Anda di halaman 1dari 7

TINJAUAN PUSTAKA

Memperkenalkan: Sistem Saraf Saluran Pencernaan


sebagai Otak Kedua

Daniel Susilo Wibowo


Bagian Anatomi Histologi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

Abstrak
Pada abad ke-19, Bayliss dan Sterling menemukan gerakan peristalsis yang
mendorong makanan d dalam usus ke arah distal walaupun persarafan usus dengan Sistem
Saraf Pusat (SSP) diputuskan. Kesimpulan serupa dipublikasikan Trendelenburg (1917); dan
John Langley (1921) yang menyebutkan bahwa sistem saraf otonom terdiri dari simpatis,
parasimpatis, dan sistem enteric. Subsistem enteric itu kemudian dinyatakan sebagai variasi
subsistem parasimpatis.
Dalam saluran pencernaan, kedua sistem itu berhubungan dengan rangkaian saraf
yang membentuk plexus submucosus dan plexus myentericus, dan pengaruhnya terhadap
sistem pencernaan diatur oleh Sistem Saraf Saluran Pencernaan (SSSP). Pengaturan oleh
SSSP di proximal dan distal saluran pencernaan masih dintervensi oleh SSP (Goyal & Hirano,
1996; Gershon, 1998).
Serabut saraf SSSP mengatur pergerakan organ serta waktu dan kuantitas sekresi
kelenjar-kelenjar pencernaan. Jumlah sel saraf dalam SSSP sekitar 100 juta (Goyal & Hirano,
1996), setara dengan jumlah sel saraf di medulla spinalis. Karena itu SSSP dinilai sebagai
suatu sistem yang derajatnya setara SSP sehingga dinamakan The Second Brain. Badan. Badan
dan serabut saraf SSSP hanya dapat dipelajari dengan menggunakan mikroskop elektron
(Gershon, 1998).
Michael Gershon memperkenalkan peranan serotonin (5-hydroxytryptamine) sebagai
neurotransmiter di SSSP yang mempengaruhi gerakan peristalstik dan sekresi kelenjar
pencernaan. Sampai sekarang telah ditemukan sekitar 20 neurotransmiter di SSSP (Goyal &
Hirano, 1996). Keberadaan SSSP menunjukkan bahwa pengaturan mekanisme kerja saluran
pencernaan tidak sederhana.

Kata kunci: saraf, saluran cerna, neurotransmiter.

Pendahuluan usus. Gerakan ini mendorong


Pada abad ke-19, Bayliss makanan di dalam usus ke arah
dan Sterling menemukan dalam distal dan tetap terjadi setelah
penelitiannya pada anjing, mene- hubungan persarafan usus dengan
mukan bahwa usus dapat melaku- SSP diputuskan. Berdasarkan hal
kan gerakan yang selanjutnya dike- ini, kedua peneliti tersebut menya-
nal sebagai gerakan peristaltik dari takan bahwa tampaknya perge-

