Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENELITIAN

IMPLEMENTASI PEMBIMBINGAN KLIEN ANAK


DI BALAI PEMASYARAKATAN (BAPAS)
KELAS II PALOPO

Daniel Parubang
dan
Yosef Patandung

SCOK
NI OTO
P A LO P O

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
JUNI 2017
2
3

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan mengetahui Peranan Balai Pemasyarakatan Kelas II


Palopo Dalam Bimbingan Klien Anak. Penelitian ini dilaksanakan dikota di Balai
Pemasyarakatan Kelas II Palopo yang terletak di Jl. DR. Ratulangi KM. 8 Kota
Palopo. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan desain
deskriptif. Pengumpulan data yang digunakan adalah indepth interview dan observasi.
Adapun langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data penelitian ini yaitu
observasi, wawancara, dokumentasi. Hasil penelitian menjelaskan, bahwa Balai
Pemasyarakatan sebagai pranata yang melaksanakan bimbingan terhadap Klien
Pemasyarakatan untuk memasyarakatkan kembali Klien Pemasyarakatan sebagai
warga yang menyadari kesalahannya, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak
pidananya, sehingga dapat berperan aktif dalam pembangunan dan dapat hidup secara
wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab di lingkungan masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAPAS Palopo melaksanakan
pembimbingan kepada klien anak pemasyarakatan sesuai dengan yang dibutuhkan
oleh anak dengan melihat kondisi fisik maupun psikis. Namun kendala yang ditemui
dalam melaksanakan bimbingan terhadap klien anak pemasyarakatan terjadi dari
berbagai aspek, antara lain mulai dari regulasi yang kaku dan kurang terakomodir
dalam batasan kerja dari Balai Pemasyarakatan Palopo, petugas BAPAS palopo yang
minim dalam hal personil maupun kompetensi menjadi permasalahan internal Bapas
palopo, sarana prasarana menjadi kendala dalam melaksanakan peran Bapas palopo
untuk membimbingan klien anak pemasyarakatan.

BAB I
PENDAHULUAN
4

A. Latar Belakang

Membicarakan tentang anak dan perlindungannya tidak akan pernah berhenti


sepanjang sejarah kehidupan, karena anak adalah generasi penerus bangsa dan
penerus pembangunan, yaitu generasi yang dipersiapkan sebagai subjek pelaksana
pembangunan yang berkelanjutan dan pemegang kendali masa depan suatu negara
tidakter kecuali. Perlindungan anak Indonesia berarti melindungi potensi sumber daya
insani dan membangun manusia Indonesia seutuhnya, menuju masyarakat yang adil
dan makmur, materil spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. Perlindungan anak merupakan usaha dan kegiatan seluruh lapisan masyarakat
dalam berbagai kedudukan dan peranan, yang menyadari betul pentingnya anak bagi
nusa dan bangsa di kemudian hari (Maidin Gultom, 2010: 33). Sebagaimana
diketahui bahwa hukum adalah rangkaian peraturan-peraturan mengenai tingkah laku
orang-orang sebagai anggota masyarakat, dan tujuan hukum itu adalah mengadakan
keselamatan, kebahagiaan, dan tata tertib di dalam masyarakat (Maidin Gultom,
2010:3). Anggota masyarakat mempunyai kepentingan masing-masing, sehingga
anggota masyarakat dalam memenuhi kepentingann yatersebut mengadakan
hubungan-hubungan yang diatur oleh hukum untuk mencapai keseimbangan dalam
kehidupan masyarakat. Jika seorang atau beberapa orang melakukan pelanggaran
hukum yang telah diatur maka terjadi ketidak seimbangan, sebab dipihak lain terjadi
kerugian atas pelanggaran yang dilakukan. Guna menciptakan keseimbangan kembali
dalam masyarakatan maka hukum tersebut dilekatkan sanksi.Sanksi administrasi
dalam bidang Hukum Tata Negara, Sanksi perdata dalam bidang Hukum Perdata, dan
sanksi pidana dalam bidang hukum pidana. Bila dalam pelaksanaan sanksi
administrasi dan sanksi perdata belum memenuhi untuk keseimbangan di dalam
masyarakat, maka sanksi pidana merupakan sanksi terakhir atau ultimum remedium.
Peradilan yang menangani perkara pidana disebut dengan peradilan pidana yang
merupakan bagian dari peradilan umum mulai dari penyidikan, penuntutan,
pengadilan, dan pemasyarakatan (Pasal 10 UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan
5

