan
5) Keluarga merupakan perantara yang efektif dalam berbagai usaha-usaha kesehatan
masyarakat
c. Kelompok Khusus

8
Yang di maksud adalah sekumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin, umur, permasalahan. Kegiatan yang terrganisasi yang sangat rawan terhadap
masalah kesehatan antara lain;
1) Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhan seperti ibu hamil, bayi baru lahir, anak balita, anak
usia sekolah, dan lansia.
2) kelompok dengan kesehatan khusus yang memerluhkan kesehatan, anatara lain :
kasus penyakit kelamin, tuberkulosis, aids, kusta dll
3. Filsafah Keperawatan Komunitas
Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mangacu pada falsafah atau
paradigma keperawtan secara umum, yaitu: manusia merupakan titik sentral dari setiap
upaya pembangunan kesehatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Bertolak
dari pandangan ini, disusunlah paradigma keperawatan komunitas yang terdiri dari atas
empat komponen dasar, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan, dan keperawatan.
Komponen Paradigma Keperawatan
a. Manusia.
Manusia adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, sebagai pribadi yang utuh dan
unik, mempunyai aspek bio- psiko-sosio-kultural-spiritual. Manusia sebagai sistem
terbuka yang selalu berinteraksi dan berespon terhadap lingkungan, mempunyai
kemampuan untuk mempertahankan integritas diri melalui mekanisme adaptasi.
Dalam kehidupan manusia mempunyai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi
termasuk kebutuhan pengakuan harkat dan martabat untuk mencapai keseimbangan
sesuai dengan tahap tumbuh kembang. Manusia Indonesia adalah manusia yang
beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berlandaskan Pancasila dan UUD
1945, merupakan sumber daya pembangunan yang berhak memiliki kemampuan untuk
hidup sehat guna mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Disamping itu manusia
Indonesia adalah manusia yang memiliki berbagai kultur yang bersifat unik dan
memiliki berbagai keyakinan tentang sehat sehingga akan memberikan respon yang
berbeda – beda terhadap upaya pemenuhan kebutuhan dasarnya secara mandiri baik
dalam kondisi sehat maupun sakit.
b. Kesehatan
Kesehatan adalah kondisi dinamis manusia dalam rentang sehat sakit yang
merupakan hasil interaksi dengan lingkungan. Sehat merupakan keadaan seimbang bio-
psiko-sosio-spiritual yang dinamis yang memungkinkan individu untuk menyesuaikan

9
diri sehingga dapat berfungsi secara optimal guna memenuhi kebutuhan dasar melalui
aktifitas hidup sehari – hari sesuai dengan tingkat tumbuh dan kembangnya. Sehat
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum adalah hak dan tanggung jawab setiap
individu yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia seperti
dimaksudkan dalam pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu harus dipertahankan dan
ditingkatkan melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Sakit merupakan keadaan yang tidak seimbang antara bio-psiko-sosio-spiritual
manusia sebagai respon tubuh dalam berinteraksi dengan lingkungan, baik lingkungan
internal maupun lingkungan eksternal. Respon ini menyebabkan terganggunya individu
untuk berfungsi optimal dalam pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan tingkat
tumbuh kembang.Respon yang tidak adekuat terhadap lingkungan dapat disebabkan
oleh karena ketidaktahuan, ketidakmauan dan ketidakmampuan. Kondisi manusia dalam
rentang sehat sakit merupakan bidang pelayanan keperawatan.
c. Lingkungan
Lingkungan adalah faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia
baik faktor dari dalam diri (internal) maupun dari luar (eksternal). Lingkungan internal
meliputi aspek – aspek genetika. struktur dan fungsi tubuh dan psikologis. Sedangkan
lingkungan eksternal meliputi lingkungan sekitar manusia baik lingkungan fisik,
biologik, sosial, kultural dan spiritual. Lingkungan internal dan eksternal akan
mempengaruhi sikap dan perilaku manusia termasuk persepsinya tentang sehat sakit,
cara – cara memelihara dan mempertahankan kesehatan serta menanggulangi penyakit.
Manusia sebagai mahluk sosial mempunyai hubungan yang dinamis dengan
lingkungannya dan tidak dapat dipisahkan dari lingkungan. Oleh karena itu diperlukan
kemampuan untuk merespon secara adaptif terhadap pengaruh lingkungan agar dapat
mempertahankan derajat kesehatannya. Ketidakmampuan manusia merespon terhadap
pengaruh lingkungan internal maupun eksternal, akan mengakibatkan gangguan
kesehatan atau pergeseran status kesehatan dalam rentang sehat sakit.
d. Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada
individu, keluarga kelompok dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang
diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta

10
kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari –
hari secara mandiri.
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek
keperawatan yang langsung diberikan kepada pasien pada berbagai tatanan pelayanan
kesehatan. Asuhan keperawatan dilaksanakan menggunakan metodologi pemecahan
masalah melalui pendekatan proses keperawatan, berpedoman pada standar
keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan dalam lingkup wewenang serta
tanggung jawabnya.Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat professional
melalui kerjasama dengan pasien baik individu, keluarga, kelompok/komunitas dan
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai lingkup dan tanggung jawabnya.
Perbedaan pelayanan klinik dan rumah sakit dalam keperawatan
komunitas
- Rumah sakit mempunyai protap yang lebih lengkap. Sementara klinik tidak terlalu
lengkap
- Administrasi rumah sakit lebih mendetail dan terperinci sementara klinik hanya
uang konsul dan obat saja
- Ruangan rumah sakit lebih luas dan nyaman sementara klinik hanya menyediakan
ruangan yang lebih kecil
- Rumah sakit memberikan pelayanan yang memuaskan dan terperinci sementara
klinik hanya berdasar diagnosa sementara saja
D. Tingkat pencegahan dalam Keperawatan Komunitas
1. Prevensi primer ditujukan bagi orang-orang yang termasuk kelompok resiko tinggi, yakni
mereka yang belum menderita tetapi berpotensi untuk menderita . Perawat komunitas harus
mengenalkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya dan upaya yang perlu
dilakukan untuk menghilangkan faktor-faktor tersebut. Sejak masa prasekolah hendaknya
telah ditanamkan pengertian tentang pentingnya latihan jasmani teratur, pola dan jenis
makanan yang sehat, menjaga badan agar tidak terlalu gemuk, dan resiko merokok bagi
kesehatan.
2. Prevensi sekunder bertujuan untuk mencegah atau menghambat timbulnya penyulit dengan
tindakan deteksi dini dan memberikan intervensi keperawatan sejak awal penyakit. Dalam
mengelola, sejak awal sudah harus diwaspadai dan sedapat mungkin dicegah kemungkinan
terjadinya penyulit menahun. Penyuluhan mengenai dan pengelolaannya secara mandiri
memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien. Sistem rujukan yang baik

11
akan sangat mendukung pelayanan kesehatan primer yang merupakan ujung tombak
pengelolaan .
3. Prevensi tersier. Apabila sudah muncul penyulit menahun , maka perawat komunitas harus
berusaha mencegah terjadinya kecacatan/komplikasi lebih lanjut dan merehabilitasi pasien
sedini mungkin, sebelum kecacatan tersebut menetap. Pendidikan kesehatan bertujuan
untuk melindungi upaya rekonstitusi, yaitu: mendorong untuk patuh mengikuti program
PKP , pendidikan kesehatan kepada dan keluarga untuk mencegah hipoglikemi terulang dan
melihara stabilitas klien (Allender & Spradley, 2005).

E. Bentuk Intervensi Keperawatan Yang Dapat Dilakukan Oleh Perawat Komunitas


1. Observasi.
Observasi diperlukan dalam pelaksanaan keperawatan. Observasi dilakukan sejak
pengkajian awal dilakukan dan merupakan proses yang terus menerus selama melakukan
kunjungan .Lingkungan yang perlu diobservasi yaitu keadaan, kondisi rumah, interaksi
antar keluarga, tetangga dan komunitas. Observasi diperlukan untuk menyusun dan
mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada .
2. Terapi modalitas.
Terapi modalitas adalah suatu sarana penyembuhan yang diterapkan pada dengan
tanpa disadari dapat menimbulkan respons tubuh berupa energi sehingga mendapatkan efek
penyembuhan .Terapi modalitas yang diterapkan pada, yaitu: manajemen nyeri, perawatan
gangren, perawatan luka baru, perawatan luka kronis, latihan peregangan, range of motion,
dan terapi hiperbarik.
3. Terapi komplementer (complementary and alternative medicine/CAM).
Terapi komplementer adalah penyembuhan alternatif untuk melengkapi atau
memperkuat pengobatan konvensional maupun biomedis (Cushman & Hoffman, 2004; Xu,
2004) agar bisa mempercepat proses penyembuhan. Pengobatan konvensional (kedokteran)
lebih mengutamakan penanganan gejala penyakit, sedangkan pengobatan alami
(komplementer) menangani penyebab penyakit serta memacu tubuh sendiri untuk
menyembuhkan penyakit yang diderita (Sustrani, Alam & Hadibroto, 2005).
Ranah terapi komplementer dan bentuk-bentuk terapi komplementer (Cushman &
Hoffman, 2004):
a. Pengobatan alternative : Terapi herbal, akupunktur, pengobatan herbal Cina
b. Intervensi tubuh dan pikiran : Meditasi, hipnosis, terapi perilaku, relaksasi Benson,
relaksasi progresif, guided imagery, pengobatan mental dan spiritual