48
Memperkenalkan: Sistem Saraf
Saluran Pencernaan sebagai Otak Kedua
Daniel Susilo Wibowo

rakan usus diatur oleh suatu sistem medulla spinalis. Mulai dari
yang terdapat dalam usus itu oesophagus sampai ke pertengahan
sendiri dan tidak diatur SSP. colon transversum saluran pencer-
Kesimpulan serupa dipubli- naan diurus oleh saraf parasimpatis
kasikan oleh Trendelenburg (1917) yang berasal dari cabang n.vagus
dan John Langley (1921). Di dalam (dengan badan sel di ganglion
bukunya The Autonomic Nervous nodosum); sedangkan pada usus ba-
System (1921) Langley menyebut- gian distal persarafan parasimpatis
kan bahwa sistem persarafan itu diurus oleh serabut-serabut
otonom terdiri dari sistem simpatis, saraf yang berpangkal pada medulla
sistem parasimpatis, dan sistem spinalis segmen sacral 2-4. Persa-
enteric. Dalam perkembangan se- rafan simpatis diurus oleh serabut
lanjutnya, pernyataan Langley itu saraf cabang n.splanchnicus major
dimodifikasi oleh para ahli ilmu dan n.splanchnicus minor yang
faal yang tergabung dalam The berasal dari segmen thoracal.
Physiological Society. Subsistem Secara embriologis, sel dan
enteric itu dinyatakan sebagai serabut saraf yang membentuk
variasi dari subsistem parasimpatis SSSP berasal dari bakal n.vagus dan
melalui keberadaan sistem relay bakal saraf dari segmen medulla
ganglion n.vagus. spinalis. Dari antara kedua sumber
Penemuan neurotransmiter itu, serabut yang berasal dari
untuk saraf simpatis berupa n.vagus yang lebih dominan. Ber-
epinephrine yang kemudian diketa- kaitan dengan proses perkembang-
hui bahwa yang berperan sebe- annya ini, dapat dimengerti jika
narnya adalah norepinephrine, dan hubungan SSSP dengan SSP
penemuan acetylcholine sebagai diselenggarakan melalui serabut
neu-rotransmitter untuk saraf para- saraf aferent dan eferent simpatis
simpatis, menyebabkan idea terse- dan parasimpatis yang diurus
but dilupakan. Pada akhir dekade kedua saraf itu.
enampuluhan, Michael Gershon Serabut-serabut saraf SSSP
memperkenalkan kemungkinan pe- membentuk hubungan antar bagi-
ranan serotonin (5-hydroxytryptamine an-bagian saluran pencernaan dan
= 5-HT) sebagai neurotransmiter selanjutnya mengatur pergerakan
lain (ketiga) yang dihasilkan oleh masing-masing organ serta waktu
dan khusus bekerja di Sistem Saraf dan kuantitas sekresi kelenjar-
Saluran Pencernaan (SSSP) atau kelenjar pencernaan. Menurut pe-
Enteric Nervous System (ENS). nelitian jumlah sel saraf yang ter-
gabung dalam SSSP diperkirakan
sebanyak 100 juta (Goyal & Hirano,
Saraf di Saluran Pencernaan 1996) sama atau bahkan lebih ba-
Saluran pencernaan menda- nyak dari sel saraf yang ditemukan
pat dua persarafan yang berhu- di dalam medulla spinalis. Hal itu
bungan dengan SSP di otak dan menunjukkan keterlibatan SSSP

49
JKM.
Vol. 5, No1, Juli 2005

dalam pengaturan suatu sistem akan diatur oleh SSSP. Serabut


yang bobot dan derajatnya setara preganglioner parasimpatis bersifat
dengan medulla spinalis. cholinergis dan mengeksitasi sera-
Dengan pertimbangan itu but saraf SSSP. Pengaruhnya nyata
SSSP disetarakan dengan SSP se- pada ujung proximal dan distal
hingga dinamakan juga The Second saluran pencernaan, tetapi pada
Brain. SSSP ini terutama berfungsi usus halus hanya merangsang
untuk mengatur (1) kontraksi sel sejumlah kecil ganglia di plexus
otot polos di saluran pencernaan, myentericus. Fakta ini menunjukkan
(2) sel kelenjar mucosa, (3) sel bahwa pengaturan oleh SSSP pada
kelenjar endokrin pada saluran bagian proximal (oesophagus) dan
pencernaan, (4) aliran darah pada distal (colon distal dan anorectum)
saluran pencernaan serta terlibat saluran pencernaan masih dinter-
dalam reaksi imun atau proses vensi oleh impuls dari SSP (Goyal
inflamasi. & Hirano, 1996; Gershon, 1998).
Setelah mencapai saluran Fakta ini berhubungan dengan pe-
pencernaan, kedua sistem itu ran kesadaran pada proses makan
berhubungan dengan jaringan atau dan defekasi.
rangkaian saraf dan ganglion yang Serabut simpatis, di pihak
tergabung membentuk plexus sub- lain, adalah serabut post-gang-
mucosus (Meissner) dan plexus lioner yang bersifat adrenergik.
myentericus (Auerbach). Plexus sub- Serabut-serabut ini mempunyai pa-
mucosus terletak diantara lapisan ling sedikit 4 buah target yaitu:
mucosa dan submucosa, sedangkan neuron sekretomotor yang me-
plexus myentericus diantara lapisan ngandung vasoactive intestinal
serabut otot. Plexus myentericus ter- peptide, ujung saraf preganglioner
utama mengandung serabut saraf yang cholinergik, pembuluh darah
motoris yang mengatur motilitas submucosa, dan sphincter-sphinct-
usus; sedangkan plexus submucosus er yang ada di dalam saluran
mengandung badan sel serabut pencernaan. Plexus pada saluran
saraf sensoris yang mengatur plexus pencernaan tidak mempunyai ba-
myentericus dan serabut motoris dan sel saraf simpatis yang bersifat
yang menstimulasi sekresi kelenjar adrenergik.
pencernaan (termasuk chief cell, sel Badan sel dan serabut saraf
parietal, sel mucuos, enterocytes dan yang membentuk SSSP tidak dapat
sel exokrin pancreas), dan otot dilihat dengan mikroskop cahaya
polos serta kelenjar endokrin pada biasa. Serabutnya sangat halus
tractus gastrointestinalis. sehingga hanya dapat dipelajari
Serabut saraf dari otak dan dengan menggunakan mikroskop
medulla spinalis berakhir pada ke- elektron (Gershon, 1998). Struktur
dua plexus tersebut. Reaksi akibat serabut SSSP berbeda dengan sera-
rangsangan saraf-saraf itu terhadap but saraf di luar sistem ini. Pada
sistem pencernaan selanjutnya SSSP serabut saraf tidak ditopang