Kehakiman). Peradilan Pidana Anak merupakan suatu peradilan yang khusus


menangani perkara pidana anak. Penyidik Anak, Penuntut Umum Anak, Hakim
Anak, Petugas Pemasyarakatan Anak merupakan satu kesatuan yang termasuk dalam
suatu sistem yang disebut Sistem Peradilan Anak (Juvenile Justice System), bertujuan
untuk menanggulangi kenakalan anak, sekaligus juga diharapkan dapat memeberikan
perlindungan kepada anak yang mengalami masalah dengan hukum.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi
pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu, bagaimana peranan balai
pemasyarakatan (Bapas) kelas II Palopo dalam bimbingan klien anak?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk, mengetahui peranan balai pemasyarakatan (BAPAS)
kelas II Palopo dalam bimbingan klien anak.

D. Manfaaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Dapat digunakan sebagai sumbangan karya ilmiah dalam perkembangan ilmu


pengetahuan.

b. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan penambahan pemikiran


untuk dijadikan arah penelitian yang lebih lanjut pada masa yang akan datang

BAB II
6

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Peran
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang terhadap
seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan
sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari
perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. Tiap-tiap
individu memiliki peran yang berbeda satu dengan yang lainnyayang didasarkan pada
pola pergaulan dan lingkungan sekitarnya, dalam hal ini peran menekankan pada
fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses.
Seorang penegak hukum sebagaimana halnya dengan warga masyarakat lain
jugamempunyai kedudukan (status) dan peran (role). Kedudukan merupakan posisi
tertentu yang terdapat baik dalam organisasi, instansi, maupun kemasyarakatan.
Dalam hal kedudukan memiliki tingkatan, yang mungkin tinggi, sedang ataupun
rendah. Kedudukan sebenarnya merupakan perwujudan yang isinya adalah hak-hak
dan kewajiban-kewajiban dari peran atau role yang ada dalam organisasi, intansi
maupun kemasyarakatan tersebut. Seseorang dikatakan menjalankan peran manakala
ia menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
status yang disandangnya. Peran dapat dijabarkan kedalam unsur-unsur sebagai
berikut :
1) Peran yang ideal (ideal role)
2) Peran yang seharusnya (expected role)
3) Peran yang dianggap oleh diri sendiri (perceived role)
4) Peran yang sebenarnya dilakukan (actual role).
Dengan demikian dapat dipahami bahwa peran yang ideal dan peran yang
seharusnya merupakan harapan-harapan yang “pantas” atau “layak” yang diharapkan
dari kedudukan atau pemegang peran tersebut yang timbul dari intervensi dari pihak
luar, sedangkan peran yang dianggap diri sendiri serta peran yang sebenarnya
dilakukan merupakan pengejawantahan dari dalam diri pribadi.
7

2. Pengertian tentang Pemasyarakatan.


Sistem Pemenjaraan dalam sejarahnya dikenal sebagai reaksi masyarakat
sebagai adanya tindak pidana yang dilakukan oleh seorang pelanggar hukum. Oleh
karena itu pidana penjara juga disebut sebagai pidana hilangnya kemerdekaan. Dalam
hal ini sistem pemenjaraan sangat menekankan pada unsur balas dendam dan
penjeraan, terpidana diperlakukan sebagai objek semata yang dirampas
kemerdekaannya, tenaga mereka seringkali dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan
fisik. Ini menjadikan sistem kepenjaraan jauh dari nilai-nilai kemanusiaan dan hak
asasi manusia. Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-
pemikiran baru mengenai fungsi pemidanaan yang tidak lagi sekadar penjeraan tetapi
juga merupakan suatu usaha rehabilitasi dan reintegrasi sosial Warga Binaan
Pemasyarakatan. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka sejak tahun 1964 sistem
pembinaan bagi narapidana dan anak pidana telah berubah secara mendasar, yaitu
dari sistem kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan.
Tugas dan kewajiban dari narapidana untuk melakukan perkerjaan itu pun
hanyalah sebuah kegiatan untuk mengisi luang waktu didalam penjara. Pengertian
Pemasyarakatan menurut Pasal 1 Undang-undang No.12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan ditegaskan bahwa Pemasyarakatan ialah kegiatan untuk melakukan
pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan
cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari system pemidanaan dalam tata
peradilan pidana. Sistem Pemasyarakatan menurut Pasal 1 Angka 2 Undang-undang
No. 12 Tahun 1995 adalah: “Suatu tatanan mengenai arahan dan batasan serta cara
pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan
secara terpadu antara pembina, yang dibina, danmasyarakat untuk meningkatkan
kualitas warga binaan pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri
dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan
masyarakat, dan aktif berperan dalam pembangunan dandapat hidup secara wajar
sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab”.
3. Tugas dan Fungsi Balai Pemasyarakatan (BAPAS)
8