12
c. Terapi bersumber bahan organik : Terapi diet , terapi jus, pengobatan orthomolekuler
(terapi megavitamin), bee pollen, terapi lintah, terapi larva
d. Terapi pijat, terapi gerakan somatis, dan fungsi kerja tubuh: Pijat refleksi, akupresur,
perawatan kaki, latihan kaki, senam
F. Fokus Praktek dan Intervensi Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas merupakan bentuk pelayanan/asuhan langsung yang berfokus
kepada kebutuhan dasar komunitas, yang berkaitan dengan kebiasaan atau pola perilaku
masyarakat yang tidak sehat, ketidakmampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan
lingkungan internal dan eksternal. Intervensi keperawatan yang dilakukan mencakup:
pendidikan kesehatan/keperawatan (Health Education), mendemonstrasikan keterampilan dasar
yang dapat dilakukan oleh komunitas, melakukan intervensi keperawatan yang memerlukan
keahlian perawat, misalnya konseling remaja, pasangan yang akan menikah dan sebagainya,
melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral untuk mengatasi masalah komunitas
serta melakukan rujukan keperawatan dan non keperawatan apabila diperlukan.
1. Intervensi keperawatan tersebut difokuskan pada 3 level pencegahan sbb :
a. Prevensi Primer.
Pencegahan dalam arti sebenarnya, terjadi sebelum sakit atau
ketidakberfungsian dan diaplikasikan ke populasi sehat pada umumnya. Pencegahan
primer mencakup peningkatan kesehatan pada umumnya dan perlindungan khusus
terhadap penyakit. Contoh; Kegiatan di bidang prevensi primer anatara lain:
1) Stimulasi dan bimbingan dini/awal dalam kesehatan keluarga dan asuhan
anak/balita.
2) Imunisasi
3) Penyuluhan tentang gizi balita
4) Penyuluhan tentang pencegahan terhadap kecelakaan
5) Asuhan prenatal.
6) Pelayanan Keluarga Berencana
7) Perlindungan gigi (dental prophylaxis)
8) Penyuluhan untuk pencegahan keracunan
b. Prevensi sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa dini dan intervensi yang tepat untuk
menghambat proses psikologik sehingga memperpendek waktu sakit dan tingkat
keparahan/keseriusan penyakit. Contoh: Kegiatan di bidang prevensi sekunder antara
lain:

13
1) Mengkaji keterbelakangan tumbuh kembang seorang anak/balita
2) Memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala
termasuk gigi dan mata terhadap balita.
c. Prevensi Tersier
Pencegahan tersier mulai pada saat cacat atau ketidakmampuan terjadi sampai
stabil/menetap atau dapat diperbaiki (irreversible). Rehabilitasi sebagai tujuan
pencegahan primer lebih dari upaya menghambat proses penyakit sendiri, yaitu :
mengembalikan individu keopada tingkat berfungsi yang optimal dari
ketidakmampuannya. Contoh : Kegiatan dibidang Prevensi tersier antara lain :
1) perawat mengajar kepada keluarga untuk melakukan perawatan anak dengan
kolostomi di rumah.
2) Membantu keluarga yang mempunyai anak dengan kelumpuhan anggota gerak
untuk latihan secara teratur di rumah.
2. Pada praktek keperawatan komunitas, prinsip-prinsip kesehatan komunitas haruslah
menjadi pertimbangan yaitu :
a. Pemanfaatan, Intervensi yang dilakukan harus memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi komunitas artinya ada keseimbangan antara manfaat dengan kerugian.
b. Autonomi, Komunitas diberi kebebasan untuk melakukan atau memilih alternatif yang
terbaik yang disediakan untuk komunitas.
c. Keadilan, Melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan kapasitas
komunitas.