50
Memperkenalkan: Sistem Saraf
Saluran Pencernaan sebagai Otak Kedua
Daniel Susilo Wibowo

oleh jaringan kolagen, tetapi oleh meneruskan informasi tentang


sel glia yang menyerupai astrosit. rangsang mekanis, osmotis dan
Sel glia ini berbeda dengan sel kimiawi yang lain.
Schwann karena tidak mempunyai Gerak peristalstik dan reflex
lamina basalis dan membungkus sekresi kelenjar pencernaan di-
kumpulan serabut saraf, bukan mungkinkan oleh adanya impuls
membungkus setiap serabut sensoris yang berasal dari mucosa
(Gershon & Rothman, 1991). saluran pencernaan dengan seroto-
SSSP bekerja terhadap tar- nin sebagai neurotransmiter. Meka-
get organ secara langsung atau nisme kerja dan sekresi serotonin
melalui sel antara. Sel antara itu pada saluran pencernaan ini cukup
bisa berupa sel endokrin, sel rumit. Pada sistem saraf pusat,
interstitial dari Cajal, dan sel sistem serotonin membutuhkan serotonin
imun seperti misalnya mast-cell transporter (SERT) yang dihasilkan
dengan plexus submucosus. oleh serabut saraf yang seroto-
Badan sel saraf dari SSSP ninergis, tetapi di dalam usus SERT
tersusun dalam kelompok ganglia diperoleh melalui enterocyte
kecil yang mempunyai hubungan (Gershon, 2003; Gershon, 2005).
dengan serabut saraf yang mem- Transmiter kimiawi yang
bentuk plexus myentericus dan dihasilkan sel endokrin mucosa
plexus submucosus. Serabut yang saluran pencernaan turut berperan
berhubungan dengan plexus dalam meneruskan rangsang ke
myentericus mempunyai serabut n.vagus. Sebagai contoh, muntah
yang menghubungkannya dengan yang terjadi pada pasien kanker
plexus submucosus dan ganglia SSSP yang mendapat kemoterapi, dise-
yang serupa dengan plexus sub- babkan oleh dilepaskannya sero-
mucosus yang terdapat pada vesica tonin dalam jumlah besar oleh sel
felea, ductus cysticus, ductus enterochromaffin yang mengalami
choledochus dan pancreas. kerusakan. Muntah ini dapat
dihentikan dengan pemberian anta-
gonis serotonin seperti misalnya
Hubungan sensoris dengan ‘ondansteron’.
SSP Serabut saraf aferent dari
Informasi sensoris dari n.splanchnicus meneruskan sensasi
saluran pencernaan diteruskan ke sakit (dari nociceptor), dengan
SSP melalui n.vagus dan neurotransmiter antara lain berupa
n.splanchnicus. Sebagian serabut peptida yang berkaitan dengan
n.vagus meneruskan informasi calcitonin dan substansi P.
tentang tegangan mekanis yang di-
alami dinding usus, sebagian peka
terhadap kadar glukosa, asam ami- Neurotransmiter pada SSSP
no dan asam lemak yang terdapat Semula diperkirakan bahwa
dalam lumen usus. Sebagian lagi neurotransmiter yang bekerja di