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: M.01-


Pk.04.10 Tahun 1998 (Widodo, 2011: 97-98), tugas Pembimbing Kemasyarakatan
Bapas adalah sebagai berikut:
a. Melakukan penelitian kemasyarakatan untuk: 1) membantu tugas Penyidik,
Penuntut Umum dan Hakim dalam perkara Anak Nakal (bermasalah dengan
hukum); 2) menentukan program pembinaan Narapidana di Lapas dan Anak
Didik Pemasyarakatan di Lapas Anak; 3) menentukan program perawatan
Tahanan di Rutan; 4) menentukan program bimbingan dan atau bimbingan
tambahan bagi Klien Pemasyarakatan.
b. Melaksanakan bimbingan kemasyarakatan dan bimbingan kerja bagi Klien
Pemasyarakatan;.
c. Memberikan pelayanan terhadap instansi lain dan masyarakat yang meminta data
atau hasil penelitian kemasyarakatan Klien tertentu;
d. Mengkoordinasi pekerja sosial dan pekerja sukarela yang melaksanakan tugas
pembimbingan;
e. Melaksanakan pengawasan terhadap terpidana anak yang dijatuhi pidana
pengawasan, Anak Didik Pemasyarakatan yang diserahkan kepada orang tua
asuh dan orang tua, wali dan orang tua asuh yang diberi tugas pembimbingan.
9

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan desain
deskriftifyakni desain yang memberi kemudahan bagi peneliti untuk merekam,
memantau dan mengikuti proses suatu peristiwa atau kegiatan sebuah organisasi
sebagaimana adanya dalam suatu kurun waktu tertentu dan selanjutnya
diinterpretasikan untuk menjawab masalah penelitian. Teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah indepth interview dan observasi.

2. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini berlokasi di KotaPalopo yakni balai pemasyarakatan (Bapas)
kelas II Palopo, yang terletak di Jl. DR. Ratulangi KM.8 Kota Palopo. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan april 2017.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah keseluruhan pihak-pihak yang terkait dengan
pelaksanaan peran Bapas dalam perlindungan hak anak yang berhadapan dengan
hukum, yaitu: Balai pemasyarakatan (BAPAS) kelas II Palopo. Berdasarkan data
yang ada 8 orang klien anak yang melakukan bimbingan dan petugas bimbingan 5
orang, Objek penelitian adalah bimbingan konseling yang diberikan kepada anak
yang beradi di BAPAS kota palopo
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi, merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan
lansung atau peninjauan secara cermat dan lansung di lapangan atau lokasi
penelitian. Dalam penelitian ini yang diobservasi adalah Peranan Bapas
Kelas II Palopo dalam Bimbingan Klien anak yang memperoleh Sanksi.
b. Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topik tertentu. (Esterberg, dalam Sugiyono 2012:233) Wawancara dilakukan
untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk melengkapi data yang
10

akhirnya diperoleh gambaran yang jelas, didalam wawancara peneliti harus


secara nyata mengadakan interaksi dengan responden. Sasaran sebagai
responden yaitu Petugas Bapas, anak pelaku tindak pidana.
c. Dokumentasi, berupa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan
data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.