Dengan demikian keperawatan komunitas dan keperawatan di Rumah Sakit memiliki


perbedaan sebagai berikut :
a. Fokus : Pasien di RS
1) Pelayanan keperawatan yang bersifat kejadian kasus (Episodic)
2) Bekerja pada unit tertentu dengan pasien
3) Bekerja pada satu RS/Institusi
4) Koordinasi keperawatan dengan institusi lain pada tatanan RS dari perencanaan
pulang.
5) Menerima instruksi untuk pengobatan
6) Merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan yang bersifat individu.
7) Batasi otonomi pasien di lingkungan RS
8) Observasi terbatas pada interaksi keluarga dan indikator kesehatan.

14
9) Hubungan terbatas yaitu hanya dengan profesi lain di RS
b. Fokus : Keluarga komunitas (keluarga resiko tinggi)
1) Pelayanan berkelanjutan (terdistribusi)
2) Bekerjasama dengan semua kondisi sehat sakit dan diberbagai tatanan
3) Bekerjasama dengan semua institusi terkait.
4) Koordinasi pelayanan dengan berbagai tatanan di komunitas.
5) Lebih banyak tindakan yang bersifat mandiri.
6) Merencanakan dan melaksanakan keperawatan melalui keluarga.
7) Mendorong otonomi dan kontrol keluarga kecuali kasus menular.
8) Mengobservasi berbagai faktor untuk kesehatan.
9) memfasilitasi hubungan yang professional dengan profesi lain.
G. Kegiatan Pada Praktik Keperawatan Komunitas
- Memberikan asuhan keperawatan individu, keluarga dan kelompok khusus melalui home
care.
- Penyuluhan kesehatan
- Konsultasi
- Bimbingan
- Melaksanakan rujukan
- Penemuan kasus
- Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit kesehatan
- Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas
- Melakukan koordinasi dalam berbagai kegiatan asuhan keperawatan komunitas
- Kerjasama lintas program dan lintas sektoral
- Memberikan teladan
H. Prinsip Dasar Dalam Keperawatan Komunitas
1. Keluarga adalah unit utama
2. Sasaran => Individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3. Bekerja dengan masyarakat bukan bkerja untuk masyarakat.
4. Penekanan pada upaya pomotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan
rehabilitatif.
5. Dasar utama menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dituangkan dalam proses
keperawatan.
6. Kegiatan utama di masyarakat dan bukan di rumah sakit.
7. Pasien adalah masyarakat secara keseluruhan baik yang sakit maupun yang sehat.

15
8. Perawatan kesehatan masyarakat ditekankan kepada pembinaan perilaku hidup sehat
masyarakat.
9. Tujuan => meningkatkan fungsi kehidupan => meningkatkan derajat kesehatan seoptimal
mungkin.
10. Bekerja secara team.
11. Kegiatan => meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, melayani masyarakat yang
sehat atau yang sakit, penduduk sakit yang tidak berobat ke puskesmas, pasien yang baru
kembali dari rumah sakit.
12. Home visite sangat penting.
13. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama.
14. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakan harus mengacu pada sistem pelayanan
kesehatan yang ada.
15. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan di institusi pelayanan kesehatan yaitu
puskesmas, institusi seperti sekolah, panti, dan lainnya dimana keluarga sebagai unit
pelayanan.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunitas sebagai suatu kelompok sosial yang di tentukan oleh batas-batas wilayah,
nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama, serta ada rasa saling mengenal dan interaksi
anggota masyarakat yang satu dengan yang lainya.
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan
pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat
kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan
rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagi mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
keperawatan
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca bisa memahami dan menerapkan
keperawatan komunitas dan dapat juga dapat mencari referensi lain untuk menambah
pengetahuan pembaca mengenaik keperawatan komunitas.

17
DAFTAR PUSTAKA

Keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik keperawatan dan praktik
kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan
penduduk. Sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas adalah individu yaitu balita gizi
buruk, ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular. Sasaran keluarga yaitu
keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah kesehatan dan prioritas. Sasaran kelompok
khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau
perawatan (Ratih Dwi Ariani, 2015)

18

Anda mungkin juga menyukai