51
JKM.
Vol. 5, No1, Juli 2005

SSSP adalah acetylcholine dan reuptake inhibitor tertentu dan


serotonin saja. Pada penelitian lebih cocaine, terhadap saluran pencer-
lanjut ditemukan peranan dari naan ternyata masih dapat diatasi
purine (ATP), asam amino (asam oleh kemampuan adaptasi saluran
amino butirat), peptida (vasoactive pencernaan walaupun tidak sem-
intestinal peptide), dan nitric oxide. purna. Oleh karena itu, toksisitas
Sampai saat ini diperkirakan lebih obat itu terhadap SSSP perlu
dari 20 zat terlibat sebagai neuro- mendapat perhatian.
transmiter di SSSP, tapi dari antara- Saat ini sedang dipelajari
nya baru zat tersebut di atas yang penggunaan alosetron, antagonis
diketahui mekanisme kerjanya terhadap reseptor serotonin-3, dan
(Goyal & Hirano, 1996). tegasero,d antagonis serotonin-4
untuk pengobatan Irritable Bowel
Syndrome. Masih ada kekhawatiran
Aplikasi Klinik obat-obat itu memnyebabkan efek
Keberadaan SSSP menunj- samping yang serius terhadap
ukkan bahwa pengaturan mekanis- saluran pencernaan (Gershon, 2003;
me kerja saluran pencernaan tidak Mertz, 2005).
sederhana. Proses ini melibatkan Serabut saraf SSSP itu sa-
serabut saraf yang sangat halus dan ngat halus sehingga relatif mudah
sejumlah neurotransmiter. Sebagi- mengalami kerusakan. Kondisi ini
an neurotransmiter itu masih dipe- juga perlu mendapat perhatian
lajari cara kerjanya (Goyal & pada pemberian laxative atau obat
Hirano, 1996). lain yang mempengaruhi per-
Dari antara neurotransmiter gerakan usus.
itu termasuk pula serotonin yang
diketahui berperan pula dalam SSP.
Ada kasus tertentu yang pada Daftar Pustaka
pengobatannya memanfaatkan se- Mertz H. 2005. Psychotherapeutics and
rotonin, misalnya sebagai anti serotonin agonist and antagonists.
depresan. Sebagai ilustrasi, Prozac Journal of Clinical Gastroentero-
logy. Vol.39 (5 Suppl.): S247 – 250.
(Fluoxetine HCL) yang sudah
Abstract.
dicabut dari peredaran ternyata Gershon M.D. 2005. Nerves, reflexes, and
memperngaruhi kerja usus (colon) the enteric nervous system:
sehingga pengguna obat itu pathogenesis of the irritable bowel
mengalami kesulitan defekasi. Obat syndrome. Journal of Clinical
Gastroenterology, Vol.39 (5
itu berefek sebagai antagonis Suppl.): S184 – 193. Abstract.
serotonin sehingga serabut SSSP Gershon M.D. 2003. Plasticity in serotonin
pada gilirannya mengalami sema- control mechanisms in the gut.
cam ‘disuse atrophy’. Kerusakan Curr Opin Pharmacol. Pages: 600-
akibat komplikasi antagonis sero- 7; Volume (Issue): 3 (6) Abstract.
Gershon M.D. 1999. The enteric nervous
tonin, seperti misalnya pemberian system: a second brain. Hosp Pract
tricyclic antidepressant, serotonin (Off Ed). Volume(Issue): 34 (7)

52
Memperkenalkan: Sistem Saraf
Saluran Pencernaan sebagai Otak Kedua
Daniel Susilo Wibowo

Gershon M.D. 1998. The Second Brain. mission.Adv.Exp.MedBiol.Vol.294


Harper Collins, New York. : 221 – 230. Abstract.
Goyal, R.K. and Hirano, I. 1996. Ther Langley J.N. 1921. The Autonomic Nervous
Enteric Nervous System. N.Engl J System, in: Gershon M.D. (1998):
Med Vol 334: 1106 – 1115 The Second Brain. Harper Collins,
Gershon M.D. and Rothman 1991. Enteric New York.
glia. Glia. Pages: 195-204; Volume
(Issue): 4 (2) Abstract.
Gershon M.D. 1991. Serotonin: its role and
receptors in enteric neurotrans-

53
54

54

Anda mungkin juga menyukai