Dalam menganilisis data tersebut, peneliti menggunakan analisis deskriptif


kualitatif, yakni suatu analisis yang sifatnya menjelaskan atau menggambarkan
mengenai peraturan-peraturan yang berlaku, kemudian dikaitkan dengan teori dan
fakta yang terjadi di masyarakat sesuai dengan objek penelitian, kemudian diambil
kesimpulan.
11

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Wawancara Petugas Balai Pemasyarakatan

Tabel 1. Identitas informan sebagai kepala Bapas dan pegawai Bapas

Nama Jabatan
Abdullah Ali, SE Kepala sub seksi bimbingan klien anak
Sarwana Staf sub seksi bimbingan klien anak
P. Poli Pembimbing kemasyarakatan
HajarAswad, ST.,SH.,S.An Pembimbing kemasyarakatan
Sumber: Balai Pemasyarakatan (2016)

Hasil wawancara dengan Abdullah Ali, selaku kepala Sub Bimbingan Klien
Anak mengatakan bahwa bimbingan yang diberiakn BAPAS terhadap klien anak
yaitu bimbingan kesadaran beragama, bertujuan agar anak yang bermasalah dengan
hukum menyadari bahwa perbuatan di masa lalunya adalah salah dan melanggar
ajaran agama, sehingga pada masa yang akan datang diharapkan anak tidak
mengulangi kesalahan karena adanya pemahaman terhadap ajaran agama yang baik
telah dimiliki anak.Pola yang diterapkan oleh Balai Pemasyarakat dalam bimbingan
anak yang bermasalah dengan hukum agar memiliki kesadaran beragama yang baik
adalah dengan menyampaikan ceramah. Penyelenggaraan bimbingan kesadaran
beragama bagi anak yang bermasalah dengan hukum dilaksanakan secara adil dan
tidak diskriminatif. Artinya Balai Pemasyarakatan palopo memprogramkan
bimbingan kesadaran beragama ini secara menyeluruh bagi anak-anak yang memiliki
latar belakang agama yang berbeda-beda.

Sarwana selaku Staf Sub Seksi Bimbingan Kemasyarakatan mengatakan


bahwa bimbingan yang dilakukan Bapas Palopo yaitu bimbingan mengintegrasikan
diri dengan masyarakat. Bimbingan di bidang ini dapat dikatakan juga sebagai
bimbingan kehidupan sosial kemasyarakatan, yang bertujuan pokok agar anak
bimbingan mudah diterima kembali oleh masyarakat lingkungannya, untuk mencapai
hal tersebut kepada mereka selama dalam BAPAS dan dibimbing terus bertujuan
12

untuk selalu patuh beribadah dan dapat melakukan usaha-usaha sosial secara gotong-
royong, sehingga pada waktu mereka kembali ke masyarakat mereka telah memiliki
sifat-sifat positif untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat di lingkungannya.

Pelaksanaan bimbingan ini dilaksanakan dilaksanakan menurut P. Poli,


selaku petugas pembimbing kemasyarakatan mengemukakan bahwa bimbingan
tersebut dilaksanakan yaitu Pemantauan terhadap perkembangan klien anak, dimana
pemantauan ini bertujuan untuk pemulihan kesatuan hubungan hidup yang terjalin
antara individu dengan masyarakat. Untuk mencapai tujuan di atas, harus ditunjang
oleh adanya partisipasi terpadu antara anak yang bermasalah dengan hukum itu
sendiri. Hajar Aswad, ST., SH., S.An selaku petugas pembimbingan kemasyarakatan
mengatakan bimbingan yang dilaksanakan disesuaiakan dengan kebutuhan dan
permasalahan klien anak, kunjungan rumah serta peningkatan bimbingan terhadap klien
anak.

2. Pelaksanaan Fungsi BAPAS

Hasil wawancara petugas Bapas diatas bahwa bimbingan klien anak di Balai
Pemasyarakatan Kelas II Palopo positif telah melaksanakan bimbingan bagi klien
anak yang sesuai dengan Undang-Undang No.12 Tahun 1995 tentang,
pemasyarakatan dimana disebutkan bahwa system pemasyarakatan diselenggara
dalam rangka membentuk Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) agar menjadi
manusia seutuhnya, menyadari kesalahanya, memperbaiki diri dan tidak mengulangi
tindak pidana, sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat
berperan aktif dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang
baik dan bertanggung jawab. Dengan adanya perlindungan hukum dan hak-haknya
bagi anak merupakan salah satu sisi pendekatan untuk melindungi anak-anak
Indonesia. Pengembangan hak-hak anak dalam proses peradilan pidana adalah suatu
hasil interaksi dari berbagai fenomena yang saling terkait dan saling mempengaruhi.
Dimulai dengan memperhatikan aspek-aspek mental, fisik, sosial, ekonomi, guna
13

didapatkan pengertian yang tepat mengenai suatu permasalahan dengan


menggunakan metode pendekatan melalui disiplin ilmu yang bersifat interdisipliner.

Hal ini terwujud dalam penyusunan Litmas oleh petugas Bapas sehingga
kepribadian anak, keluarga, kondisi sosial dan ekonomi serta motivitasi dari tindak
pidana diketahui, dipahami, kemudian dirancanglah suatu pola penanggulangan
dengan mempertimbangkan setiap anak dan situasinya secara individual. Peran Bapas
dalam perlindungan hak anak berupa penyusunan Litmas atas permintaan pihak
Kepolisian dan mendampingi anak yang berhadapan dengan hukum dalam sidang
pengadilan. Laporan hasil Litmas tersebut memuat hal-hal yang menyangkut
mengenai kehidupan anak tersebut, baik dalam keluarga, lingkungan, lingkungan
sekolah, teman bermain, dan faktor-faktor anak melakukan tindak pidana. Laporan
hasil Litmas tersebut yang akan menjadi bahan pertimbangan bagi Hakim dalam
menjatuhkan putusannya. Bapas merupakan sebuah institusi yang berkaitan erat
dengan sistem peradilan pidana yang melaksanakan penegakan hukum dengan
memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat tanpa mengabaikan nilai-nilai hak
asasi manusia sebagai salah satu tugas yang harus dijalankan.
Mengenai penanganan anak yang berhadapan dengan hukum, dibutuhkan
perlindungan khusus terhadap hak anak berkenaan dengan peranan Bapas, antara lain
anak berhak mendapat pendampingan khusus sejak dini; Anak berhak untuk
mendapatkan sanksi yang tepat untuk kepentingan yang terbaik bagi dirinya; Anak
berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih
sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan
berkembang dengan wajar; Anak berhak untuk mendapatkan sarana dan prasarana
khusus. Anak berhak diperlakukan secara manusiawi sesuai dengan harkat dan
martabat anak.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


14

A. Kesimpulan
1. Peranan Bapas dalam bimbingan klien Anak yang dilakukan sudah
terlaksanasesuai dengan landasan Undang-undangNo. 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan dan Peraturan Pemarintah No. 31 Tahun 1999 tentang
Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, Bapas Palopo
melaksanakan pembimbingan kepada klien anak pemasyarakatan sesuai dengan
yang dibutuhkan oleh anak dengan melihat kondisi fisik maupun psikis.
2. Namun kendala yang ditemui dalam melaksanakan bimbingan terhadap klien
anak pemasyarakatan terjadi dari berbagai aspek. Antara lain mulai dari regulasi
yang kaku dan kurang terakomodir dalam batasan kerja dari Balai
Pemasyarakatan Palopo, petugas Bapas palopo yang minim dalam hal personil
maupun kompetensi menjadi permasalahan internal Bapas palopo, sarana
prasarana menjadi kendala dalam melaksanakan peran Bapas palopo untuk
membimbingan klien anak pemasyarakatan. Klien Anak itu sendiri terkadang
menjadi permasalahan yang menghambat kerja Bapas Palopo mulai dari lokasi
atau tempat tinggal anak yang jauh sampai dengan kurang aktifnya keluarga anak.
dan biaya yang dibutuhkan baik dari pihak Bapas Palopo maupun dari pihak klien
anak itu sendiri.
B. Saran
1. Perlu adanya integrasi atau saling terkait satu dengan yang lain baik secara formal
maupun informal antar instansi penegak hukum untuk menertibkan dan
memperjelas alur dalam Sistem Peradilan Pidana yang baik.
2. Instansi Bapas Palopo merupakan pranata hukum dalam halpembimbingan
terhadap anak yang tersangkut kasus hukum padakhususnya namun tidak sedikit
masyarakat yang mengetahui peranmaupun fungsi dari Bapas, maka perlu adanya
sosialisasi atau keterbukaan informasi kinerja Bapas untuk masyarakat luas.

DAFTAR PUSTAKA
15

AndiAfdhallah, S. H. 2014. Peranan Balai Pemasyarakatan Dalam Perlindungan


Hak Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Balai Pustaka, Jakarta.

Indra, P. 2011. Peran Balai Pemasyarakatan (Bapas) Dalam Melaksanakan


Bimbingan Terhadap Klien Anak Pemasyarakatan

Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: M.01PK.04.10


Tahun1998 tanggal3 Februari 1998 tentang Tugas, Kewajiban, dan Syarat-
Syarat bagi Pembimbing Kemasyarakatan.

Djamil, M. N. 2013. Anak Bukan untuk Di hukum (Catatan Pembahasan UU Sistem


Peradilan Pidana Anak (UU SPPA)). Jakarta: Sinar Grafika.

Nurmayanti. 2015. Pandangan Hakim Dalam Penjatuhan Hukum Terhadap Anak Di


Pengadilan Negeri Palopo, Fakultas Pendidikan Pancasilan dan
Kewarganegaraan. Universitas Cokroaminoto Palopo.

RahayuSdanWahjonoA. 1993.Tinjauan Tentang Peradilan Anak di Indonesia.


Jakarta: Sinar Grafika.

Subondo, H. 2007. Jurnal Ilmu Hukum Pandecta Vol. 1 No. 1. Penjatuhan Pidana
atau Tindakan Terhadap Anak DalamPerspektif Sistem Peradilan Pidana.
Semarang: FH UNNES.

Sermi D. Perkara Pengajuan Hak Asuh Anak Di Bawah Umur Dalam Perceraian
(Studi Kasus Di Pengadilan Agama Kota Palopo). Fakultas Pendidikan dan
Kewarganegaraan, Universitas Cokroaminoto Palopo

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R& D. Cetakanke-17.


Bandung: Alfabeta.

Setiawan, T. 2006. Model Pembinaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas


IIA Wanita Semarang. Semarang: FISUNNES.

Undang-undangRepublik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan


Anak.

LAMPIRAN
JUSTIFIKASI ANGGARAN PENELITIAN
16

1. Honor
Waktu
Pelaksana Honor (Rp) (jam/minggu Minggu Total Honor (Rp)
)

Peneliti - - - -
Sub total (Rp) -

2. Peralatan Penunjang

Justifikasi Harga Satuan Harga Peralatan


Material Kuantitas
Pemakaian (Rp) Penunjang (Rp)

- - 1 - -

Sub total (Rp) -


3. Bahan Habis Pakai
Justifikasi Harga Satuan Harga Peralatan
Material Kuantitas
Pemakaian (Rp) Penunjang (Rp)
Penyusunan
angket, lembar
Kertas A4 3 Rp. 32000,- Rp. 96000,-
observasi dan
Laporan
Penyusuna
Tinta Printer nangket, lembar 2 Rp. 180000,- Rp. 360000,-
observasi, laporan
Sub total (Rp) Rp. 456.000,-

4. Transportasi

Total Harga
Kegiatan Justifikasi Kuantitas Harga Satuan (Rp)
Perjalanan (Rp)
Pengambilan
Perjalanan ke
sampling data 4 Rp. 20000,- Rp. 50000,-
instansi
teknis
Perjalanan ke
- - - -
instansi
Perjalanan ke Pengujian hasil 3 Rp. 20000,- Rp. 60000,-
17

instansi
Perjalanan ke Pengambilan data Rp. 20000,-
2 Rp. 40000,-
instansi hasil pengujian
Sub total (Rp) Rp. 150.000,-

4. Lain-lain
Justifikasi Harga Satuan
Kegiatan Kuantitas
Pemakaian (Rp) Total Harga (Rp)
Laporan - - - -

Sub total (Rp) -

TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN (Rp) -

Anda mungkin juga menyukai